Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA PADA

TATANAN MASYARAKAT (CMHN)


KONSEP KEPERAWATAN JIWA MASYARAKAT

A. HARGA DIRI RENDAH PADA TATANAN MASYARAKAT


1. Pengertian Harga Diri Rendah
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir
namun dipelajari.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat diartikan bahwa harga diri menggambarkan
sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiiliki
kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. (Stuart dan Sundeen, 1991).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering
gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih
sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang
lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.
2. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap konsep dirinya
sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.
1. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh
norma – norma sosial dan kebudayaan.
2. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat diterima
oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.
Respon Adaptif Respon Maladaptif
adaptif

Aktualisasi Konsep Harga Kerancuan Depersonalis


diri diri positif diri rendah identitas asi

Stuart dan Sundeen (2013) mengatakan:


1) Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata
yang sukses diterima.
2) Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
3) Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4) Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial
dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5) Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
3. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang,
Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut:
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada
gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan
respon orang tua. Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan
mempunyai keraguan atau ketidakpastian. Anak yang tidak menerima kasih
sayang maka anak tersebut akan gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta
orang lain. Individu yang kurang mengerti akan dan tujuan kehidupan akan gagal
menerima tanggungjawab untuk diri sendiri. ia akan tergantung pada orang lain
dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri. Ia mengingkari kebebasan
mengekspresikan sesuatu, termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi
tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri. Ideal diri yang ditetapkan
tidak dapat dicapai.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.
Peran sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat
misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri,kurang objektif dan
kurang rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat
kurang ekspresif disbanding wanita.Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita
atau pria berperan tidak seperti lazimnya, maka dapat menimbulkan konflik
didalam diri maupunhubungan sosial Misalnya, wanita yang sacara tradisional
harus tinggal di rumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk sekolah atau kerja
akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul
dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang
berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang percaya diri
pada anak. anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan
keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah.Kontrol orang tua yang tetap pada
anak remaja akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua. teman
sebaya merupakan faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin
diterima, dibutuhkan,diinginkan dan dimiliki oleh kelompoknya (Keliat, 2006).
2. Faktor Presipitasi
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik
yang berhubungan tumbuh kembang normal dan prosedur medis dan
keperawatan (Stuart, 2013).
4. Tanda dan Gejala
Stuart (2013) mengemukakan tanda dan gejala apabila seseorang memiliki harga diri
rendah:
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri pentinng yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9. Perasaan negatif tentang dirinya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandanangan hidup yang pesimis
12. Keluhan fisik
13. Pandangan hidup yang bertentangan
14. Penolakan terhadap kemampuan personal
15. Destruktif terhadap diri sendiri
16. Pengurangan diri
17. Menarik diri secara sosial
18. Penyalahgunaan zat
19. Menarik diri dari realitas
20. Khawatir
5. Pohon Masalah

Isolasi sosial (menarik diri) --------------------------- Akibat

HARGA DIRI RENDAH --------------------------- Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif --------------------------- Penyebab

Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri
atau orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting berlebihan, perasaan
tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, atau berlebihan, perasaan takut
mengenal tubuhnya ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesmis,
keluhan, pandangan hidup yang berlebihan, penolakan terhadap kemampuan sosial,
perguruan dan menjauh diri secara sosial, pengurungan diri, menaruh diri secara sosial,
penyalahgunaan zat (Stuart dan Sundeen, 2013)
Berdasarkan tanda dan gejala yang didapat melalui observasi, wawancara atau
pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, perawat dapat merumuskan
diagnosis keperawatan gannguan konsep diri : Harga Diri Rendah.
Diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi :
1) Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.
E. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi:
1. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat
b) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif
maupun gejala negative skizofrenia
d) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
e) Tidak menyebabkan kantuk
f) Memperbaiki pola tidur
g) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
h) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL,
dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,
Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
2. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005).
3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga
terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
(Maramis, 2005).
4. Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana
pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan
pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat
dan Akemat, 2005). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling
relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah
adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok
(TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai
stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat, 2005).

