Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN JIWA

“HARGA DIRI RENDAH”

Dosen Pengampu :

STASE KEPERAWATAN JIWA

Denny Ricky, S. Kep., Ners, M. Kep, Sp. KMB

Disusun oleh :

Mada Pasalli Saludung (2153014)

Profesi Ners Sec. A

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


A. DEFINISI HARGA DIRI RENDAH
Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk kehilangan
rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan
dan putus asa (Depkes RI 2000 dalam NANDA, 2015).
Menurut Keliat 2010, harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan
dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir adalah hal negative diri sendiri
sebagai individu yang gagal, tidak mampu, tidak berprestasi.
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima di lingkungan dan
gambaran-gambaran negative tentang dirinya (Barry, dalam Fitria 2009).
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah
akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang mengancam dan
hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang
tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan
secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa
aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkunagn dengan cara negatif
menganggap sebagai ancaman dengan pendapat Barbara Kozier berikut:
Level of self esteem range from high to low. A person who has high self esteem deals actively
with the environment, adapts effectively to change, and feels secure. A person with low self
esteem sees the environment as negative and threatening (Driver dalam Barbara Kozier,
2003:845).

B. KOMPONEN KONSEP DIRI


Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan kenyakinan yang diketahui tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ciri konsep diri
menurut Fajariyah (2012) terdiri dari konsep diri yang positif, gambaran diri yang tepat dan
positif, ideal diri yang realitis, harga diri yang tinggi, penampilan diri yang memuaskan, dan
identitas yang jelas.
1. Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari
meliputi persepsi masa lalu atausekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh.Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah
seiring dengan persepsi dan pengalamanpengalaman baru. Citra tubuh harus realitis
karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan
merasa aman dari kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya
memiliki harga diri tinggi daripada individu yang tidak menyukai tubuhnya (Suliswati,
2010).
2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku
berdasarkan standart pribadi. Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang
diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri,
akan mewujudkan cita-cita atau penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial
dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri (Suliswati, 2010).
3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi
adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiritanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang
penting dan berharga (Stuart,2010).
4. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh
masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam sekelompok sosial dan
merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang berarti. Setiap
orang disibukkan oleh beberapa peran yeng berhubungan dengan posisi setiap waktu
sepanjang daur kehidupnya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang
memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideali diri (Suliswati, 2010).
5. Identitas diri
Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,
kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan
otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas, dimulai
pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas
utama pada masa remaja (Stuart, 2010).

C. RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang
rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif (Fajariyah, 2012).
1. Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata
yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri maladaptif.
4. Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan
kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.(Fajariyah, 2012).

D. MACAM-MACAM HARGA DIRI RENDAH


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai ideal diri. Ganguan harga diri yang disebut sebagain harga diri rendah dapat terjadi
secara: (Mukhripah Damaiyanti, 2014)
a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami atau istri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
b. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau
dirawat. Klien ini mempunyai cara yang berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon
mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik
atau pada klien gangguan jiwa.
Ganguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang. perlakuan orang lain
yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Harga diri meningkat bila
diperhatikan atau dicintai dan dihargai atau dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga diri tinggi positif ditandai dengan ansietas
yang rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki
harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif
untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri
rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman.

E. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type peran gender, tuntutan
peran kerja, dan harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakkepercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur social.

F. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut yosep, 2009. Faktor presipitasi terjadi haga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang
menurun. Secara umum, ganguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
stuasional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba,
misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara. Termasuk dirawat dirumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan
alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan
klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat
saat dirawat.
G. TANDA DAN GEJALA
Tanda gejala harga diri rendah menurut (Carpenito 2008) antara lain yaitu
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit,
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri,
 Merendahkan martabat,
 Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, tidak ingin bertemu dengan orang
lain, lebih suka sendiri, percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan mencederai
diri.
Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, ingin mengakhiri kehidupan.
Tidak ada kontak mata, sering menunduk, tidak atau jarang melakuakan kegiatan sehari-hari,
kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, berkurang selera makan, bicara
lambat dengan nada lemah.

H. PENATALAKSANAAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan untuk melakukan kegiatan
pada pasien yang mengalami harga diri rendah adalah dengan terapi kreasi seni menggambar
yang merupakan salah satu bagian dari terapi lingkungan. Terapi lingkungan berkaitan erat
dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan fisik mampu
psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan baik pada kondisi fisik
maupun psikologis seseorang.
Berbagai jeneis terapi spesialis yang diberikan untuk pasien dengan harga diri rendah kronis
meliputi tiga kategori yaitu untuk individu, keluarga, dan kelompok terapi spesialis
imndividu yang dapat diberikan pada pasien dengan harga diri rendah kronis adalah
Cognitive Behaviour Therapy (CBT) atau terapi kognitif perilaku dan Logotherapy. Terapi
kelompok yang dapat diimplemaentasikan pada pasien dengan harga diri rendah kronis
adalah Supportive Therapy atau terapi supportif dan Self Help Group (SHG) atau kelpmpok
swabantu.
Untuk keluarga pasien, perawat spesialis jiwa dapat memberikan terapi spesialis
Psikoedukasi keluarga dan Triangle Therapy (Widianti et.al, 2017).
1. Terapi lingkungan dapat membantu pasien untuk mengembangkan rasa harga diri,
mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu
mempercayai orang lain. Terapi lingkungan dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu terapi
rekreasi, terapi kreasi seni, pettherapy dan plantherapy. Jenis terapi lingkungan yang tepat
diterapkan pada pasien harga diri rendah adalah yang pertama terapi rekreasi, tujuan dari
terapi tersebut adalah agar pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan
menyenangkan, dan mengembangkan kemampuan hubungan sosial, yang kedua adalah
terpi kreasi seni, dalam terapi kreasi seni terbagi menjadi empat bagian yaitu terapi
menari, atau dance, terapi musik, terapi menggambar atau melukis terapi literatur atau
biblio. Keempat jenis terapi ini membantu pasien untuk mengkomunikasikan tentang
perasaan-perasaan dan kebutuhankebutuhanya, memberikan kesempatan pada pasien
untuk mengekpresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya serta memberikan
kesempatan pada pasien untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana
mengekspresikan pikiran dan perilaku sesuai dengan norma yang baik.
2. Terapi kreasi seni menggambarkan diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa pasien
harga diri rendah akan dapat mengekspresikan perasaan melalui terapi lingkungan seni
menggambar dari dengan ekspresi verbal. Dengan terapi kreasi seni menggambar perawat
dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional pasien dengan harga diri rendah,
hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah pasien
harga diri rendah tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kegiatan
pada pasien yang mengalami harga diri rendah adalah dengan terapi kreasi seni
menggambar yang merupakan salah satu terapi lingkungan. Terapi kreasi seni
menggambar berkaitan erat dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak
pada kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun psiologis seseorang.
3. Terapi kognitif diberikan dalam tiga sesi yaitu sesi: (Febriana et. al, 2016).
a. Identifikasi pikiran otomatis negative
b. Penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negative
c. Manfaat tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis yang negative
Pelaksanaan terapi kognitif menggunakan pendekatan interpersonal peplau yang terdiri
dari orientasi, identifikasi, eksploitasi dan resolusi. Pendekatan peplau sangat dalam
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian orientasi dan identifikasi, eksploitasi
perencanaan dan implementasi, resolisi atau evaluasi. Begitu juga dengan tahap
komunikasi terapeutik yang digunakan dalam terapi kognitif yaitu: orientasi, kerja dan
terminasi. Atas dasar kesesuaian tersebut menggunakan interpersonal peplau sebagai
kerangka penyelesaian masalah pasien harga diri rendah dengan terapi kognitif (Mubin.
2009).

