Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAK KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Hari / Tanggal /Waktu : Jum’at, 26 Juli 2019/ 08.00 WIB

Diagnosa keperawatan/ SP : Resiko Perilaku Kekerasan/ SP 1

I. Kondisi Klien
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Klien tampak tenang dan kooperatif

II. Diagnosa Keperawatan


Resiko perilaku kekerasan

III. Tujuan Khusus


1) Klien mengetahui cara mengkontrol tindakan perilaku kekerasan
2) Klien tidak mengalami cidera
3) Klien dapat mengikuti instruksi agar tertib

IV. Tindakan keperawatan


1. Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, akibat PK
2. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat, verbal, spiritual
3. Latihan cara mengontrol PK secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul kasur dan
bantal
4. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik

V. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Assalamu’alaikum bu, perkenalkan nama saya Ashri Ferri Yuwanti senang
dipanggil Ashri. Saya yang berdinas hari ini dari pukul 7 hingga pukul 2
siang, hari ini saya yang akan merawat ibu. Ibu namanya siapa? senang
dipanggil apa?”.
b. Evaluasi
“Bagaimana pearasaan ibu hari ini?”.“Baiklah sekarang kita akan berbincang-
bincang tentang perasaan marah yang ibu rasakan”
c. Kontrak
“Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana jika 10 menit?
Dimana kita akan berbincag-bincang?bagaimana jika disini saja?”

2. Fase Kerja
“Apa yang menyebabkan ibu seperti ini? Apa yang ibu lakukan jika ibu marah?
Apakah ibu mengetahui akibat dari perilaku kekerasan saat ibu marah?. Disini
saya akan memberitahu ibu apa itu perilaku kekerasan, dan bagaimana cara
mengontrol perilaku kekerasan saat ibu marah.“. “Nah sekarang kita mulai dengan
cara tarik nafas, jadi nanti saat ibu merasa ingin marah ibu bisa melampiaskannya
dengan cara menarik nafas dan memukul kasur atau bantal. Mari saya bimbing
cara tarik nafas yang benar ya bu”. “ Cara seperti tadi bisa ibu lakukan sebanyak 5
kali atau sampai kemarahan ibu mereda.” Coba ibu lakukan lagi?” “ nah
sebaiknya latihan ini ibu R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul ibu R sudah terbiasa melakukannya”.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Respon
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tentang kemarahan
ibu?”. “Coba ibu sebutkan penyebab dan akibat jika ibu marah?”. “Dan apa
yang akan ibu lakukan jika ibu marah?”. “Coba ibu praktikan lagi cara tari
nafas yang benar”. “ baik sekarang kita masukan latihan tarik nafas kedalam
jadwal harian ya”. “ mau berapa kali ibu mencoba latihan cara yang tadi saya
ajarkan?”.
b. Tindak Lanjut
“ibu harus sering latihan cara tarik nafas ya bu.” “baik, nanti tolong ibu tulis
M bila ibu melakukannya sendiri, tulis B bila ibu harus diingatkan melakukan
cara tadi, dan tulis T bila ibu tdak melakukannya”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Baik bu bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi?
besok kita akan berbincang-bincang tentang cara mengontrol marah
dengan obat ya bu.”
Waktu : “Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana jika 10
menit?”
Tempat : “Dimana kita akan berbincag-bincang?bagaimana jika disini
saja?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAK KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Hari / Tanggal /Waktu : Jum’at, 26 Juli 2019/ 09.00 WIB

Diagnosa keperawatan/ SP : Resiko Perilaku Kekerasan/ SP 1

I. Kondisi Klien
klien tenang, kooperatif ada kontak mata saat berbica

II. Diagnosa Keperawatan


Resiko prilaku kekerasan

III. Tujuan Khusus


a. Klien mengetahui cara mengontrol prilaku kekerasan
b. klien tidak mengalami cidera
c. klien dapat melakukan instruksi agar tertib

IV. Tindakan Keperawatan


a. evaluasi SP 1
b. melatih mengontrol prilaku kekerasan dengan obat
c. memasukan jadwal harian klien

V. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Assalamu’alaikumm bu, masih ingat nama saya ? ya benar ibu saya ....” sesuai dengan
janji saya kemarin, sekarang kita bertemu lagi”
b. Evaluasi/Validasi
“ bagaimana perasaan ibu saat ini?” “ adakah hal yang membuat ibu marah ?”
“ bagaimana bi sudah dilakukan latihan nafas dalam dn memukul bantal atau kasur jika
saat ibu merasa kesal? apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ? coba
kita lihat kegiatannya” “ bagaimana sekarang kita bicara tentang cara minum obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah ?”

c. Kontrak
“ dimana enaknya kita berbincang – bincang ? bagaimana kalau disini saja ? “ berapa
lama ibu mau kita berbincang – bincang ? bagaimana 15 menit ?”