B. GANGGUAN ORIENTASI REALITA DALAM TATANAN MASYARAKAT


1. Definisi
1) Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu dalam menilai,
berespon pada realita dan ketidakmampuan dalam membedakan rangsangan internal
dan eksternal.
2) Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan membedakan lamunan dan
kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar dan menakutkan, ditandai dengan
halusinasi dan waham
2. Etiologi
a. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan
menilik terganggu.
b. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan berespon terganggu 
tampak dari perilaku non verbal (ekspresi dan gerakan tubuh) dan perilaku verbal
(penampilan hubungan sosial).
c. Gangguan orientasi realitas pada umumnya ditemukan pada Skizofrenia.
d. Gejala primer Skizofrenia (Bluer) : 4a + 2a  gangguan asosiasi, efek, ambivalen,
autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.
e. Gejala sekunder : halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.
3. Tanda dan Gejala
Rentang Respon Neurobiologi :
Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Proses pikir Gangguan proses pikir : waham


Persepsi akurat Kadang ilusi PSP : halusinasi
Emosi konsisten Emosi+/- Kerusakan emosi
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai Perilaku tidak sesuai
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial terorganisir

a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat).


1) Cara berfikir magis dan primitif,
2) Perhatian
3) Isi piker
4) Bentuk dan pengorganisasian bicara (tanggensial, neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi
1) Depersonalisasi
2) Halusinasi
c. Fungsi emosi.
1) Afek tumpul kurang respons emosional
2) Afek datar
3) Afek tidak sesuai
4) Reaksi berlebihan
5) Ambivalen.
d. Fungsi motorik.
1) Imfulsif  gerakan tiba-tiba dan spontan
2) Menerisme
3) Stereotipik  gerakan yang di ulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jalas
4) Katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian
1) Isolasi social
2) Menarik diri
3) Harga diri rendah.
4. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul, adalah :
a. Gangguan Isi Pikir : Waham
b. PSP : Halusinasi

C. GANGGUAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL PADA TATANANA


MASYARAKAT
1. Pengertian
Gangguan hubungan sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel, tingkah laku maladaptive dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan
sosialnya tingkah laku ini merupakan cara pemecahan masalah yang dipakai individu
dalam berhubungan dengan orang lain atau lingkungan sosialnya. (Townsend,1998)

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang


lain dan menghindari hubungan dengan orang lain, individu merasa bahwa ia
kehilangan hubungan akrab dan tudak mempunyai kesempatan membagi perannya,
prestasi dan kegagalan. Individu mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri,
tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain.
(Rawlins, 1993 , dikutip oleh Mutikasari, 2000).

2. Rentang respon sosial


Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari selalu
membutuhkan orang lain dalam lingkungan sosial. Rentang responsosial berfluktuasi
dari rentang adaptif sampai rentang maladaptive.

Respon adaptif Respon maladaptive


- Menyendiri - Merasa sendiri - Merasa sunyi

- Otonomi - Manipulasi - Pemerasan

- Bekerjasama - Tergantung - Menarik diri

-Interdependen - Curiga - Paranoid

Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma–norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang masih berlaku di masyarakat dimana
individu dalam menyelesaikan masalahnya masih dalam batas normal.

Respon adaptif meliputi :

a. Menyendiri ( solitude)
Adalah respon yang dibutuhkan individu untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevalusi diri
untukmenentukan langkah – langkah berikutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Interdependen
Adalah saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal
Respon maladaptive adalah respon yang diberikan dalam menyelesaikan
masalahnya menyimpang dari norma –norma sosial dan kebudayaan suatu tempat.
Respon maladaptive yang sering ditemukan :
1) Menarik diri, terjadi apabila individu menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Tergantung (dependen), terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya
diri atau kemampuan untuk berfungsi secara sukses.
3) Manipulasi, terdapat pada individu yang menggap orang lain sebagai obyek
individu serta tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
4) Curiga, terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa percaya dengan
orang lain.
3. Penyebab
Ada beberapa hal yang menyebabkan gangguan jiwa pada prilaku menarik diri yaitu
faktor predisposisi merupakan faktor pendukung munculnya prilaku menarik diri
faktor presifitasi yang merupakan faktor pencetus munculnya prilaku menarik diri .
1) Faktor predisposisi
a) Faktor tumbuh kembang
b). Faktor komunikasi dalam keluarga

