ASUHAN KEPERAWATAN
MODUL GANGGUAN CITRA TUBUH
MATERI INTI : 1
1. PENGERTIAN
Citra tubuh merupakan komponen dari konsep diri yang dipengaruhi oleh pertumbuhan
kognitif dan perkembangan fisik. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya, termaksud persepsi masa lalu dan sekarang,
serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Gangguan citra tubuh adalah
perasaan tidak puas terhadap perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai
dengan yang diinginkan.
Gangguan citra tubuh yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain, terutama kesehatan jiwa.
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan citra tubuh, meliputi:
1) Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga yang
mengalami kecacatan dalam tubuhnya, gangguan pertumbuhan, riwayat penyakit atau
trauma kepala.
2) Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami gangguan citra tubuh, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan terkait dengan citra tubuh, seperti
penolakan dari teman dan harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang;
b. Data Objektif:
1) Hilangnya bagian tubuh
2) Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi
3) Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
4) Menolak melihat bagian tubuh
5) Menolak menyentuh bagian tubuh
6) Aktifitas sosial menurun.
POKOK BAHASAN B.
PROSES KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai
berikut:
a. Penurunan produktivitas
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga
(pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta
menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang
perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kegiatan dengan
menggunakan anggota tubuh lain yang telah diajarkan oleh perawat untuk
meningkatkan citra tubuh.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,
minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga mampu
meningkatkan citra tubuh.
b. Tindakan keperawatan
1) Asesmen citra tubuh (gangguan dan potensi) dan menerima keadaan tubuh saat ini
2) Latih cara meningkatkan citra tubuh
SP 1 Pasien : Assesmen dan menerima citra tubuh dan latihan meningkatkan citra
tubuh
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama
panggilan yang disukai
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ketidakberdayaan agar proses
penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian
gangguan citra tubuh
3) Bantu pasien mengenal gangguan citra tubuhnya:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab gangguan citra tubuh
c) Bantu klien menyadari perilaku akibat gangguan citra tubuhnya
4) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.
5) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain yang masih sehat
6) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
7) Bantu menggunakan bagian tubuh yang masih sehat
8) Bantu pasien melihat, menyentuh bagian tubuh yang terganggu
Kerja:
“Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian mbak Dini terhadap diri
mbak sendiri setelah dioperasi?. Tadi mbak Dini mengatakan merasa jadi cacat/ jelek
dan malu karena dioperasi? Apa yang menyebabkan mbak Dini merasa demikian?”
“Jadi… mbak Dini merasa malu ketemu dengan teman-temannya dan tidak dapat
bekerja kembali karena operasi kaki mbak” Ada lagi hal lain yang tidak
menyenangkan yang mbak Dini rasakan?”
“Bagaimana hubungan mbak Dini dengan keluarga dan teman-teman setelah mbak
Sita dilakukan operasi, apakah ada yang sudah mengunjungi mbak di rumah sakit?
apa yang mbak rasakan setelah teman-teman mengunjungi?” “Oo… mbak Dini jadi
minder dan malu, merasa tidak dapat bekerja lagi…. Ada lagi?”
“ Apa harapan mbak Dini setelah operasi? Bagus sekali mbak Dini masih ingin tetap
bekerja, apalagi harapan mbak terhadap teman-temannya?” Tadi mbak Sita juga
mengatakan minder dan malu karena dioperasi, sebenarnya apa keinginan mbak Dini
saat ini?”
“Bagian mana yang masih dapat digerakkan?
“Agar dapat mengurangi rasa minder dan malu mbak, mari kita sama-sama menilai
kemampuan yang dimiliki mbak Dini untuk dilatih dan dikembangkan. Coba mbak
Dini sebutkan bagian-bagian tubuh yang masih dapat digunakan…………….” Oh
iya mbak masih dapat bicara, melihat, bernafas, tangannya masih dapat digerakan,
makan sendiri terus apa lagi………
“Bagus sekali ternyata mbak Dini masih bisa diberikan kemampuan oleh Tuhan?
Mbak Dini dapat mensyukuri itu?” . coba sekarang mbak Dini melihat kakinya yang
tidak dioperasi, coba gerakan? Setelah itu lihat kaki yang dioperasi? Ya bagus mbak
telah berani melihat kakinya yang dioperasi, mudah-mudahan cepat sembuh ya
mbak”
Menurut mbak Dini adakah bantuan yang diperlukan untuk mbak Dini melakukan
kegiatan ini?”
“Iya, bagus sekali! Memang untuk jalan masih perlu bantuan, namun untuk kegiatan
yang lain mbak sudah bisa mandiri” untuk latihan jalan mau berapa kali latihan
dalam sehari? 3 kali? “
Terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak Dini setelah latihan menggerakan kakinya?”
“Nah, besok kita ketemu lagi untuk ngobrol tentang cara menggunakan kruk,
dimana? Berapa lama?
SP2 Pasien: Evaluasi citra tubuh & latihan peningkatan citra tubuh dan sosialisasi
1) Pertahankan rasa percaya pasien
a. Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b. Asesmen ulang citra tubuh dan hasil latihan peningkatan citra tubuh
2) Membuat kontrak ulang: latihan peningkatan citra tubuh
3) Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh
yang ideal
4)Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
a) Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan
pakaian yang baru (jika diperlukan)
b) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
1) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
a. Susun jadual kegiatan sehari-hari
b. Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas dalam keluarga
dan sosial
c. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran
penting baginya.
d. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi
Latihan 2
Sp 2 Gangguan Citra Tubuh
Orientasi:
“Selamat pagi mbak Dini”
” Bagaimana perasaan mbak Dini saat ini?”
“ Apakah mbak Dini sudah latihan berjalan?” Bagaiman keadaan lukanya? “ Bagus
sekali, tampaknya hari ini mbak Dini penuh semangat “
”Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang perasaan mbak Dini dan
latihan menggunakan kruk untuk latihan jalan?” “Dimana kita bisa bercakap-cakap?”
“Baik, berapa lama mbak Dini?”
“Bagaimana jika 30 menit? Tujuan kita bercakap-cakap adalah agar mbak Dini dapat
menggunakan kruk untuk latihan jalan.
Kerja:
“ Apakah mbak Dini sudah melihat lukanya? Bagaimana menurut mba Dini? Jika
digerakkan apakah masih merasa sakit? Bagus sekali mbak Dini sudah berani melihat
lukanya. Sekarang mari latihan menggunakan kruk ini, coba saya bantu. Kruk ini
adalah pengganti kaki mbak, meskipun menggunakan kruk tapi mba Dini masih
dapat beraktifitas.” “Jadi… mbak Dini masih bisa ketemu dengan teman-temannya
dan dapat bekerja kembali dengan baik” Nah sekarang coba latihan jalan, Apakah
merasa sakit?” Bagus sekali mbak Dini sudah mampu menggunakan kruk “ Nanti
jika sudah pulang dari rumah sakit, mbak Dini bisa mengunjungi teman-temannya
atau bisa ketemu dengan teman-teman yang selama ini sering mengunjungi mbak
Dini di rumah sakit, bagaimana kalau begitu?”
“Iya, bagus sekali, sekarang yang mbak Dini lakukan adalah sering berlatih
menggunakan kruk. Nah untuk hari ini berapa kali akan latihan? 5 kali? Mbak Dini
bisa latihan ke kamar mandi atau aktifitas lainnya”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak Dini setelah latihan menggunakan kruk?”
“Nah, saya harap mbak Dini tetap semangat dalam menjalani kehidupan karena mbak
Dini masih dapat beraktifitas”
Latihan 3
Sp 1 Keluarga Gangguan Citra Tubuh
Orientasi:
“Selamat pagi ibu, perkenalkan saya perawat………., senang dipanggil ……….. Nama
ibu siapa?”
“Oh… ibu Sri Mar, senang dipanggil apa bu?”
“Baiklah ibu Sri, saya perawat rumah sakit….. yang saat ini sedang melakukan tugas di
sini dan merawat anak ibu. Bagaimana perasaan Bu Sri setelah anak ibu dilakukan
operasi ?”
“O… ibu Sri merasa kasihan,sedih dan malu… apa yang membuat ibu Sri merasa sedih
dan malu?” Bagaimana ibu merawat anak ibu?
Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang perasaan Ibu Sri dan bagaimana
cara merawat anak ibu dengan baik?”
“Dimana kita bisa bercakap-cakap?”
“Baik, berapa lama Ibu Sri?”
“Bagaimana jika 30 menit? Tujuan kita bercakap-cakap adalah agar Ibu Sri dapat
meningkatkan motivasi dan merawat anak ibu dengan baik.
Kerja:
“Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian Ibu Sri terhadap anak ibu
sendiri setelah dioperasi?. Tadi Ibu Sri mengatakan merasa sedih, kasihan dan malu?
Apa yang menyebabkan Ibu merasa demikian?” apakah ibu mengetahui perasaan anak
ibu saat ini?”
“Ya, anak ibu merasa malu, merasa tidak dapat melakukan kegiatan seperti sebelum
operasi, merasa tidak punya teman. Perasaan itu yang dinamakan gangguan citra tubuh.
Penyebabnya bisa karena kehilangan salah satu bagian tubuh setelah dioperasi,
mengalami gangguan anggota tubuhnya dalam melakukan kegiatan. Cara merawatnya
adalah ibu tetap memotivasi anak ibu agar cepat melakukan atau menggerakan anggota
tubuhnya yang lain. Sering melatih anak ibu dalam beraktifitas sehingga anak ibu
merasa masih dapat menggunakan anggota tubuhnya yang masih sehat.
“Bagaimana hubungan anak ibu dengan keluarga dan teman-teman setelah anak ibu
dilakukan operasi, apakah ada yang sudah mengunjungi anak ibu di rumah sakit? Ya
sebaiknya teman-teman anak ibu dapat mengunjungi setiap saat agar anak ibu tetap
merasa masih diperlukan dan disayang oleh teman-temannya.
“ Apa harapan ibu setelah anak ibu dilakukan operasi? “
Bagus sekali harapan ibu, harapan itu juga bisa disampaikan ke anak ibu agar anak tidak
merasa minder dan malu.
“Agar dapat mengurangi rasa minder dan malu, ibu bisa sama-sama menilai
kemampuan yang dimiliki anak ibu untuk dilatih dan dikembangkan. Ibu bisa mulai
sebutkan bagian-bagian tubuh yang masih dapat digunakan…………….” Misalnya
masih dapat bicara, melihat, bernafas, tangannya masih dapat digerakan, makan sendiri
terus apa lagi……… ternyata masih banyak kemampuan yang lain pada anak ibu”
setelah itu ibu dapat memberikan pujian pada anak ibu”
“misalnya ibu mengatakan Bagus sekali ternyata mbak Dini masih bisa diberikan
kemampuan oleh Tuhan? Mbak Dini dapat mensyukuri itu?” . coba sekarang mbak Dini
melihat kakinya yang tidak dioperasi, coba gerakan? Setelah itu lihat kaki yang
dioperasi? Ya bagus mbak telah berani melihat kakinya yang dioperasi, mudah-mudahan
cepat sembuh ya mbak” nah seperti itu sudah sangat bagus” “hal tersebut ibu bisa
lakukan berkali-kali”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan setelah bicara tentang cara merawat anak ibu?”
“Nah, besok kita ketemu lagi untuk ngobrol tentang cara melatih anak ibu melakukan
aktifitas, dimana? Berapa lama?
SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, mengatasi gangguan citra
tubuh melalui aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal dan
follow up
1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran
keluarga merawat pasien & kondisi pasien
2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien mengatasi gangguan citra tubuh melalui
aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal
4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien
yang perlu dirujuk (penolakan terhadap perubahan diri bersifat menetap dan tidak mau
terlibat dalam perawatan diri) dan cara merujuk pasien
Latihan 4
Kerja:
“Apa yang ibu harapkan setelah anak ibu diperbolehkan pulang oleh dokter?” “ Bagus
sekali ibu akan tetap memotivasi dan melatih menggunakan alat bantu.”ibu bisa membantu,
mendengarkan keluhan anak ibu, selalu memperhatikan kebutuhan sehingga anak ibu akan
merasa tetap masih disayang oleh orang tuanya.” “ Kapan akan control ke rumah sakit?” “
Hal yang harus dilakukan ibu adalah, bila anak ibu merasa sedih, minder dan tidak mau
latihan menggunakan alat bantu, maka anak ibu sedang mengalami kehilangan yang
berkepanjangan, sehingga ibu harus cepat bertindak dengan cara melakukan pendekatan,
mendengarkan semua keluhan, dampingi anak ibu.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan setelah bicara tentang cara merawat lanjutan setelah pulang dari
rumah sakit?”
No Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A Pasien
SP 1 Pasien
Assesmen dan penerimaan citra tubuh
SP 2 Pasien
Evaluasi latihan peningkatan citra tubuh
B Keluarga
SP 1 Keluarga
Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat
SP 2 Keluarga
IMPLEMENTASI EVALUASI
Selasa, 18 Juni 2018 pukul 10.00 S: Pasien
Data Pasien: Pasien mengatakan:
Pasien mengatakan sedih, malu karena cacat, tidak mau melihat bekas Mampu bernafas, bangun
operasi. merasa hidup ini tidak berarti, merasa tidak dapat melakukan sendiri, makan sendiri
kegiatan setelah operasi. merasa senang setelah
Saat berinteraksi klien sering menundukkan kepala, kontak mata kurang. mengetahui masih ada bagian
Data Keluarga: tubuh yang lain masih dapat
Keluarga mengatakan sedih, merasa kasihan, bingung, tidak tahu cara digunakan untuk memenuhi
merawat anaknya kebutuhan sehari-hari
Diagnosis Keperawatan:
Gangguan citra tubuh S: Keluarga
Tindakan Keperawatan: Keluarga mengatakan merasa
Pasien: senang berlatih cara merawat
• Bina hubungan saling percaya anaknya dan akan memotivasi
• Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan anaknya untuk tetap melakukan
kegiatan sehari-hari.
latihan pengendalian gangguan citra tubuh
• Bantu pasien mengenal gangguan citra tubuhnya O: Pasien
• Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan Mampu menyebutkan bagian tubuh
lain yang masih dapat digunakan
saat ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan
terhadap citra tubuhnya saat ini. O: Keluarga
• Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain yang masih sehat Mampu mempraktekkan cara
• Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang merawat anaknya
terganggu. A: gangguan citra tubuh
• Bantu menggunakan bagian tubuh yang masih sehat P:
• Bantu pasien melihat, menyentuh bagian tubuh yang P Pasien: melatih menggunakan
terganggu alat bantu.
Keluarga: P Keluarga: mengingatkan pasien
Mendiskusikan masalah dalam merawat untuk melatih klien menggunakan
Melatih keluarga cara merawat alat bantu pagi dan sore
Rencana Tindak Lanjut:
19 Juni 2018 pkl.10.00
Pasien: Latih kegiatan menggunakan alat bantu
Keluarga: Latih keluarga merawat pasien dengan cara mendampingi pasien
berlatih menggunakan alat bantu.
Perawat
crl
Carol
I. REFERENSI
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN - Basic Course).
Jakarta: EGC
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8thedition.
Missouri: Mosby
1. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Harga diri rendah kronik merupakan evaluasi diri negatif yang berkepanjangan/ perasaan
tentang diri atau kemampuan diri (Herdman, 2012). Harga diri rendah yang berkepanjangan
termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan
lain, terutama kesehatan jiwa.
Harga diri rendah situasional adalah perasaan diri/evaluasi diri negatif yang berkembang
sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (Wilkinson,2011)
Harga diri rendah situasional adalah perkembangan persepsi negative tentang harga diri
sebagai respon terhadap situasi saat ini. (Nanda, 2012).
Harga diri rendah muncul akibat dari penilaian internal individu maupun penilaian eksternal
yang negatif. Penilaian internal adalah penilaian yang berasal dari diri individu sendiri,
sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian dari luar diri individu (misal: lingkungan)
yang mempengaruhi penilaian individu tersebut.
4) Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala.
5) Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan berulang; kurang mempunyai tanggungjawab personal;
ketergantungan pada orang lain; penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis
identitas,peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis; pengaruh penilaian
internal individu.
6) Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budayameliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien
yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan
lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.
b. FaktorPresipitasi
Faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:
a) Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
b) Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.
d) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan.
e) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
f) Transisi peran sehat-sakit:sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh;
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur medis dan keperawatan.
Tanda dan gejala harga diri rendah situasional dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian negatif tentang dirinya dan didukung dengan data hasil wawancara
dan observasi.
c. Data Subjektif:
Pasien mengungkapkan tentang:
a) Pernyataan diri bahwa ia tidak sanggup menghadapi situasi atau
peristiwa saat ini
b) Menyatakan tantangan situasinal yang terjadi saat ini terhadap
harga diri
c) Perasaan negative tentang diri
d) Perasaan tidak berguna
e) Perasaan tidak mampu atau tidak berdaya
f) Keragu -raguan
g) Penolakan terhadap kemampuan diri
d. Data Objektif:
a.) Perilaku bimbang
b.) Perilaku tidak asertif
(Nanda,(2012), Wilkinson (2011))
POKOK BAHASAN B.
PROSES KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
h. Bagaimana penilaian Anda terhadap diri sendiri yang mempengaruhi hubungan Anda
dengan orang lain?
i. Apa yang menjadi harapan Anda?
j. Apa saja harapan yang telah Anda capai?
k. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai?
l. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?
Tanda dan gejala harga diri rendah yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai berikut:
a. Perilaku bimbang dan ragu –ragu
b. Perilaku tidak asertif
Data hasil wawancara dan observasi didokumentasikan pada kartu berobat pasien di
puskesmas. Contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut:
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga (pelaku
rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil
tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu
untuk membimbing pasien melatih kegiatan yang telah diajarkan oleh perawat untuk
mengatasi harga diri rendah situasional.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan, minimal
empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga mampu mengatasi harga
diri rendah situasional.
SP KE 2 PASIEN
a. Melatih kemampuan yang dipilih pasien
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan kedua yang dipilih
2) Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
3) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
Orientasi:
Selamat Pagi Mbak, Perkenalkan nama saya A., senang dipanggi suster A ,Nama
Mbak siapa? Senang dipanggil siapa?
Bagaimana perasaan mbak pagi hari ini ?
Apa yang sudah mbak lakukan selama mbak dirawat untuk mengatasi perasaan tidak
bisa yang mbak rasakan?
Fase Kerja :
“ Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang perasaan malu yang
sedang mbak alami? Tujuannya supaya kita bisa mencari solusinya dan bisa
meningkatkan percaya diri kembali. Berapa lama kita bisa bicara? Dimana
tempatnya mbak?”\
Adakah hal yang mbak pikirkan terkait perasaan malu yang mbak rasakan saat ini
?Apakah ada perasaan khawatir? Oh, jadi mbak merasa sering gelisah, susah tidur,
mulut terasa kering, malu dengan kondisi mbak sekarang, dan mbak merasa tidak
sesempurna mbak yang sebelumnya. Apa yang menyebabkan mbak merasa seperti itu?
Apa mbak pernah mengalami perasaan seperti ini sebelumnya? Apa yang biasanya
mbak lakukan kalau perasaan minder atu merasa tidak bisa apa-apa itu mulai muncul?
Jadi saat ini mbak merasa tidak bisa apa –apa dan merepotkan orang lain akibat sakit
mbak, mbak menjadi susah tidur, mbak merasa tidak sesempurna sebelumnya. OK ...
bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang aspek positif dan kemampuan yang
mbak miliki selama ini?mari kita buat daftarnya ya mbak, Menurut mbak aspek positif
dalam diri mbak apa saja? Kemampuan apa saja yang mbak miliki selama ini baik
dirumah maupun dirumah sakit ini? Wah bagus sekali mbak, ternyata ada 10 aspek
dan kemampuan yang mbak miliki selama ini, Coba sekarang mbak nilai dari 10
kemampuan ini mana yang masih bisa dilakukan dirumah sakit ini?Bagus mbak berarti
masih ada 5 kemampuan ya yang bisa mbak kerjakan dirumah sakit, Nah sekarang
coba dipilih kemampuan yang akan dikerjakan lebih dahulu. Baik mbak memilih berarti
yang akan mbak kerjakan berhias, mengganti baju dan mandi sendiri. coba sekarang
kita latihan kemampuan pertama yang mbak pilih yaitu berhias.
Terminasi :
Bagaimana perasaan mbak setelah kita latihan berhias ?
Coba mbak ceritakan lagi apa yang sudah kita lakukan tadi. Bagus sekali,..
OK mbak mau latihan berhiasnya berapa kali, Ok 2 x jam berapa saja?Ok kita buat
jadualnya ya, jangan lupa untuk latihan ya mbak ....
Bagaimana besok kita ketemu lagi untuk berlatih lagi kemampuan kedua yang sudah
dipilih tadi yaitu mengganti baju.. Jam berapa kita bisa bertemu lagi?dimana
tempatnya bu ? baiklah saya akan pamit dulu. Sampai ketemu besok ya mbak,..
Selamat Siang mbak
Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah, validasi kemampuan pasien melakukan
kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian, evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama, bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih, latih kegiatan
kedua (alat dan cara),
FASE ORIENTASI
Selamat pagi ibu.....?
Bagaimana perasaan ibu sekarang setelah melakukan kegiatan berhias di RS ?
Berapa kali ibu melakukan kegiatan berhias ? ada kesulitan tidak saat melakukan
berhias ?Menurut ibu apa manfaat yang ibu rasakan dengan berhias?
Baik ibu jika tidak ada kesulitan sesuai dengan kontrak kita kemarin hari ini kita akan
SP 2 Keluarga
Tindakan keperawatan untuk keluarga (pelaku rawat) dilakukan dalam empat kali
pertemuan. Pada masing-masing pertemuan dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan
strategi pelaksanaan (SP).
Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien harga diri rendah, jelaskan
pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah (gunakan booklet),
jelaskan cara merawat harga diri rendah, memberikan pujian terhadap semua hal yang
positif pada pasien, latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipilih pasien,
bimbing memberikan bantuan pada pasien, dan memberikan pujian.
ORIENTASI :
Selamat pagi ibu/bp... perkenalkan saya suster... nama ibu/bp siapa ya...
senang dipanggil siapa ?
Bagaimana perasaan ibu hari ini setelah mengetahui kondisi anaknya
yang sedang sakit karena kecelakaan dan tergores pipinya ?
Apa yang ibu/bp sudah lakukan terhadap kondisi anaknya ? lalu
bagaimana hasilnya ?
Bagus sekali ibu/bp sudah mau bercerita... jadi bp/ibu merasa bingung,
sedih, tidak tahu harus bagaimana terhadap anak ibu...dan upaya yang
dilakukan hanya memotivasi saja...nah sekarang kita akan mendiskusikan
tentang masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat anaknya...mau
berapa lama? 30 menit ? baiklah kalau begitu...kita mulai saja ya...
Fase Kerja
FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan bp/ibu setelah kita mendiskusikan tentang harga diri
rendah situasional T
Coba bp/ibu jelaskan kembali apa yang dimaksud dengan harga diri
rendah situasional, lalu apa yang harus dilakukan keluarga ?
Bp/ibu bisa mendampingi anaknya ketika melakukan berhias dan
mengganti baju dan memuji kemampuannya
Baik bp/ibu untuk kegiatan besok kita akan bertemu kembali untuk
berlatih merawat klien dan penggunaan fasilitas kesehatan yang
ada...bagaimana kalau jam 09.00 lagi. Baik kalau begitu saya pamit dulu
selamat pagi
ORIENTASI :
FASE KERJA
Cara merawat klien dengan HDRS adalah yang pertama ditanyakan kemampuan yang
dimiliki klien kemudian ditanyakan kemampuan yang mana yang masih dapat
dilakukan... kemudian meminta kepada klien untuk memilih kemampuan yang akan
dilakukan. Nah sekarang coba ibu lakukan kepada T anak ibu.... wah bagus sekali ibu
mampu melakukan dengan baik. Lalu sekarang ibu meminta kepada anaknya untuk
mempraktekan... jika sudah benar maka harus memberikan pujian atas keberhasilan T
melakukan kemampuannya... nah sekarang dicobakan dulu... bagus sekali... lalu untuk
penggunaan fasilitas kesehatan bisa lakukan jika bp/ibu melihat T menjadi lebih tidak
percaya diri, malu berhubungan dengan orang lain bahkan sampai dengan mengurung
diri maka dapat dibawa ke puskesmas atau rs terdekat agar segera diberi perawatan....
bagaimana apakah bp/ibu sudah paham... ya bagus sekali
Fase Terminasi:
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan langsung merawat klien dengan HDRS
Coba bp/ibu sebutkan cara-cara merawat klien... lalu bagaimana menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada... wah bagus sekali
Bp/ibu bisa mempraktekan cara yang sudah dipelajari paling tidak sehari 2 x.. dan
manfaatkan fasilitas kesehatan dengan tepat.
Nah untuk besok kita akan bertemu kembali untuk mendiskusikan lagi latihan yang
dilakukan,,, bagaimana kalau jam 09.00 lagi... baik kalau begitu saya pamit selamat
pagi
5) Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga diri rendah
b. Evaluasi kemampuan keluarga(pelaku rawat)harga diri rendah berhasil apabila keluarga
dapat:
1) Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda dan gejala, dan
proses terjadinya harga diri rendah)
2) Mengambil keputusan merawat harga diri rendah
3) Merawat harga diri rendah
4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien untuk
meningkatkan harga dirinya
5) Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi harga diri rendah
6) Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan melakukan
rujukan.
D. DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
SITUASIONAL
Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan pasien dan
keluarga (pelaku rawat).Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan harga diri
rendah pada kunjungan pertama.
: berhias
RTL :
Melatih kemampuan yang kedua yang dipilih : Alin
mengganti pakaian sendiri
II. REFERENSI
1. Pengertian
Ansietas adalah
• Ansietas adalah perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan
yang disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2004)
• Ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas (RTA), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami
keretakan kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas-batas normal (Hawari, 2002)
• Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu
yang dirasakan sebagai ancaman. Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan
penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya, sementara ansietas adalah respons
emosional terhadap penilaian tersebut
Klasifikasi ansietas adalah :
a. Ansietas ringan
b. Ansietas sedang
c. Ansietas berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan perhatian pada hal kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu
berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntutan
d. Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Lahan persepsi sudah terganggu
sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntutan.
a) Teori Psikoanalitik
Ansietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kpribadian
yaitu Id dan Super ego. Id melambangkan dorongan impuls primitif dan insting,
super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oelh norma – norma
budaya seseorang. Sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan id
dan super ego. Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya
yang perlu diatasi.
b) Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan
yang menyebabkan sesesorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai
harga diri rendah biasanya beresiko mengalami ansietas tingkat berat.
c) Teori Perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ansietas juga merupakan
Sementara para ahli teori konflik mengatakan ansietas sebagai benturan keinginan
yang bertentangan. Hubungan timbal balik antara konflik dan daya ansietas yang
kemudian menimbulkan konflik.
d) Model Keluarga
Ansietas timbul secara nyata dalam keluarga yang biasanya tumpang tindih dengan
gangguan cemas dan gangguan depresi.
e) Model Biologi
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodizepine yang mempengaruhi
ansietas.
c. Faktor Presipitasi
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidamampuan fisiologis atau menurunnya
kemampuan untuk melaksanakan kehidupan sehari – hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan integritas
sosial.
b. Afektif
Secara afektif pasien menunjukkan emosi yang , mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, nervous, takut, frustasi, perasaan terteror, gugup, merasa bersalah, pemalu, frustasi
c. Fisiologik
Tanda dan gejala fisik dapat diobservasi dari perubahan atau gangguan sistem
kardiovaskular, pernapasan, neuromuskular, gastrointestinal, traktus urinatorius,
reproduksi dan integumen
Kardiovaskuler
1.Palpitasi
2. Jantung berdebar
3. TD meningkat
4. Rasa mau pingsan
5. Pingsan
6. TD menurun
7. Denyut nadi menurun
Pernafasan
1. Nafas cepat
2. Nafas pendek
3. Tekanan pada dada
4. Nafas dangkal
5. Pembengkakan pada tenggorok
6. Sensasi tercekik
7. Terengah-engah
Neuromuskular
1.Refleks meningkat
2.Reaksi kejutan
3.Mata berkedip-kedip
4.Insomnia
5.Tremor
6.Rigiditas
7.Gelisah
8.Wajah tegang
Gastrointestinal
1. Kehilangan nafsu makan
2. Menolak makanan
3. Rasa tidak nyaman pada abdomen
4. Mual
5. Rasa terbakar di perut
6. Diare
7. Perut melilit
Traktus Urinarius
1. Tidak dapat menahan kencing
2. Sering berkemih
Reproduksi
1. Tidak datang bulan (amenore)
2. Darah haid berlebihan
3. Darah haid amat sedikit
4. Masa haid berkepanjangan
5. Masa haid amat pendek
6. Haid beberapa kali dalam sebulan
7. Menjadi dingin
8. Ejakulasi dini
Integumen
1. Wajah kemerahan
2. Berkeringat setempat (telapak tangan)
3. Gatal
4. Rasa panas dan dingin pada kulit
5. Wajah pucat
6. Berkeringat seluruh tubuh
d. Perilaku
Perilaku yang tampak pada pasien ansietas adalah gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup,
bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan
interpersonal, melarikan diri dari masalah, menghindari orang lain, hiperventilasi
e. Respon Sosial
Secara hubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan sekitar, pasien kadang kadang
menghindari kontak sosial/ aktivitas sosial menurun dan kadang-kadang menunjukkan
sikap bermusuhan
1. Pengkajian
Pengkajian pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada pasien
dan keluarga.
Tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
Pasien menceritakan perasaan khawatir, tidak menentu, atau takut terhadap sesuatu yang
tidak jelas
Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
Pasien mengatakan takut mati atau cedera
Tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan dengan observasi, adalah:
Data yang didapat berdasarkan komunikasi diatas di dokumentasikan pada kartu berobat pasien
di puskesmas. Contoh pendokumentasiannya sebagai berikut:
Data : Pasien tampak gelisah,bingung, mondar-mandir, bicara cepat dan hanya berfokus pada
kegelisahannya, mengatakan was-was, kuatir, dan merasa akan ada sesuatu yang mengancam
dirinya.
b. Tindakan keperawatan
i. Pasien mampu mengenal ansietas
ii. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui tehnik relaksasi
iii. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan tehnik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
b. Tindakan keperawatan:
i. Mendiskusikan ansietas: penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat
ii. Melatih teknik relaksasi fisik, pengendalian pikiran & emosi
Fase Orientasi
Selamat pagi Pak, perkenalkan nama saya Nurul Haniya, nama panggilan suster
Nurul, saya perawat yang dinas di ruangan ini, hari ini saya dinas shift pagi dari
pukul 07.30 sampai 14.00 WIB. Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa?
Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa yang sedang Bapak pikirkan? Baiklah
Pak, bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang kekhawatiran Bapak tentang
operasi yang akan Bapak hadapi, tujuannya adalah agar bapak merasa tenang
khususnya dalam menghadapi operasi. Berapa lama kita diskusi? Tempatnya disini
saja Pak?
