Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Disusun Oleh:

Nama : Nanda Aulia


Kelas : 3B
NIRM : 18077

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


TAHUN AJARAN 2020
I. Kasus Harga Diri Rendah
Harga diri rendah merupakan perasaaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa
syarat walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap merasa penting dan berharga.
(Stuart, 2007).

Harga diri rendah merupakan rasa negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan
percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putuasa
(Depkes, 2000). Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri, atau cita-cita atau harapan langsung
menghasilkan perasaan bahagia ( Keliat,2005).

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketegantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

B. Faktor Presitipasi
Factor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehillangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas
yang menurun. Faktor prespitasi yaitu ketegangan peran adalah stres yang
berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang
diharapkan. Konflik peran adalah ketidak sesuaian peran antara yng dijalankan
dengan yang diinginkan. Peran yang tidak jelas adalah kurangnya pengetahuan
individu tentang peran yang dilakukannya. Peran berlebihan adalah kurangnya
sumber adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks.
Perkembangan yang transisi yaitu perubahaan norma yang berkaitan dengan nilai
untuk menyesuaikan diri. Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya
orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang
yang berarti.
C. Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini:
1. Citra tubuh (Body Image)

Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu
dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi,
yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman
yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).

2. Ideal diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus


berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan
tentang diri sendiri (Stuart & Sundeen, 1998).

3. Identitas diri (Self Identifity)

Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang


bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan
keunikkan individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa
remaja (Stuart & Sundeen, 1998).

4. Peran diri (Self Role)

Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial


berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang
diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran
yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart &
Sundeen, 1998).

5. Harga diri (Self Esteem)


Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 1998).

D. Fase-Fase Defisit Keperawatan Diri

Pada mula harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua ang tidak
realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pda orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus munkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti :
trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi dengan
bertambah atau berkurangnya anggota keluargamelalui kelahiran atau kematian,
serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan
sakit.

E. Rentang Respon Defisit Keperawatan Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan


Depersonalisasi
diri positif rendah identitas
Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistid terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.
F. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan jangka
pendek mencakup sebagai berikut:

1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dan krisis identitas diri


(misalnya konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif).
2. Aktivitas yang memberikan identitas penggantian sementara (misalnya ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan).
3. Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu (misalnya olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
konteks untuk mendapatkan polaritas).
4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas
diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya penyalahgunaan
obat).

Pertahanan jangka panjang mencakup sebagai berikut:

1. Penutupan identitas: adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang


yang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi atau potensi diri
individu.
2. Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.

III. A. POHON MASALAH


Isolasi sosial

HDR

Gangguan citra tubuh


B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Masalah keperawatan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

2. Data yang perlu dikaji


a. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
klien mengatakan perasaannya malu terhadap diri sendiri, klien
mengatakan merasa tidak berguna.
b. Data obyektif:
Klien malu untuk berkontak mata, tidak berinisiatif berinteraksi dengan
orang lain, malu berjabat tangan tangan, klien mau menyebutkan nama,
malu duduk berdampingan dengan perawat, nada suara lembut dan pelan.

IV. Diagnosa keperawatan


1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Isolasi sosial : Menarik diri
3. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