c). Faktor sosial budaya

d). Faktor biologis

2) Faktor presifitasi
beberapa pencetus terjadinya gangguan hubungan sosial yaitu :
a) Sosial budaya
b) Hormonal
c) Virus
d) Biologikal lingkungan sosial
e) Stressor psikologik
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan hubungan sosial : menarik diri
yaitu kurang spontan, apatis (acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang
berseri, tidak merawat diri, dan tidak memperhatikan kebersihan diri, afek tumpul,
menurun atau tidak ada komunikasi secara verbal, mengisolasi diri, tidak atau kurang
sadar dengan lingkungan sekitarnya, intake makanan dan minuman
terganggu,aktifitas menurun, kurang energi (tenaga), harga diri rendah, posisi janin
saat tidur, menolak berhubungan dengan orang lain, gairah seksual menurun dan ragu
terhadap kenyakinan.
5. Mekanisme Koping.
Mekanisme koping yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang
sering digunakan pada klien menarik diri adalah Regresi, Represi dan isolasi.
6. Penatalaksanan Medis
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat
penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ Propinsi Bali dan klien
dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting
didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan
sebagai pengawas minum obat (Maramis,2004)
a. Farmakoterapi
b. Terapi kejang listrik
c. Psikoterapi dan Rehabilitass

D. PERILAKU KEKERASAN PADA TATANAN MASYARAKAT


1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada
diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri dan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk
melukai atau membunuh orang lain.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk.
2. Gejala atau Tanda Marah (Perilaku)
Gejala dan tanda marah (perilaku) yaitu: emosi (tidak adekuat, tidak aman, rasa
terganggu, marah (dendam), jengkel); intelektual (mendominasi, bawel, sarkasme,
berdebat, meremehkan); fisik (muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat,
sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat); spiritual (kemahakuasaan,
kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat);
sosial (menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan humor)
3. Proses Terjadinya Marah dan Amuk
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Respons marah
dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2)
menekan, dan (3) menantang. Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif
dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti
orang lain akan memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah
diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia
merasa kuat.
4. Rentang Respon Marah

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustas Pasif Agresif Kekerasa


i n

5. Faktor Predisposisi

1. Faktor Biologis
Genetik, status nutrisi, kondisi kesehatan secara umum, sensivitas Biologi, dan
paparan terhadap Racun
2. Faktor Psikologis
Intelegensi, ketrampilan verbal, moral, kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep
diri, motivasi, pertahanan psikologi, self Kontrol, dan pencapaian tujuan terhambat
3. Factor social budaya
Latar belakang budaya, agama dan kenyakinan, keikutsertaan dalam politik,
pengalaman sosial, peran sosial, dan adanya budaya atau norma yang menerima suatu
ekspresi marah.
6. Faktor Presipitasi
Ancaman terhadap biologis, psikologis dan sosial budaya yang terjadi pada saat ini,
seperti :
1. Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik.
2. Ancaman terhadap konsep diri ; frustasi, harga diri rendah, kegagalan
3. Ancaman terhadap psikologi : kehilangan perhatian dan kasih sayang
4. Ancaman sosial ; Kehilangan orang/benda yang berarti

7. Manifestasi Klinik
menurut Keliat (2006) adalah:
a. Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang
b. Suka membentak
c. Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal
d. Mata merah dan wajah agak merah
e. Nada suara tinggi dan keras
f. Bicara menguasai
g. Pandangan tajam
h. Suka merampas barang milik orang lain
i. Ekspresi marah saat memnicarakan orang
8. Penatalaksanaan
Adapun penalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk (2005) sebagai berikut:
1. Somatoterapi
Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan dengan badan,
biasanya dilakukan dengan :
a. Medikasi psikotropik.
1) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
2) Obat anti depresi, amitriptyline
3) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
4) Obat anti insomnia, phneobarbital
b. Terapi Elektrokonvulsi (ECT)
c. Somatoterapi yang lain

2. Psikoterapi

3. Manipulasi lingkungan

Anda mungkin juga menyukai