Fase Kerja
Apa yang bapak pikirkan tentang operasi prostat yang akan bapak alami? Apakah
dokter atau perawat sudah ada yang menjelaskan prosedur operasinya termasuk
persiapan dan penatalaksanaan setelah operasinya? Apakah ada pengalaman tertentu
yang membuat bapak khawatir operasinya tidak berhasil? Apa yang bapak rasakan
jika memikirkan hal tersebut? apakah bapak merasa sesak, berkeringat? Apakah hal
tersebut membuat tidur bapak terganggu? (kaji tanda fisiologis ansietas lainnya),
Apa yang bapak lakukan saat pikiran itu muncul? Apakah bapak menjadi lebih
tenang? Baiklah pak, saya akan mengajarkan dua cara mengatasi kecemasan bapak
yaitu dengan tarik napas dalam dan tehnik pengalihan situasi. Tarik napas dalam bisa
membuat bapak relaks dan tenang. Caranya adalah sebagai berikut: pertama-tama
bapak silahkan duduk atau tiduran dengan posisi yang bapak anggap paling nyaman,
setelah itu dalam hitungan 5 bapak hirup napas dari hidung sampai udara mengisi
penuh rongga dada bapak, bapak tahan dalam hitungan 5, setelah itu dalam hitungan
5 pula bapak keluar udara dalam rongga dada bapak melalui mulut secara perlahan.
Sekarang bapak perhatikan saya memperagakannya…..(perawat memperagakan),
nah sekarang silahkan bapak yang melakukannya. Wah, bagus sekali bapak mampu
melakukannya dengan benar. Cara kedua pak, adalah dengan pengalihan situasi,
caranya adalah dengan bapak melakukan kegiatan lain selama dirawat seperti baca
buku, nonton, TV atau bercakap-cakap dengan keluarga, teman sekamar atau tamu
bapak. Jika bapak tidak melakukan apapun, pikiran bapak akan terfokus pada
kekhawatiran bapak, melalui kegiatan tadi, pikiran abapak akan teralihkan.
Fase Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi? Dapatkah bapak ulangi lagi
bagaiman cara tarik napas dalam? Wah bagus sekali pak,Kegaitan apa yang bapak
SP2 Pasien: Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis diri sendiri
(latihan 5 jari) dan kegiatan spiritual
i. Pertahankan rasa percaya pasien
a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang ansietas dan kemampuan melakukan teknik relaksasi
ii. Membuat kontrak ulang: latihan pengendalian ansietas
iii. Latihan hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatan spiritual
Fase Orientasi
Selamat siang Pak, Bagaimana perasaannya saat ini? Bagaimana dengan pikiran takut
akan operasinya masih muncul? Apakah bapak sudah melakukan tarik napas dalamnya
sudah dilakukan? Membaca buku, ngobrol, mengajinya sudah dilakukan? Bagaimana
hasilnya? Baiklah Pak, sesuai dengan janji kita tadi pagi, hari ini saya akan mengajarkan
tehnik 5 jari. Cara ini juga dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan bapak. Berapa
lama kita diskusi pak? Tempatnya dimana pak?
Fase Kerja
Baiklah pak, seperti namanya, maka latihan ini menggunakan 5 jari bapak. Ada 4 ingatan
yang menyenangkan yang bapak bayangakan saat bapak menyatukanibu jari dan jari
telunjuk, ibu jari dan jari tengah, ibu jari dan jari manis, terakhir ibu jari dengan jari
kelingking (perawat memperagakan cara menyatukan ibu jari). Latihan ini dilakukan
dengan memejamkan mata dan tarik napas dalam. Baik pak bisa kita mulai yah
pak…..tarik napas dalam pak, pejamkan mata satukan ibu jari dan telunjuk, bayangkan
saat bayangkan saat-saat bapak bersama keluarga bapak, bersama anak-anak, istri, orang
tua keluarga besar, nah sekarang satukan ibu jari dengan jari tengah bapak mendapat
pujian atas prestasi yang bapak raih Bagus pak…berikutnya satukan ibu jari dengan jari
manis bapak bayangkan saat bapak sedang melakukan aktivitas yang bapak sukai
misalnya melakukan olah raga, melakukan hobby atau kegiatan lain yang benar-benar
bapak suka,...Bagus sekali pak…Nah terakhir satukan ibu jari bapak dengan jari
kelingking, bayangkan saat bapak berada di tempat yang bapak sukai…..bayangkan situasi
disekelilingnya yang menyegarkan, indahnya pemandangan sekitar….Nah pak, selesai
sekarang buka mata bapak…bagaimana perasaan bapak?
Pak, selain tiga kegiatan yang sudah kita diskusikan, ada kegiatan yang juga bisa membuat
bapak tenang yaitu melalui kegiatan spiritual. Bapak bisa tetap melakukan aktifitas seperti
sholat dan berdoa (jika pasien beragama Islam). Saat bapak berdoa bapak minta kekuatan
dari Allah semoga bapak bisa mengatasi perasaan khawatir bapak, bapak bisa diberikan
ketenangan.
Terminasi
Bagaiamana perasaan bapak setelah kita diskusi? Coba bapak sebutkan lagi 2 cara yang
bisa bapak lakukan untuk mengatasi kekhawatiran bapak…nah Pak, setelah ini bapak bisa
tetap melakukan latihan 5 jari ini, berapa kali dalam seharai akan bapak latih? Bagaimana
kalau 5 kali? Jam berapa saja bapak latihan? Nah, jangan lupa setiap bapak berdos
sesudah sholat bapak minta kekuatan dari Allah agar bapak diberikan kekuatan untuk
mengatasi kecamasan bapak. Bagaimana jika besok pagi kita diskusi lagi untuk melihat
bagaimana hasil dari latihan bapak untuk mengatasi perasaan cemas bapak. Bagaimana
jika pukul 10.00 WIb? Baik Pak, saya pamit… Selamat Siang
d) Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: tidak menambah masalah (stres) dengan
sikap positif, memotivasi cara relaksasi yg telah dilatih perawat pada pasien
e) Sertakan keluarga saat melatih teknik relaksasi pada pasien dan minta untuk
memotivasi pasien melakukannya
Fase Orientasi
Selamat pagi Pak, perkenalkan nama saya Gusti Lanang Rai, nama panggilan saya
Gusti, saya perawat yang dinas di ruang ini, hari ini saya dinas shift pagi dari pukul
07:00 samapi pukul 14:00 WIB. Bapak keluarga ibu “Y” dan nama Bapak siapa? ,
senang di dipanggil apa?. Baiklah Pak, bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang
ansietas yang ibu rasakan dan cara merawatnya agar proses penyembuhannya lebih
cepat. Berapa lama kita diskusi , 10 sampai 15 menit, tempatnya disini saja Pak?
Baiklah Pak kalau disini.
Fase Kerja
Barangkali Bapak sudah tau apa itu ansietas? baik kalu begitu akan saya jelaskan
apa itu ansietas. Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman
seakan-akan terjadi suatu ancaman. Dapat dipahami Pak? baik kalau begitu akan
saya lanjutkan dengan tanda dan gejalanya. Tanda dan gejalanya ada yang disebut
respon fisik yaitu yang mempengaruhi fisik seperti : sering napas pendek, nadi dan
tekanan darah naik, mulut kering, anureksia yaitu kehilangan nafsu makan,
diare/konstipasi, gelisah, berkeringat, themor atau gemetar, sakit kepala dan sulit
tidur, selanjutnya disebut respon kognitif mempengaruhi pikiran seperti lapang
resepsi menyempit tidak mampu menerima informasi dari luar dan berfokus pada apa
yang menjadi perhatiannya. Dan terakhir ada respon perilaku dan emosi yaitu :
gerakan meremas tangan, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman dan
menangis.
Barangkali ada yang akan Bapak tanyakan dari apa yang sudah saya jelaskan ? wah
hebat Bapak langsung mengerti sekali saya jelaskan. Nah setelah Bapak tau apa itu
ansietas, tanda dan gejalanya Bapak harus bisa merawatnya agar proses
penyembuhan lebih cepat. Jangan sampai Bapak malah menambah masalah. Bapak
diharapkan bersikap psitif, mari Pak lihat cara relaksasi agar nanti Bapak dapat
memotivasi keluarga Bapak untuk melakukannya. Relaksasi ada dua yatiu : tarik
napas dalam dan pengalihan situasi. Sekarang Bapak lihat caranya akan saya
langsung ajarkan kepada saudara Bapak.
Ibu saya akan mengajakan cara tarik napas dalam dan pengalihan situasi sambil
disaksikan saudara agar nanti Bapak bisa membantu Ibu. Silahkan duduk atau
tiduran dengan posisi yang ibu anggap paling nyaman, setelah itu dalam hitungan 5
ibu hirup napas dari hidung samapai udara mengisi penuh rongga dada, lalu tahan
dalam hitungan lima, setelah itu dalam hitungan lima ibu keluarkan udara melalui
mulut secara perlahan, wah bagus sekali ibu dapat melakukannya dengan benar.
Cara ke-2 Bu pengalihan situasi : baca buku, nonton TV, mendengarkan radio, wirid,
ngobrol dengan teman sekamar atau keluarga, jadi Bapak harus sering mengajak Ibu
Fase Terminasi
B Bagaimana perasaan Bapak setealh diskusi ini ? dapat Bapak memahami apa-apa yang sudah saya
jelaskan dan ajarkan, bagus kalau begitu Bapak motivasi Ibu untuk melakukan napas tiap dua jam dan
alihkan situasinya dengan mengajak ngobrol atau yang lainnya yang sudah saya jelaskan tadi. Karena
sudah 15 menit kita berdiskusi cukup dulu ya Pak. Tapi nanti pukul 11:00 saya akan kembali untuk
mengajarkan teknik 5 jari dan bagaimana cara merujuk jika nanti dirumah kondisinya tidak membaik,
tempat disini lagi yah Pak, Ibu. Selamat pagi Pak.
SP 2 keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow
up
1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran
keluarga merawat pasien & kondisi pasien
2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien hipnotis diri sendiri (lima jari) dan
kegiatan spiritual
4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien
yang perlu dirujuk (lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima informasi,
gelisah, tidak dapat tidur) dan cara merujuk pasien
1. Fase Orientasi
Selamat siang Ibu Enok saya Siti, sekarang saya berdinas dari jam 14:00 – 21:00
WIB, pada pertemuan sebelumnya kita telah berbincang-bincang bagaimana caranya
melakukan teknik relaksasi napas dalam yang dapat di ajarkan ibu kepada Bapak
ketika beliau sedang mengalami cemas, apakah sudah ibu ajarkan kepada Bapak?
Bagaimana reaksi beliau? Apakah bersedia melakukannya? Bagaimana denga
perasaan takut tentang operasi yang akan dijalaninya masih muncul? Terus kegiatan
apa yang dilakukan ibu Enok untuk mengalihkan perhatian Bapak Soleh? Mengajak
ngobrol, membawakan buku-buku yang disenangi agar beliau membacanya? Atau
menonton TV bersama? Bagaimana hasilnya?
Baiklah Bu Enok sesuai dengan janji kita tadi pagi, saya akan menyampaikan teknik 5
jari yang dapat Bu Enok ajarkan pada Pak Soleh untuk mengatasi kecemasannya,
apakah Ibu bersedia? Berapa lama? Tempatnya dimana?
2. Fase Kerja
Baiklah Ibu Enok, Seperti namanya latihan ini menggunakan 5 jari, ada 4 ingatan
yang menyenangkan yang dapat dibayangkan dengan menyatukan ibu jari dengan
telunjuk, ibu jari dengan jari tengah, ibu jari denga jari manis dan terakhir ibu jari
dengan jari kelingking (perawat memperagakan hipnotis 4 jari) latihan ini dimulai
dengan memejamkan mata dan tarik napas dalam. Baik, Ibu bisa kita mulai? Tarik
napas dalam dan pejamkan mata, satukan ibu jari denga jari telunjuk, bayangkan
ketika Bapak dan Ibu berbulan madu! Ibu jari dengan jari tengah bayangkan ketika
Bapak mendapatkan pujian atau prestasi kerja, ibu jari dengan jari manis bayangkan
ketika Bapak melakukan aktivitas yang paling dia senangi misalnya bersepeda ibu
jari dengan jari kelingking bayangkan ketika ibu dan Bapak piknik ke suatu tempat
yang paling disenangi misalkan alam yang indah. Latihan ini diakhiri dengan
membuka mata, ok Ibu bagaimana sudah paham? Nanti saat menemani Bapak ibu
dapat mengajarkan kepada pada Bapak ya.., o iya selain itu Ibu juga harus tetap
mengingatkan Bapa untuk tetap melakukan ibadah dan diberikan ketenangan supaya
tidak cemas saat mau di operasi.
Selain latihan dua kali ini dilakukan di rumah sakit, ibu dapat mengingatkan si Bapak
untuk melakukan latihan relaksasi dan hipnotis lima jari di rumah, bagaimana Ibu?
Dan pada saat ibu melihat Bapak muncul gejala cemas yang berlebihan misalnya
gelisah tidak bisa tidur atau tidak bisa menerima informasi segera bawa Bapak ke
rumah sakit, karena kondisi demikian dapat memperburuk kondisi Bapak.
3. Fase Terminasi
Bagaimana persaan ibu setelah kita berdiskusi? Coba ibu sebutkan lagi dua cara yang
bisa dianjurkan kepada Bapak untuk mengatasi kecemasana setelah itu ibu juga bisa
mengajarkan latihan lima jari, beberapa kali dalam sehari akan ibu latih? Bagaimana
kalau empat kali ? jam berapa saja akan ibu ajarkan? Nah jangan lupa ingatkan Bapak
supaya tetap berdoa meminta pada Allah untuk dierbikan ketabahan dan ketenangan
batin. Bagaimana jika besok pagi kita diskusi lagi untuk melihat bagaimana hasil
latihan yang diajarkan ibu pada Bapak? Bagaimana jika pukul 12:00? Baik ibu saya
pamit… selamat siang.
Penilaian
No Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A Pasien
SP 1 Pasien
Assesmen ansietas dan latihan
relaksasi
SP 2 Pasien
Evaluasi ansietas, manfaat teknik
relaksasi dan latihan hipnotis diri
sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan
spiritual
B Keluarga
SP 1 Keluarga
Penjelasan kondisi pasien dan cara
merawat
SP 2 Keluarga
Evaluasi peran keluarga merawat
pasien, cara merawat dan follow up
IMPLEMENTASI EVALUASI
25 April 2018 pkl. 10.00
Data: S:
Klien mengatakan sulit tidur karena khawatir benjolan Pasien mengatakan perasaannya sudah
di payudaranya ganas, takut suaminya meninggalkan sedikit tenang setelah tarik napas
dirinya, takut jika saat dioperasi ternyata benjolan dalam, akan berlatih tarik napas dalam
menyebar ke organ lain. setiap perasaan takut kembali muncul
TD : 150/100 mmHg, Nadi 110X/menit, RR 26x/menit,
diaphoresis, bicara cepat.
O:
DK: Pasien mampu memperagakan tarik
Ansietas napas dalam dan
Intervensi:
Membantu pasien mengenal penyebab, tanda dan A:
gejala ansietas, perilaku saat ansietas, koping dan Ansietas
keefektifan koping terhadap ansietas
P:
Melatih pasien cara tarik napas, dan distraksi Latihan berkenalan dengan 2 orang
tetangga yang belum dikenal
Melakukan percakapan saat memasak
RTL: dan cuci piring setiap hari
Melatih tehnik 5 jari dan cara spiritual
Ice Yulia
III. REFERENSI
1. PENGERTIAN
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA, 2005).
c. Tindakan Keperawatan
LATIHAN 1
Sp 1 Pasien
Orientasi :
Selamat pagi Bu, perkenalkan nama saya Sri Atun, nama panggilan suster Sri, saya perawat yang dinas di
ruangan ini, hari ini saya dinas shift pagi dari pukul 07.30 sampai 14.00 WIB. Nama Ibu siapa? Senang
dipanggil apa? Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa yang sedang Ibu pikirkan? Baiklah bu, bagaimana
jika kita bercakap-cakap tentang perasaan ibu yang merasa frustasi dengan penyakit diabetes ibu.
tujuannya adalah agar Ibu akan lebih semangat dalam pengobatan dan penyakit ibu akan lebih cepat
sembuhnya. Berapa lama kita diskusi? Tempatnya disini saja Bu?
