Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

LUKA BAKAR

Disusun oleh :

1. Bunga Dewi Astuti 18059


2. Devi Andharista 18060
3. Siti Mahmudah 18089

Dosen Pebimbing : Isnayati,Ns,M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpah hidayah, rahmat dan
lindungan-Nya. Akhirnya makalah ini kami selesaikan dengan lancar. Makalah ini kami susun
untuk memenuhi tugas selain itu kami menyusun makalah ini untuk menambah wawasan tentang
luka bakar.

Tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, kami sadar akan kesuksesan
dalam mengerjakan sesuatu tidak akan mungkin bisa terselesaikan tanpa dukungan dari orang
lain yang senantiasa dengan kesungguhan hati turut berpartisipasi dalam penyusunan makalah
ini. Hanya sepatah kata yang sangat berarti penulis bisa ucapkan sebagai tanda terimakasih,
semoga Tuhan Yang Maha Esa menerima amal dan kebaikan yang pahalanya kelak akan
menuntunnya menjadi seorang yang sangat berarti dan berguna di dunia ini.

Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau perkataan yang kurang
berkenan kami mohon maaf sebesar-besarnya, semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca.

Jakarta,13 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 3

1.1 Pengertian.............................................................................................................. 3
1.2 Etiologi.................................................................................................................. 3
1.3 Patofisiologi........................................................................................................... 4
1.4 Klasifikasi.............................................................................................................. 5
1.5 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................... 11
1.6 Penatalaksaan Medis............................................................................................. 12
1.7 Komplikasi............................................................................................................ 12
1.8 Asuhan Keperawatan............................................................................................. 13
1.8.1 Pengkajian.................................................................................................. 13
1.8.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 16
1.8.3 Intervensi................................................................................................... 16

BAB III PENUTUP................................................................................................................ 25

3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 25
3.2 Saran....................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks
ini memengaruhi semua system tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab, dan anatomi luka bakar. Luka bakar
yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih
dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan
superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas mempunyai perbedaan
prognosis dan komplikasi daripada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau
paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan
karena sengatan listrik atau percikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyababkan
resiko infeksi yang lebih besar daripada ditempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar
pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi fungsi kerja klien dan memerlukan teknik
pengobatan yang berbeda daripada lokasi dari tubuh yang lain.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi
dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi
asap dapat memengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan luka bakar ?
2. Bagaimana etiologi dari luka bakar ?
3. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar ?
4. Apa saja klasifikasi dari luka bakar ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada luka bakar ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada luka bakar ?
7. Apa saja komplikasi pada luka bakar ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada luka bakar ?
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan luka bakar ?
2. Untuk mengetahui Bagaimana etiologi dari luka bakar ?
3. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi dari luka bakar ?
4. Untuk mengetahui Apa saja klasifikasi dari luka bakar ?
5. Untuk mengetahui Bagaimana pemeriksaan penunjang pada luka bakar ?
6. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan medis pada luka bakar ?
7. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi pada luka bakar ?
8. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada luka bakar ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Luka bakar adalah cedera traumatic yang mengakibatkan kerusakan atau hilangnya
jaringan. Luka bakar menghancurkan sel dengan meningkatkan permeabilitas kapiler dan
merusak protein sel. (Caroline Bunker Rosdahl, 2015).

Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk – bentuk luka lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk
jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan dialami oleh bakteri pathogen ;
mengalami eksudasi dengan perembasan sejumlah besar air, protein serta elektrolit dan
seringkali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan
penutupan luka yang permanen. (Arif Muttaqin, 2012).

Luka bakar adalah luka akut, dibagi menjadi derajat satu, dua atau tiga, dan digambarkan
dengan ketebalan parsial atau penuh. (Patricia Gonce Morton, 2011).

