Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


MASALAH PSIKOSOSIAL GANGGUAN CITRA TUBUH

Disusun Oleh:

Kartika Fatmawati (131923143050)

STASE KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA


PASIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL GANGGUAN CITRA TUBUH

Oleh :

Kartika Fatmawati

Surabaya, 11 Mei 2020

Pembimbing Akademik

Dr. Hj. Hanik Endang Nihayati, S. Kep.Ns., M.Kep.


NIP. 197606162014092006
LAPORAN PEDAHULUAN
GANGGUAN CITRA TUBUH
1. Konsep Masalah
1.1 Definisi
Citra tubuh (body image) merupakan gambaran mental seseorang
terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi
dan memberikan penilaian atas apa yang dia rasakan terhadap ukuran dan
bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap
dirinya (Keliat et al., 2015)
Gangguan citra tubuh (body image) adalah perubahan persepsi tubuh
yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek seseorang. Gangguan ini biasa terjadi kapan
saja seperti penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak diinginkan,
berubahan bentuk tubuh, kehilangan anggota tubuh, timbul jerawat dan
sakit. Jika seseorang mengalami gangguan citra tubuh dapat dilihat dari
tanda dan gejalanya, yaitu menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah, tidak menerima perubahan yang telah terjadi atau yang akan
terjadi, menolak menjelaskan perubahan tubuh persepsi negatif pada tubuh,
mengungkapkan keputusan, dan mengungkapkan ketakutan. Citra tubuh
dibagi menjadi dua yaitu citra tubuh positif dan citra tubuh negatif (Nugroho
& Saputro, 2012).

1.2 Etiologi
Menurut (Potter et al., 2013), terdapat beberapa stressor yang
mempengaruhi citra tubuh seseorang. Stressor-stressor ini dapat berasal
dari dalam, yakni dari diri seseorang tersebut, yaitu adanya perubahan
penampilan tubuh, perubahan struktur tubuh, dan perubahan fungsi bagian
tubuh. Selain itu, terdapat juga stressor-stressor dari luar yakni, reaksi orang
lain, perbandingan dengan orang lain, dan identifikasi terhadap orang lain.
Menurut penelitian Dalami (2016) kepuasan citra tubuh ditentukan
oleh faktor usia, karena seorang laki-laki maupun perempuan yang tumbuh
menjadi dewasa telah belajar untuk menerima perubahan-perubahan pada
tubuhnya, meskipun penampilannya tidak sabagaimana yang diharapkan
dan sekalipun berusaha untuk memperbaiki penampilannya.
Citra tubuh dalam diri seseorang dapat muncul dikarenakan terdapat
faktor yang mempengaruhinya. Menurut Melliana Citra tubuh seseorang
muncul dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini :
a. Self esteem
b. Perbandingan dengan orang lain
c. Bersifat dinamis
d. Proses Pembelajaran
Adapun Faktor Predisposisi Gangguan Citra Tubuh, yaitu :
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh
kembang atau penyakit)
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.

1.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala Ganguan Citra Tubuh menurut Yusuf, A.H & ,R &
Nihayati (2015) yaitu :
1) Menolak menyentuh atau melhat bagian tubuh tertentu
2) Menolak bercermin
3) Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
4) Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
5) Menyangkal cacat tubuh
6) Mengungkapkan keputusasaan
7) Mengungkapkan ketakutan

1.4 Patopsikologi
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan,dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya denga orang lain. Konsep diri tidak terbentuk
sejak lahir namun dipelajari. Salah satu komponen konsep diri yaitu citra
tubuh dimana citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh,
fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk
tubuh.
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi
negatif tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat,
kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini.
Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan
pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan bagian tubuh
yang berubah dan mengabaikan kebutuhan perawatan diri. Pada akhirnya
reaksi negatif ini dapat mengganggu proses perawatan dan penyembuhan
serta rehabilitasi dan berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial.

1.5 Penatalaksanaan
Penatalksanaan klien dengan gangguan citra tubuh yang pertama
berupa terapi berpikir poitif. Terapi berpikir positif mulai dikembangkan
oleh para pakar psikologi positif saat ini. Penelitian (Mukhlis, 2013) juga
membuktikan adanya hubungan kebiasaan berpikir secara negatif dengan
rendahnya harga diri.
Penatalaksanaan yang kedua, yaitu menggunakan teknik paradoxical
intention, yaitu teknik yang memanfaatkan kemampuan mengambil jarak
(self detachment) dan kemampuan mengambil sikap (to take a stand)
terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan.Tekhnik ini juga memanfaatkan
salah satu kualitas khas manusia lainya yaitu humor (sense of humor),
khususnya humor terhadap diri sendiri. Dalam penerapanya tekhnik ini
membantu pasien untuk menyadari pola keluhanya, mengambil jarak atas
keluhanya itu serta menanggapinya secara humoris.Pemanfaatan rasa humor
ini diharapkan dapat membantu pasien untuk tidak lagi memandang
gangguan-gangguanya sebagai sesuatu yang berat mencekam, tetapi berubah
menjadi sesuatu yang ringan dan bahkan lucu. Pada tekhnik ini lansia di
dorong untuk tidak memikirkan hal-hal yang membuatnya takut akan tetapi
lansia di dorong untuk menghargai citra tubuhnya (Umi Faridaha, 2017).
Pada masalah yang terkait dengan citra tubuh, ACT terbukti cukup
efektif, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Pearson, Follette, dan
Hayes (2012) ACT mampu menurunkan tingkat kecemasan terkait dengan
tubuh dan meningkatkan penerimaan terhadap tubuh. Hal tersebut juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Dwi Riztina, 2016) yang
membuktikan bahwa ACT efektif untuk meredakan kecemasan dan
menurunkan tingkat ketidakpuasan tubuh pada wanita yang mengalami
obesitas.
Kemudian gangguan citra tubuh dapat mengikuti Layanan konseling
kelompok cognitive behavior therapy (CBT) dengan cognitive restructuring
adalah sebuah bentuk intervensi yang akan dilaksanakan. Cognitive
restructuring dengan layanan konseling kelompok mampu membantu
individu untuk meningkatkan konsep ideal citra tubuhnya. Cognitive
restructuring merupakan teknik yang dilakukan dengan menghentikan
pikiran-pikiran negatif yang dimiliki oleh konseli dan membantunya untuk
merestrukturisasi kembali dengan pikiran-pikiran yang positif (Sulistiya et
al., 2017).
2. Pohon Masalah

