Abstrak
Metode TPR adalah salah satu metode untuk pengajaran bahasa pada anak usia dini karena penerapannya
berhubungan antara koordinasi perintah, ucapan dan gerak sehingga seorang anak lebih mudah untuk
menguasai suatu bahasa dalam pembelajarannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
bagaimana guru TK Aisyiyah 5 Tanggulangin mengajarkan bahasa Inggris dengan metode TPR pada
siswanya. Metode penelitian ini menggunakan desain kualitatif deskriptif. Non partisipan observasi dan
wawancara dilakukan sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tiga
belas aspek metode TPR ditemukan bahwa guru lebih sering mengimplementasikan TPR pada natural
conditions baik di dalam maupun di luar jam pelajaran. Pada penerapan metode TPR diketahui juga ternyata
siswa tidak hanya merespon dengan gerakan fisik atau non verbal saja tapi juga dengan respon ucapan atau
verbal. Data wawancara menunjukkan bahwa guru lebih kreatif menggunakan metode TPR dengan tidak
terpaku pada satu materi yang diberikan pada jam pelajaran bahasa Inggris namun juga dalam berinteraksi
dan berkomunikasi di luar kelas. Dengan metode TPR yang diaplikasikan pada kegiatan sehari-hari oleh
guru di lingkungan sekolah dapat membuat siswa lebih mudah memahami bahasa Inggris.
Kata kunci: metode total physical response; pengajaran bahasa inggris; anak usia dini
196
Astutik, & Aulina, Metode total physical response … 197
TPR pemahaman dan ingatan diperoleh dengan memberikan materi kepada siswanya. Guru
baik melalui gerakan tubuh para siswa dalam yang menentukan tentang apa yang akan
menjawab atau memberikan respon pada dipelajari dan siapa yang memerankan materi
perintah-perintah. Bentuk Imperative bahasa pelajaran. Siswa dalam metode TPR ini
merupakan sarana ampuh untuk memiliki peran utama sebagai listener
memanipulasikan tingkah laku para siswa dan (pendengar) sekaligus actor (pelaku). Siswa
membimbing mereka kearah pemahaman mendengarkan dengan penuh seksama
melalui gerak atau perbuatan”. Rachmawati kemudian merespon secara fisik berdasarkan
(2013, p.3) menyatakan bahwa “TPR perintah yang diberikan guru baik secara
merupakan metode yang popular untuk kelompok maupun individu. Berhasil
mengenalkan kosakata yang berkenaan dengan tidaknya penerapan metode TPR untuk
tindakan atau gerakan bagi anak usia dini”. mengajarkan bahasa Inggris tidak lepas dari
kefasihan guru dalam pengucapan (verbal)
Dari berbagai definisi TPR di atas dapat bahasa Inggris maupun keaktifan guru dalam
disimpulkan bahwa metode TPR merupakan mempraktikkan gerakan (movement/action).
metode yang sangat mudah diaplikasikan
dalam pengajaran bahasa karena mengandung Larsen & Freeman (1986, p.116)
unsur gerakan tubuh (movement) sehingga dapat menyatakan bahwa “metode Total Physical
menghilangkan stress pada anak didik dalam Response yang diterapkan oleh guru
pembelajaran bahasa khususnya pada saat bertujuan agar tercipta suasana yang nyaman
mempelajari bahasa asing yang dalam hal ini sehingga siswa dapat menikmati
adalah bahasa Inggris. Metode TPR juga dapat pembelajaran dan dapat belajar untuk
menciptakan suasana hati yang positif pada berkomunikasi menggunakan bahasa asing
anak didik yang dapat memfasilitasi dengan baik. Hal ini dikarenakan bahwa
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pada dasarnya metode ini dikembangkan
motivasi siswa dalam mempelajari bahasa target untuk mengurangi tekanan bagi siswa di
khususnya bahasa Inggris. Di dalam dalam kelas, dan membuat suasana kelas
penelitiannya Wijayatiningsih dan Mulyadi menyenangkan”. Dengan guru
(2014, p.65) menyatakan dalam penelitiannya menggunakan metode ini siswa akan
bahwa “penerapan model TPR dapat sekaligus belajar bahasa sekaligus
membantu anak usia dini dalam menguasai mempraktikkannya –learning by doing-.
kosakata sederhana dalam bahasa Inggris Sehingga siswa akan mudah memahami
beserta artinya dalam bahasa Indonesia. bahasa Inggris yang diajarkan oleh guru.