I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
Tahap pertama meliputi faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda, dan tingkah laku klien
dan mekanisme koping klien (Damaiyanti, 2012).
Pengkajian menurut Deden (2013) melalui beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak bersosialisai.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis
kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada
anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang berubah.
2. Faktor presipitasi
a. Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar
individu (internal or eksternalsources), yang dibagi 5 (lima) kategori:
 Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang
dialami individu dalam peran
 Konflik peran: ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang
diinginkan.
 Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang
dilakukannya.
 Peran berlebihan: kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan
seperangkat peran yang komleks.
 Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai
untuk menyesuaikan diri.
 Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting
dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.
 Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat
atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan:
o Kehilangan bagian tubuh.
o Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
o Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
o Prosedur pengobatan dan perawatan.
 Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan bio-
kimia, gangguan penggunaan obat, alkohol dan zat.
3. Perilaku
Menurut Stuart dan Sundeen (2009) perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang
rendah yaitu identitas kacau dan depersonalisasi seperti berikut (Deden, 2013):
a. Perilaku dengan harga diri yang rendah.
 Mengkritik diri sendiri atau orang lain
 Produktifitas menurun
 Destruktif pada orang lain
 Gangguan berhubungan
 Merasa diri lebih penting
 Merasa tidak layak
 Rasa bersalah
 Mudah marah dan tersinggung
 Perasaan negative terhadap diri sendiri
 Pandangan hidup yang pesimis
b. Perilaku dengan identitas kacau.
 Tidak mengindahkan moral
 Mengurangi hubungan interpersonal
 Perasaan kosong
 Perasaan yang berubah-ubah
 Kekacauan identitas seksual
 Kecemasan yang tinggi
 Tidak mampu berempati
 Kurang keyakinan diri
 Mencitai diri sendiri
 Masalah berhubungan intim
 Ideal diri tidak realistik
c. Perilaku dengan Depersonalisasi.
 Afek : identitas hilang, asing dengan diri sendiri, perasaan tidak aman, rendah
diri, taku, malu, dan perasaan tidak realistic, merasa sangat terisolasi.
 Persepsi : Halusinasi pendengaran dan penglihatan, tidak yakin akan jenis
kelaminnya, sukar membedakan diri dengan orang orang lain.
 Kognitif : Kacau, disorientasi waktu, penyimpangan pikiran, daya ingat
terganggu, dan daya penilaian terganggu.
 Perilaku : Afek tumpul, pasif dan tidak ada respon emosi, komunikasi tidak
selaras, tidak dapat mengontrol perasaan, tidak ada inisiatif dan tidak mampu
mengambil keputusan, menarik diri dari lingkungan, dan kurang bersemangat.

Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Fajariyah (2012) :
1. Masalah utama
Gangguan konsep diri : harga diri rendah Data subyektif :
a. Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.
b. Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.
c. Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.
d. Mengungkapkan dirinya tidak berguna.
e. Mengkritik diri sendiri.
f. Perasaan tidak mampu.
Data obyektif :
a. Merusak diri sendiri.
b. Merusak orang lain.
c. Ekspresi malu.
d. Menarik diri dari hubungan sosial.
e. Tampak mudah tersinggung.
f. Tidak mau makan dan tidak tidur.
2. Masalah keperawatan
Penyebab tidak efektifan koping individu.
Data subyektif :
a. Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain.
b. Mengungkapkan malu dan tidak bisa ketika diajak melakukan sesuatu.
c. Tampak ketergantungan terhadap orang lain.
d. Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan.
e. Wajah Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.
Data obyektif :
a. Tampak murung.
3. Masalah keperawatan
Akibat isolasi sosial menarik diri
Data subyektif :
a. Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
b. Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.
Data obyektif :
a. Ekspresi wajah kosong tidak ada kontak mata ketika diajak bicara.
b. Suara pelan dan tidak jelas.
c. Hanya memberi jawaban singkat (ya atau tidak).
d. Menghindar ketika didekati.
4. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

Diagnose Keperawatan
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial : Menarik Diri
Intervensi Keperawatan Untuk Harga Diri Rendah
Rencana tindakan keperawatan klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

Pasien Keluarga
SP1P SP1K
1. Bina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Mengidentifikasi kemampuan dan keluarga dalam merawat pasien
aspek positif yang dimiliki pasien 2. Menjelaskan pengertian harga diri
3. Membantu pasien menilai rendah, tanda dan gejala, serta proses
kemampuan pasien yang masih dapat terjadinya harga diri rendah
digunakan 3. Menjelaskan cara merawat pasien denga
4. Membantu pasien memilih kegiatan harga diri rendah
yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
5. Melatih pasien sesuai kemampuan
yang dipilih
6. Memberikan pujian yang wajar
tehadap keberhasilan pasien
7. Menganjurkan pasien memasukan
dalam jadwal
Kegiatan Harian
SP2K
SP2P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
pasien. merawat pasien dengan harga diri rendah.
2. Melatih pasien melakukan kegiatan
sesuai dengan kemampuan klien
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.