Kerja
Apa yang menyebabkan ibu merasa frustasi dengan penyakit ibu, Oh jadi ibu sudah 2 tahun menderita
diabetes, ibu merasa sudah melakukan diet yang dianjurkan dokter, dan sudah melakukan olah raga,
namun gula darah ibu sulit kembali normal. Menurut Ibu apa akibatnya jika ibu selalu merasa tidak
mampu mengendalikan penyakit Ibu? Iya bu, ibu menjadi tidak bersemangat dalam pengobatan. Ibu
merasa tertekan, stress. Apakah ibu mengetahui pikiran atau stress juga berpengaruh pada kemampuan
tubuh kita mengontrol gula darah. Menurut ibu, apa yang rasanya belum optimal dilakukan untuk
membuat kadar gula darah ibu kembali normal? Mengelola pikiran….bagus jika ibu menyadarinya.
Baiklah bu, berarti setelah ini ibu harus mampu mengelola pikiran agar tidak stres. Dan jangan lupa bu,
manusia hanya mampu berusaha, dan Tuhan yang menentukan apakah hasil upaya kita tersebut sesuai
dengan harapan kita atau tidak. Namun kita selalu berdoa yang terbaik. Baiklah Bu, agar kita terus
semangat dalam mengupayakan pengobatan, kita dapat mengembangkan harapan positif. Nama
latihannya adalah afirmasi positif. . Misalnya apa yang ibu harapkan dengan kondisi ini?
Sembuh….berserah diri pada Tuhan…terus bersabar. Nah harapan-harapan ini ibu tanamkan dalam
pikiran dan hati ibu, Ibu katakana pada diri Ibu “Memang saat ini gula darah saya belum stabil, namun
dengan semangat dan kesabaran saya, saya terus-menerus menjalankan pola hidup sehat, minum obat
teratur saya yakin suatu saat gula darah saya akan terkontrol….Semua saya serahkan pada Tuhan”…..Bu,
kalimat tersebut adalah kalimat afirmasi.
Nah coba sekarang ibu yang mengungkapkan….
Terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi? Coba ibu sebutkan kembali kalimat afirmasi Ibu…berapa
kali sehari ibu mau latihan afirmasi. Baiklah bu, bagaimana jika nanti jam sebelas saya akan datang lagi,
kita diskusikan tetang cara mengontrol perasaan ketidakberdayaan ibu. Selamat pagi Bu….
LATIHAN 2
Fase Orientasi:
Selamat siang Bu? Bagaimana perasaannya saat ini? Apakah masih muncul pikiran frustasinya?
Apakah sudah dilaksanakan cara afirmasinya bu? Bagiamana hasilnya? Baiklah bu, seperti janji kita
kemarin, hari ini saya akan diskusikan tentang latihan mengontrol pikiran, tujuan dengan
percakapan ini diharapkan ibu merasa lebih semangat dalam pengobatan ini.Berapa lama kita diskusi
Bu? Tempatnya disini saja?
Fase Kerja
Baik bu, kemarin ibu merasa tidak berdaya mengendalikan kadar gula darah ibu. Namun menurut Ibu
apakah ada hal lain yang dapat ibu kendalikan dalam kehidupan ibu? Misalnya walaupun ibu dalam
keadaan gula darah yang belum stabil, kegiatan apa yang masih dapat ibu lakukan? Yah bagus bu, ibu
masih mampu melakukan kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Apakah ibu masih bisa menyiapkan
keperluan suami dan anak-anak? Ibu masih bisa mendampingi anak-anak belajar? Ibu masih bisa
mengendalikan keuangan keluarga.
Nah bu, berarti walaupun ibu merasa upaya ibu dalam mengendalikan gula darah belum
membuahkan hasil, namun ada situasi lain yang masih dapat ibu kendalikan.
Terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah Coba ibu sebutkan lagi apa saja yang masih dapat ibu kendalikan
dalam kehidupan ibu sehari-hari? Nah bu, mulai saat ini sebaiknya ibu tidak perlu terlalu memikirkan
gula darah ibu yang belum stabil, yang terpenting adalah ibu tetap melakukan diet teratur, olah raga,
dan minum obat, serta yang paling penting ibu mampu mengendalikan stres. Mudah-mudahan kadar
gula darah ibu perlahan akan mendekati normal. Nah, Ibu juga bisa terus melakukan kegiatan-
kegiatan yang masih bisa ibu kendalikan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana jika besok kita
diskusi kembali untuk melihat bagaimana keberhasilan ibu mengendalikan perasaan ibu. Bagaimana
jika jam 9? Baik bu, saya pamit, selamat siang
LATIHAN 3
SP 1 KELUARGA KETIDAKBERDAYAAN
Orientasi
“ Selamat pagi Mba, perkenalkan nama saya Sri Atun, nama panggilan suster Sri, saya perawat
yang dinas di ruangan ini, hari ini saya dinas shift pagi dari pukul 07.30 sampai 14.00 WIB yang
merawat keluarga atau ibu mba . Nama Mba siapa? Senang dipanggil apa? Bagaimana perasaan
mba….. menunggu ibu hari ini? Apa yang sedang mba pikirkan tentang ibu? Baiklah mba…..,
bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang perasaan mba… dan cara merawat ibu dengan baik.
Tujuannya adalah agar mba….dapat merawat Ibu dan memberikan semangat ke ibu sehingga
mempercepat penyembuhan?´ Berapa lama kita diskusi? Tempatnya dimana mba…?”
Kerja
“ Apa sering dikeluhkan oleh ibu mba….? Oh iya ibu merasa frustasi dengan penyakitnya, Oh jadi
ibu sudah 2 tahun menderita diabetes, ibu merasa sudah melakukan diet yang dianjurkan dokter,
dan sudah melakukan olah raga, namun gula darah ibu sulit kembali normal.” Ibu mba juga merasa
tidak mampu mengendalikan penyakitnya, sehingga ibu menjadi tidak bersemangat dalam
pengobatan. Ibu merasa tertekan, stress. nah tanda-tanda itu yang dinamakan ketidakberdayaan.
Ibu mba sudah mengetahui pikiran atau stress juga berpengaruh pada kemampuan tubuh dalam
mengontrol gula darah. Menurut mba, apa yang rasanya belum optimal dilakukan untuk membuat
kadar gula darah ibu kembali normal? Mengelola pikiran….bagus jika ibu mba menyadarinya.
Baiklah mba, berarti setelah ini mba harus mampu mengelola pikiran ibu agar tidak stres. Dan
jangan lupa mba, manusia hanya mampu berusaha, dan Tuhan yang menentukan apakah hasil
upaya kita tersebut sesuai dengan harapan kita atau tidak. Namun kita selalu berdoa yang terbaik.
Baiklah mba, agar kita terus semangat dalam mengupayakan pengobatan, kita dapat
mengembangkan harapan positif. Nama latihannya adalah afirmasi positif. . Misalnya apa yang ibu
harapkan dengan kondisi ini? Sembuh….berserah diri pada Tuhan…terus bersabar. Nah harapan-
harapan ini dapat ditanamkan dalam pikiran dan hati ibu, Ibu katakan pada diri Ibu “Memang saat
ini gula darah saya belum stabil, namun dengan semangat dan kesabaran saya, saya terus-menerus
menjalankan pola hidup sehat, minum obat teratur saya yakin suatu saat gula darah saya akan
terkontrol….Semua saya serahkan pada Tuhan”….kalimat tersebut namanya kalimat afirmasi.
Terminasi
Bagaimana perasaan mba…. setelah kita diskusi? Coba sebutkan kembali kalimat afirmasi
mba…berapa kali sehari mba akan melatih ibu untuk latihan afirmasi. Baiklah mba, bagaimana jika
nanti jam sebelas saya akan datang lagi, kita diskusikan tetang cara mengontrol perasaan
ketidakberdayaan. Selamat pagi mba….
Fase Kerja
Baik mba, kemarin ibu mba merasa tidak berdaya mengendalikan kadar gula darahnya. Namun menurut
Ibu mba apakah ada hal lain yang dapat kendalikan dalam kehidupan? Misalnya walaupun ibu mba dalam
keadaan gula darah yang belum stabil, kegiatan apa yang masih dapat ibu lakukan? Yah bagus mba, ibu
mba masih mampu melakukan kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Nah dapat disampaikan ke ibu mbak
ucapan reinforcemen atau penghargaan “bagus sekali ternyata ibu masih dapat berperan sebagai ibu” nah
kalimat itu akan dapat meningkatkan kemampuan dan motivasi juga dapat meningkatkan harga diri ibu”
jadi ada situasi lain, selain ibu mba menginginkan adanya penurunan gula darah, namun ada hal lain yang
dapat dilakukan. Mungkin ada hal-hal lain yang dapat ditanyakan ke ibu mba misalnya “Apakah ibu masih
bisa menyiapkan keperluan suami dan anak-anak? Ibu masih bisa mendampingi anak-anak belajar? Ibu
masih bisa mengendalikan keuangan keluarga”.
Nah mba, berarti walaupun ibu mba masih merasa upaya ibu dalam mengendalikan gula darah belum
membuahkan hasil, namun ada situasi lain yang masih dapat ibu mba kendalikan. ‘
“ Apakah mba mengetahui kapan ibu akan dibawa ke rumah sakit atau ke tempat kesehatan yang lain?
Dalam kondisi seperti apa?” bagus sekali mba, jadi ibu harus tetap control ke rumah sakit, bila
menyampaikan keluhan yang banyak misalnya lemes, pusing atau keluhan lain, mungkin gula darahnya
sedang naik atau bahkan sangat turun. Tanda-tanda seperti itu mba harus waspada.
Terminasi
Bagaimana perasaan mba setelah ngobrol tentang bagaimana cara control dan apa yang harus dilakukan
di rumah?” Coba mba sebutkan lagi apa saja yang masih dapat ibu mba kendalikan dalam kehidupan ibu
sehari-hari? Nah mba, mulai saat ini sebaiknya ibu mba tidak perlu terlalu memikirkan gula darah yang
belum stabil, yang terpenting adalah ibu mba tetap melakukan diet teratur, olah raga, dan minum obat,
serta yang paling penting ibu mba mampu mengendalikan stres. Mudah-mudahan kadar gula darah ibu
mba perlahan akan mendekati normal. Nah, mba terus memotivasi Ibu mba juga bisa terus melakukan
kegiatan-kegiatan yang masih bisa dikendalikan dalam kehidupan sehari-hari. Nah ibu mba kan sudah
boleh pulang dari rumah sakit. pertemuan kita cukup sekian, selamat siang
Penilaian
No Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A Pasien
SP 1 Pasien
Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir
positif
SP 2 Pasien
Evaluasi ketidakberdayaan, manfaat
mengembangkan harapan positif dan latihan
mengontrol perasaan ketidakberdayaan
B Keluarga
SP 1 Keluarga
Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat
SP 2 Keluarga
MODUL MATERI
ASUHAN KEPERAWATAN
INTI : 7 RISIKO BUNUH DIRI
2) PENGERTIAN
Risiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk
mengakhiri kehidupan (Herdman, 2012). Individu secara sadar berkeinginan untuk mati
sehingga melakukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Risiko bunuh diri terdiri dari 3 kategori,yakni:
a. Isyarat bunuh diri
b. Ancaman bunuh diri
c. Percobaan bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan perilaku tidak langsung (gelagat) ingin bunuh diri,
misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau
“Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini pasien mungkin sudah
memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah /
sedih / marah / putus asa / tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif
tentang diri sendiri yang menggambarkan risiko bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai
dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan
rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak
disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah
mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupan. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan berbagai
cara. Beberapa cara bunuh diri antara lain gantung diri, minum racun, memotong urat nadi,
atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya risiko bunuh diri, meliputi:
1) Faktor Biologis
Faktor-faktor biologis yang berkaitan dengan adanya faktor herediter, riwayat bunuh
diri, riwayat penggunaan Napza, riwayat penyakit fisik, nyeri kronik, dan penyakit
terminal.
2) Faktor Psikologis
Pasien risiko bunuh diri mempunyai riwayat kekerasan masa kanak-kanak, riwayat
keluarga bunuh diri, homosekual saat remaja, perasaan bersalah, kegagalan dalam
mencapai harapan, gangguan jiwa.
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang berkaitan dengan risiko bunuh diri antara lain perceraian,
perpisahan, hidup sendiri dan tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus risiko bunuh diri meliputi : perasaan terisolasi karena kehilangan
hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi
sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan marah/bermusuhan. Bunuh diri dapat
merupakan cara pasien menghukum diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Tanda dan gejala risiko bunuh diri dapat dinilai dari ungkapan pasien yang menunjukkan
keinginan atau pikiran untuk mengakhiri hidup dan didukung dengan data hasil wawancara
dan observasi.
a. Data subjektif:
Pasien mengungkapkan tentang:
1) Merasa hidupnya tak berguna lagi
2) Ingin mati
3) Pernah mencoba bunuh diri
4) Mengancam bunuh diri
5) Bosan hidup
6) Merasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya
a. Data Objektif:
1) Ekspresi murung
2) Tak bergairah
3) Ada bekas percobaan bunuh diri
POKOK BAHASAN B.
PROSES KEPERAWATAN RISIKO BUNUH DIRI
Tanda dan gejala risiko bunuh diri yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagai
berikut:
a. Pasien tampak murung
b. Pasien tidak bergairah
c. Pasien banyak diam
d. Ditemukan adanya bekas percobaan bunuh diri
Data hasil wawancara dan observasi didokumentsikan pada kartu berobat pasien di
puskesmas. Contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut:
Data: Pasien mengatakan bosan hidup, ingin mati saja karena merasa bersalah dengan
kedua orang tuanya karena gagal untuk masuk universitas yang diharapkan orang tuanya,
baru 2 hari yang lalu melakukan percobaan bunuh diri pertama kali, pada pergelangan tangan
ada bekas luka sayatan. Pasien tanpak murung, banyak diam, tidak bergairah.
Identifikasi beratnya masalah risiko bunuh diri: isyarat, ancaman, percobaan (jika percobaan
segera rujuk)
Bila perawat telah merumuskan masalah ini, maka perlu segera melakukan tindakan
keperawatan untuk melindungi pasien.
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga (pelaku
rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil
tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu
untuk membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi risiko bunuh diri yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan, minimal
empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga mampu mengatasi risiko
bunuh diri.
Tindakan keperawatan:
1) Membina hubungan saling percaya, dengan cara:
a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang Perawat
sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
c) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d) Buat kontrak asuhan: apa yang akan dilakukan bersama pasien, berapa lama akan
dikerjakan, dan tempatnya di mana.
e) Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien risiko bunuh diri dilakukan melalui strategi
komunikasi sebagai berikut:
Latihan 1 untuk pasien: Pengkajian, melindungi dan mengendalikan pikiran bunuh diri
dengan berpikir aspek positif diri
Identifikasi benda-benda berbahaya dan mengamankannya (lingkungan aman untuk pasien),
latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri
sendiri, latihan afirmasi/berpikir aspek positif yang dimiliki. Masukkan pada jadwal latihan
berpikir positif 5 kali per hari
Latihan 1
Orientasi :
“Selamat pagi Siti” “Bagaimana perasaan Siti saat ini? O…. jadi Siti merasa tidak perlu
lagi hidup di dunia ini. Apakah Siti ada perasaan ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu,
karena Siti masih ada keinginan untuk bunuh diri, maka saya akan melindungi Siti dan kita
akan membahas tentang bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama
? dimana?
Fase Kerja:
“ Sebelumnya karena Siti masih ada keinginan bunuh diri maka saya perlu memeriksa
seluruh isi kamar Siti. Ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan
Siti” . “Siti, apa yang menyebabkan Siti ingin bunuh diri? O…karena Siti merasa tidak
berguna ya?. Baik kalau demikian, mari kita lihat apa saja yang Siti dapat lakukan. Coba
kita tuliskan satu persatu di kertas ini , apa saja yang Siti senang/biasa lakukan sehari- hari?