V. Rencana Tindakan Keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
KEPERAWATA
(TUM/TUK)
N
Harga Diri Rendah TUM: Ekspresi wajah Bina hubungan Hubungan saling
Klien dapat bersahabat, saling percaya percaya merupakan
membina menunjukkan rasa dengan dasar untuk hubungan
hubungan saling senang, ada kontak menggunakan interaksi selanjutnya.
percaya mata, mau berjabat prinsip komunikasi
tangan dan terapeutik:
TUK 1: menyebut nama, 1. Sapa klien
Klien dapat mau menjawab dengan ramah
membina salam, klien mau baik verbal
hubungan saling duduk maupun non
percaya. berdampingan verbal.
dengan perawat, 2. Perkenalkan diri
mau mengutarakan dengan sopan.
masalah yang 3. Tanyakan nama
dihadapi. lengkap klien
dan nama
panggilan yang
disukai klien.
4. Jelaskan tujuan
pertemuan.
5. Jujur dan
menepati janji.
6. Tunjukkan sikap
menerima klien
apa adanya.
7. Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
klien.
TUK 2: Klien dapat 1. Diskusikan Diskusikan tingkat
Klien dapat menyebutkan kemampuan dan kemampuan klien
mengidentifikasi kemampuan yang aspek positif yang seperti menilai
kemampuan dan dimiliki klien dimiliki klien, realitas, kontrol diri
aspek positif yang dirumah sakit, buat daftarnya. atau integritas ego
dimiliki. rumah, dan tempat 2. Setiap bertemu diperlukan sebagai
kerja. Daftar klien hindarkan dasar asuhan
positif keluarga dari memberi keperawatannya,
klien dan daftar penilaian negatif. reinforcement positif
positif lingkungan 3. Utamakan akan meningkatkan
klien. memberi pujian harga diri klien, dan
yang realistis pujian yang realistik
pada kemampuan tidak menyebabkan
dan aspek positif klien melakukan
yang dimiliki kegiatannya hanya
klien. karena ingin
mendapatkan pujian.
TUK 3: Klien dapat 1. Diskusikan Diskusikan dengan
Klien dapat menilai dengan klien klien tentang
menilai kemampuan yang kemampuan yang kemampuan yang
kemampuan yang dapat digunakan di masih dapagt dimiliki adalah
digunakan. rumah sakit dan digunakan selama prasarat untuk
klien menilai sakit. berubah dan mengerti
kemampuan yang 2. Diskusikan tentang kemampuan
dapat digunakan di kemampuan yang yang dimiliki dpat
rumah. dapat dilanjutkan memotivasi klien
penggunaannya di untuk tetap
rumah sakit. mempertahankan
3. Berikan pujian. penggunaannya.
TUK 4: Klien memiliki 1. Minta klien untuk Klien adalah individu
Klien dapat kemampuan yang memilih satu yang bertanggung
menetapkan dan akan dilatih, klien keguatan yang jawab atas dirinya
merencanakan mencoba, dan mau dilakukan sendiri, klien perlu
kegiatan sesuai membuat jadwal dirumah sakit. bertindak secara
dengan harian. 2. Bantu klien realistik dalam
kemampuan yang melakukannya kehidupannya, dan
dimiliki. jika perlu beri contoh peran yang
contoh. dilihat klien akan
3. Beri pujian atas memotivasi klien
keberhasilan untuk melaksanakan
klien. kegiatan.
4. Diskusikan
jadwal kegiatan
harian ats
kegiatan yang
telah dilatih.
5. Rencanakan
bersama klien
aktivitas yang
dapat dilakukan
setiap hari sesuai
kemampuan, buat
jadwal kegiatan
mandiri, kegiatan
dengan bantuan
sebagian, dan
kegiatan yang
membutuhkan
bantuan total.
6. Tingkatkan
kegiatan yang
disukai sesuai
dengan kondisi
klien.
TUK 5: Klien melakukan 1. Beri kesempatan Reinforcement positif
Klien dapat kegiatan yang telah pada klien untuk dapat meningkatkan
melakukan dilatih (mandiri, mencoba kegiatan harga diri klien dan
kegiatan sesuai dengan bantuan yang telah memberikan
kondisi sakit dan atau tergantung), direncanakan. kesempatan kepada
kemampuannya. klien melakukan 2. Beri pujian atas klien untuk tetap
beberapa kegiatan keberhasilan. melakukan kegiatan
mandiri. 3. Diskusikan yang biasadilakukan.
kemungkinan
pelaksanaan
dirumah.
TUK 6: Keluarga dapat 1. Beri pendidikan Mendorong keluarga
Klien dapat memberi dukungan kesehatan pada akan sangat
memanfaatkan dan pujian serta keluarga tentang berpengarug dalam
sistem pendukung memahami jadwal cara merawat mempercepat proses
yang ada. kegiatan harian klien dengan penyembuhan klien
klien. harga diri rendah. dan meningkatkan
Bantu keluarga peran serta keluarga
memberikan dalam merawat klien
dukungan positif dirumah.
selama klien
dirawat.
2. Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.
3. Jelaskan cara
pelaksanaan
jadwal kegiatan
klien dirumah.
4. Anjurkan
keluarga untuk
memberikan
pujian pada klien
setiap berhasil.

