Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

HARGA DIRI RENDAH

Untuk Memenuhi Tugas Kelopompok Dan Individu Profesi Ners

Nama : Vicky Febrian


NIM : C.0105.19.026

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI


LUHUR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
NERS
CIMAHI
2023
A. Pengertian Harga Diri Rendah

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah

diriyang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau

kemampuandiri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena

tidak mampumencapai keinginan sesuai ideal diri ( Keliat, 1998).Harga diri rendah

adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuandiri yang negative,

dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan. Seseorangyang

dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang

bahwadirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa - apa, tidak kompeten,

gagal,malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap

hidup. Orangdengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik

terhadap kehidupan dankesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang

bisa disalahkannya, entah itumenyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau

menyalahkan orang lain (Rini, J.F, 2002).Konsep diri terdiri atas komponen-

komponen berikut ini :

a. Citra Tubuh

Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang

disadari dan tidak disadariterhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan

sekarang, serta perasaan tentang ukuran,fungsi, penampilan, dan potensi. Yang

secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsidan pengalaman yang

baru (Stuart & Sundeen, 1998)

b. Ideal diri

ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku

sesuai dengan standar,aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart &

Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwaideal diri sama dengan cita
- cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.

c. Idenditas diri

Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang

bertanggung jawab terhadapkesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan

individu (Stuart & Sundeen, 1998). Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi

dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapimerupakan tugas utama pada

masa remaja.

d. Peran Diri

Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial

berhubungan dengan fungsiindividu di berbagai kelompok sosial. Peran yang

diterapkan adalah peran dimana seseorangtidak mempunyai pilihan. Peran yang

diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih olehindividu (Stuart & Sundeen,

1998).

e. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisaseberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.

Harga diri yang tinggi adalah perasaanyang berakar dalam penerimaan diri tanpa

syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan,tetap merasa sebagai seorang

yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 1998).

B. Etiologi

Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang

tidak efektif akibatadanya kurang umpan balik positif, kurangnya system

pendukung kemunduran perkembanganego, pengulangan umpan balik yang

negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahapperkembangan awal


(Townsend, M.C. 1998 : 366)

Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah

keadaan dimanaseorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu

ketidakmampuan dalam mengalamistessor internal atau lingkungan dengan

adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik,psikologi, perilaku atau

kognitif).

Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak

efektif merupakankelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah

seseorang dalam memenuhituntutan kehidupan dan peran. Adapun Penyebab

Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah,yaitu :

a. Faktor predisposisi

Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua,

penolakan orangtuayang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang

mempunyai tanggung jawab personal,ketergantungan pada orang lain, ideal diri

yang tidak realistis.

b. Faktor Presipitasi

Factor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehillangan

bagian tubuh,perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas

yang menurun.

C. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang

diperolehdengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.

Hargadiriyangtinggiadalahperasaanyangberakar dalam penerimaandirisendiritanpasyarat,

walaupunmelakukan kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang


yang penting
danberharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan

diekspresikanmelalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya

disertai oleh evalauasi diri yang negative membenci diri sendiri dan menolak diri

sendiri. Gangguan harga diri atau harga dirirendah dapat terjadi secara :

a. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan,

dicerai suami, putussekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien yang dirawat

dapat terjadi harga diri rendahkarena prifasi yang kurang diperhatikan :

pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alatyang tidak sopan, harapan

akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai

karenadirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.

b. Kronik

Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum

sakit/dirawat.Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan

dirawat akan menambahpersepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini

mengakibatkan respons yang maladaptive,kondisi ini dapat ditemukan pada pasien

gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa.


D. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah

a. Perasaan Tidak Percaya Diri: Merasa tidak memiliki keyakinan pada

kemampuan atau nilai diri sendiri. Ini bisa membuat seseorang merasa tidak

mampu atau takut menghadapi tantangan.

b. Rendahnya Pandangan Diri: Melihat diri sendiri secara negatif dan merasa

kurang berharga. Individu dengan harga diri rendah mungkin merasa mereka

tidak layak mendapatkan kesuksesan, cinta, atau penghargaan.

c. Perasaan Bersalah: Merasa bersalah atau merasa bahwa kesalahan atau

kegagalan adalah bukti dari keburukan diri.