Efek Harga Diri Rendah Isolasi Sosial

Masalah Utama Gangguan Citra Tubuh

Causa Penyakit fisik, kehilangan/kerusakan bentuk tubuh

3. Masalah Keperawatan
1. Gangguan Citra Tubuh
2. Harga Diri Rendah
3. Isolasi Sosial
4. Rencana Tindakan Keperawatan

Masalah SP Klien SP Keluarga


Keperawatan
Gangguan Citra SP 1 SP 1
Tubuh 1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi
2. Mendiskusikan tentang citra tubuh keluarga
3. Penerimaan terhadap citra tubuh, aspek positif, 2. Menjelaskan gangguan citra tubuh dan cara
dan cara meningkatkan citra tubuh mengatasinya
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan 1. Melatih cara merawat pasien
2. Mengidentifikasi dan melakukan cara 2. Menyusun rencana tindakan
meningkatkan citra tubuh
3. Melatih interaksi secara bertahap
Harga Diri Rendah SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif 1. Mendiskusikan masalah ynag dirasakan
yang dimiliki klien keluarga dalam merawat klien
2. Membantu klien menilai kemampuan klien 2. Menjelaskan pengertian, tanda gejala harga
yang masih dapat digunakan diri rendah yang dialami klien beserta proses
3. Membantu klien memilih kegiatan yang akan terjadinya
dilatih sesuai dengan kemampuan klien 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien harga
4. Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang diri rendah
dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap
keberhasilan klien SP 2
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
6. Menganjurkan klien memasukkan dalam
merawat klien dengan harga diri rendah
jadwal kegiatan harian
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien langsung kepada klien harga diri rendah
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan klien memasukkan kedalam SP 3
jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang

Isolasi Sosial SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan keluarga dalam merawat klien
berinteraksi dengan orang lain 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak isolasi sosial yang dialami klien beserta
berinteraksi dengan orang lain proses terjadinya
4. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan 3. Menjelaskan cara - cara merawat klien isolasi
satu orang sosial
5. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian SP 2
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien merawat klien dengan isolasi sosial
2. Memberikan kesempatan kepada klien 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu langsung kepada klien isolasi sosial
orang
3. Membantu klien memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain sebagai
SP 3
salah satu kegiatan harian
1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas
dirumah termasuk minum obat (Discharge
SP 3
planning)
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
2. Memberikan kesempatan kepada klien
berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Dalami. (2016). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuh.
Journal of Chemical Information.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Dwi Riztina, R. (2016). Penerapan Acceptance Commitmenr Therapy (ACT) Untuk
Meningkatkan Citra Tubuh pada Perempuan yang Mengalami Obesitas. 5(1), 1–
12.
Keliat et al. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course).
E-Journal Keperawatan (EKP).
Mukhlis, A. (2013). Pengaruh Pelatihan berpikir positif pada ketidakpuasan terhadap
citra tubuh (body Image Dissatisfaction). Psikoislamika : Jurnal Psikologi Dan
Psikologi Islam, 10(1), 5–14. https://doi.org/10.18860/psi.v10i1.6357
Nugroho, D. W. I., & Saputro, H. (2012). Fakultas ilmu keperawatan program studi
magister ilmu keperawatan depok juli 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Citra
Tubuh.
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamental of
Nursing Eight Edition. In Elsevier. https://doi.org/10.1109/ISCA.2016.31
Sulistiya, E., Yuwono, D., & Sugiharto, P. (2017). Dampak Konseling Kelompok
Cognitive Behavior Therapy (CBT) Teknik Cognitive Restructuring untuk
Meningkatkan Body Image. Jurnal Bimbingan Konseling, 6(2), 135–140.
Umi Faridaha, D. P. P. (2017). Logoterapi (Tekhnik Paradoxical Intention) Terhadap
Citra Tubuh (Body Image) Pada Lansia. MIS Quartely, 27(1), 19–49.
Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x

Anda mungkin juga menyukai