LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun Oleh :
Hasanudin 010116A042
UNGARAN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)
TINJAUAN TEORI
Factor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan
orang tua yang tidak realitas, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
1. Perkembangan individu yang meliputi :
a. Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai
kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula
untuk mencintai orang lain.
b. Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang – orang tuanya
atau orang tua yang penting/ dekat dengan individu yang bersangkutan.
c. Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang tua
atau orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu.
d. Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri.
2. Ideal diri
a. Individu selalu dituntut untuk berhasil.
b. Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
c. Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
kronis ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Faktor presipitasi
terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota tubuh,
berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).
1. Situasional
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis yang terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba – tiba,
misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
pemerkosaan atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain
itu, dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan rendanya harga diri
seseorang di karenakan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang
membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang
menghargai klien dan keluarga.
2. Kronik
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat. Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi
semakin meningkat saat dirawat.
Baik faktor predisposisi maupun presipitasi diatas apabila telah
mempengaruhi seseorang baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak,
maka dianggap telah mempengaruhi koping individu tersebut sehingga
menjdai tidak efektif (mekanisme koping tidak efektif). Bila kondisi klien
dibiarkan tanpa adanya intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan kondisi
dimana klien tidak memiliki kemauan untuk bergaul dengan orang lain
(isolaasi sosial). Klien yang mengalami isolasi sosial dapat membuat klien
asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko
perilaku kekerasan.
Isolasi Sosial
(Fitria, 2009)
SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal 1. Membantu keluarga
kegiatan harian pasien membuat jadwal
2. Melatih kemampuan ketiga aktivitas dirumah
3. Menganjurkan pasien termasuk minum obat
memasukkannya kedalam 2. Menjelaskan follow up
jadwal harian pasien setelah pulang
2. Modalitas
a. Therapy Modalitas
Therapi modalitas atau perilaku merupakan rencana
pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan
kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.
Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana
dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy
aktivitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi, therapy aktivitas
kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi
realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2005). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas
yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep
diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah
therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi
atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
3. Kolaboratif
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi
syarat sebagai berikut :
1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat.
2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik
untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.
4) Tidak menyebabkan kantuk
5) Memperbaiki pola tidur
6) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran
yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2
golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan
kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama
misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan
Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya:
Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode
yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan
pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
STRATEGI PELAKSANAAN ( SP )
TINDAKAN PERAWATAN
Pertemuan : Ke 1 (satu)
A. Proses Keperawtan
1. Kondisi
Ds : Klien mengatakan malu dan tak berguna, Klien sering
mengatakan dirinya tidak mampu melakukan sesuatu,
Do : Klien kelihatan sering menyendiri, Klien lebih banyak diam,
Selama berkomunikasi kontak mata kurang.
2. Diagnose Keperawatan
Harga diri rendah
3. Tujuan Umum
Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
4. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Klien dapat memilih kemampuan yang akan digunakan
d. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
yang dimilikinya
5. Intervensi keperawatan
SP I p
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan
d. Melatih pasien sesuai dengan kemamppuan yang dipilih
e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
f. Menganjurkan pasien memasukkannya dalam jadwal kegiatan
harian
SP II p
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih kemampuan kedua
c. Menganjurkan pasien memasukkannya kedalam jadwal kegiatan
harian
SP III p
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih kemampuan ketiga
c. Menganjurkan pasien memasukkannya kedalam jadwal harian
B. Tindakan
1. BHSP, salam terapeutik, perkenalkan diri dengan sopan, jelaskan tujuan
interaksi, ciptaan lingkungan yang tenang dan buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat, topic ).
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4. Katakana kepada klien bahwa dirinya adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
Kerja :
” Apa saja kemampuan yang S dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa S lakukan?
Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci
piring..............dst.”.“ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan
yang S miliki “.
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan
kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan
di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah
bawah/kaki. Bagus !”
Terminasi :
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. S. Mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa
? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. S masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan
tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci
piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai
jumpa ya”
SP 2 PASIEN:
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien.
A. Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan S pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
B. Kerja :
“ S, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci
piring, dan air untuk membilas., S bisa menggunakan air yang mengalir
dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang
sisa-makanan.
S Mau berapa kali S mencuci piring? Bagus sekali S mencuci piring tiga
kali setelah makan.”
SP 1 KELUARGA
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri
rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan
memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat.
A. Orientasi :
“Selamat pagi !”perkenalkan nama saya Idia Indar Anggraeni yang merawat
pasien S.
B. Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah S”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, S itu memang terlihat tidak
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini
terus menerus seperti itu, S bisa mengalami masalah yang lebih berat
lagi, misalnya S jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih
mengurung diri”
rendah?”
dikatakan S)
” S itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan
cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu,
”Selain itu, bila S sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
S ke puskesmas”
pujian kepada S”
”Temui S dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
C. Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
demikian.”
SP 2 Keluarga :
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah
harga diri rendah langsung kepada pasien
A. Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Waktunya 20 menit”.
B. Kerja:
”Selamat pagi S. Bagaimana perasaan S hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama orang tua S. Seperti yang sudah
S cepat pulih.”
C. Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
tadi kepada S »
« Sampai jumpa »
SP 3 KELUARGA :
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
A. Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan
B. Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan S selama di rumah sakit. Coba
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi lagi maka bawa
C. Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan
Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala
Stuart GW, Sundeen SJ. (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.