d. Isolasi Sosial: Cenderung menjauh dari interaksi sosial atau merasa sulit

berinteraksi dengan orang lain, mungkin karena rasa takut ditolak atau

merasa tidak layak.

e. Perasaan Sedih atau Putus Asa: Harga diri rendah bisa berkontribusi pada

perasaan sedih yang berlarut-larut, perasaan putus asa, atau bahkan depresi.

f. Pendekatan Perfeksionis: Berusaha mencapai tingkat sempurna dalam

segala hal, tetapi terkadang merasa tidak pernah mencapainya. Ini dapat

menyebabkan frustrasi dan lebih merendahkan harga diri.

g. Ketergantungan pada Validasi Orang Lain: Terlalu bergantung pada pujian

atau persetujuan orang lain sebagai sumber kebahagiaan atau penilaian

pribadi.

h. Pelecehan Diri Sendiri: Mengkritik diri sendiri secara berlebihan, bahkan atas

hal-hal yang sebenarnya tidak signifikan.

i. Penarikan Diri dari Kegiatan yang Dinikmati: Tidak tertarik atau merasa tidak

layak untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya dinikmati


E. Rentang Respon

Respon adaptif Respon


Maladaptif

Aktualisasi diri konsep diri positif harga diri rendah kerancuan identitas
Depolarisasi

Keterangan:

1. Aktualisasidiriadalah pernyataan diri positif tentang latar belakang

pengalaman nyata yang sukses diterima.

2. Konsepdiripositifadalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam

beraktualisasi.

3. Hargadirirendahadalah transisi antara respon diri adaptif dengankonsep diri

maladaptif.

4. Kerancuanidentitasadalah kegagalan individu dalam kemalanganaspek psikososial

dan kepribadian dewasa yang harmonis.

5. Depersonalisasiadalah perasaan yang tidak realistis terhadap dirisendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidakdapat

membedakan dirinya dengan orang lain.


F. Pohon Masalah

G. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Citra tubuh

2. Kesiapan meningkatkan konsep diri

3. Harga DIri Rendah ( kronis, situasional )

4. Ketidakefektifan performa peran

5. Gangguan identitas pribadi


H. Mekanisme Koping

Mekanisme koping menurut Deden (2013) :

Jangkapendek:

1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-

obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.

2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial,

keagamaan, politik.

3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga

kontes popularitas.

4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :

penyalahgunaanobat-obatan.

JangkaPanjang:

1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi

dariorang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau

potensidiri sendiri.

2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan

harapanmasyarakat.

MekanismePertahananEgo:

Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi,

disasosiasi,isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan

orang lain.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

A. Pengkajian Harga Diri Rendah


a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal

pengkajian, nomorrekam medic.

b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis,

factorpsikologis, social budaya, dan factor genetic.

c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi

merasa tidak mampu,putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa

malang, kehilangan, rendah diri, perilakuagresif, kekerasan, ketidak adekuatan

pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus padaumunya mencakup

kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan

yangmempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang

lain dan menyebabkanansietas.

d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan

spirituale.

e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik,

alam perasaan, afekpasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,

isi pikir, tingkat kesadaran, memori,tingkat kosentrasi dan berhitung,

kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.

f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun

maladaptive

g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui adalah :
MASALAH YANG PERLU DIKAJI
No. Masalah Keperawatan Data Subjektif Data Objektif
1 Gangguan konsep diri : - Mengungkapkan - Merusak diri sendiri
Harga diri rendah ingin diakui jati - Merusak orang lain
dirinya. - Ekspresi malu
- Mengungkapkan - Menarik diri dari
tidak ada lagi yang hubungan sosial
peduli - Tampak mudah
- Mengungkapkan tersinggung
tidak bisa apa-apa - Tidak mau makan
- Mengungkapkan dan tidak tidur
dirinya tidak berguna
- Mengkritik
diri sendiri.
- Perasaan tidak
mampu

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data diatas, yang dapat melalui observasi, wawancara atau

pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat

menegakan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut :

a. Harga Diri Rendah

C. Strategi Pelaksaan

a. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1

Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu

pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien

memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang

sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih

dalam rencana harian.