2.2 Etiologi

Menurut penyebabnya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis meliputi hal – hal
berikut ini :

1. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya : teko atau
minuman)
2. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak
3. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yang disebabkan oleh
merokok ditempat tidur
4. Benda panas (radiator)
5. Radiasi (misalnya : terbakar sinar matahari)
6. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik. Mungkin tidak jelas
adanya kerusakn kulit, tetapi biasanya terdapat titik masuk dan keluar. Luka bakat

3
tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia jantung dan pasien ini harus mendapat
pemantaun jantung minimal selama 24 jam setelah cedera.
7. Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering
menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidot untuk zat kimia harus diketahui dan
digunakan untuk menetralisir efeknya
8. Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka bakar pada kepala
dan leher, atau tertahan diruangan yang dipenuhi asap

2.3 Patofisiologi

Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolic, tetapi kulit
melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup dimana dapat terganggu akibat suatu
cedera luka bakar. Suatu cedera luka bakar akan mengganggu fungsi kulit, seperti berikut ini :

1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman


2. Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan
3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air

Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas. Jaringan lunak
akan mengalami cedera bila terkena suhu diatas 115⁰F (46⁰C). Luasnya kerusakan tergantung
pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas
pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68⁰C
dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis dan dermis sehingga terjadi cedera
derajat 3 (full-thickness injury). Sebagai manifestasi dari cedera luka bakar panas, kulit akan
melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan pembetukan oksigen reaktif yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta
viskositas plasma meningkat dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus.

Cedera luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik dimanifestasikan dengan


adanya demam, peningkatan laju metabolisme, peningkatan ventilasi, peningkatan curah jantung,
peningkatan gluconeogenesis, serta meningkatkan katabolisme otot visceral dan rangka. Pasien
membutuhkan dukungan komprehensif, yang berlanjut sampia penutupan luka selesai.

4
2.4 Klasifikasi

Respons luka bakar terhadap suhu tubuh bergantung pada kondisi kedalaman dan luas
dari cedera luka bakar. Semakin dalam dan semakin luas cedera akan dapat mempengaruhi
respon sistemik baik system kardiovaskuler, pernafasan, kondisi cairan elektorlit, urinarius, dan
gastrointestinal.

1. Kedalaman luka bakar

Derajat kedalaman luka bakar dapat digolongkan sebagai (1) derajat pertama yaitu luka
bakar superfisial Luka jenis ini adalah luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit (2)
derajat kedua yaitu luka bakar partial-thickness Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan
kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan
adanya tanda klinis seperti halnya lubang yang dangkal, abrasi, atau blister (3) derajat
tiga yaitu full-thickness dalam, Jenis luka ini adalah hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya, dan (4) derajat empat yaitu luka bakar yang
merusak tulang, otot, dan jaringan dalam, serta luka bakar akibat sengatan arus listrik
yang menyebabkan robeknya jaringan.

Derajat kedalaman berdampak pada waktu penyembuhan, kebutuhan rawat inap dan
intervensi bedah, serta potensi untuk pengembangan bekas luka. Meskipun klasifikasi
akurat tidak selalu memungkinkan awalnya, penyebab, dan karaketristik fisik luka bakar
sangat membantu dalam kategori dan penetapan rencana intervensi yang akan
dilaksanakan.

5
Untuk membedakan derajat 2 dan derajat 3 pada awalnya bisa sangat sulit. Sebagai
contoh, luka bakar full-thickness biasanya dengan tampilan warna putih atau merah
setelah bula pecah. Hal ini juga terjadi pada luka bakar partial-thickness dalam. Penilaian
estimasi derajat kedalaman luka bakar sangat diperlukan dalam 24 – 72 jam pertama
sebagai indikator awal untuk perencanaan intervensi selanjutnya. Penilaian lainnya dari
kedalaman luka bakar dengan menilai karakteristik luka bakar.

Karakteristik Luka Bakar

Klasifikas Etiologi Penampilan Sensasi Waktu Bekas Luka


i Penyembuha
n

Luka Terbakar Terbatas di Nyeri Penyembihan Tidak


bakar matahari epidermis. terjadi secara menimbulkan
superfisial Terdapat spontan jaringan
eritema, tetapi dalam 3 – 4 parut.
tidak segera hari Biasanya
timbul lepuh tidak timbul
komplikasi

Luka Pajanan Meluas ke Sangat 7 – 20 hari luka bakar ini


bakar air panas epidermis dan nyeri biasanya
partial- kedalam lapisan sembuh tanpa

6
thickness dermis, serta meninggalkan
menimbulkan jaringan
bula dalam parut.
beberapa menit Komplikasi
jarang terjadi,
walaupun
mungkin
timbul infeksi
sekunder
pada luka