Ya, bagus. Ada lagi..
Terus…. Nah sekarang coba Siti baca satu persatu, ya Bagus. Nah, bagaimana perasaan Siti
setelah membaca daftar tersebut? Ya, Siti berarti berguna ya. Nanti bila muncul lagi
keinginan bunuh diri, maka Siti dapat mengatakan pada diri Siti saya bisa menyapu, saya
bisa mencuci piring dan pakaian, saya bisa memasak, saya bisa mengatur rumah, ini berarti
saya bermanfaat buat orang lain. Katakan itu berulang-ulang sampai keinginan untuk bunuh
diri hilang.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Siti setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali bagaimana
cara mengatasi keinginan bunuh di Siti? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik . Dan apabila
masih ada hal yang baik yang biasa Siti lakukan tuliskan lagi pada catatan ini. Bagus Siti,
Coba Siti ingat-ingat lagi hal –hal lain yang masih Siti miliki dan perlu di syukuri. Lakukan
5 x sehari sesuai jadwal. Besok saya akan datang kemari untuk melihat kondisi Siti dan
melatih cara berpikir positif atau bersyukur dengan apa yang Siti dapatkan dari keluarga dan
teman-teman.”
Latihan 2 untuk pasien: latihan mengendalikan dorongan bunuh diri dengan cara
berpikir positif terhadap keluarga dan lingkungan
Evaluasi data risiko bunuh diri, validasi kemampuan berpikir positif tentang diri dan
manfaatnya, beri pujian, latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar
aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berpikir aspek positif keluarga dan
lingkungan,masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga dan lingkungan.
Latihan 2
Orientasi:
“Selamat pagi Siti! Bagaimana perasaan Siti hari ini? Bagaiamana berpikir
positif terhadap diri ? Sudah dilakukan 5 x sehari?” ” Coba kita lihat jadwal
kegiatan hariannya” ” bagus Sekali” semuanya sudah dilakukan secara mandiri
ya”. “Bagaimana Siti, apakah ada manfaatnya latihan yang dilakukan?”.
“Apakah masih ada dorongan mengakhiri kehidupan? Baik, hari ini kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih Siti miliki
dengan melihat hal baik yang diberikan keluarga dan lingkungan sekitar Siti
kepada Siti. Mau berapa lama? Dimana?”
Kerja:
Keluarga masih membutuhkan Siti. Coba Siti ceritakan hal-hal yang baik
dalam kehidupan Siti yang Siti dapatkan bersama keluarga dan teman-teman.
Keadaan yang bagaimana yang membuat Siti merasa puas? Bagus. Ternyata
kehidupan Siti masih ada yang baik yang patut Siti syukuri. Coba Siti sebutkan
kegiatan apa saja yang Siti rasakan menyenangkan bersama keluarga dan
teman-teman selama ini.Coba catat dalam catatan ini dan baca berulang-ulang.
Katakan pada diri bahwa keluarga saya masih membutuhkan saya untuk
membantu mereka dan teman-teman menyangi saya”.
Terminasi:
Bagaimana perasaan Siti setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali
kegiatan apa saja yang Siti patut syukuri dalam hidup Siti yang dapatkan dari
keluarga?” ”Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan Siti yang
diberikan keluarga dan teman- teman Siti jika terjadi dorongan mengakhiri
kehidupan (affirmasi)”. Bagus Siti. Coba Siti ingat-ingat lagi hal-hal lain yang
masih Siti miliki dan perlu disyukuri! Lakukan ya 5x sehari untuk mengigat hal
positif Siti dan 5x sehari hal –hal yang baik Siti dapatkan dari keluarga atau
teman”. ”Seperti biasa besok kita akan bertemu lagi untuk membahas tentang
cara mencapai masa depan dengan baik”. “ Tempatnya dimana?” “Disini lagi?”
Baiklah , Tapi apabila ada pikiran bunuh diri yang tidak terkendali hubungi
saya”.
Latihan 3 untuk pasien: Latihan merencanakan masa depan/ harapan masa depan
Evaluasi data risiko bunuh diri, validasi kemampuan berpikir positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan dan manfaatnya. Beri pujian. Diskusikan harapan dan masa depan. Diskusikan cara
mencapai harapan dan masa depan. Latih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara
bertahap (setahap demi setahap). Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri,
keluarga dan lingkungan dan tahapan kegiatan masa depan.
Latihan 3
Orientasi:
”Selamat pagi, Siti. Bagaimana perasaan hari ini?” Apalagi hal-hal positif yang
perlu disyukuri dari diri Siti, keluarga dan teman-teman Siti? Bagus! Apakah
semua kegiatan sudah dilakukan sesuai jadwal? Berpikir positif terhadap diri 5x
sehari dan berpikir positif keluarga atau teman 5 kali sehari”. Coba kita lihat
jadwal?” Bagus, semuanya sudah dilakukan mandiri ya”.”Bagaimana Siti, apakah
latihan tersebut ada manfaatnya?”.” Hari ini kita akan berdiskusi tentang
bagaimana cara menyusun rencana masa depan. Mau berapa lama? Dimana ?
Kerja :
Apa harapan atau keinginan Siti yang belum tercapai ? Apa yang telah Siti coba
lakukan dalam mencapainya. Baik mari kita catat, ya. Dari semua keinginan dan
harapan ini, mana yang ingin Siti capai terlebih dahulu ? Baik mari kita susun
langkah-langkah untuk mencapai harapan Siti ? Baik, pertama harus minum obat,
kedua melakukan berpikir positif terhadap diri, keluarga dan lingkungan. Ketiga
….dst.
Terminasi :
Bagaimana perasaan Siti, setelah kita bercakap-cakap? Apa yang akan Siti
lakukan dalam mencapai harapan Siti? Coba dalam satu minggu ini, Siti
menyelesaikan melakukannya sesuai rencana kegiatan yang sudah disusun dan
lakukan terus berpikir positif terhadap diri 5x sehari, berpikir positif terhadap
keluarga atau teman 5x sehari. Besok kita akan bertemu lagi disini untuk
membahas cara kegiatan dalam mencapai masa depan. Jam berapa kita bertemu?
Orientasi :
Selamat pagi, Siti. Bagaimana perasaan hari ini? Apalagi hal-hal positif yang
perlu disyukuri dari diri Siti, keluarga dan teman-teman Siti? Bagaimana kegiatan
yang sudah disusun? Sudah dilakukan ya. Coba kita lihat jadwal yang telah kita
susun? ”Ya bugus, semuah mandiri ya”. ”Apakah ada hambatan? Apakah ada
manfaatnya? Bagus! Hari ini kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara
Kerja:
Baik Siti, apa rencana/harapan masa depan ? Mari kita tulis ya. Sekarang mari
diskusi tentang kegiatan yang dapat Siti lakukan untuk mencapai rencana/harapan
masa depan. Bagaimana apakah ada kegiatan lain yang dapat Siti lakukan untuk
mencapai masa depan ?. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan kegiatan
tersebut ? ya, bagus. Pertama …., kedua …., ketiga…..,dst. Bagus, sekali. Siti
mari mulai praktikkan langkah-langkahnya ».
Terminasi :
Bagaimana perasaan Siti, setelah kita bercakap-cakap? Apa yang akan Siti
lakukan dalam dalam melakukan kegiatan dalam mencapai harapan Siti? Coba
dalam satu minggu ini, Siti melakukannya sesuai rencana kegiatan yang sudah
disusun dan tetap terus melakukan berpikir positif terhadap diri, keluarga atau
teman dan menyusun rencana kegiatandalam mencapai masa depan ya. Besok
kita ketemu lagi akan membahas cara kegiatan ke-2 dalam mencapai masa
depan”. ”Jam berapa kita bertemu”.
Tindakan keperawatan
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya risiko bunuh diri dan
mengambil keputusan merawat pasien.
3) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang aman:
a) Pasien ancaman/percobaan bunuh diri:
(1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian
(2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar pasien
(3) Mendiskusikan dengan keluarga orang yang dapat membawa pasien ke
rumah sakit sesegera mungkin
(4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur
b) Pasien isyarat bunuh diri:
(1) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
(2) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
(a) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
(b) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh
diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda
tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.
(c) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila
tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan
pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda dan gejala untuk
bunuh diri.
(3) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
(4) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
(a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
(b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan
bantuan medis
4) Melatih keluarga cara-cara merawat, membimbing dan memantau pasien
mengatasi risiko bunuh diri: afirmasi positif diri sendiri, keluarga, lingkungan dan
masa depan.
5) Menganjurkan follow-up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur
a) Mendiskusikan kepada keluarga tanda dan gejala kekambuhan yang
memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan.
b) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan
c) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/ kontrol secara
teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
d) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima
benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara
penggunakannya, benar waktu penggunaannya
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada keluarga dengan pasien risiko bunuh diri dilakukan
melalui strategi komunikasi sebagai berikut:
Latihan 5 untuk keluarga : Mengenal masalah risiko bunuh diri, cara menyediakan
lingkungan yang aman dan latihan memberikan pujian
Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien risiko bunuh diri. Jelaskan
pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya risiko bunuh diri (gunakan booklet),
Jelaskan cara merawat risiko bunuh diri., Latih cara memberikan pujian hal positif pasien.
Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian
Latihan 5 dengan keluarga
Orientasi:
”Selamat pagi Bapak/Ibu. Bagaimana keadaan anak Bpk/Ibu?”
” Baiklah hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri
dan cara melindungi anggota keluarga yang ingin bunuh diri, khususnya kalau
terjadi pada anak Bpk/Ibu” ”Dimana kita akan diskusi ?”. ”Berapa lama
Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi”.
Kerja:
”Apa yang Bapak/Ibu lihat perilaku atau ucapan Siti?”” Bapak/Ibu sebaiknya
memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala bunuh diri. Pada
umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukkan tanda melalui
percakapan misalnya “Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa
saya. Apakah Siti pernah mengatakannya?” ”Kalau Bapak / Ibu menemukan
tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak / Ibu mendengarkan ungkapan
perasaan dari. Pengawasan terhadap Siti ditingkatkan, jangan biarkan dia
sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau
menemukan tanda dan gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat yang akan
digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya dicegah dengan meningkatkan
pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut.
Katakan bahwa Bpk/Ibu sayang pada Siti. ”Katakan juga kebaikan-kebaikan
Siti”. ”Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu
mencari bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke
Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih
serius. Setelah kembali ke rumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar Siti terus
berobat untuk mengatasi keinginan bunuh diri.
Bapak/Ibu, saya telah melatih Siti untuk melihat hal positif pada dirinya dan
mengulang hal tersebut selama 5 kali per hari, tolong bapak/ibu bimbing dan
puji Siti jika melakukannya.
Terminasi:
” Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi
kembali cara-cara merawat anggota keluarga yang mempunyai keinginan bunuh
diri?” ”Ya, bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda
keinginan bunuh diri segera hubungi kami. Jangan lupa membimbing Siti
mengingat hal positif tentang dirinya. Kita dapat melanjutkan untuk
pembicaraan yang akan datang tentang cara-cara meningkatkan harga diri Siti
dan penyelesaian masalah”. ”Bagaimana Bapak/Ibu setuju?” Kalau demikian
sampai bertemu lagi besok pagi di sini.
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi tanda risiko bunuh diri, validasi kemampuan
keluarga membimbing berpikir positif pada diri pasien. Beri pujian. Latih cara membimbing
berpikir positif tentang keluarga dan lingkungan serta memberi penghargaan pada pasien dan
menciptakan suasana positif dalam keluarga, anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Orientasi:
”Selamat pagi Bapak/Ibu. Bagaimana keadaan anak Bpk/Ibu?”. Apakah masih
ada tanda risiko bunuh diri? Apakah Bapak/Ibu telah membimbingnya untuk
berpikir positif tentang dirinya? ” Hari ini kita akan mendiskusikan tentang
tentang cara meningkatkan pikiran positif terhadap keluarga dan lingkungan” ”
Dimana kita akan diskusi. Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”
Kerja:
”Bapak/Ibu tadi saya telah latih Siti tentang cara meningkatkan pikiran positif
tentang keluarga dan lingkungan. Tolong Bapak/Ibu tingkatkan positif keluarga
dengan memberikan perhatian, memberikan pujian, memberi waktu bersama,
agar Siti dapat menambah positif keluarga. Siti juga telah mengidentifikasi
positif lingkungan diluar keluarga yaitu tetangga dan kader, tolong Bapak/Ibu
memberikan pujian pada lingkungan atas perhatian mereka pada Siti dan mohon
agar mereka bersikap baik pada Siti. Bimbing terus Siti untuk meningkatkan
pikiran positif tentang keluarga dan lingkungan, serta diskusikan juga harapan
Siti terhadap keluarga dan lingkungan. Jangan lupa memberi pujian pada Siti,
hindarkan membicarakan keburukan keluarga dan lingkungan.
Terminasi:
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah diskusi ini? Jadi apa saja yang perlu
dilakukan agar pikiran positif Siti meningkat? Iya betul, bimbing Siti
memikirkan positif diri, keluarga dan lingkungan. Ada yang mau ditanyakan?
”Ya, bagus. Coba dilakukan ya pak/Bu.
Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang tentang rencana
masa depan Siti. ”Bagaimana Bapak/Ibu setuju?” Kalau demikian sampai
bertemu lagi besok pagi di sini. Selamat pagi”
Latihan 7 untuk keluarga: Latihan keluarga membimbing pasien mencapai masa depan.
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala risiko bunuh diri, validasi kegiatan
keluarga dalam membimbing dan memberikan pujian serta penghargaan atas keberhasilan dan
aspek positif pasien, serta menciptakan suasana positif dalam keluarga. Beri pujian. Bersama
keluarga berdiskusi tentang harapan masa depan serta langkah-langkah mencapainya. Anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian
Orientasi:
”Selamat pagi Bapak/Ibu. Bagaimana keadaan anak Bpk/Ibu?” Apakah masih ada
tanda risiko bunuh diri? Apakah bapak dan ibu sudah mempraktikkan cara
meningkatkan pikiran positif Siti? Adakah perubahan sikap dan perilaku pada
anak Bapak/Ibu? ” Hari ini kita akan mendiskusikan tentang bagaimana cara
mendukung untuk mencapai rencana dan kegiatan masa depan Siti” ” Dimana
kita akan diskusi. Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”
Kerja:
Bapak/Ibu, saya sudah diskusi dengan Siti tentang rencana masa depannya,
sekarang kita bicarakan bagaimana Bapak/Ibu dapat mendukung Siti untuk
menjalankan dan mencapainya. Bagaimana kalau kita bicarakan bersama-sama
Siti. Siti coba ceritrakan rencana masa depan Siti tadi (kerajinan tangan) Nah, itu
adalah rencana dan harapan Siti, Apa yang bisa bapak/ibu lakukan dalam
mendukung Siti untuk mencapai masa depan Siti? Bagus, Bapak/Ibu dapat
memberikan semangat, menyediakan sarana dan biaya serta mengingatkan Siti
untuk melakukan kegiatan dalam usaha mencapai masa depan.
Terminasi:
” Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi
kembali cara-cara membantu Siti dalam mencapai masa depannya?” ”Ya, bagus.
Coba dilakukan ya pak/Bu. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan
datang tentang cara-cara melakukan kegiatan masa depan”. ”Bagaimana
Bapak/Ibu setuju?” Kalau demikian sampai bertemu lagi besok pagi disini.
Selamat pagi”
untuk melakukan kegiatan masa depan. Jelaskan follow-up ke PKM, tanda kambuh, rujukan.
Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal kegiatan dan memberikan pujian.
Latihan 8 dengan keluarga
Orientasi :
”Selamat pagi Bapak/Ibu. Bagaimana keadaan anak Bpk/Ibu?” Apakah bapak dan
ibu sudah membimbing berpikir positif diri, keluarga dan lingkungan? Bagus.