1. Harga Diri Rendah


Tujuan Umum :
Pasien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.
Tujuan Khusus 1 :
Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
 Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
 Ekspresi Wajah bersahabat.
 Ada kontak mata
 Menunjukkan rasa senang.
 Mau berjabat tangan.
 Mau menjawab salam
 Pasien mau duduk berdampingan
 Pasien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya
 Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien
 Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji
 Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
 Beri perhatian pada pasien
Rasional : hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan
selanjutnya.
b. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang penyakit yang dideritanya
 Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien Katakan pada pasien bahwa ia
adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu mendorong
dirinya sendiri.
Rasional: beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dapat membantu
mengurangi stress dan penyebab perasaan jengkel atau kesal dapat diketahui.
Tujuan Khusus 2 :
Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Kriteria Evaluasi :
Pasien mampu mempertahankan aspek yang positif
Intervensi :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dan diberi pujian atas
kemampuan mengungkapkan perasaannya. Saat bertemu pasien, hindarkan memberi
penilaian negatif.Utamakan memberi pujian yang realitis.
Tujuan Khusus 3 :
Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Kriteria Evaluasi :
a. Kebutuhan pasien terpenuhi
b. Pasien dapat melakukan aktivitas terarah
Intervensi :
a. Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat digunakan selama sakit.
b. Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan d
rumah nanti.
Rasional : untuk mengidentifikasi kemampuan yang dapat dilakukan.
Tujuan Khusus 4 :
Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Kriteria Evaluasi :
a. Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
b. Pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi :
a. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari setiap hari
sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan
dengan bantuan total.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien.
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan (sering klien takut
melaksanakannya).
Rasional : untuk memberikan aktivitas sesuai kempampuan yang dimiliki pasien.
Tujuan Khusus 5 :
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Kriteria Evaluasi :
Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi :
a. Beri kesempatan pasien untuk mncoba kegiatan yang direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan pasien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional : agar pasien mampu untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Tujuan Khusus 6:
Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Kriteria Evaluasi :
Pasien mampu melakukan apa yang diajarkan.
Intervensi :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien harga diri
rendah.
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama pasien dirawat.
c. Bantu keluarga meniapkan lingkungan di rumah.
Rasional : untuk memberikan dukungan selama pasien dirawat di rumah sakit.
2. Isolasi sosial
Tujuan umum : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tujuan khusus 1 :
Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
Kriteria evaluasi :
Pasien mampu menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri dari : diri sendiri, orang
lain, lingkungan.
Intervensi :
a. Tanyakan pada pasien tentang :
 Orang yang tinggal serumah/teman sekamar.
 Orang yang paling dekat dengan pasien di rumah/di ruang perawat.
 Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut.
 Orang yang tidak dekat dengan pasien di rumah/di ruang perawatan.
 Apa yang membuat pasien tidak dekat dengan orang tersebut.
 Upaya yang dilakukan agar dekat dengan orang lain.
b. Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan
orang lain.
c. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.
Rasional: untuk mengidentifikasi penyebab menarik diri.
Tujuan khusus 2 :
Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan social dan kerugian menarik diri.
Kriteria evaluasi :
Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri.
Intervensi :
a. Tanyakan pada pasien tentang : Manfaat hubungan social, Kerugian menarik diri
b. Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri.
c. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.
Rasional : untuk mengetahui alasan keuntungan dan kerugian menarik diri pada
pasien.
Tujuan khusus 3 :
Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Kriteria evaluasi :
a. Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial dengan bertahap dengan :
 Perawat
 Perawat lain
 Pasien lain
 Kelompok
Intervensi :
a. Observasi perilaku pasien saat berhubungan sosial.
b. Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/berkomunikasi dengan :
 Perawat lain
 Pasien lain
 Kelompok
c. Libatkan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
d. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilaukan untuk meningkatkan kemampuan
pasien bersosialisasi.
e. Beri motivasi untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
f. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mempuluas pergaulannya melaui aktivitas
yang dilaksanakan.
Rasional : melatih pasien agar mampu melaksanakan hubungan social.
Tujuan khusus 4 :
Pasien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.
Kriteria hasil :
Pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan dengan :
 Orang lain
 Kelompok
Intervensi :
a. Diskusikan dengan pasien tentang perasaannya setelah berhungungan sosial dengan :
 Orang lain
 Kelompok
b. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.
Rasional : menegetahui perasaan pasien setelah berhubungan sosial
Tujuan khusus 5 :
Pasien mendapatkan dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
Kriteria evaluasi :
a. Keluarga dapat menjelaskan tenatang :
 Pengertian menarik diri
 Tanda dan gejala menarik diri
 Penyebab dan akibat menarik diri
 Cara merawat pasien menarik diri
b. Keluarga dapat mempraktekan cara merawat pasien menarik diri.
Intervensi :
a. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
perilaku menarik diri.
b. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien mengatasi perilaku menarik diri.
c. Jelaskan pada keluarga tentang :
 Pengertian menarik diri
 Tanda dan gejala menarik diri
 Penyebab dan akibat menarik diri
 Cara merawat pasien menarik diri.
d. Latih keluarga cara merawat pasien menarik diri.
e. Tanyakan perasaan keluarga setelah menciba cara yang dilatihkan.
f. Beri motivasi keluarga agar membantu pasien untuk bersosialisasi.
g. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat pasien di rumah sakit.
Rasional : dukungan keluarga sangat penting untuk mendukung dalam hubungan
sosial pasien.
Tujuan khusus 6 :
Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat menyebutkan :
 Manfaat minum obat
 Kerugian tidak minum obat
 Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat
b. Pasien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
c. Pasien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
Intervensi :
a. Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nam,
warna, dosis, cara, efek samping penggunaan obat.
b. Pantau pasien saat pengguanaan obat.
c. Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar.
d. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
e. Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
Rasional : untuk memeberikan terapi obat untuk kesembuhan pasien.