2. Fase Kerja (Penerapan langkah langkah tindakan keperawatan)


SP 2
“ibu sudah dapat obat dari dokter? berapa macam obat yang ibu minum? ada warna apa saja
ibu obaynya? bagus, ibu biasanya minum obat jam berapa? baik, obatnya ada 3 macam ya
bu, yang oren namanya CPZ gunanya agar pikiran ibu tenang, lalu yang putih namanya THP
agar ibu merasa lebih rileks dan tidak tegang, yng merah jambu namanya HLP agar rasa
marah ibu berkurang. semua ini harus ibu minum 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam
7 malam. jika ibu berasa pusing seperti kunang – kunang sebaiknya ibu istirahat. sebelum
ibu lihat dulu lebel di kotak obat apakah benar itu nama ibu yang ada di lebel obat. jangan
berhenti minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter a bu. sekarang masukkan waktu
minum obat kedalam jadwal ya bu.”

3. Fase Terminasi
a. EVALUASI RESPON KLIEN TERHADAP TINDAKAN KEPERAWATAN
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang – bincang tentang obat ? bisa ibu
jelaskan lg yang sudah saya jelaskan tentang obat tadi? bisa ibu sebutkan lagu jam berapa
saja ibu harus meminum obatnya ? baik sekarang masukkan jadwal minum obat ke dalam
jadwal harian ibu ya”
b. TINDAK LANJUT KLIEN
“ibu harus rutin meminum obat secara teratur ya.” “ baik ibu bisa ulis M bila ibu
melakukan sendiri, B bila ibu harus diingatkan untuk meminum obat dan tulis T bila ibu
lupa untuk minum obat”

c. KONTRAK YANG AKAN DATANG


TOPIK : “baik ibu bagaimana jika besok kita berbincang – bincang lagi? besok
kita berbincang – bincang tentang cara mengontrol mara dengan verbal ya
bu”
WAKTU : “berapa lama ibu mau berbincang – bincang ? bagaimana jika 15 menit ?”
TEMPAT : “dimana kita akan berbincang – bincang ? bagaimana jika disini saja?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAK KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Hari / Tanggal /Waktu : Kamis, 25 Juli 2019/ 10.00 WIB

Diagnosa keperawatan/ SP : Resiko Perilaku Kekerasan/ SP 3

A. PROSES KEPERAWATAN
I. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara,
sesekali nada bicara agak tinggi.

II. Diagnosa Keperawatan


Risiko perilaku kekerasan

III. Tujuan khusus


a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal

IV. Tindakan Keperawatan


SP3 klien :
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih.
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum bu, masih ingat dengan saya? sesuai dengan janji saya kemarin hari
ini kita bertemu lagi.
b. Evaluasi / validasi :
Bagaimana Bu, sudah melakukan latihan tarik napas dalam dan meminum obat?, apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek
kegiatannya. Bagus, nah kalau latihan tarik nafas dan meminum obatnya dilakukan
sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan perawat baru tuliskan B, artinya
dibantu atau diingatkan. Nah, kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum dilakukan.
c. Kontrak :
 Topik : Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?
Tujuannya untuk membantu ibu mengontrol kemarahan ibu disamping dengan latihan-
latihan yang lain yang sudah ibu lakukan.
 Waktu : Berapa lama bu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit. Baik
kita kontrak waktu 15 menit ya bu.
 Tempat : Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin? Baiklah kita berbincang-bincang di tempat kemarin bu.

2. Fase kerja
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
disalurkan melalui tarik nafas dalam dan meminum obat lalu ibu sudah lega, maka kita
perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya bu, yaitu:
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu bilang penyebab marahnya karena minta
uang sama suami tidak diberi. Coba ibu minta uang dengan baik: “Pak, saya perlu uang
untuk membeli sayur di pasar.”. nanti bisa dicoba disini untuk meminta baju, minta obat
dan lain-lain. Coba ibu praktikkan. Bagus sekali bu.
b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin melakukannya,
katakan: “Maaf, saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kegiatan lain.”. coba
ibu praktikkan. Bagus sekali bu.
c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal ibu
dapat mengatakan: “saya tidak suka karena perkataan anda itu.”. coba praktikkan bu.
Bagus bu.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif : Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?
b. Evaluasi objektif : Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari?
c. Rencana Tindak Lanjut : Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? Bisa kita buat jadwalnya?. Coba
masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta makanan, uang,
meminjam buku, dan lain-lainnya. Bagus, nanti dicoba ya bu.
d. Kontrak
 Topik : Baik, besok saya akan kembali lagi. Kita akan membicarakan cara lain untuk
mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan cara ibadah, apa ibu setuju?
 Waktu : ibu mau jam berapa? Baik jam 11 pagi ya.
 Tempat : Tempatnya dimana bu? bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita ketemu
lagi disini jam 11 ya . Assalamualaikum bu.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAK KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Hari / Tanggal /Waktu : Jum’at, 26 Juli 2019/ 11.00 WIB

Diagnosa keperawatan/ SP : Resiko Perilaku Kekerasan/ SP 4

I. Kondisi Klien
Klien tampak tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara

II. Diagnosa Keperawatan


Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)