Penerapan model TPR dalam bahasa Inggris Larsen-Freeman (1986, p.118) juga
untuk anak usia dini cocok diaplikasikan menyatakan bahwa “pada tahap pertama
kepada anak – anak TK”. selain itu, Ummah metode TPR, guru bertindak sebagai model
(2017, p.426) menemukan bahwa kebanyakan yang memperagakan tindakan. Guru dapat
siswa TK di RA. Nurul Hikmah Pamekasan memberikan instruksi pada beberapa anak
lebih tertarik untuk belajar bahasa Inggris saat didiknya dan kemudian memberi contoh
guru meminta mereka untuk mempraktikk atau mempraktekkan ucapannya di hadapan
ankosakata bahasa Inggris dengan memberi peserta didik agar supaya para peserta didik
respon secara fisik. Umumnya anak usia dini dapat memahami intruksi atau perintah yang
lebih memilih untuk belajar bahasa Inggris diberikan dan dapat mengikuti ucapak serta
dengan ungkapan sederhana kemudian meniru gerakan dari instruksi guru. Pada tahap
apa yang dipraktikkan guru baik verbal maupun kedua para peserta didik dapat
non verbal (gerakan). mendemonstrasikan apa yang mereka
Melihat keberhasilan anak saat pahami dari perintah-perintah yang telah
mempelajari bahasa di sekolah, tentunya tidak diberikan guru. Kemudian sampai pada
lepas dari peran guru dalam menerapkan tahap ketika para peserta didik sudah
metode TPR. Guru merupakan pengarah dan mengerti, memahami serta merespon
fasilitator di lingkungan sekolah untuk perintah atau instruksi secara fisik, para
peserta didik dapat belajar lebih jauh untuk Guru: “ayo anak-anak siapa yang masih ingat
membaca dan menuliskannya. Sehingga pada pelajaran minggu lalu? Please rise your
saatnya para peserta didik telah siap untuk hand...”
berbicara dengan bahasa asing. Murid: “me... me.. me..” (sambil mengacungkan
tangan)
Menurut Larsen & Freeman (2000,
Penggalan percakapan di atas
p.111-113), ada tiga belas aspek di dalam
merupakan contoh aktifitas guru dalam
pengajaran metode TPR antara lain: 1) Bahasa
target harus disajikan secara utuh, tidak hanya penerapan TPR kepada anak didiknya di TK
Aisyiyah 5 Tanggulangin, Sidoarjo. Hal
kata demi kata. 2) Pemahaman siswa tentang
tersebut menunjukkan bahwa saat guru
bahasa target harus dikembangkan sebelum
memberi perintah dalam bahasa Inggris
berbicara. 3) Siswa pada awalnya memanggil
dengan kalimat “rise your hand”, para siswa
satu bagian bahasa dengan cepat dengan
menggerakkan tubuh mereka. 4) Perintah merespon dengan mengacungkan tangan
mereka. Ini artinya siswa terlebih dahulu
adalah perangkat linguistik yang kuat dimana
telah memahami arti dari kalimat “rise your
guru dapat mengarahkan perilaku siswa. 5)
Siswa dapat belajar melalui pengamatan hand” yaitu “acungkan tangan” sehingga ada
tindakan atau gerakan dimana siswa secara
tindakan serta melakukan tindakan sendiri. 6)
sadar merespon perintah guru dalam bahasa
Sangat penting agar siswa merasa sukses.
Inggris. Hal ini sejalan dengan salah satu
Perasaan sukses dan rendahnya kecemasan
aspek TPR sesuai dengan teori Larsen dan
memudahkan pembelajaran. 7) Siswa tidak
boleh dihafal rutinitas tetap. 8) Koreksi harus Freeman (2000: 111) yang mengatakan
bahwa pemahaman siswa tentang bahasa
dilakukan dengan cara yang tidak mencolok. 9)
target harus dikembangkan sebelum
Siswa harus mengembangkan fleksibilitas dalam
memahami kombinasi baru dari potongan berbicara. . Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Singh (2011, p.21) yang
bahasa target. Mereka perlu memahami lebih
menggunakan indikator Larsen dan Freeman
dari kalimat yang tepat yang digunakan dalam
yang menyatakan bahwa siswa merupakan
pelatihan. Novelty juga memotivasi. 10) Belajar
peniru dari contoh gerakan atau non verbal
bahasa lebih efektif bila menyenangkan. 11)
Bahasa lisan harus ditekankan dalam bahasa gurunya.