Implementasi
Pasien
1. SP 1 Pasien : mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu
pasien memilih / menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan
yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian.
2. SP 2 Pasien : melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien
Tujuan :
 Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien.
 Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien.
 Keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
 Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
Tindakan Keperawatan :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien.
2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien.
3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien dan memuji klien atas
keberhasilannya
4. Jelaskan cara - cara merawat klien dengan harga diri rendah.
5. Demonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekan cara merawat klien dengan
harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya.
7. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien di rumah.

Keluarga :
1. SP 1 Keluarga : mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan
kepada keluarga untuk mempraktekan cara merawat.
2. SP 2 Keluarga : melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah harga diri rendah langsung kepada pasien.

Evaluasi
Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi perkembangan pasien dalam mencapai hasil yang
diharapkan. Asuhan keperawatan adalah proses dinamik yang melibatkan perusahaan
dalam status kesehatan pasien sepanjang waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru,
berbagai diagnosis, dan modifikisi rencana asuhan. Oleh karena itu, evaluasi merupakan
suatu proses penilaian berkesinambungan tentang pengaruh intervensi keperawatan dan
regimen pengobatan terhadap status kesehatan pasien dan hasil kesehatan yang
diharapkan (Yusuf et. al, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Eko. 2014. Penatalaksanaan Konsep Diri : Harga Diri Rendah. Jakarta: EGC.
Erwanda, M. D. Ari. 2019. Asuhan keperawatan Jiwa Pada Tn Q dengan Harga Diri
Rendah di Ruang Bangau Rumah Sakit Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang.
Universitas Muhammadiyah Jember. (http://repository.unmuhjember.ac.id/6292/5/BAB
%20I.pdf)
Juliasari, Srivana. 2018. Asuhan keperawatan Jiwa pada Klien dengan Gangguan Konsep
Diri Harga Diri Rendah Terintegrasi dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas
Sempaja Samarinda. Poltekkes Kalimantan Timur. (http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/902/1/KTI%20Srivana%20Repository.pdf)
Maghfiroh, A. Laila. 2017. Asuhan Keperawatan Tn. M dan Tn. H yang mengalami
Harga Diri Rendah dengan Pemberian Strategi Pelaksanaan 1 dan 2 di Ruang Abimanyu
Rumah Sakit Jiwa Dr. Arif Zainudin Surakarta. Stikes Kusuma Husada Surakarta.
(http://digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/31/01-gdl-arrofilail-1525-1-ktiarro-2.pdf)
Mulyawan & Agustina. 2018. Terapi Kreasi Seni Menggambar Terhadap Kemampuan
Melakukan Menggambar Bentuk Pada Pasien Harga Diri Rendah Vol. 8 No. 1. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai