Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I

Diampu oleh : Nia Restiana, M.Kep, Ners, Sp. J

Disusun Oleh :

Kelompok 3 / 2D

Intan Ajeng Kartini (C1914201127)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2021
A. Kasus
Gangguan citra tubuh
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi
Gangguan citra tubuh adalah kebingungan dalam gambaran mental dari fisik
seseorang. (NANDA 2012-2014)
Gangguan citra tubuh adalah suatu keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko untuk mengalami gangguan dalam pencerapan diri seseorang.
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang
penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan
sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan
untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan sisa
ekstremitas, mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa ekstremitas dan
menyembunyikan sisa ekstremitas lain. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat
mengganggu proses rehabilitasi dan berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial
(Wald & Alvaro, 2004)
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan
mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra
tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan
fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan anggota
penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).
Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat meliputi respon
terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan, perubahan dalam kebebasan dan
ketergantungan, serta pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi.
2. Faktor Prediposisi
Faktor predisposisi gangguan citra tubuh :
a. Kehilangan /kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan ukuran,bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit)
c. Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi,kemoterapi,transplantasi.
3. Faktor Presifitasi
Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh :
a. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
b. Menolak bercermin
c. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
d. Menolak usaha rehabilitasi
e. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
f. Menyangkal cacat tubuh
4. Penilaian Stresor
Apapun masalah dalam konsep diri dicetuskan oleh stressor psikologis,sisiologis,atau
fisiologis, elemen yang penting adalah persepsi pasien terhadap ancaman ( Stuart 2010,
hal.190 )
5. Sumber Koping
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai
efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari
konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial jugamempengaruhi citra tubuh.
Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan
pandangan orang lain.
Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian
tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari
konsep diri (Potter & Perry, 2005).
6. Mekanisme Koping
Dalam kehidupan sehari-harinya, individu menghadapi pemgalaman yang
mengganggu ekuibrium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami perubahan
hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri dengan cara
negative. Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku pemecah
masalah (mekanisme koping) yang bertujuan untuk meredakan ketegangan tersebut.
Klien gangguan konsep diri menggunakan mekanisme kopingyang dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang.
a. Koping jangka pendek
Karakteristik koping jangka pendek :
1) Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara krisis. Misalnya
menonton televise, kerja keras, olahraga berat.
2) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut
kegiatan social politik, agama
3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri,
misanya aktivitas yang berkompetensi yaitu pencapaian akademik atau olahraga
4) Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi
kurang berarti dalam kehidupan, misanya penyalahgunaan zat.
b. Koping jangka panjang
Koping jangka panjang dikategorikan dalam penutupan identitas dan identitas
negative.
1) Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi individu.
2) Identitas negative
3) Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai dan
harapan masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering dipakai adalah :
1) Fantasi, kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang sudah ada
(dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru
2) Disposiasi, respons yang tidak sesuai dengan stimulus
3) Isolasi, menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar
4) Prijeksi, kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang lain
5) Displacement, mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada orang lain
yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi
7. Rentang Respon
Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan meliputi perubahan dalam
kebebasan. Pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi.
Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
a. Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian,
pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan)
b. Respon mal-adaptip: lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan
kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat
merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
c. Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:
1) Respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian
(membuat keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru
terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling
mendukung dengan keluarga.
2) Respon mal-adaptip: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa
kepeduliannyaterhadap yang lain yang terus-menerus bergantung atau dengan
keras menolak bantuan.
d. Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:
1) Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan
menerima tawaran bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.
2) Respon mal-adaptip: mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat
kedangkalankepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri
sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).
C. Rencana Tindakan Keperawatan

TUJUAN INTERVENSI
Tujuan Umum : klien mampu 1. Mengidentifikasi perasaan pasien
meningkatkan kepercayaan diri tentang bagian tubuh yang hilang,
TUK 1 : meningkatkan harga diri klien rusak, mengalami gangguan
2. Diskusikan dengan pasien aspek positif
bagian tubuh
3. Melatih fungsi bagian tubuh yang
masih baik
4. Mengevaluasi perasaan pasien
TUK 2 : membantu klien menerima 1. Meminta pasien untuk terbuka tentang
kondisinya yang sekarang perasaannya
2. Melatih koordinasi fungsi anggota
tubuh
3. Merencanakan kegiatan yang dapat
dilakukan kedepan
4. Mengevaluasi perasaan pasien

Anda mungkin juga menyukai