Bagimana dengan pelaksanaan rencana masa depannya? Bagaimana kalau hari ini
kita melaksanaakan kegiatan pertama untuk masa depannya Siti yaitu persiapan
peralatan dan kegiatan? Mari kita panggil Siti. ” Dimana kita akan diskusi.
Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”
Kerja:
”Bapak/Ibu, tadi Siti dan saya sudah diskusi. Siti akan menjelaskan rencana
yang sudah disusun untuk masa depannya menjadi ......(Siti berceritra) Nah,
sekarang, menurut ibu/bapak apa yang dapat bapak/ibu membantu Siti agar dapat
melakukan kegiatannya? Bagus sekali, Bapak/ibu juga dapat selalu memantau
kegiatannya, memberi semangat untuk melakukannya, mengingatkannya, Siti.
Jangan lupa untuk datang kontrol ke puskesmas. Apabila terlihat Siti perubahan
perilaku dan mempunyai keinginan untuk bunuh diri sangat kuat segera lapor ke
saya (perawat CMHN) agar dapat segera kita rujuk dan di rawat di rumah sakit”.
Terminasi:
” Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi
kembali bagaimana cara-cara membantu Siti dalam melakukan kegiatan
mencapai masa depannya?” ”Ya, bagus. Coba dilakukan ya pak/Bu. Bu/pak, hari
ini saya terakhir kerumah ibu/bapak nanti ibu/bapak bisa terus berobat ke
puskesmas secara teratur, dan ibu harus lihat kalau terjadi tanda-tanda
kekambuhan seperti Siti tanpak murung, tidak bersemangat, mengatakan ingin
mati, berarti ibu/bapak harus bawa segera Siti ke tempat pelayanan kesehatan.
O:
Data Keluarga: Pasien:
Keluarga menyatakan sudah mengerti tentang Pasien dapat membuat daftar daftar aspek
risiko bunuh diri, tanda dan gejala dan cara positif keluarga dan lingkungannya, mampu
mencegah risiko bunuh diri, sudah melakukan afirmasi aspek positif keluarga
memberikan pengawasan dan mengatakan dan lingkungannya.
kepada Siti bahwa mereka sangat sayang
padanya dan anaknya mulai ceria, tidak tanpak Keluarga:
murung lagi, mau merapikan kamar sendiri, Keluarga dapat mendukung pikiran positif
mencuci pakaian sendiri, memasak mie sendiri, pasien terhadap keluarga: memberi
melakukan afirmasi sesuai jadwal secara pujian/penghargaan kepada pasien, tidak
mandiri dan mencatat hal positif yang membicarakan keburukan pasien, mengajak
dimilikinya pada buku catatan bicara pasien,mendengarkan perasaan dan
harapan pasien.
Diagnosis: Risiko bunuh diri
A:Risiko bunuh diri teratasi
Implementasi: P:
Pasien Pasien:
Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan Menuliskan hal positif dari keluarga dan
bunuh diri: lingkungan 5x/sehari, dan berpikir
Membuat daftar aspek positif keluarga (affirmasi) positif tentang diri 5x/hari
dan lingkungan,
Latihan afirmasi/berpikir aspek positif Keluarga:
keluarga dan lingkungan Memberikan pujian 5x/hari, mengajak
bicara pasien 5x/hari, mendengarkan
Keluarga ungkapan perasaan dan harapannya 2x/hari.
Latihan cara memberi penghargaan pada
pasien dan menciptakan suasana positif dalam Perawat
keluarga: tidak membicarakan keburukan
pasien pada anggota keluarga
I. REFERENSI
Fortinash, K.M. (2004). Psychiatric Mental Health Nursing. 3th ed. St. Louis: Mosby
Herdman, T.H. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses Definition and Classification,
2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell.
Keliat. B.A . dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (basic Course). EGC:
Jakarta
Stuart,G.W.& Sundeen, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. 8th ed.
Missouri: Mosby.
ASUHAN KEPERAWATAN
KEPUTUSASAAN
1. PENGERTIAN
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seseorang individu yang melihat keterbatasan
atau tidak ada alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi
energi yang dimilikinya (Nanda, 2012).
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien
yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan
lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.
b. FaktorPresipitasi
Faktor presipitasi Keputusasaan antara lain:
a) Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b) Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
g) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan.
h) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
i) Transisi peran sehat-sakit:sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh;
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik
yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur medis dan
keperawatan.
POKOK BAHASAN B.
PROSES KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN
Tanda dan gejala keputusasaan yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai berikut:
tampak murung, nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali, menunjukkan
kesedihan, efek datar atau tumpul, menarik diri dari lingkungan, kontak mata kurang,
mengangkat bahu tanda masa bodoh, nampak selalu murung atau blue mood, menunjukkan
gejala fisik kecemasan (takikardia, takippneu), menurun atau tidak adanya selera makan,
peningkatan waktu tidur, penurunan keterlibatan dalam perawatan, bersikap pasif dalam
menerima perawatan, penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna
Data hasil wawancara dan observasi didokumentasikan pada kartu berobat pasien di
puskesmas. Contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut:
Data : subyektif: pasien mengatakan tidak ada gunanya apa yg sudah dilakukan, dan
percuma melakukan semua hal,byektif tampak murung, nampak kurang bicara atau
tidak mau berbicara sama sekali, menunjukkan kesedihan, efek datar atau tumpul,
menarik diri dari lingkungan, kontak mata kurang, mengangkat bahu tanda masa bodoh,
nampak selalu murung atau blue mood, menunjukkan gejala fisik kecemasan
(takikardia, takippneu), menurun atau tidak adanya selera makan, peningkatan waktu
tidur, penurunan keterlibatan dalam perawatan, bersikap pasif dalam menerima
perawatan, penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna
KEPUTUSASAAN
keluarga (pelaku rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga
(pelaku rawat). Setelah itu, perawat menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan
melatih cara untuk mengatasi keputusasaan yang dialami pasien.
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga (pelaku
rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil
tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu
untuk membimbing pasien melatih kegiatan yang telah diajarkan oleh perawat untuk
mengatasi keputusasaan.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan, minimal
dua kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga mampu mengatasi keputus
asaan.
a. Tujuan Umum
Klien mampu mengatasi masalah keputusasaanya
b. Tujuan Khusus : Klien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengenal masalah keputusasaannya
3) Membuat alternatife masalah keputusasaanya
SP KE 2 PASIEN
b. Melatih kemampuan yang dipilih pasien
a.) Mengidentifikasi aspek positif dari kehidupan klien/dunia klien
b.) Dorong klien mempikirkan hal yang menyenangkan dan melawan rasa putus asa
c.) Berikan dukungan dan pujian pada setiap upaya yang dapat dilakukan pasien.
Sp 1 untuk pasien:
Orientasi:
1. Salam terapeutik
Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Bu/Pak ? . Perkenalkan Saya suster
........... , mahasiswa dari FIK UI ,senang dipanggil Suster ............ Nama
Ibu/Bapak siapa? Senangnya dipanggil siapa ?”. Saya datang ke sini untuk
membantu Ibu/Bapak menyelesaikan masalah Ibu/Bapak “.
2. Evaluasi / validasi : “ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini ? Bagaimana
tidurnya semalam ? “
3. Kontrak :
a. Topik :” Bagaimana Bu /Pak , kalau kita berbincang-bincang tentang
perasaan sedih yang Ibu / Bapak rasakan saat ini ? ”.
b. Tempat : “ Menurut Ibu/Bapak dimana enaknya kita berbincang – bincang
? Bagaimana kalau di tempat ini saja”.
c. Waktu : “Bagaimana kalo kita berbincang-bincang selama 30 menit saja.
Apakah Bapak/Ibu bersedia ?”.
Kerja :
“Coba Ibu/Bapak ceritakan kepada saya tentang perasaan sedih yang Ibu/Bapak
rasakan saat ini”. “ Suster sangat mengerti perasaan Ibu/Bapak”.
“ Sudah berapa lama perasaan itu Ibu/Bapak rasakan ?”.
“ Coba Ibu/Bapak ceritakan apa yang terjadi sehingga Ibu/Bapak merasa seperti itu
?”.
“ Kapan masalah tersebut terjadi ?” apa yang Ibu/Bapak pikirkan tentang orang lain
di sekitar Ibu/Bapak ?”.
“Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang kondisi Bapak/Ibu saat ini”
“Menurut suster sendiri, Bapak/Ibu saat ini mengalami hal yang disebut dengan
keputusasaan”.
“keputusasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang itu melihat keterbatasan atau
tidak ada pilihan lain lagi untuk menyelesaikan masalahnya. Namun, di balik semua
itu, sebenarnya ia masih memiliki potensi untuk menyelesaikan masalah”
“Saat Bapak/Ibu merasa sangat sedih dan merasa putus asa, apa yang Bapak/Ibu
lakukan ?”
“ Begitu yach Pak/Bu, menurut suster, dengan Bapak/Ibu menyendiri di kamar,
menghindari berbicara dengan orang lain dan berbicara hal-hal yang negatif, akan
menambah rasa putus asa yang Bapak/Ibu rasakan. Selama ini apakah seperti itu yang
Bapak/Ibu rasakan ?”.
“Cara apa yang biasa Bapak/Ibu lakukan saat Bapak/Ibu lagi ada masalah ?”.
“ Apa manfaat dari cara yang Bapak/Ibu gunakan tersebut ?”.
“ Pak/Bu, bagaimana kalau suster memberitahukan tentang cara yang baik untuk
menyelesaikan masalah ?”
“Ada beberapa hal yang Bapak/Ibu bisa lakukan, misalnya, menceritakan masalah
Bapak/Ibu kepada orang lain yang Bapak/Ibu percaya. Dengan demikian beban yang
Bapak/Ibu rasakan setidaknya bisa berkurang. Selain itu, Bapak/Ibu juga bisa meminta
masukan dari orang lain untuk penyelesaian masalah Bapak/Ibu”. Yang kedua,
mungkin Bapak/Ibu bisa mengikuti kegiatan-kegiatan ibadah, atau memperbanyak
membaca buku-buku pembangun jiwa, atau bisa mengikuti perkumpulan-
perkumpulan sosial yang positif dan lain sebagainya”
“Bapak/Ibu tadi mengatakan bahwa bila Bapak/Ibu punya masalah biasanya
Bapak/Ibu banyak melakukan aktivitas-aktivitas fisik seperti olahraga. Betul yach
Pak/Bu. Nah, itu juga bisa menjadi salah satu cara yang bisa Bapak/Ibu lakukan bila
lagi sedih atau murung”.
“Bapak/Ibu, tiap cara-cara tadi memiliki kelebihan dan kekurangan, misalnya kalau
tiap ada masalah Bapak/Ibu hanya bisa olahraga, capek juga, tetapi di balik itu, ia bisa
meningkatkan kebugaran tubuh yang akan menjernihkan pikiran dan mengarahkan
Bapak/Ibu ke arah yang positif. Sebaiknya, beberapa cara tersebut bisa digunakan
secara bergantian”.
“Selama ini, apa Bapak/Ibu pernah berpikir ingin mengakhiri hidup ?”
“bagus sekali Pak/Bu kalau memang belum pernah ada pikiran seperti itu”.
Terminasi
a. Evaluasi subyektif :
Nah ... Pak/Bu, bagaimana perasaannya setelah kita berbincang – bincang
tentang perasaan Ibu/Bapak tadi ?”.
b. Evaluasi objektif :
“ Coba Ibu/Bapak menyebutkan apa sebenarnya yang Bapak/Ibu alami saat ini
? ”.
“ Coba Ibu ulangi, apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah ?”.
“Bagus sekali Pak/Ibu”.
c. Rencana tindak lanjut :
“Baiklah Ibu/Bapak, sesuai dengan janji kita telah berbincang – bincang
selama 30 menit. Dan tadi Bapak/Ibu telah mengetahui cara untuk
menyelesaikan masalah, setelah ini, Bapak/Ibu bisa mencoba untuk mulai
menerapkannya. Bagaimana, apa Bapak/Ibu bersedia melakukannya ?”.”
Bagus sekali Pak/Bu”.
d. Kontrak yang akan datang :
Topik : Ibu/Bapak, bagaimana kalau saya ke sini lagi untuk membicarakan
tentang kegiatan-kegiatan yang bisa mengurangi/menghilangkan rasa
putus asa”
Tempat : Dimana sebaiknya kita bertemu nanti bu ?
Bagaimana kalau di ruangan ini lagi.
Waktu : Bapak/Ibu maunya jam berapa ? Bagaimana kalau minggu depan
jam 9 saya datang ?
Baiklah bu .... Saya permisi dulu . Assalamualaikum WW. Selamat Pagi.
Evaluasi tanda dan gejala keputusasaan, validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan
pertama yang telah dilatih dan berikan pujian, evaluasi manfaat melakukan kegiatan
pertama, bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih, latih kegiatan kedua
(alat dan cara),
Orientasi:
Salam terapeutik
Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Bu/Pak ? .
Evaluasi / validasi : “ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya
semalam ? “
Kontrak :
a. Topik :” Baik bapak/ibu hari ini kita akan latihan bagaimana cara
mengatasi perasaan putus asa, yaitu dengan berlatih melaksanakan hal
pisitif yang ibu/bapak miliki dalam kehidupan ibu/bapak? ”.
b. Tempat : “ Menurut Ibu/Bapak dimana enaknya kita berbincang – bincang
? Bagaimana kalau di tempat ini saja”.
c. Waktu : “Bagaimana kalo kita berbincang-bincang selama 30 menit saja.
Apakah Bapak/Ibu bersedia ?”.
Kerja :
“Coba Ibu/Bapak ceritakan kepada saya tentang hal –hal positif yang Bapak/Ibu miliki
dalam kehidupan bapak/ibu ?”
“ Begitu yach Pak/Bu, menurut suster, masih banyak hal yang Bapak/Ibu miliki
dikehidupan ibu, sungguh luar biasa dibalik musibah yang bapak ibu alami bagaimana
perasaan ibu, senangkan? masih banyak hal positif yang bisa dilakukan
“selanjutnya setelah ibu punya banyak hal positif yang ibu miliki, fikirkan hal positif
tersebut dan lakukan hal positif.
“ bagaimana kalau kita berlatih bagaimana memenuhi kebutuhan ibu secara mandiri
yaitu mengganti baju dengan tangan terpasang infus ?”.
“Yang pertama……….jadi seperti itu ibu/bapak bisa dipraktekan kembali?”
Bagus, jadi seprti itu caranya…
Terminasi
a. Evaluasi subyektif :
Nah ... Pak/Bu, bagaimana perasaannya setelah kita berbincang – bincang
tentang perasaan Ibu/Bapak tadi ?”.
b. Evaluasi objektif :
““ Coba Ibu ulangi, kegiatan yang telah kita praktekan lagi ?”.
“Bagus sekali Pak/Ibu”.
c. Rencana tindak lanjut :
“Baiklah Ibu/Bapak, sesuai dengan janji kita telah berbincang – bincang
selama 30 menit. Dan tadi Bapak/Ibu telah mengetahui cara untuk
menyelesaikan masalah, setelah ini, Bapak/Ibu bisa mencoba untuk mulai
menerapkannya. Bagaimana, apa Bapak/Ibu bersedia melakukannya ?”.”
Bagus sekali Pak/Bu”.
d. Kontrak yang akan datang :
Topik : Ibu/Bapak, bagaimana kalau saya ke sini lagi untuk membicarakan
tentang kegiatan-kegiatan yang ke 2 yang bisa
mengurangi/menghilangkan rasa putus asa”
Tempat : Dimana sebaiknya kita bertemu nanti bu ?
Bagaimana kalau di ruangan ini lagi.
Waktu : Bapak/Ibu maunya jam berapa ? Bagaimana kalau minggu depan
jam 9 saya datang ?