1. Orientasi

“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Sinta. Saya Mahasiswa

Keperawatan. Saya yang akan merawat ibu dari jam 8 pagi sampai jam 3

sore nanti ya Bu”

“Bagaimana keadaan Ibu T hari ini? Ibu T terlihat segar“

”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan

dan kegiatan yang pernah Ibu T lakukan? Setelah itu kita akan nilai

kegiatan mana yang masih dapat Ibu T dilakukan di rumah sakit. Setelah

kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih. Bagaimana menurut

Ibu T?”

”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu saja bu? Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol bu? Apakah cukup

20 menit? Oke cukup ya bu 20 menit”

2. Kerja

“Ibu T, apa saja kemampuan Ibu T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya

buat daftarnya ya bu. Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu T

lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci

piring? Wah, bagus sekali. Cukup banyak kemampuan dan kegiatan yang

Ibu T miliki “.

” Ibu T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang

masih dapat dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama

bisakah? yang kedua? sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa

dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di

rumah sakit ini”


”Sekarang, coba Ibu T pilih satu kegiatan yang masih bisa

dikerjakan di rumah sakit ini”.

” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu,

bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ibu T?

Mari kita lihat tempat tidur Ibu T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat

tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita

pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita

angkat spreinya dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi

spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus bu T. Sekarang sebelah

kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang

ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita

lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus, ibu bisa

melakukannya”

” Ibu T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali.

Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M

(mandiri) kalau Ibu T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika

diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”

3. Terminasi

“Bagaimana perasaan Ibu T setelah berbincang-bincang dan

latihan merapihkan tempat tidur? Iya benar bu. Ibu T ternyata banyak

memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah

satunya, merapihkan tempat tidur yang sudah Ibu T praktekkan dengan

baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah
pulang ya bu.”

”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu T mau

berapa kali sehari merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-

pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat jam berapa?”

”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu T masih

ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain

merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan

latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis

makan pagi selama 20 menit, menurut ibu bagaimana? Oke ibu, Sampai

jumpa ya”

b. SP-2 Pasien : Harga Diri rendah Pertemuan Ke-2

Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan


pasien.

1. Orientasi

“Selamat pagi, Ibu T masih ingat dengan saya? Iya benar sekali bu,

saya perawat Sinta yang akan merawat Ibu dari jam 8 sampai jam 3 sore

nanti ya bu”

“Bagaimana perasaan Ibu T pagi ini? Wah, tampak cerah”

”Bagaimana Ibu T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore

kemarin/ Tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi,

sekarang kita akan latihan kemampuan kedua ya bu?. Masih ingat apa

kegiatan itu Ibu T?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini,

Waktunya sekitar 20 menit. Bagaimana menurut ibu T?”


2. Kerja

“Ibu T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu

perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun

khusus untuk mencuci piring dan air untuk membilas. Ibu T bisa

menggunakan air yang mengalir dari kran ini ya? Oh ya jangan lupa

sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan”

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semua perlengkapan tersedia, Ibu T ambil satu piring kotor

lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.

Kemudian Ibu T bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes

yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas

dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut.

Setelah itu Ibu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak

yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai ibu”

“Sekarang coba Ibu T praktekkan kembali seperti yang saya

contohkan tadi bu”

“Bagus sekali, Ibu T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik.

Sekarang dilap tangannya bu”

3. Terminasi

”Bagaimana perasaan Ibu T setelah latihan cuci piring?” “Bagaimana

jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi

kegiatan sehari-hari Ibu T? Mau berapa kali Ibu T mencuci piring? Bagus

sekali Ibu T mencuci piring tiga kali setelah makan. “ Coba Ibu T lakukan

dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak)

tidak melakukan”

”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah

merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu?

Ya benar kita akan latihan mengepel. Mau jam berapa bu kita melakukan

latihan mengepel nya? Oke baik besok jam 9 pagi ya bu setelah ibu selesai

merapikan tempat tidur dan mencuci piring. Dimana kita akan melakukan

latihannya bu? Oke baik bu, kita muali dari ruangan ini saja ya bu. Kalau

begitu saya permisi dulu ya bu, Sampai jumpa”

c. SP-3 Keluarga : Harga Diri Rendah Pertemuan ke-1

Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di

rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,

menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan

cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada

keluarga untuk mempraktekkan cara merawat.