Luka Pajanan Meluas Nyeri Penyembuha Folikel


bakar air panas, keseluruh dengan n beberapa rambut
partial- kontak dermis. Namun, tekanan minggu. mungkin utuh
thickness langsung daerah di parsial Memerlukan dan akan
dengan sekitarnya tindakan tumbuh
api atau biasanya debridement kembali. Pada
minyak mengalami luka untuk luka bakar ini
panas bakar derajat membuang selalu terjadi
kedua jaringan yang pembentukan
superfisial yang mati. jaringan parut
nyeri Biasanya
diperlukan
tandur kulit

Luka Pajanan Meluas ke Saraf Luka bakar Luka bakar


bakar full- air panas, epidermis, rusak jenis ini derajat ketiga
thickness kontak dermis, dan sehingga mungkin membentuk
langsung jaringan luka tidak memerlukan jaringan parut
dengan subkutis. terasa waktu dan jaringan
api, Kapiler dan nyeri berbulan – tampak
minyak vena mungkin kecuali bulan untuk seperti kulit
panas, uap hangus dan dengan sembuh dan yang keras.
panas, aliran darah ke tekanan diperlukan Risiko tinggi
agen daerah tersebut dalam. pembersihan untuk
kimia, dan berkurang Namun, secara bedah terjadinya
listrik daerah di dan kontraktur
tegangan sekitarny penanduran
tinggi a
biasanya
nyeri
seperti
pada luka
bakar
derajat

7
kedua

2. Luas Luka Bakar

Penilaian luas luka bakar dilakukan dengan persentase total luas permukaan tubuh
(TBSA) yang disebabkan oleh cedera. Penilaian estimasi yang akurat dari TBSA
sangat penting untuk intervensi selanjutnya. Penilaian luas luka bakr dapat
menggunakan (1) metode Lund dan Browder, (2) metode rumus Sembilan (Rule of
Nines) atau (3)metode telapak tangan.

a. Metode Lund dan Browder

Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan luas


permukaan tubuh yang terbakar adalah metode Lun and Browder yang
mengakui bahwa presentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomic,
khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut pertumbuhan. Dengan
membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan memberikan
estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut,
kita bisa memperoleh estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi
pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi
pada hari kedua, serta ketiga pasca-luka bakar karena garis demarkasi
biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.

8
9
b. Rumus Sembilan (Rule of Nines)

Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan


menggunakan rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat
untuk menghitung luas daerah yang terbakar. System tersebut menggunakan
presentase dalam kelipatan tubuh yang luas.

c. Metode Telapak Tangan

Pada banyak pasien dengan luka bakar menyebar, metode yang dipakai untuk
memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak tangan (palm
method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas
permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai
luas luka bakar.

10
2.5 Pemeriksaan Penunjang
 Hitung daran lengkap : Hb turun menunjukkan adanya pengeluaran darah
yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Hb yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Hb turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
 Leukosit : leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
 GDA (Gas Darah Arteri): untuk mengetahui adanya kecurigaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen atau peningkatan tekanan karbon
dioksida mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
 Elektrolit serum : kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipotermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
 Natrium Urin : lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan,
kurang dari 10mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

11
 Alkali Fosfat. Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa natrium.
 Glukosa serum : peninggian glukosa serum menunjukkan respon stress
 Albumin serum : untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan
 BUN atau Kreatinin : peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan
 Loop aliran volume : memberikan pengkajian non-invatif terhadap efek atau
luasnya cedera
 EKG : untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia
 Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar

2.6 Penatalaksaan Medis


Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah
terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-
obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk
mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan mikrorganisme dan
mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan
efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering
kali masih menjadi penyebab kematian pasien. (Effendi. C, 1999).

2.7 Komplikasi
1. Infeksi
Infeksi adalah masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat
mengalami sepsis. Berikikan antibiotic luas, bila perlu dalam bentuk
kombinasi.kortikosteroid jagan diberikan karena bersifat imunosupresif
(memekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pada edema
larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.