Selama ini beberapa penelitian yang
tertulis. 12) Siswa akan mulai berbicara saat
berkaitan dengan metode TPR hanya
mereka siap. 13) Siswa diharapkan membuat
kesalahan saat pertama kali mulai berbicara. berfokus meneliti dari sisi siswa terhadap
pembelajaran bahasa Inggris dimana siswa
Guru harus toleran terhadap mereka. Bekerja
hanya merespon command guru dengan
pada detail bahasa yang bagus harus ditunda
respon fisik atau non verbal language saja. Oleh
sampai siswa menjadi agak mahir.
karena itu, pada penelitian ini peneliti juga
ingin menganalisa bahwa di dalam metode
Pada observasi awal yang dilakukan
TPR siswa tidak hanya merespon command
oleh peneliti di TK Aisyiyah 5 Tanggulangin
guru hanya dengan gerakan (non verbal) tapi
diketahui bahwa Guru di TK tersebut telah
juga dengan respon ucapan (verbal). Selain
menggunakan Metode Total Physical Response
itu, peneliti juga fokus meneliti pada sisi
(TPR) dalam mengajarkan bahasa Inggris pada
guru tentang proses pengajaran bahasa
siswanya. Misalnya saat memulai pelajaran
Inggris terhadap anak usia dini. Hal ini
setelah mengucap salam, guru memberi
karena seorang guru harus memiliki peran
stimulasi kepada siswa sebelum dimulainya
aktif dalam menerapkan metode Total
pelajaran dengan menanyakan aktifitas
Physical Response.
pelajaran minngu sebelumnya, seperti contoh
Berdasarkan kenyataan di atas, dalam
dibawah ini:
penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih
dalam tentang penggunan metode Total
Physical Response (TPR) pada pengajaran
bahasa Inggris di TK Aisyiyah 5
Tanggulangin selain itu peneliti juga ingin dibutuhkan untuk mengecek kebenaran dari
menetahui kendala apa saja yang dihadapi guru data observasi.
dan bagaimana cara mengatasi kendala tersebut Pada penelitian ini teknik analisa
berdasarkan perspektif guru bahasa Inggris di data yang dilakukan adalah mereview data
TK tersebut. yang telah dikumpulkan, mengidentifikasi
aspek-aspek penerapan TPR yang digunakan
METODE guru, mengidentifikasi dan melakukan
Pada penelitian ini peneliti menggunakan proses reduksi tentang aspek-aspek metode
metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini TPR yang muncul ataupun tidak muncul
dilakukan di TK Aisyiyah 5 Tanggulangin pada pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris.
kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Alasan Selanjutnya, melakukan review data dari
peneliti melakukan penelitian di tempat observasi tersebut dengan hasil wawancara
tersebut adalah karena TK Aisyiyah 5 untuk mengetahui kendala, penyebab
Tanggulangin adalah sekolah Taman Kanak- terjadinya kendala dan cara mengatasi
kanak yang telah mengaplikasikan TPR pada kendala tersebut dari perspektif guru.
pengajaran kosakata bahasa Inggris pada Terakhir adalah membuat kesimpulan
murid-muridnya. Subyek pada penelitian ini berdasarkan analisa data.
adalah Guru bahasa Inggris di TK Aisyiyah 5
Tanggulangin dan siswa TK kelas A. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sedangkan sumber data pada penelitian ini Hasil dari observasi dan wawancara
adalah penerapan metode total physical response menunjukkan bahwa guru TK Aisyiyah 5
yang digunakan oleh guru TK Aisyiyah 5 menggunakan aspek-aspek metode TPR
Tanggulangin dalam mengajarkan kosakata terhadap siswanya saat mengajarkan
bahasa Inggris pada siswanya dan data kosakata bahasa bahasa Inggris di dalam
penelitian ini adalah data verbal maupun kelas. Tidak hanya saat proses pembelajaran
nonverbal yang digunakan guru dan siswa pada di dalam kelas, akan tetapi juga guru
saat menerapkan metode TPR dalam menggungakan metode TPR saat
mempelajari bahasa Inggris. berinteraksi dengan siswanya di luar kelas.
Dari penelitian ini juga diketahui bahwa saat
Instrumen yang digunakan pada saat
guru memberi command atau perintah di
pengumpulan data adalah observasi dan
dalam penerapan metode TPR, siswa tidak
wawancara. Di dalam penelitian ini peneliti
hanya merespon dengan gerakan fisik atau
menggunakan observasi non-partisipan karena
non verbal saja tapi juga dengan respon
disini peneliti tidak secara langsung terlibat di
ucapan atau verbal. Hal ini berbeda dengan
dalam aktifitas pembelajaran bahasa Inggris di
beberapa penelitian selama ini yang
dalam kelas maupun interaksi antara guru dan
menyatakan bahwa respon siswa saat guru
siswa di luar kelas. Peneliti hanya mengamati
menerapkan metode TPR hanya dengan
aktifitas dan interaksi guru dan siswa kelas A.