Baiklah bu .... Saya permisi dulu . Assalamualaikum WW. Selamat Pagi.
a. Tujuan:
LATIHAN 3
SP 1 KELUARGA KEPUTUSASAAN
Orientasi
“ Selamat pagi Mba, perkenalkan nama saya Sri Atun, nama panggilan suster Sri,
saya perawat yang dinas di ruangan ini, hari ini saya dinas shift pagi dari pukul
07.30 sampai 14.00 WIB yang merawat keluarga atau ibu mba . Nama Mba siapa?
Senang dipanggil apa? Bagaimana perasaan mba….. menunggu ibu hari ini? Apa
yang sedang mba pikirkan tentang ibu? Baiklah mba….., bagaimana jika kita
bercakap-cakap tentang perasaan mba… dan cara merawat ibu dengan baik.
Tujuannya adalah agar mba….dapat merawat Ibu dan memberikan semangat ke ibu
Kerja
“ Apa sering dikeluhkan oleh ibu mba….? Oh iya ibu merasa frustasi dengan
penyakitnya, Oh jadi ibu sudah 2 tahun menderita gagal ginjal, ibu merasa sudah
melakukan diet yang dianjurkan dokter, dan sudah melakukan olah raga, namun
tetap gampang kambuh lagi.” Ibu mba juga merasa tidak mampu mengendalikan
penyakitnya, sehingga ibu menjadi tidak bersemangat dalam pengobatan. Ibu
merasa tertekan, stress. nah tanda-tanda itu yang dinamakan keputusasaan. Ibu mba
sudah mengetahui pikiran atau stress juga berpengaruh pada kemampuan tubuh
dalam pengobatan. Menurut mba, apa yang rasanya belum optimal dilakukan untuk
mengatasi masalah yang ibu hadapi? Mengelola pikiran….bagus jika ibu mba
menyadarinya. Baiklah mba, berarti setelah ini mba harus mampu mengelola
pikiran ibu agar tidak stres. Dan jangan lupa mba, manusia hanya mampu berusaha,
dan Tuhan yang menentukan apakah hasil upaya kita tersebut sesuai dengan
harapan kita atau tidak. Namun kita selalu berdoa yang terbaik. Baiklah mba, agar
kita terus semangat dalam mengupayakan pengobatan, kita dapat mengembangkan
harapan positif. Nama latihannya adalah afirmasi positif. . Misalnya apa yang ibu
harapkan dengan kondisi ini? Sembuh….berserah diri pada Tuhan…terus bersabar.
Nah harapan-harapan ini dapat ditanamkan dalam pikiran dan hati ibu, Ibu katakan
pada diri Ibu “Memang saat ini sakit saya belum stabil, namun dengan semangat
dan kesabaran saya, saya terus-menerus menjalankan pola hidup sehat, minum obat
teratur saya yakin suatu saat saya akan tetap sehat….Semua saya serahkan pada
Tuhan”….kalimat tersebut namanya kalimat afirmasi.
Baik mba, kemarin ibu mba merasa putus asa dengan penyakitnya. Namun menurut
Ibu mba apakah ada hal lain yang dapat kendalikan dalam kehidupan? Misalnya
walaupun ibu mba dalam keadaan yang belum stabil, kegiatan apa yang masih
dapat ibu lakukan? Yah bagus mba, ibu mba masih mampu melakukan kegiatan
sebagai ibu rumah tangga. Nah dapat disampaikan ke ibu mbak ucapan
reinforcemen atau penghargaan “bagus sekali ternyata ibu masih dapat berperan
sebagai ibu” nah kalimat itu akan dapat meningkatkan kemampuan dan motivasi
juga dapat meningkatkan harga diri ibu” jadi ada situasi lain, selain ibu mba
menginginkan adanya kesembuhan, namun ada hal lain yang dapat dilakukan.
Mungkin ada hal-hal lain yang dapat ditanyakan ke ibu mba misalnya “Apakah ibu
masih bisa menyiapkan keperluan suami dan anak-anak? Ibu masih bisa
mendampingi anak-anak belajar? Ibu masih bisa mengendalikan keuangan
keluarga”.
Nah mba, berarti walaupun ibu mba masih merasa upaya ibu dalam
mengendalikan sakitnya belum membuahkan hasil, namun ada situasi lain yang
masih dapat ibu mba kendalikan. „
“ Apakah mba mengetahui kapan ibu akan dibawa ke rumah sakit atau ke tempat
kesehatan yang lain? Dalam kondisi seperti apa?” bagus sekali mba, jadi ibu harus
tetap control ke rumah sakit, bila menyampaikan keluhan yang banyak misalnya
lemes, pusing atau keluhan lain, mungkin gula darahnya sedang naik atau bahkan
Terminasi
Bagaimana perasaan mba setelah ngobrol tentang bagaimana cara control dan apa
yang harus dilakukan di rumah?” Coba mba sebutkan lagi apa saja yang masih
dapat ibu mba kendalikan dalam kehidupan ibu sehari-hari? Nah mba, mulai saat
ini sebaiknya ibu mba tidak perlu terlalu memikirkan kondisi yang belum stabil,
yang terpenting adalah ibu mba tetap melakukan diet teratur, olah raga, dan minum
obat, serta yang paling penting ibu mba mampu mengendalikan stres. Mudah-
mudahan kondisi ibu mba perlahan akan mendekati normal. Nah, mba terus
memotivasi Ibu mba juga bisa terus melakukan kegiatan-kegiatan yang masih bisa
dikendalikan dalam kehidupan sehari-hari. Nah ibu mba kan sudah boleh pulang
dari rumah sakit. pertemuan kita cukup sekian, selamat siang
Terminasi
Bagaimana perasaan mba…. setelah kita diskusi? Coba sebutkan kembali kalimat
afirmasi mba…berapa kali sehari mba akan melatih ibu untuk latihan afirmasi.
Baiklah mba, bagaimana jika nanti jam sebelas saya akan datang lagi, kita
diskusikan tetang cara mengontrol perasaan keputusasaan. Selamat pagi mba….
RTL :
Melatih kemampuan yang kedua yang dipilih :
mengganti pakaian sendiri
IV. REFERENSI
ASUHAN KEPERAWATAN
KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
I. PENGERTIAN
Koping individu tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang
benar dari stresor, pemilihan respon yang tidak adekuat dan atau ketidakmampuan dalam
menggunakan sumber-sumber yang tersedia (Nanda, 2011).
2. FaktorPresipitasi
Faktor presipitasi Koping indifidu tidak efektif antara lain:
a.) Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
b.) Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.
c.) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan.
d.) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
e.) Transisi peran sehat-sakit:sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh;
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur medis dan keperawatan.
a. Data Obyektif
1) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
2) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
POKOK BAHASAN B.
PROSES KEPERAWATAN KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
Tanda dan koping individu tidak efektif yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai
berikut: tampak murung, nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali,
menunjukkan kesedihan, efek datar atau tumpul, menarik diri dari lingkungan, kontak mata
kurang, mengangkat bahu tanda masa bodoh, nampak selalu murung atau blue mood,
menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takippneu), menurun atau tidak adanya
selera makan, peningkatan waktu tidur, penurunan keterlibatan dalam perawatan, bersikap
pasif dalam menerima perawatan, penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang
bermakna,permusuhan, perilaku bertahan atau melawan, penyangkalan diri, menyalahkan diri
dan orang lain
Data hasil wawancara dan observasi didokumentasikan pada kartu berobat pasien di
puskesmas. Contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut:
Data : subyektif: pasien mengatakan tidak ada gunanya apa yg sudah dilakukan, dan
percuma melakukan semua hal,byektif Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang
perawatan,tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan,
Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya, Ketergantungan terhadap orang lain yang
dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah, Gagal
mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika mendapat
perlawanan, Apatis dan pasif, Ekspresi muka murung, Bicara dan gerakan lambat, Tidur
berlebihan,Nafsu makan tidak ada atau berlebihan, Menghindari orang lain.
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga (pelaku
rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil
tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu
untuk membimbing pasien melatih kegiatan yang telah diajarkan oleh perawat untuk
mengatasi . koping individu tidak efektif
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan, minimal
dua kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga mampu mengatasi koping
individu tidak efektif
H. Tindakan Keperawatan untuk Pasien dengan koping individu tidak efektif
Tujuan :
1) Tujuan
a. Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif
b. Pasien mampu mengatasi koping individu tidak efektif
c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif
2) Tindakan keperawatan
a. Kaji status koping yang digunakan pasien
(a) Tentukan kapan mulai muncul perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya
dengan peristiwa dan perubahannya
Sp 1 untuk pasien:
Orientasi:
Orientasi :
“Selamat pagi, Pak..., perkenalkan nama saya W, panggil saya bu W, saya
perawat yang akan merawat bapak dan datang ke rumah bapak ini dua kali
dalam seminggu yaitu hari Senin dan Kamis jam 10.00 pagi. Nama bapak siapa,
lebih senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Oh, jadi bapak merasa kesal dan orang lain
memusuhi bapak? Ohh.. baiklah pak, kita akan berbincang-bincang tentang
perasaan yang bapak rasakan. Berapa lama kita akan berbincang? Bagaimana
kalau 20 menit, dimana tempatnya? Oya, diruang tamu ini saja, baiklah....”
Kerja :
“Sejak kapan bapak sering merasa kesal dan orang lain memusuhi bapak?
Apakah sebelumnya bapak pernah mempunyai masalah? Oh, jadi bapak merasa
ada perasaan tidak nyaman dan cemas sebelum bapak kesal. Apa yang sudah
bapak lakukan untuk mengurangi perasaan tersebut? Oh, jadi bapak belum
melakukan apa-apa untuk mengatasinya? Baiklah..., Pak.. sebenarnya perilaku
kesal, marah, dan bermusuhan yang bapak rasakan itu terjadi karena bapak tidak
mendapatkan cara yang sehat untuk mengatasi perasaan tersebut. Pak, apakah
sikap marah dan memusuhi orang lain dapat menyelesaikan masalah yang bapak
alami? Jadi apa kesimpulan yang dapat bapak ambil dari perilaku yang bapak
lakukan selama ini dengan bersikap marah dan memusuhi orang lain? Bagus...
jadi bapak telah menyadari bahwa dengan sikap marah dan memusuhi orang lain
tidak dapat menyelesaikan masalah, bahkan akan menimbulkan masalah baru
yang mungkin lebih rumit. Nah..., sebelumnya apakah bapak pernah mengalami
suatu masalah dan bagaimana cara bapak berhasil menyelesaikannya? Boleh
saya tahu masalah apakah hal itu? Oh..., jadi dulu kalau ada masalah maka bapak
akan lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri pada Allah swt begitu? Wah...,
bagus sekali, apakah dengan cara tersebut bapak akan menjadi lebih tenang? Ya
bagus sekali, kemudian selain cara itu, apakah bapak punya cara yang lain? Oh..
bapak suka bernyanyi lagu-lagu nostalgia dengan teman kerja? Wah..., bagus
sekali ya, pasti suara bapak bagus!. Nah dengan kedua cara tersebut apakah
bapak bisa menyebutkan keuntungan atau nilai positif yang dapat bapak ambil?
Ya.. bagus sekali. Nah sekarang jika masalah yang bapak alami adalah
berhubungan dengan orang lain, apakah orang tersebut akan tahu? Sebaiknya
pak ...cobalah berbicara dengan orang lain yang bapak percaya. Bapak bisa
berbicara dengan saya atau mungkin bila bapak memiliki orang terdekat maka
bapak bisa bicarakan dengannya. Nah siapa orang terdekat dengan bapak di
rumah ini atau di ktempat kerja barangkali? Oh.., istri bapak ya? Nah..
bagaimana kalau nanti kita akan berlatih mengungkapkan perasaan bapak
tersebut secara baik-baik dengan pikiran dan logika yang tenang pada istri
bapak?”
Terminasi :
„Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi tadi? Jika bapak merasa masih
kesal dan marah, maka bapak bisa menggunakan cara yang biasa bapak lakukan
sebelumnya yaitu dengan banyak mendekatkan diri pada Allah swt atau
bernyanyi lagu-lagu nostalgia bersama teman kerja dan mencoba bicara secara
terbuka dengan orang lain. Baiklah pak..., hari Kamis nanti kita akan berdiskusi
lagi tentang kegiatan bermanfaat yang dapat bapak lakukan. Selamat pagi.....”
Orientasi:
Orientasi :
“ Selamat pagi pak, bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah muncul kembali
perasaan kesal dan marah bapak selama kita tidak bertemu? Sudahkah bapak
ungkapkan perasaan bapak tersebut pada orang lain? Baiklah pak, hari ini kita
akan mendiskusikan tentang kegiatan bermanfaat yang biasa bapak lakukan dan
langsung kita akan membuta jadual kegiatannya. Berapa lama kita diskusi, 20
menit, baiklah...Dimana tempatnya pak, disini saja, baiklah mari kita mulai....
Kerja :
“Kegiatan apa yang biasa bapak lakukan untuk mengisi waktu luang? Kegiatan
yang bapak sebutkan sebaiknya kegiatan yang bapak senangi untuk dilakukan.
Oh... jadi bapak senang bernyanyi lagu nostalgia dengan teman kerja lalu
bermain catur, masih adakah kegiatan lain yang bapak lakukan selain hal
tersebut? Baiklah pak, bagaimana kalau kita sekarang juga bernyanyi lagu-lagu
nostalgia seperti yang biasa bapak lakukan, saya juga bisa pak...
Dampingi pasien bernyanyi lagu nostalgia, dan alihkan perhatian pasien sambil
berikan reinforcement positif.
“Wah, bagus sekali suara bapak ya..,ada bakat jadi penyanyi profesional!
Menurut bapak perlukah bapak sering bernyanyi setiap hari? Oh.. perlu sekali ya
pak, menjadikan hati lebih terhibur. Nah sekarang, bagaimana kalau kita
memasukkan kegaitan bernyanyi ini kedalam aktifitas keseharian bapak, kira-
kira jam berapa kegiatan ini akan bapak lakukan? Jam 12 siang menjelang
makan siang? Wah bagus sekali, kemudian berapa kali bapak akan lakukan
dalam seminggu? Oh...,3 kali ya, pak. Nah sekarang saya tulis dan saya
masukkan kedalam jadual kegiatan harian bapak ya...
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita melakukan kegiatan bernyanyi bersama
lagu nostalgia tadi? Nah, hati jadi lebih ceria ya pak, lebih terhibur...Sebaiknya
bapak melakukan kegiatan yang sudah kita susun tadi. Nah, pak...tiga hari lagi
saya akan datang untuk melihat pelaksanaan jadual kegiatan bapak dan kita akan
berlatih cara yang lainnya lagi... Selamat pagi...
Orientasi:
Orientasi :
“Selamat pagi pak, bagaimana perasaan bapak hari ini? Sudah bapak lakukan
kegiatan yang kita susun tiga hari lalu? Boleh saya lihat? Wah, bagus sekali!
Nah hari ini kita akan diskusikan tentang kegiatan lain yang bisa bapak lakukan.
Berapa lama kita akan diskusi, bagaimana kalau diruang tamu ini saja? Baiklah
20 menit, disini ya pak...
Kerja :
“Pak, selain melakukan kegiatan yang bapak senangi, bapak juga dapat
melakukan olah raga yang paling bapak sukai. Olah raga apa yang bapak sukai?
Oh.. bapak suka bermain tennis, jam berapa bapak biasa melakukannya? Mari
kita masukkan kedalah jadual kegiatan harian bapak. Selain tennis, olah raga apa
yang bapak sukai? Oh.., jadi bapak suka lari pagi juga, dengan siapa bapak biasa
melakukannya? Setiap hari apa saja bapak melakukan olah raga ini? Nah,
bagaimana kalau kegiatan olah raga ini kita masukkan kedalam jadual kegiatan
harian bapak?