12
2. Curling’s ulcer (ulkus Curling)
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5-10. Terjadi
ulkus pada duodenum atau lambung. Kadang-kadang dijumpai hematermesis.
Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga
berat. Pada endoskopo 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di
duodenum.
3. Gangguan jalan napas
Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari
pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru infeksi. Penanganan
dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakoestomi,
pemberani kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
4. Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan
(penisilan, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
5. Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergerakan.
6. Gangguan komplikasi akibat jaringan parut

2.8 Asuhan Keperawatan


2.8.1 Pengkajian
a. Aktifitas/ istirahat
Tanda: penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
sakit; gangguan masa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nad perifer distal pada ekstermitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardi (syok/ansietas/nyeri); distrimia (syok listrik); pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego

13
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatam.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkaal, menarik diri,
marah.
d. Eliminasi
Tanda: haluaran urine menuru/tak ada fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi myoglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/ tak ada; khususnya pada luka baakr kutaneus lebih
dari 20% sebagai stress penurunan motilitas/peristaltic gastrik.
e. Makanan cairan
Tanda: oedema jaringan umum: anoreksia; mual/muntah
f. Neurosensory
Gejala: area batas: kesemutan
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan reflex tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstermitas; aktifitas kejanag (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik),
rupture membrane timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitive untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, dan perubahan suhu, luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara respon pada
luka bakar ketebalan kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf, luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup, terpajam lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak, natuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada,
jalan nafas atau stidor/mengi (obstruksi sehubungan dengan laringospasme,

14
oedema laringal), bunyi nafas, gemercik (oedema paru), stridor (pedema
laryngeal), secret jalan nafas dalam (ronkhi).

i. Keamanan
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan poses trobus minkrovaskuler pada beberapa luka. Area
kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.

Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Buku hidung gosong:
mukosa hidung dan mulut kering, merah, lepuh pada faring posteror, oedema
lingkar mulut dan atau lingkar nasal.

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mingkin
coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus, lepuh, ulkus,
nekrosis, atau jaringan perut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut 72 jam
setelah cedera.

Cedera listrik: cedera kutaneus ektermitas biasanya lebih sedikit dibawah


nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan
luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
j. Pemeriksaan diagnostic
- LED: mengkaji hemokosentrasi.

15
- Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Imi
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24
jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan hemti
jantung.
- Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khusunya pada cedera inhalasi adap.
- BUN dan kreatiin mengkaji fungsi ginjal.
- Urinalisasi menunjukkan myoglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
- Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
- Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar massif
- Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

2.8.2 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang menjadi
prioritas dalam asuhan keperawatan di ruang gawat darurat pada cedera luka
bakar, meliputi hal-hal berikut :
1) Gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbon monoksida, inhalasi asap
dan obstruksi saluran napas atas.
2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d edema dan efek dari inhalasi
asap
3) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
4) Hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka
5) Nyeri b.d hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta saraf dan dampak
emosional dari luka bakar
6) Kecemasan b.d ketakutan dan dampak emosional dari luka bakar
2.8.3 Intervensi
1) Gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbon monoksida, inhalasi
asap dan obstruksi salura napas atas

16
Intervensi Rasional
Kaji faktor penyebab gangguan pertukaran Pemeriksaan untuk mengkaji pertukaran gas
gas yang adekuat dan bersihan saluran napas
merupakan aktivitas keperawatan yang
esensial. Frekuensi, kualitas, dan dalamnya
respirasi harus dicatat. Paru0paru diauskultasi
untuk mendeteksi suara tambahan (abnormal).
Disamping pengkajian keperawatan terhadap
status respirasi, oksimeter denyut nadi dapat
digunakan untuk memantau kadar oksigen
dalam darah arterial. Pemakaian oksimeter
denyut nadi pada pasien luka bakar memiliki
kekurangan, yaitu perfusi jaringan yang
buruk, serta edema mempersulit pemeriksa
untuk mendapatkan signal yang akurat dan
oksimeter tidak dapat membedakan
karbonsihemoglobin dengan oksihemoglobin.
Monitor TTV Perubahan TTV akan memberikan dampak
pada risiko asidosis yang bertambah berat dan
berindikasi pada intervensi untuk secepatnya
melakukan koreksi asidosis.
Beri oksigen 4l/menit dengan metode kanul Terapi pemeliharaan untuk kebutuhan asupan
atau sungkup non rebreathing oksigenasi
Istirahat pasien dengan posisi fowler Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi
paru optimal. Istirahat akan mengurangi kerja
jantung, meningkatkan tenaga cadangan
jantung, dan menurunkan tekanan darah
Ukur intake dan output Penurunan curah jantung, mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air,
dan penurunan urine output
Manajemen lingkungan : lingkungan tenang Lingkungan tenang akan menurunkan
dan batasi pengunjung stimulasi nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu meningkatkan