respon fisik. Seperti yang dikemukakan oleh
Observasi dilakukan di dalam maupun di luar
Singh (2011, p. 21) bahwa siswa adalah
kelas selama jam sekolah yaitu pukul 8.30 WIB
peniru gerakan (non verbal language) gurunya
sampai dengan 10.00 WIB setiap hari jumat
saat guru menerapkan metode TPR.
selama 4 (empat) kali. Sedangkan untuk
Penjelasan tentang hasil observasi dan
mendapatkan data yang akurat dan valid,
wawancara tentang metode TPR pada
peneliti merekam sumber data dengan video
pengajaran bahasa Inggris di TK Aisyiyah 5
recorder. Selain itu, wawancara juga dilakukan
Tanggulangin dijelaskan secara detail sebagai
untuk mendapatkan data tambahan. Teknik ini
berikut:
dilakukan untuk memperoleh data dari
perspektif guru-guru TK Aisyah 5
Tanggulangin tentang kendala yang dihadapi
pada saat menerapkan TPR pada siswa, apa saja
penyebab kendala tersebut dan bagaimana cara
mengatasinya. Wawancara ini sangat
1) Bahasa target harus disajikan secara Ketika hal ini ditanyakan langsung
utuh, tidak hanya kata demi kata. kepada guru pada saat sesi wawancara, guru
menjelaskan bahwa ia merasa kesulitan saat
Selama ini tidak sedikit guru yang harus menerangkan kosakata yang berupa
mengajarkan bahasa target yakni bahasa Inggris kata benda. Sebaliknya kalau yang diajarkan
dengan mengartikan kata demi kata untuk berupa kata kerja atau perintah, guru
memahami suatu kalimat. Padahal hal tersebut tersebut bisa langsung memberi contoh
tidak efektif untuk anak dalam mencapai gerakan yang akhirnya dapat dimengerti
bahasa target. Oleh karena itu, guru diharapkan siswa. Pada aspek yang pertama (1) ini selain
mampu memberi pengertian dengan bahasa- respon fisik yang dilakukan siswa terhadap
bahasa yang lugas dalam mengartikan suatu perintah guru, siswa juga merespon secara
kalimat dalam bahasa Inggris sekaligus verbal atau ucapan dengan mengulang
memberi contoh dengan tindakan atau gerak kosakata yang menjadi perintah guru. Seperti
tubuh kepada anak didiknya. Sayangnya hal ini penemuan Ummah (2017, p.424) yang
tidak digunakan oleh guru di TK Aisyiayh 5 menyatakan bahwa “the role of students were as
tanggulangin ini saat pelajaran di dalam kelas. imitators. It is also one of characteristic of TPR
Guru tersebut cenderung hanya mengajarkan method” yang artinya Peran siswa adalah
satu per satu kata meskipun dalam mengajarkan sebagai peniru. Ini juga salah satu
kalimat sederhana. Seperti contoh penggalan karakteristik metode TPR.
transkrip berikut:
pengamatan di luar kelas, peneliti menemukan please.. anak-anak sit down please...”, para siswa
bahwa guru mengaplikasikan aspek metode menirukan kalimat guru dan diikuti dengan
TPR ini kepada siswa secara individu bahwa gerakan duduk.
guru tersebut memberi pemahaman sebelum
kosakata bahasa Inggris diberikan, dan ini Sejalan dengan hasil interview
sesuai dengan teori Larsen dan Freeman (2000, sebelumnya, hal ini dikarenakan guru merasa
p.111) bahwa sebelum siswa berbicara ia harus lebih mudah mengajarkan TPR tentang kata
diberi pemahaman tentang bahasa target. kerja bukan kata benda. Disini sangat perlu
Contohnya saat akan pulang dari sekolah, kreatifitas guru untuk dapat membuat semua
seorang siswa yang berlari keluar kelas materi dapat dengan mudah diberikan
dipanggil oleh guru tersebut dan ia menjelaskan kepada siswa dengan memaksimalkan
kepada siswa untuk bersalaman dahulu metode TPR baik itu kata kerja maupun kata
terhadap guru, “lhooo anak ganteng kalau pulang benda. Misalnya dengan menunjukkan benda
harus salaman dulu sama ibu guru.. shake hand dulu.. atau gambar benda yang dimaksud.
shake hand apa shake hand?? Salaman....” .
penggalan transkrip tersebut menunjukkan 4) Perintah adalah perangkat linguistik
bahwa guru memberi pemahaman terlebih yang kuat dimana guru dapat
dahulu tentang kosakata “bersalaman” dalam mengarahkan perilaku siswa.
bahasa Inggris yang artinya “shake hand”.
Kalimat perintah dengan bahasa
Hasil interview memperlihatkan bahwa target dapat digunakan guru untuk
guru bahasa inggris di TK aisyiyah 5 ini mengarahkan perilaku siswa baik di luar
seringkali kehilangan ide yang kreatif untuk maupun di dalam kelas. Selain contoh kata
memberikan materi terhadap anak didiknya di atau kalimat perintah pada transkrip tentang
dalam kelas, bahkan saat harus menghadapi aspek sebelumnya (2 dan 3), aspek ke empat
siswa-siswi TK yang pada dasarnya selalu ingin (4) ini sering digunakan guru TK Aisyiyah 5
bermain. Sehingga target utamanya adalah Tanggulangin untuk mengarahkan perilaku
hanyan sebatas materi tersampaikan sesuai siswanya di sekolah. Seperti contoh saat
rencana pelaksanaan pembelajaran harian. siswa ramai dikelas saat guru menerangkan
Padahal sebenarnya guru bisa lebih materi pelajaran, sebagaimana transkrip
mengeksplore kemampuan mengajarnya dibawah ini:
dengan metode TPR ini, khususnya pada aspek
ke dua (2) ini yaitu memberi pemahaman siswa Guru : ”Anak-anak.. anak-anak... silent
sebelum berbicara, seperti yang ia lakukan saat please... look a teacher... look at
kegiatan di luar kelas. teacher... silent please (guru
berbicara sambil meletakkan ujung
3) Siswa diawal mengucapkan satu bagian jari di mulutnya).
bahasa dengan cepat dengan Siswa : (melihat guru dan menirukan
menggerakkan tubuh mereka. ucapan serta gerakan guru)
Pada aspek ke tiga (3) ini guru terlihat Dari transkrip di atas menunjukkan
sangat baik mengaplikasikannya baik di dalam bahwa guru berusaha mengarahkan siswa
kelas maupun di luar kelas khususnya untuk untuk fokus dan memperhatikan guru
kata kerja, seperti rise your hand, shake hand, back menjelaskan materi pelajaran dengan
off dan lain sebagainya. Seperti contoh ketika memintanya untuk tenang dan melihat ke
beberapa ramai dan berebut meminta bantuan depan, Larsen dan Freeman (2000, p.112).
guru untuk mewarnai, guru berkata :”back off.. Aspek ke empat (4) ini juga seringkali
come on back off..” kemudian para siswa digunakan guru saat berada di luar kelas,
menirukan dengan mengucapkan: “back off” misalnya saat jam istirahat berlangsung ada
diikuti dengan bergerak mundur. Begitu juga dua siswa yang bertengkar kemudian guru
saat guru meminta siswa untuk duduk, “sit down
melerainya dan mengatakan, “stop... stop.. sudah .. itu, guru-guru di sekolah tersebut selalu
be good please.. jangan bertengkar...”. memberi contoh ucapan yang disertai
dengan tindakan yang baik di dalam maupun
Saat hal tersebut diklarifikasi dalam di luar kelas. Khususnya tentang materi
wawancara, guru menerangkan bahwa siswa bahasa Inggris yang menjadi bahasa target
siswi TK Aisyiyah sudah bisa memahami anak didik di sekolah TK Aisyiyah 5
kalimat-kalimat perintah bahasa Inggris yang Tanggulangin Sidoarjo, guru lebih sering
digunakan guru untuk komunikasi diluar jam memberi contoh dengan gerakan atau
pelajaran. Hal ini karena guru sering tindakan untuk mengajarkan bahasa Inggris
menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris saat yang diringi dengan mengucapkan kata
berinteraksi dengan siswanya untuk komunikasi perintah atau sebaliknya. Pada hasil
sehari-hari. Menurut guru tersebut berbicara penelitiannya Ummah (2017, p.427) juga
bahasa inggris pada situasi informal lebih mengatakan bahwa siswa adalah peniru dari
mudah daripada menggunakan bahasa Inggris contoh verbal dan non verbal gurunya. Pada
pada situasi formal khususnya saat proses pembelajaran, fase pertama adalah
penyampaian materi bahasa Inggris di kelas. memberi contoh, pada tahap ini guru
memberi perintah kepada siswanya dan
5) Siswa dapat belajar melalui pengamatan memberikan contoh gerakan kepada
tindakan serta melakukan tindakan siswanya. Sehingga siswa akan lebih mudah
sendiri. meniru dan mengingat.
6) Sangat penting agar siswa merasa
Pada aspek ini hasil pengamatan yang sukses. Perasaan sukses dan
dilakukan peneliti menunjukkan bahwa siswa rendahnya kecemasan
dapat belajar melalui tindakan guru yang memudahkan pembelajaran.
mereka amati baru kemudian mereka dapat
meniru apa yang dikerjakan guru baik di dalam Aspek ke enam (6) berikut ini
maupun di luar kelas. Saat aktifitas di dalam merupakan aspek yang berhubungan dengan
kelas berlangsung, misalnya ketika guru sikap guru dan siswa. Bagaimana guru
meminta siswa membuka LKS (lembar kegiatan mengelola kondisi kejiwaan siswa-siswinya
siswa) dengan bahasa Inggris, seperti : agar mereka merasa dapat memahami materi
yang telah disampaikannya, kemudian sejauh
Guru : “baik.. sekarang anak-anak... open mana guru dapat membuat siswa merasa
page ten... mana page ten..?” (guru sukses dalam memahami materinya. Hal ini
berbicara sambil membuka LKS sangat diperlukan karena siswa yang merasa
halaman sepuluh). dirinya memahami pelajaran yang
Siswa : (Siswa mendengar)... page ten.. disampaikan guru akan lebih percaya diri di
(mengulang perkataan guru) dan dalam kelas. Seperti contoh berikut ini:
membuka halaman sepuluh).
Guru : “ayoo .. tadi teacher menjelaskan
kalau hari senin itu bahasa
Inggrisnya... apa anak-anak?
Penggalan transkrip di atas jelas
mengindikasikan bahwa dengan aspek ke lima Siswa : Monday.. Monday..
(5) metode TPR ini siswa mampu melakukan
Guru : Excellent....Istimewa betul sekali...
tindakan setelah melihat tindakan yang (guru berbicara sambil
dicontohkan guru untuk membuka LKS mengacungkan ibu jari terhadap
halaman sepuluh dengan instruksi dengan siswa)
bahasa Inggris “open page ten..”
Penggalan transkrip di atas
Guru menjelaskan pada sesi wawancara menunjukkan sikap guru yang selalu
bahwa siswa-siswi di TK mudah sekali memotivasi siswa dengan pujian atau
menirukan apa yang mereka lihat. Oleh sebab apresiasi, sehingga siswa merasa dirinya
mampu memahami materi yang guru jelaskan. 8) Koreksi harus dilakukan dengan cara
Apabila hal ini terus dilakukan oleh guru, siswa yang tidak mencolok.
tidak merasa cemas dan stress sehingga suasana
yang menyenangkan akan tercipta yang Sejalan dengan aspek ke –enam
nantinya akan memudahkan pembelajaran bahwa siswa harus terus diberi motivasi
bahasa Inggris. Verawati (2016, p.31) dalam meskipun mereka membuat kesalahan
penelitiannya mengemukakan bahwa tujuan namun juga tidak membiarkan kesalahan
utama dikembangkan metode TPR adalah tersebut boleh dilakukan secara terus
untuk mengurangi tingkat strees siswa ketika menerus. Pada saat siswa melakukan
belajar bahasa asing. Salah satu cara utama kesalahan dalam mengucapkan bahasa
adalah untuk menyempurnakan pembelajar target, guru tidak diperkenankan secara
berbicara, menguatkan mereka, ketika siswa terang-terangan menegur atau
mulai berbicara, kesempurnaan bukan target mengoreksinya yang akan membuat siswa
utama. Wawancara yang dilakukan peneliti malu dan kehilangan rasa percaya diri. Aspek
terhadap subyek penelitian yaitu guru bahasa ini juga digunakan oleh guru TK Aisyiyiah 5
Inggris di sekolah TK ini Tanggulangin dengan baik. Tidak menegur
mengimplementasikan bahwa guru selalu secara langsung dan mencolok.
memberi pujian, apresiasi atau komentar yang
positif terhadap siswanya. Guru tersebut Guru mengatakan bahwa jika hal
menyatakan bahwa dalam mendidik anak usia tersebut dilakukan maka dapat
dini harus menghindari kalimat yang negatif, mempengaruhi kondisi psikologis siswa dan
misalnya saat siswa salah menjawab pertanyaan menghilangkan rasa percaya diri mereka di
guru. Maka guru tidak mengatakan ”itu salah” hadapan orang lain. Sehingga guru selalu
melainkan “kurang tepat“ atau “dont be noisy!” mengoreksi kesalahan siswa dengan
menjadi “silent please....” dan lain sebagainya. menghampiri siswa tersebut dan
membantunya untuk memperbaiki
7) Siswa tidak boleh menghafal rutinitas kesalahannya. Misalnya saat guru
tetap menunjukkan tentang anggota tubuh yaitu
hidung, seperti:
Siswa tidak diperkenankan melakukan
hafalan. Aspek ke tujuh (7) ini tidak ditemukan Guru : “Nose..”(menunjuk hidung)
pada saat guru memberikan materi inti dikelas.
Siswa 2 : “Nus ..”
