Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

Untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Yang dibina oleh

Oleh:

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MALANG
Oktober 2021
1. Masalah Utama: Gangguan Konsep Diri
2. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain termasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tujuan serta keinginan
(Stuart dan Sundeen, 1991).
Gangguan konsep diri merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami atau berisiko
mengalami kondisi perubahan perasaan pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang negatif
(Carpenito, 2001). Gangguan konsep diri meliputi gangguan pada: gambaran diri, ideal diri,
penampilan peran, identitas diri dan harga diri.

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap tersebut mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Disaat seseorang lahir sampai mati, maka selama 24 jam
sehari individu hidup dengan tubuhnya, sehingga setiap perubahan tubuh akan mempengaruhi
kehidupan individu. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya
akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses
didalam kehidupan sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga dirinya (Stuart,
2007).

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan
standar pribadi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri: kecenderungan individu
menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya, faktor budaya akan mempengaruhi individu
menetapkan ideal diri, ambisi dan keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan
rendah diri (Stuart & Sunden, 1998).

Penampilan peran merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan
adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran
yang terilih atau dipilh oleh individu (Stuart, 2007).

Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang
utuh (Stuart, 2007).
B. Rentang Respon
Rentang Respon konsep diri

Respon Adaptif Respon Mal adptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

(Skema I. Rentang Respon Konsep Diri Stuart & Sundeen, 1991) Pengertian :
a. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
b. Konsep diri : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri
c. Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri mal
adiptif
d. Keracunan identitas : kegagalan aspek individu mengintergrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematang aspek psikososial, kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain. (Kelliat, 1998)
C. Penyebab
1. Faktor predisposisi
a) Biologi
Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat
atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain, seperti suhu dingin atau panas, suara
bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, ingkungan yang tidak memadai, dan
pencemaran (polusi) udara atau zat kimia.
b) Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.
c) Sosio kultural
Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari
kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar
individu terdiri dari :
a) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b) Ketegangan peran atau transisi peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa
tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan
hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya. Ada 3 jenis transisi
peran :
1) Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma – norma budaya, nilai – nilai, serta tekanan
untuk menyesuaikan diri.
2) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui peristiwa penting dalam kehidupan individu seperti kelahiran atau
kematian.
3) Transisi peran sehat – sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
a. Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
b. Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal.
c. Prosedur medis dan perawatan (Stuart, 2016).
D. Tanda dan Gejala
1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
2. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
3. Perasaan tidak mampu
4. Rasa bersalah
5. Sikap negatif pada diri sendiri
6. Sikap pesimis pada kehidupan
7. Keluhan sakit fisik
8. Pandangan hidup yang terpolarisasi
9. Menilak kemampuan diri sendiri
10. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
11. Perasaan cemas dan takut
12. Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik positif
13. Ketidakmampuan menentukan tujuan (Wijayaningsih, 2015).
E. Akibat
1. Perubahan penampilan peran
Mekanisme : Berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang disebabkan oleh
penyakit merupakan akibat dari gangguan konsep diri.
2. Keputusasaan
Mekanisme : merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi
hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuan karena menganggap dirinya tidak
mampu.
3. Menarik diri
Mekanisme : perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas berada di lingkungan tersebut
yang merupakan akibat dari gangguan konsep diri (Keliat, 2001).
3. POHON MASALAH

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Effect

Koping individu tidak efektif


Core problem

Penolakan/duka disfungsional/kehilangan
Cause

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. (D.0086) Harga Diri Rendah Kronis
Definisi : Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti
tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus
menerus.
Penyebab :
1. Terpapar situasi traumatik
2. Kegagalan berulang
3. Kurangnya pengakuan dari orang lain
4. Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
5. Gangguan psikiatri
6. Penguatan negatif berulang
7. Ketidaksesuaian budaya

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
2. Merasa malu/bersalah
3. Merasa tidak mampu melakukan apapun
4. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
5. Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
6. Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
7. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
Objektif
1. Enggan mencoba hal baru
2. Berjalan menunduk
3. Postur tubuh menunduk
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa sulit konsentrasi
2. Sulit tidur
3. Mengungkapkan keputusasaan
Objektif
1. Kontak mata kurang
2. Lesu dan tidak bergairah
3. Berbicara pelan dan lirih
4. Pasif
5. Perilaku tidak asertif
6. Mencari penguatan secara berlebihan
7. Bergantung pada pendapat orang lain
8. Sulit membuat keputusan
9. Sering kali mencari penegasan
Kondisi Klinis Terkait
1. Cedera traumatis
2. Pembedahan
3. Kehamilan
4. Stroke
5. Penyalahgunaan zat
6. Demensia
7. Penyakit kronis
8. Pengalaman tidak menyenangkan

B. (D.0087) Harga Diri Rendah Situasional


Definisi : Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai
respon terhadap situasi saat ini.
Penyebab :
1. Perubahan pada citra tubuh
2. Perubahan peran social
3. Ketidakadekuatan pemahaman
4. Perilaku tidak konsisten dengan nilai
5. Kegagalan hidup berulang
6. Riwayat kehilangan
7. Riwayat penolakan
8. Transisi perkembangan

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
2. Merasa malu/bersalah
3. Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
4. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