1. Orientasi

“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya perawat sinta yang

merawat ibu T dari jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”

“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini?”

“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara

merawat Ibu T? Berapa lama waktu Bapak/Ibu butuhkan? 30 menit

saja? Baik pak/bu. Kita berbincang-bincangnya diruang wawancara saja

bagaimana pak/bu? Oke, mari kita keruangan wawancara”

2. Kerja
Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Ibu T”

“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Ibu T itu memang terlihat

tidak percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya

pada Ibu T, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah

orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, Ibu T memiliki masalah

harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang

selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Ibu T ini terus- menerus

seperti itu, Ibu T bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya

Ibu T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung

diri”

“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri

rendah?”

“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”

“Setelah kita mengerti bahwa masalah Ibu T dapat menjadi

masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk

Ibu T”

”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu T? Ya benar,

dia juga mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan

yang dikatakan Ibu T)”

” Ibu T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat

tidur dan cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya.

Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Ibu T untuk melakukan

kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya

ya Pak/Bu dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya

meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal kegiatannya”.
”Selain itu, bila Ibu T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit,

bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan Ibu T. Jika masalah

harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat

membawa Ibu T ke puskesmas”

”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara

memberikan pujian kepada Ibu T”

”Temui Ibu T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu

berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Ibu T, kamu sudah

semakin terampil mencuci piring”

”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

3. Terminasi

”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”

“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T

dan bagaimana cara merawatnya?”

“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah

setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu dan di rumah juga

demikian ya pak/bu.”

“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk

latihan cara memberi pujian langsung kepada Ibu T. Jam berapa

Bapak/Ibu datang? Baik saya tunggu ya. Sampai jumpa”

d. SP-4 Keluarga : Harga Diri rendah Pertemuan ke-2

Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah


harga diri rendah langsung kepada pasien
1. Orientasi

“Selamat pagi Bapak/Ibu?”

” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”

”Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat Ibu Bapak/Ibu seperti

yang kita pelajari dua hari yang lalu?”

“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Ibu

T, Waktunya 20 menit. Bagaimana menurut bapak/ibu? Oke kalau

begitu, sekarang mari kita temui Ibu T”

2. Kerja

”Selamat pagi Ibu T. Bagaimana perasaan Ibu T hari ini?”

”Hari ini saya datang bersama anak Ibu T. Seperti yang sudah

saya katakan sebelumnya, anak Ibu T juga ingin merawat Ibu T agar

cepat pulih.”

(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang

sudah kita latihkan beberapa hari lalu yaitu memberikan pujian

terhadap perkembangan orang tua Bapak/Ibu (Perawat mengobservasi

keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah

dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”

”Bagaimana perasaan Ibu T setelah berbincang-bincang dengan

anak Ibu T?”

”Baiklah, sekarang saya dan anak Ibu T ke ruang perawat dulu

(Perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan


terminasi dengan keluarga)”

3. Terminasi

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”

“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat

seperti yang tadi kepada Ibu T ya”.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). KeperawatanKesehatanJiwa.Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku
AjarKeperawatanJiwa.Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:


CMHN(BasicCourse). Jakarta: EGC
Mulyono, Andri,.2013. Asuhan Keperawatan dengan HArgaDiri Rendah
diakses dari http://eprints.ums.ac.id/25936/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Pada 12
Juni 2018

Halifah, Nur Eka,.2016. Bab II Tinjauan Teori diakses


dari http://repository.ump.ac.id/1076/3/EKA%20NUR%20HALIFAH
%20BAB%20II.pdf pada 12 Juni 2018

Elinia, Sury,.2016. Tinjauan Tero dan Konsep Harga Diri Rendah diakses
dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-eliniasury-8333-2-
babii.pdf pada 12 Juni 2018