Guru bahasa Inggris di sekolah ini didapati
memberi materi untuk dihafalkan, misalnya Guru : (guru menghampiri dan
tentang hari, bulan dan warna. Guru juga menunjuk hidung siswa
menanyakan hasil hafalan siswa pada minggu tersebut dengan lembut, dan
berikutnya. mengucapkan hidung dalam
bahasa inggris).. apa sayang??
Nose...”
Ketika diklarifikasi pada sesi
wawancara, guru menjelaskan bahwa hal ini Penggalan transkrip di atas
dilakukan agar siswa belajar bahasa target di merupakan aktifitas guru pada natural setting
rumah. Seperti yang diketahui usia kanak-kanak atau interaksi alami saat di luar jam pelajaran
merupakan usia emas dimana anak akan dengan berlangsung. Aspek ke delapan (8) tentang
mudah memahami dan menghafal sesuatu. cara guru merespon saat mengetahui
Sayangnya hal ini tidak sejalan dengan metode siswanya melakukan kesalahan dalam
TPR sesuai teori Larsen dan Freeman (2000) mempelajari bahasa Inggris ini juga
bahwa siswa tidak boleh menghafal rutinitas sependapat dengan penelitian yang dilakukan
tetap. Artinya mereka harus diberi ruang yag oleh Verawati (211, p.32) bahwa guru
seluas-luasnya untuk belajar bukan untuk sebaiknya memberikan toleransi kepada
menghafal. siswa hanya memperbaiki kesalahan secara
umum. Walaupun harus diperbaiki namun 10) Belajar bahasa lebih efektif bila
harus secara sopan. menyenangkan.
Dijelaskan guru saat wawancara bahwa Aspek ke tiga belas (13) ini berkaitan
menulis dilakukan untuk membantu siswa agar erat dengan aspek-aspek yang telah
lebih paham dalam mengauasai bahasa Inggris, dikemukakan oleh Larsen dan Freeman
selain itu menulis juga bagus untuk melatih sebelumnya, khususnya aspek ke dua belas.
motorik siswa. Apa yang dilakukan guru ini Siswa tidak akan diberi materi lanjutan
seiring dengan prinsip Larsen dan Freeman apabila belum menguasai materi sebelumnya.
pada aspek ke sebelas (11) ini bahwa Guru harus lebih toleran dengan kondisi-
pembelajaran bahasa target dengan kondisi siswa seperti ini. Aspek ini juga
menggunakan lisan (oral) harus ditekankan dilakukan oleh guru bahasa Inggris di
dengan penggunakan tulisan (written). sekolah TK ini. Guru akan mengulas materi
sebelumnya apabila siswa belum mahir
12) Siswa akan mulai berbicara saat mereka dalam mengucapkan bahasa target atau
siap bahasa Inggris.
Pada aspek ke dua belas (12) ini guru Dari empat kali pengamatan yang
diharapkan faham tentang kapan siswa siap dilakukan, peneliti menemukan bahwa guru
untuk berbicara bahasa target. Untuk itu guru hanya memberi 2 materi yaitu pertama
harus mengetahui perkembangan pembelajaran tentang nama hari dan bulan, dan yang
bahasa setiap siswanya. Aspek ini ternyata juga kedua nama warna. Itu Artinya guru selalu
sudah diimplementasikan oleh guru bahasa memantapkan memberi materi (hari
Inggris di sekolah TK Aisyiyah 5 ini. Guru pertama) pada pertemuan kedua yaitu
tidak memaksa siswa berbicara atau tentang nama hari dan bulan, sedangkan
mengucapkan kosakata yang telah diajarkan pada pertemuan ke empat memantapkan
apabila siswa diketahui belum atau tidak siap. materi (hari ketiga) yaitu tentang nama –
Misalnya saat guru menanyakan hasil hafalan nama warna. Pada aspek ini juga guru tidak
tentang materi sebelumnya, dan ada siswa yang diperkenankan memberikan pekerjaan
tidak atau masih belum hafal. Maka guru akan rumah karena materi yang belum benar-
mengulas kembali materi tersebut, dan begitu benar dikuasai siswa akan mempersulit
seterunya. mereka dalam mengerjakannya. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Singh (2011,
Hal ini disampaikan oleh guru saat p.21) bahwa “this method does not require
peneliti bertanya apakah guru meminta siswa homework because it is hard when students are at
untuk mengucapkan kosakata bahasa Inggris home completing homework that they do not
yang mereka belum kuasai. Guru menjelaskan understand.”