Objektif
1. Berbicara pelan dan lirih
2. Menolak berinteraksi dengan orang lain
3. Berjalan menunduk
4. Postur tubuh menunduk
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Sulit berkonsentrasi
Objektif
1. Kontak mata kurang
2. Lesu dan tidak bergairah
3. Pasif
4. Tidak mampu membuat keputusan
Kondisi Klinis Terkait
1. Cedera traumatis
2. Pembedahan
3. Kehamilan
4. Kondisi baru terdiagnosis (mis. diabetes melitus)
5. Stroke
6. Penyalahgunaan zat
7. Demensia
8. Pengalaman tidak menyenangkan

5. Rencana Keperawatan

A. Tujuan Umum

Tujuan Umum dari masalah konsep diri adalah klien memiliki konsep diri yang positif

B. Tujuan Khusus
a. TUK 1: Membina Hubungan Saling Percaya
1. Kriteria Evaluasi:
1) Ekspresi wajah klien bersahabat
2) Klien mampu menunjukkan rasa senang ada kontak mata
3) Klien mampu berjabat tangan
4) Klien mampu menyebutkan nama
5) Klien mampu menjawab salam
6) Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
7) Klien mampu mengutarakan masalah yang dihadapi
2. Intervensi
1) Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik
2) Menyapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal
3) Memperkenalkan diri dengan sopan
4) Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
5) Menjelaskan tujuan pertemuan
6) Jujur dan menepati janji
7) Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
8) Memberikan perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar
b. TUK 2: mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya
1. Kriteria Evaluasi:
1) Klien mampu menyebutkan aspek positif
2) Klien mampu menunjukkan kemampuan yang dimiliki
2. Intervensi
1) Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2) Membuat daftar tentang aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien
3) Memberi pujian yang realistik dan hindarkan memebri penilaian yang negatif
c. TUK 3: dapat menilai kemampuan yang digunakan
1. Kriteria Evaluasi:
1) Klien mampu menilai kemampuan yang digunakan di RSJ
2) Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah
2. Intervensi
1) Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masiih dapat digunakan selama sakit
2) Mendiskusikan kemapuan yang dapat dilajutkan di rumah sakit
3) Memberikan reinforcement positif
d. TUK 4: dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
1. Kriteria Evaluasi:
1) Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih
2) Klien mampu mencoba sesuai jadwal harian
2. Intervensi:
1) Meminta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit
2) Membantu klien melakukannya jika perlu berikan contoh
3) Memberi pujian atas keberhasilan klien
4) Mendiskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
e. TUK 5: melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
1. Kriteria Evaluasi:
1) Klien mampu melakukan kegiatan yang telah dilatih
2) Klien mampu melakukan bebrapa kegiatan secara mandiri
2. Intervensi:
1) Memberkan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2) Memberikan pujian atas keberhasilan klien
3) Mendiskusikan kemungkinan pelaksaan dirumah
f. TUK 6: memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1. Kriteria Evaluasi:
1) Keluarga mampu memberi dukungan dan pujian
2) Keluarga mampu memahami jadwal kegiatan harian klien
2. Intervensi
1) Mampu memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah
2) Mampu membantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
3) Mampu menjelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien dirumah
4) Menganjurkan keluarga memberi pujian pada klien setiap berhasil

C. Intervensi (SLKI dan SIKI)


Luaran (SLKI) : (L.09076) Konsep Diri
Definisi: pola persepsi yang cukup untuk merasa sejahtera
Ekspektasi: Meningkat
Kriteria Hasil:
Verbalisasi kepuasan terhadap diri meningkat
Verbalisasi kepuasan terhadap harga diri meningkat
Verbalisasi kepuasan terhadap penampilan peran meningkat
Verbalisasi kepuasan terhadap citra tubuh meningkat
Verbalisasi kepuasan terhadap identittas diri meningkat
Verbalisasi keinginan meningkatkan konsep diri meningkat
Verbalisasi rasa percaya diri meningkat
Verbalisasi penerimaan terhadap kelebihan diri meningkat
Verbalisasi penerimaan terhadap keterbatasan diri meningkat
Tindakan sesuai perasaan meningkat

Intervensi (SIKI): Promosi Harga Diri (L.09308)


Definisi: Menigkatkan penilaian perasaan/persepsi terhadap diri sendiri atau kemampuan diir.
Observasi:
- Identifikasi budaya, ras, agama, jenis kelamin, dan suai terhadap harga diri
- Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
- Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
Terapeutik:
- Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
- Motivasi menerima tantangan atau hal baru
- Diskusikan pernyataan tentang harga diri
- Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
- Diskusikan pengalaman yang meniningkatkan harga diri
- Diskusikan persepsi negatif diri
- Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
- Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi
- Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan batasan yang jelas
- Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
- Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri
Edukasi:
- Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep positif diri
pasien
- Anjurkan mengidentifkasi kekuatan yang dimiliki
- Anjurkan memperthankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
- Anjurkan membuka diri terhadap kriitk negatif
- Anjurkan mengevaluasi perilaku
- Ajarkan cara menhgatasi bullying
- Latih peningkatan tanggung jaeab untuk diri sendiri
- Latih pernyataan/kemampuan positif diri
- Latih cara berifkir dan berperilaku positif
- Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat, jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2001). Book of Nursing Diagnosis. Jakarta : EGC.


Keliat, B. A. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Keliat, B.A. (2001). Gangguan Konsep Diri. Jakarta: EGC.
Stuart dan Sundeen. (1991). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St louis : The CV
Mosby year book.
Stuart dan Sudeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC.
Stuart, G. W., Keliat, B. A., dan Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan praktik keperawatan
kesehatan jiwa stuart. Singapura: Elsevier.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Wijayaningsih, S. K. (2015). Paduan Lengjap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans
Info Medika.

Anda mungkin juga menyukai