17
kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada di
ruangan
Kolaborasi : berikan bikarbonat Jika penyebab masalah adalah masukan
klorida, maka pengobatannya adalah
ditujukan pada menghilankan sumber klorida
Pantau data laboratorium analisis gas darah Tujuan intervensi keperawatan pada asidosis
berkelanjutan metabolic adalah meningkatkan pH sistemik
sampai ke batas yang aman, dan
menanggulangi sebab-sebab asidosis yang
mendasarinya. Dengan monitoring perubahan
dari analisa gas darah berguna untuk
menghindari komplikasi yang tidak
diharapkan

2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d edema dan efek dari


inhalasi asap

Intervensi Rasional
Kaji dan monitor jalan napas Deteksi awal untuk interpretasi intervensi
selanjutnya. Salah satu cara untuk mengetahui
apakah pasien bernapas atau tidak adalah
dengan menempatkan telapak tangan di atas
hidung dan mulut pasien untuk merasakan
hembusan napas. Gerakan toraks dan
diafragma tidak selalu menandakan pasien
bernapas
Tempatkan pasien dibagian resusitasi Untuk memudahkan dalam melakukan
monitoring status kardiorespirasi dan
intervensi kedaruratan
Beri oksigen 4l/menit dengan metode kanul Pemberian oksigen dilakukan pada fase awal
atau sungkup non rebreathing pascabedah. Pemenuhan oksigen dapat
membantu meningkatkan PaO2 di cairan otak

18
yang akan memengaruhi pengaturan
pernapasan
Lakukan tindakan kedaruratan jalan napas Tindakan perawatan pulmoner yang agresif,
agresif termasuk tindakan membalikkan tubuh
pasien, mendorong pasien untuk batuk serta
bernapas dalam, memulai inspirasi kuat yang
periodic dengan spirometri, dan
mengeluarkan timbunan secret melalui
pengisapan trakea jika diperlukan
Bersihkan sekresi pada jalan napas dan Kesulitan pernapasan dapat terjadi akibat
lakukan suctioning apabila kemampuan sekresi lendir yang berlebihan. Membalikkan
mengevaluasi secret tidak efektif pasien dari satu sisi ke sisi lainnya
memungkinkan cairan yang terkumoul untuk
keluar dari sisi mulut.
Instruksikan pasien untuk pernapasan dalam Pada pasien luka bakar disertai inhalasi asap
dan melakukan batuk efektif dengan tingkat toleransi yang baik, maka
pernapasan diafragma dapat meningkatkan
ekspansi paru. Untuk memperbesar ekspansi
dada dan pertukaran gas, beragam tindakan
seperti meminta pasien untuk menguap atau
dengan melakukan inspirasi maksimal. Batuk
juga didorong untuk melonggarkan sumbatan
mukus
Evaluasi dan monitor keberhasilan intervensi Apabila tingkat toleransi pasien tidak optimal,
pembersihan jalan napas maka lakukan kolaborasi dengan tim medis
untuk segera dilakukan terapi endoskopik atau
pemasangan tamponade balon.

3) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d peningkatan


permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari
daerah luka bakar.

Intervensi Rasional

19
Identifikasi faktor penyebab, awitan, Parameter dalam menentukan intervensi
spesifikasi usia, luas luka bakar, kedalaman kedaruratan. Perpindahan dan kehilangan
luka bakar dan adanya riwayat penyakit lain cairan yang cepat selama periode awal pasca
luka bakar mengharuskan perawat untuk
memeriksa TTV dan urine output dengan
sering disamping menilai tekanan vena
sentral, tekanan arteri pulmonalis, serta curah
jantung pada pasien luka bakar yang sakitnya
berat. Pemberian cairan infus dilakukan
menurut program medis. Volume cairan yang
diinfuskan harus sebanding dengan volume
cairan output.
Kolaborasi skor dehidrasi Menentukan jumlah cairan yang akan
diberikan sesuai dengan derajat dehidrasi dari
individu
Lakukan pemasangan IVFD (intravenous Pemberian cairan intravena disesuaikan
fluid drops) dengan derajat dehidrasi.
Dokumentasi dengan akurat tentang intake Sebagai evaluasi penting dari intervensi
dan output hidrasi dan mencegah terjadinya over hidrasi
Evaluasi kadar elektrolit serum Untuk mendetksi adanya hiponatremi dan
hipokalemi sekunder dari hilangnya elektrolit
dari plasma
dokumentasikan perubahan klinik dan Perubahan klinik seperti penurunan urine
laporkan dengan tim medis output secara akut perlu diberitahukan kepada
tim medis untuk mendapatkan intervensi
selanjutnya dan menurunkan risiko terjadinya
asidosis metabolik

4) Hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka

Intervensi Rasional
Kaji derajat, kondisi kedalaman, dan luasnya Semakin tinggi derajat, kedalaman, dan luas
lesi luka bakar dari luka bakar maka risiko hipotermi akan

20
lebih tinggi.penderita luka bakar luas
cenderung untuk menggigil. Dehidrasi dapat
semakin berat jika daerah kulit yang rusak
terkena aliran udara hangat yang terus
menerus
Sesuaikan suhu kamar dalam kondisi tidak Tindakan yang diimplementasikan pada
terlalu hangat dan tidak terlalu dingin pasien luka bakar, seperti pemakaian selimut
kartun, lampu penghangat yang dipasang pada
langit-langit kamar atau alat pelindung panas
sangat berguna untuk mempertahankan
kenyamanan dan suhu tubuh pasien.
Lakukan intervensi perawatan luka dengan Untuk mengurangi gejala menggigil dan
cepat kehilangan panas, perawat harus bekerja
dengan cepat dan efisien ketika luka yang
lebar harus dibuka bagi perawatan luka. Suhu
tubuh pasien di pantau dengan cermat
Evaluasi suhu tubuh, menggigil, atau minta Intervensi penting untuk mencegah hipotermi
pasien untuk melaporkan apabila merasa yang lebih berat
kedinginan

5) Nyeri b.d hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta saraf dan dampak
emosional dari luka bakar

Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parameter dasar untuk mengetahui
sejauh mana intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi
manajemen nyeri keperawatan
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam mengurangi
nyeri
Lakukan manajemen nyeri keperawatan :

21
 Atur posisi fisiologis Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
O2 ke jaringan yang mengalami peradangan
 Istirahatkan klien Istirahat diperlukan selama fase akut. Kondisi
ini akan meningkatkansuplai darah pada
jaringan yang mengalami peradangan
 Ajarkan teknik relaksasi pernapasan Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
dalam menurunkan nyeri sekunder dari peradangan
Distraksi dapat menurukan stimulus internal
 Ajarkan teknik distraksi pada saat dengan mekanisme peningkatan produksi
nyeri endorphin dan enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks serebri sehingga menurunkan persepsi
nyeri
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
analgetik preparat morfin nyeri akan berkurang. Penyuntikan intravena
preparat morfin atau analgetik opioid lainnya
biasanya diprogramkan untuk mengurangi
nyeri.

6) Kecemasan b.d kondisi penyakit kerusakan luas pada jaringan kulit

Intervensi Rasional
Kaji kondisi fisik dan emosional pasien pada Normalnya, pasien luka bakar dan
keluarga dari adanya luka bakar yang di alami keluarganya mengalami stress emosional dan
ansietas yang hebat.
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerja sama dan mungkin
memperlambat penyembuhan
Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi Selama periode darurat, dukungan emosional
kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan dan penjelasan yang sederhana tentang
suasana penuh istirahat prosedur penanganan, serta perawatan pasien
harus diberikan.
Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap

22
mengungkapkan ansietasnya kekhawatiran yang tidak di sekspresikan
Kolaborasi : berikan anti cemas sesuai Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
indikasi contohnya diazepam kecemasan

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan
harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistic
dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar berdasarkan pada luas
luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain.
Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka makin
berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga meningkatkan
kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

3.2 Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan
sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak
diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas
terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka bakar.

24
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba
Medika.

Rosdahl, Caroline Bunker. 2017. Buku Ajar Keperawatan Dasar, Edisi 10. Jakarta: EGC.

Maryunani, Anik. 2013. Perawatan Luka (Modern Woundcare) Terlengkap dan Terkini.
Jakarta: IN MEDIA

25

Anda mungkin juga menyukai