bahwa hal tersebut tidak pernah dilakukan
olehnya, yang Ia lakukan adalah jika ada siswa SIMPULAN
yang belum menguasai atau belum memahami Merujuk pada hasil penelitian, peneliti
suatu materi berarti siswa tersebut belum siap memperoleh data bahwa guru bahasa Inggris
untuk mengucapkan kosakata tersebut, hal ini di TK Aisyiyah 5 Tanggulangin
ditandai ketika siswa terdiam saat guru menggunakan aspek-aspek metode TPR baik
bertanya. Maka guru perlu mengulas kembali di dalam kelas maupun di luar kelas pada
materi tersebut. pengajaran bahasa Inggris terhadap
siswanya. Penggunaan metode TPR
13) Siswa diharapkan membuat kesalahan diketahui lebih optimal digunakan oleh guru
saat pertama kali mulai berbicara. pada saat berinteraksi dengan siswa di luar
Guru harus toleran terhadap mereka. pembelajaran materi bahasa Inggris. Artinya
Bekerja pada detail bahasa yang bagus disela-sela memberikan materi di kelas, guru
harus ditunda sampai siswa menjadi juga seringkali berinteraksi dengan siswa
agak mahir. dengan mengaplikasikan metode TPR. Hal
ini dapat diketahui pada saat meminta siswa
untuk tidak ramai dengan berkata “silent
please” sambil meletakkan jari telunjuk di bibir Rachmawati, R., (2013). Pengaruh penggunaan
dan sebagainya. Ucapan dan tindakan guru metode total physical response (TPR)
tersebut di respon siswa baik verbal maupun terhadap penguasaan kosakata bahasa
nonverbal, siswa mengucap silent please dan Inggris anak taman kanak-kanak
meletakkan jari telunjuk di bibirnya seolah-olah (penelitian kuasi eksperimen di TK-PG
memberi tahu yang lainnya. Beberapa aspek Darul Hikam Bandung). Diakses dari:
metode TPR juga seringkali digunakan oleh
http://repository.upi.edu.
guru saat berinteraksi dengan siswa di luar kelas
atau di luar jam pelajaran, salah satunya seperti Richard, J., & Rodgers, T.(2001). Approaches
kata “stop” untuk menghentikan siswa yang and methods in language teaching (1st ed).
bertengkar. Singkatnya, dari tiga belas aspek Cambridge: Cambridge University
metode TPR ditemukan bahwa guru lebih Press
banyak mengimplementasikan TPR pada natural
conditions baik di dalam maupun di luar kelas. Singh, Jai P. (2011). Effectiveness of total
Data wawancara menunjukkan bahwa guru physical response. Academic Voices a
lebih kreatif menggunakan metode TPR Multidisciplinary Journal, 1(1), p. 20-22.
dengan tidak terpaku pada satu materi, Suhartono.(2005). Pengembangan keterampilan
sehingga guru dapat mengeksplorasi metode bicara anak usia dini. Jakarta:
TPR secara optimal seperti mengucapkan Departemen Pendidikan Nasional.
kosakata bahasa Inggris yang diikuti dengan Tarigan, H.G. (2009). Pengajaran
gerakan atau action kedwibahasaan. Bandung: Angkasa
Dari kesimpulan di atas, implikasi yang
dapat dijabarkan dari penelitian ini adalah Ummah, S.S. (2017). The Implementation of
bahwa metode TPR merupakan cara yang TPR (Total Physical Response)
tepat digunakan oleh guru bahasa Inggris tidak Method in Teaching English for Early
hanya dalam mengajarkan materi pokok Childhood. Advances in Social Sciences,
tentang pembalajaran bahasa Inggris di kelas Education and Humanities Research
akan tetapi juga dalam berinteraksi dan (ASSEHR), Vol.58, p. 421-428
berkomunikasi sehari-hari. Dengan metode Verawati. (2016). Metode respon fisik total.
TPR yang diaplikasikan pada kegiatan sehari- Jurnal Metamorfosa, 4(2), p. 27-34.
hari oleh guru di lingkungan sekolah dapat Wijayatiningsih, & Mulyadi. (2014).
membuat siswa lebih mudah memahami bahasa Pemanfaatan model total physical
target yang sedang dipelajari. response dan repetition untuk
pengembangan pembelajaran bahasa
Inggris anak usia dini/TK. Jurnal
DAFTAR RUJUKAN Penelitian Pendidikan, 31(1), p. 63-66.
Asher, J. (1968). Total physical response method for
second language learning. San Jose: San Jose ACKNOWLEDGEMENTS
State College. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
pihak sekolah dan guru-guru TK Aisyiyah 5
Larsen - Freeman, D.(1986). Techniques and Tanggulangin yang telah menjadi subJek
principles in language teaching. NewYork: penelitian ini.
Oxford University Press
Larsen-Freeman, D., & Anderson, M..(2000).
Techniques and principles in language learning.
New York: Oxford University Press.