Saktian, Yusuf,.2018. Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial diakses dari


https://www.academia.edu/28333219/STRATEGI_PELAKSANAAN_ISOLASI_SOSI
AL_STRATEGI_PELAKSANAAN_1_SP_1_ISOLASI_SOSIAL pada 12 Juni
2018
Analisa Jurnal Harga Diri
Rendah
No. Studi / penulis Tempat Besaran Metode Penelitian Intervensi Hasil
Penelitian Sampel
1. Penurunan Harga RSJS Dr. 2 pasien Metode format Terapi okupasi menanam cabai
Diri Rendah Dengan Amino dengan deskriptif pengkajian dapat dilakukan oleh pasien harga
Menggunakan Gondohutomo konsep analitis diri rendah. Kemampuan dan
Penerapan Terapi Kota harga diri Penelitian ini keberhasilan dalam melakukan
Okupasi (Berkebun ) Semarang rendah: ditunjukan untuk tindakan tersebut merupakan
Tahun 2020 Harga diri menggambarkan aspek positif bagi pasien dan akan
Oleh : Yain rendah bagaimana meningkatkan harga dirinya.
Rokhimmah, Desi peneraan peningkatan kemampuan
Ariyana Rahayu okupasi seseorang itu dipengaruhi oleh
berkebun dapat dukungan keluarga dan orang
meningkatkan terdekat untuk proses
harga diri pada penyembuhannya. Peningkatan
harga diri rendah kemampuan seseorang dalam
melakukan terapi okupasi juga
dipengaruhi oleh status pekerjaan
2. Peningkatan Harga Ruang Arimbi Pasien yang menggunakan Latihan Setelah pasien dilakukan strategi
Diri Pada Pasien RSJ. Amino digunakan metode Case Kemampuan pelaksanaan dan tambahan latihan
Gangguan Konsep Gondohutomo pada studi Study dengan Positif kemampuan positif pada pasien 1
Diri : Harga Diri Semarang kasus ini pendekatan terhadap dan 2 didapatkan respon bahwa
Rendah Dengan berjumlah 2 proses asuhan peningkatan pasien saat ini tidak mengalami
Menggunakan orang keperawatan harga dir kesulitan untuk berhubungan
Terapi Latihan dengan dengan dengan teman lainnya, klien mulai
Kemampuan Positif masalah memfokuskan percaya diri, klien mengatakan
Tahun 2021 keperawatan pada salah satu sudah mampu melakukan jadwal
Oleh : Ghina Yustina gangguan masalah penting kegiatan secara mandiri, klien
Fazriyani, harga diri dalam asuhan mengatakan ketika sudah sembuh
Mohammad Fatkhul rendah, keperawatan pasien ingin mulai bekerja lagi
Mubin dimana pada pasien sesuai kemampuannya yang
pasien dengan gangguan dimiliki dan yang disenanginya,
tersebut konsep diri serta pasien mulai merasa bangga
berusia : HDR dengan dirinya
antara 20 - Pada pasien 1 dan 2 menunjukkan
28 tahun peningkatan harga diri yaitu
dibuktikan dengan hasil
pengukuran harga diri pada
pertemuan ke-6 yaitu pada Sdr. R
didapatkan skor sebesar 4 (Harga
Diri cukup baik), dan pada Sdr.Nn
didapatkan skor 16 (Harga Diri
Rendah sedang). Pada pasien 1 dan
2 memiliki tingkat penyesuaian yang
berbeda, oleh karena itu pasien 2
harus tetap mendapatkan perhatian
yang lebih terutama dalam hal bina
hubungan saling
percaya dengan pasien tersebut

3, Efektifitas Sekolah Sebanyak 30 desain quasi intervensi Harga diri rendah situasional yang
Logoterapi Terhadap Tinggi mahasiswa eksperimen one dilakukan dialami oleh mahasiswa kesehatan
Harga Diri Rendah group pre-post dalam 8 kali pada tahun pertama dapat
Situasional Pada Ilmu test design pertemuan diintervensi dengan terapi spesialis
Mahasiswa Kesehatan sekitar 30 keperawatan jiwa seperti logoterapi.
Immanuel menit Pemberian logoterapi selama
Oleh : Ira Bandung dengan delapan kali pertemuan pada
Ocktavia Siagian, logoterapi mahasiswa terbukti efektif
Susanti Niman meningkatkan meningkatkan harga
diri. Logoterapi dapat
direkomendasikan sebagai bentuk
intervensi keperawatan jiwa yang
dapat diberikan pada pendidikan
tinggi Kesehatan n membantu
individu menemukan dan
memenuhi makna hidupnya.
Individu yang telah menemukan
makna hidup akan menjadi lebih
berarti

Anda mungkin juga menyukai