III. Tujuan Khusus


1. Mengevaluasi kembali latihan fisik, minum obat dan verbal
2. Klien mengetahui cara mengkontrol tindakan perilaku kekerasan melalui latihan
spiritual
3. Menyusun jadwal latihan kembali

IV. Tindakan keperawatan


1. Evaluasi SP 1,2 dan 3 (kegiatan latihan fisik, minum obat dan verbal), beri pujian
2. Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan)
3. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal dan
spiritual
V. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum bu, apakah ibu masih mengenal saya? Ya, benar sekali
bu. Sesuai janji saya kemarin kita bertemu lagi hari ini di jam 11 pagi untuk
melakukan cara mengatasi marah ibu dengan cara beribadah”.
b. Evaluasi
“Bagaimana pearasaan ibu hari ini?”
“Apakah ibu sudah melakukan latihan cara tarik nafas dalam, minum obat dan
latihan berbicara?”
“Mari kita cek di jadwal kegiatan yang sudah kita susun. Wah bagus sekali
bu.”
“Jangan lupa bu, jika latihan tarik nafas dan meminum obatnya dilakukan
sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan perawat baru tuliskan B,
artinya dibantu atau diingatkan. Nah, kalau tidak dilakukan tulis T, artinya
belum dilakukan.”
c. Kontrak
1) Topik : “Kita akan berbincang – bincang dan melakukan kegiatan
ibadah.”
2) Waktu : “Berapa lama ibu mau belajar beribadah? Bagaimana jika 20
menit?”
3) Tempat : “Dimana kita akan melakukannya? bagaimana jika musholla
saja?”

2. Fase Kerja
“Sekarang kita akan latihan melakukan 2 kegiatan yaitu ibadah shalat dan mengaji
ya, bu.”
“Nah ibu sebelum kita beribadah alangkah baiknya jika kita berwudhu terlebih
dahulu, tujuannya agar tubuh kita bersih dan juga suci.”
“Kita pakai mukenanya dulu ya bu agar ibadah kita lebih sempurna.”
“Kita langsung saja mulai dengan kegiatan yang pertama yaitu ibadah shalat ya
bu. Apakah sebelumnya ibu pernah shalat? Alhamdulillah bagus sekali ibu,
sekarang mari kita lakukan shalat lagi seperti ibu melakukannya ketika masa itu.”
“Shalat ada 5 waktu ya bu, saya akan menjabarkannya yaitu:
a. Ada shalat subuh yang dilakukan pada waktu subuh sekitar jam 04.30 pagi,
sebanyak 2 rakaat
b. Shalat zuhur yang dilakukan pada waktu siang hari yaitu jam 12.00 siang,
sebanyak 4 rakaat
c. Shalat ashar yang dilakukan pada waktu sore hari yaitu pukul 03.30 sore,
sebanyak 4 rakaat
d. Shalat maghrib yang dilakukan setelah matahari terbenam yaitu pukul 06.00
sore, sebanyak 3 rakaat, dan
e. Shalat isya yang dilakukan pada waktu malam hari yaitu pukul 07.00 malam
sebanyak 4 rakaat

Semuanya dikerjakan setelah ibu mendengar suara bedug dan adzan di jam – jam
tersebut sebagai tanda waktu shalat telah tiba.”

“Setelah kegiatan shalat, kita akan melakukan kegiatan yang ke dua yaitu mengaji
ya bu. Apakah ibu bisa mengaji? Alhamdulillah bagus sekali bu. Ayo sekarang
bisa kita mulai ya bu,”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita beribadah shalat dan mengaji?
Alhamdulillah”
b. Evaluasi Objektif
“Coba ibu ceritakan kembali kegiaatan apa saja yang sudah kita lakukan
tadi?”
“Ibu bisa sebutkan ada berapa waktu shalat? Pada jam berapa saja kita
melakukan shalat? Dan ada berapa rakaat shalat? Wah, bagus sekali bu!”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Kalau begitu kita masukan kegiatan shalat dan mengaji ke jadwal ibu ya.”
“Ibadah shalat sifatnya wajib jadi kita taruh di jadwal sebanyak 5 kali dalam
sehari pada jam 04.30 pagi, 12.00 siang, 04.30 sore, 06.00 sore dan 07.00
malam setelah adzan berkumandang. Lalu untuk latihan kegiatan mengaji ibu
mau berapa kali dalam sehari? Baik bu kita masukan ke jadwal sebanyak 2
kali sesuai yang ibu inginkan ya, pada jam berapa saja ibu akan mengaji? Baik
ibu setelah shalat subuh dan setelah shalat magrib ya.”

d. Kontrak
a. Topik : “Baik bu bagaimana jika besok kita berbincang lagi tentang
perasaan ibu setelah melakukan kegiatan tarik nafas dalam, minum
obat, latihan berbicara dan beribadah?”
b.Waktu : “Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana jika 15
menit? Mau jam berapa? Bagaimana jika jam 08.00 pagi?”
c. Tempat: “Dimana kita akan berbincag-bincang?bagaimana jika disini?
Baik ibu saya pamit dulu, sampai ketemu lagi besok.”

Anda mungkin juga menyukai