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak hari ini setelah kita diskusi tadi? Coba bapak
sebutkan kembali jadual kegiatan harian bapak. Nanti bapak tetap melakukan
kegiatan-kegiatan ini karena kondisi bapak semakin membaik dan keluarga
sudah mampu mendampingi bapak, selanjutnya saya tidak akan datang kemari
lagi, namun bila ada sesuatu maka bapak bisa datang ke Puskesmas. Selamat
pagi..”
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami koping tidak efektif
d. Keluarga mampu memperagakan cara merawat pasien dengan koping tidak efektif
e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping individu
tidak efektif
2) Tindakan keperawatan
a. Diskusikan pengertian tentang koping individu tidak efektif
b. Diskusikan tentang tanda dan gejala koping individu tidak efektif
c. Diskusikan tentang penyebab koping individu tidak efektif
d. Diskusikan tentang cara merawat pasien dengan koping individu tidak efektif
(1) Membantu pasien mengenal koping individu tidak efektif
(2) Mengajarkan pasien mengembangkan koping individu yang sehat : bicara
dengan orang lain, melakukan aktifitas konstruktif dan olah raga
e. Dampingi keluarga secara langsung dalam menerapkan cara merawat pasien
koping individu tidak efektif
f. Diskusikan bagaimana cara merujuk anggota keluarga jika sudah tidak dapat
ditangani di rumah.
SP 1 Keluarga
Membina hubungan saling percaya
Menjelaskan pengertian, tanda, gejala dan penyebab dari koping individu tidak efektif
Orientasi :
“Selamat pagi, bu. Nama saya Nancye, biasa dipanggil ibu N, saya perawat
yang akan merawat bapak Harun, nama ibu siapa? Lebih senang dipanggil apa?
Baiklah ibu Endah, apa yang ibu rasakan selama merawat bapak Harun?
Baiklah Bu, bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang kondisi
bapak Harun. Berapa lama kita bisa diskusi, 20 menit dimana tempatnya, disini
saja? Baiklah...
Kerja :
“Apa yang ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Harun selama
ini? Ibu Endah, perilaku bapak Harun biasa kita sebut dengan istilah koping
individu tidak efektif. Koping adalah cara seseorang mengatasi masalahnya.
Jadi bapak Harun sudah tidak tepat dalam mengatasi masalahnya sehingga
masalahnya tersebut tidak selesai dan bapak Harun berperilaku marah-marah,
kesel dan bersikap bermusuhan. Penyebab dari terjadinya masalah ini adalah
ketidakmampuan bapak Harun menghadapi kecemasan terhadap sesuatu.
Perilaku yang nampak adalah adanya rasa khawatir yang kronis, cemas,
mengatakan ketidakmampuan mengatasi masalahnya, gangguan atau hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain, sering berbohong, sering sakit, sering
bersikap bermusuhan dan sering kali tidak mampu untuk berterus terang. Nah
menurut ibu Endah, kira-kira mana dari tanda-tanda yang kita diskusikan tadi
ada pada pak Harun?”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi tadi? Bisa ibu ulangi lagi apa
pengertian koping individu tidak efektif, penyebab, tanda dan gejalanya?
Bagus!, ibu bisa menyebutkan dengan benar. Nah nanti ibu Endah pikirkan lagi
apa tanda dan gejala lainnya yang nampak pada bapak Harun selama ini. Hari
Kamis nanti saya akan datang lagi dan kita akan mendiskusikan bagaimana cara
merawat pasien dengan koping individu tidak efektif jam 10 pagi ya Bu....
“Selamat pagi...
SP 2 Keluarga
Mengajarkan cara merawat pasien dengan koping individu tidak efektif
Orientasi :
“Selamat pagi...Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu Endah sudah
menemukan tanda dan gejala lain pada bapak Harun yang mengalami koping
individu tidak efektif? Bu, sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, hari ini kita
akan mendiskusikan tentang cara keluarga dalam merawat pasien dengan
masalah tadi. Berapa lama kita akan diskusi Bu? Baiklah 20 menit di ruang
tamau ini ya...
Kerja :
“Hal pertama yang perlu ibu lakukan untuk mengatasi koping individu tidak
efektif pada bapak Harun adalah menyadarkan beliau akan koping individu
tidak efektif tersebut.ibu bisa mendiskusikan kembali penyebab masalah bapak
Harun dan mendiskusikan pula mengapa bapak Harun menggunakan koping
menyangkal semua permasalahannya sehingga membuat pak Harun
bermusuhan dengan lingkungan sekitarnya termasuk terhadap ibu. Setelah itu,
ibu bantu pak Harun untuk menilai apakah pola kopingnya itu baik dan bisa
menyelesaikan masalahnya. Nah setelah beliau menyadari bahwa pola
kopingnya tidak efektif, coba ibu diskusikan pola koping yang dulu dimiliki
beliau, misalnya bila dulu pernah memiliki suatu masalah maka apakah beliau
SP 3 – Keluarga
Melatih keluarga menerapkan cara merawat pasien dengan koping individu
tidak efektif
Orientasi :
“Selamat pagi..bu. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah
mengingat kembali cara-cara merawat bapak Harun seperti yang kita
diskusikan hari Kamis kemarin? Baiklah bu, sesuai dengan kesepakatan kita
hari ini saya akan mendampingi ibu untuk melatih bapak Harun menggunakan
koping yang sehat selama 30 menit, dimana kita akan latih Bu? Disini saja,
Baiklah..
Kerja :
(Sebelumnya perawat sudah membuat kontrak dengan pasien)
“Selamat pagi pak Harun, seperti yang suster katakan hari ini suster akan
menemani istri Bapak untuk melatih bapak bagaimana mendiskusikan masalah
bapak, sehingga bapak bisa menemukan jalan keluar yang sehat. Bapak
bersediakan? Nah sekarang, silahkan ibu mencoba memulainya. Wah, bagus
sekali! Sekarang ibu Endah sudah mampu melatih bapak harun dengan benar.
Perawat dan keluarga meninggalkan pasien.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan ibu setelah melatih pak Harun tadi? Ibu bisa melatih cara
ini terhadap pak Harun setiap kali ibu melihat pak Harun memiliki masalah.
Hari Kamis jam 10 pagi nanti saya akan datang lagi untuk menjelaskan tentang
cara merujuk bapak Harun jika kondisinya tidak memungkinkan untuk dirawat
dirumah. Baiklah bu, saya rasa hari ini sudah cukup. Saya pamit dulu.
“Selamat pagi...
SP 3 Keluarga
Merujuk pasien dengan koping individu tidak efektif
Orientasi :
“Selamat pagi..bu. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah mulai
mempraktekkan cara-cara yang kita diskusikan Senin kemarin? Wah, bagus
sekali! Nah sesuai kesepakatan kemarin, hari ini saya akan menjelaskan tentang
kondisi apa saja yang harus ibu perhatikan dari pak Harun. Berapa lama kita
diskusi Bu? Setengah jam, disini saja? Baiklah...
Kerja :
“Bu, jika kondisi bapak Harun tetap tidak berubah dan perilakunya semakin
tidak terarah atau jika pak Harun tidak dapat menemukan pola penyelesaian
yang baik, maka sebaiknya ibu membawa pak Harun ke Puskesmas. Nah ibu
dapat bertemu saya disana. Disana juga ada dokter yang akan membantu pak
Harun. Jadi kami akan bersama-sama membantu pak Harun. Jika perilaku pak
Harun juga tetap tidak berubah maka kami akan merujuk pak Harun ke RSU
dimana disana ada dokter ahli jiwa yang akan turut serta membantu pak
Harun.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan ibu Endah setelah kita diskusi tadi? Bisa ibu jelaskan
kembali perilaku-perilaku bapak Harun yang perlu dirujuk? Bagus sekali, ibu
bisa menjelaskan ulang dengan baik. Baiklah bu, karena kondisi pak Harun
sudah membaik dan keluarga juga sudah mempunyai kemampuan untuk
merawat pak Harun secara mandiri, maka saya tidak akan datang lagi kemari.
Namun jika ibu ada sesuatu maka ibu bisa menghubungi saya di Puskesmas.
“Selamat pagi...”
Alin
RTL :
Melatih kegiatan konstruktif
V. REFERENSI
ASUHAN KEPERAWATAN
KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF
I. PENGERTIAN
Koping keluarga tidak efektif adalah suatu keadaan dimana keluarga menunjukkan risiko tinggi
perilaku destruktif dalam berespons terhadap ketidakmampuan untuk mengatasi stressor internal
atau eksternal karena ketidakmampuan (fisik, psikologis dan kognitif) yang dimiliki.(Nanda,
2012).
1. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya harga diri rendah, meliputi:
a. Faktor Biologis
a.) Adanya riwayat anggota keluarga menderita depresi
b.) Status nutrisi: anoreksia, terlalu kurus atau obesitas/BB tidak ideal
c.) Status kesehatan secara umum: Riwayat penyakit Kronis( kanker, penyakit
neurologis, peilepsi, trauma kepala, riwayat gangguan jantung dan gangguan
paru-paru, riwayat penyakit endokrin dan riwayat penyalahgunaan zat)
d.) Pembatasan aktivitas jangka panjang akibat penyakit kronis atau tindakan medis
tertentu (NGT, Kateter, intubasi, infuse)
b. Faktor Psikologis
Pada keluarga, dapat ditemukan adanya pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan, seperti penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan berulang; kurang mempunyai tanggung jawab personal; ketergantungan
pada orang lain; penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran
yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis; pengaruh penilaian internal individu.
a. Orang yang penting atau berpengaruh dalam keluarga tidak mampu mengekspresikan
perasaan seperti memendam rasa bersalah, kecemasan, permusuhan dan keputusasaan
b. Pola pengambilan keputusan keluarga yang sewenang-wenang (otoriter)
c. Hubungan antar anggota keluarga yang penuh keragu-raguan
POKOK BAHASAN B.
PROSES KEPERAWATAN KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
Tanda dan gejala dapat ditemukan melalui wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana pandangan/ penilaian keluarga tentang Kondisi yang ibu alami saat ini?
b. Bagaimana penilaian keluarga tentang sakit yang ibu alami dan apakah mempengaruhi
hubungan Anda dengan orang lain?
c. Apa yang menjadi harapan keluarga, dan usaha apa yang telah ibu lakukan u memenuhi
harapan ibu?
d. Apa saja harapan yang telah keluarga capai?
e. Apa saja harapan keluarga yang belum berhasil Anda capai?
f. Apa yang keluarga lakukan untuk mencapai harapan dan keinginan yang belum
terpenuhi?
Tanda dan koping keluarga tidak efektif yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai berikut:
Ketegangan dalam keluarga, menurunnya toleransi satu sama lain, permusuhan dalam keluarga,
perasaan malu dan bersalah, perasaan tidak berdaya, agitasi, mengingkari masalah, harga diri
rendah, penolakan
Data hasil wawancara dan observasi didokumentasikan pada kartu berobat pasien di
puskesmas. Contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut:
Data : Ketegangan dalam keluarga, menurunnya toleransi satu sama lain, permusuhan
dalam keluarga, perasaan malu dan bersalah, perasaan tidak berdaya, agitasi, mengingkari
masalah, harga diri rendah, penolakan
Tujuan Khusus:
1. Mengenal masalah yang terjadi dalam keluarga
2. Melakukan cara penyelesaian masalah dalam keluarga
Tindakan Keperawatan untuk Pasien dengan koping keluarga tidak efektif
1.) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga
2.) Mengidentifikasi koping yang dimiliki keluarga
3.) Mendiskusikan tindakan atau koping yang dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah
4.) Mendiskusikan alternatif koping atau cara penyelesaian masalah yang baru
5.) Melatih menggunakan koping atau cara mengatasi masalah yang baru
6.) Mengevaluasi kemampuan keluarga menggunakan koping yang efektif
Tindakan
1.) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar keluarga
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang perawat
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
ORIENTASI :
” Selamat pagi, perkenalkan nama saya ibu Rini, dari Puskesmas ..................
”Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini? Adakah yang sedang bapak/ibu pikirkan?”
KERJA:
” Apa masalah dalam keluarga yang Bapak/Ibu alami? Apakah ada anggota keluarga
yang dirasakan menjadi sumber masalah? (kaji semua anggota keluarga, agar
”Yang mana dari masalah tersebut yang paling berat Bapak/Ibu rasakan? (fokus 1
masalah yang paling berat)
”Apa yang telah Bapak/Ibu lakukan dalam mengatasi masalah itu? (Tulis semua upaya
keluarga). Bagaimana hasilnya? Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah
melaksanakan upaya tersebut? (Saudara dapat menemukan cara yang efektif dan
efisien)
”Baik, Bapak/Ibu kita akan bicarakan beberapa cara untuk mengatasi masalah dalam
keluarga Bapak/Ibu:
”Baiklah kalau perlu saya akan ikut dalam pertemuan keluarga tersebut
TERMINASI
”Baik, Bapak/Ibu telah pilih cara yang mau dicoba, silakan coba!”
”besok saya datang, jam yang sama. Nanti kita akan bahas keberhasilan Bapak/Ibu
mencoba dan membicarakan cara yang lain. Selamat pagi.
ORIENTASI
” Selamat pagi, sesuai janji saya hari ini kita akan bercakap-cakap lagi.” Bagaimana
pak/Bu, apakah bapak/Ibu sudah mencoba berbicara dengan keluarga tentang
masalah keluarga? Apa yang bapak rasakan setelah berbicang-bincang. Bagaimana
kalau sekarang kita membicarakan tentang berbicara terbuka? Dimana kita duduk?
bagaimana kalau diruang tamu, Berapa lama? bagaimana jika 30 menit?”
KERJA
”Apakah bapak merasakan kesulitan menyampaikan pendapat dalam keluarga? Apa
usaha mengatasinya? berhasil? Bagaimana kalau bapak mencoba untuk
menyampaikan perasaan yang Bapak/ Ibu rasakan?
”Apakah bapak pernah perlu memberikan nasehat pada orang lain ?” Apakah bapak
menghindari masalah, dan hanya berharap akan ada perubahan ?”
”Nah, mari kita belajar berbicara secara terbuka atau disebut asertif yaitu
menyampaikan perasaan kita kepada orang yang bersangkutan secara spontan sesuai
dengan situasi yang mendukung, sehingga orang lain memahami apa maksud dan
tujuan kita serta memahami alasan keberatan yang disampaikan. Apakah ada hal
yang sangat mengganggu yang ingin Bapak/Ibu sampaikan. Saya akan dampingi
Bapak/Ibu untuk melatih tehnik ini. Mari kita latihan, Bapak/Ibu sampaikan masalah
yang Bapak rasakan kepada isteri/suami dengan nada baik tanpa emosional. Bagus
sekali Bapak/Ibu telah mencoba. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah Bapak/Ibu
mengungkapkan masalah?”
TERMINASI
”Bisa Bapak/Ibu ulang apa saja yang sudah kita diskusikan? Bagus sekali Bapak/ Ibu
telah mencoba latihan asertif jika nanti ada yang ingin disampaikan Bapak/Ibu bisa
mencobanya lagi.” Minggu depan saya akan datang kesini untuk membicarakan
tentang cara menyelesaikan masalah yang Bapak/Ibu rasakan. !” Selamat pagi.
ORIENTASI
”Selamat pagi Bapak/ ibu, sesuai dengan janji saya datang lagi.”
”Bagaimana perasaan Bapak/ ibu hari ini ? ” apakah sudah dicoba cara yang kita
bahas minggu lalu ? ”
”Baik sekarang kita akan membicarakan cara menyelesaikan masalah yang ibu
anggap paling benat? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit.”
KERJA :
TERMINASI
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita bincang-bincang. Apa saja tadi cara yang
dapat menyelesaikan masalah ibu. Minggu depan kita akan bertemu lagi, dan bapak/
dan cara yang bapak/ibu pilih tadi di coba ya.. Bapak/ibu.” Kita akan membicarakan
masalah yang lain lagi yang masih belum terselesaikan. Sampai jumpa. Selamat
pagi.”
VI. REFERENSI