Koping Individu TUM: Klien 1. Ijinkan klien Kebersamaan


Inefektif Klien dapat mengungkapkan untuk menangis. diperlukan bagi klien
memiliki koping perasannnya secara 2. Sediakan kertas untuk bertanggung
yang efektif. bebas. dan alat tulis jika jawab terhadap
klien belum mau perilakunya.
TUK 1: bicara. Membantu apapun
Klien dapat 3. Nyatakan kepada kekuatan ego yang
mengungkapkan klien bahwa ditunjukkan klien.
perasaannya perawat dapat
secara bebas. mengerti apabila
klien belum siap
membicarakan
permasalahannya.
TUK 2: Klien dapat 1. Tanyakan kepada Penggunaan diri dan
Klien dapat mengidentifikasi klien apakah pemahaman diri
mengidentifikasi koping dan pernah digunakan untuk
koping dan perilakunya yang mengalami hal berubah. Penggunaan
perilaku yang berkaitan dengan yang sama. simpati adalah tidak
berkaitan dengan kejadian yang 2. Tanyakan cara – therapeutic karena
kejadian yang dihadapi. cara yang dapat dapat menguatkan
dihadapi. dilakukan dalam rasa kasihan klien
mengatasi terhadap dirinya.
permasalahan.
3. Identifikasi
koping yang
pernah dipakai.
4. Diskusikan
dengan klien
alternatif koping
yang tepat bagi
klien.
TUK 3: Klien 1. Diskusikan Hanya setelah
Klien dapat memodifikasi pola tentang masalah dijabarkan pilihan
memodifikasi kognitif yang yang dihadapi alternatif afpat
pola kognitif yang negatif. klien. diperiksa, selanjutnya
negatif. 2. Identifikasi perlu untuk
pemikiran negatif mengevaluasi
dan bantu untuk konsekuensi positif
menurunkan dan negatif dari pola
melalui interupsi terakhir.
atau substitusi.
3. Bantu klien untuk
meningkatkan
perasaan yang
positif.
4. Identifikasi
ketetapan
persepsi klien
yang tepat tentang
penyimpangan
dan pendapatnya
yang tidak
rasional.
5. Kurangi penilaian
klien yang negatif
terhadap dirinya.
6. Evaluasi
ketepatan
persepsi, logika,
dan kesimpulan
yang dibuat klien.
7. Bantu klien untuk
menyadari nilai
yang dimilikinya
dan perubahan
yang terjadi.
TUK 4: Klien dapat 1. Libatkan klien Harga setelah
Klien dapat berpartisipasi dalam menggali alternatif,
berpartisipasi dalam menetapkan perubahan dapat
dalam pengambilan tujuan perawatan terjadi. Penetapan
pengambilan keputusan yang yang ingin tujuan menjelaskan
keputusan yang berkenaan dengan dicapai. sifat perubahan dan
berkenaan dengan perawatan dirinya. 2. Motivasi klien menyarankan strategi
perawatan untuk membuat perilaku baru yang
dirinya. jadwal aktifitas memungkinkan.
perawatan diri.
3. Berikan klien
privasi sesuai
dengan kebutuhan
yang ditentukan.
4. Beri
reinforcement
positif untuk
keputusan yang
dibuat.
5. Berikan pujian
jika klien berhasil
melakukan
kegiatan atau
penampilannya
bagus.
6. Motivasi klien
untuk
mempertahankan
kegiatan tersebut.
TUK 5: Klien dapat 1. Bantu klien untuk Tujuan dalam
Klien dapat termotivasi untuk menetapkan meningkatkan
memotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang penghayatan klien
aktif mencapai tujuan yang realistik. adalah membuatnya
tujuan yang realistik. Fokuskan menggantikan respon
realistik. kegiatan pada saat koping maladaptif
sekrang bukan dengan cara yang
pada masa lalu. lebih baik.
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
situasi kehidupan
yang dapat
dikontrolnya.
3. Identifikasi cita –
cita yang ingin
dicapai oleh klien.
4. Dorong untuk
berpartisipasi
dalam aktivitas
tersebut dan
berikan penguatan
positif untuk
berpartisipasi dan
pencapaiannya.
5. Motivasi keluarga
untuk berperan
aktif dalam
membantu klien
menurunklan
perasaan tidak
bersalah.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic Course).
Jakarta: EGC

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998

Anda mungkin juga menyukai