ARTIKEL PENELITIAN
ABSTRAK
Terkait dengan penatalaksanaan pandemi Corona virus disesase-19 (Covid-19), Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia telah memberikan pedoman bagi tenaga kesehatan tentang
pengelompokan risiko tenaga kesehatan di fasitas pelayanan kesehatan, bekerja pada masa
pandemi, penelusuran tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif, dan koordinasi diantara
petugas lintas instansi. Tenaga kesehatan yang bekerja di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) memiliki risiko tinggi penularan infeksi Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran pelaksanaan protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19
yang dilakukan di 10 Puskesmas di Kota Cimahi. Penelitian menggunakan disain potong
lintang dengan memberikan kuesioner dalam bentuk google form kepada Kepala Puskesmas.
Hasil penelitian menunjukkan 8 dari 10 Puskesmas dikunjungi lebih dari 100 orang
pengunjung terkait Covid-19. Area triase sebagai area skrining pasien hanya dimiliki oleh 7
Puskesmas, dan hanya 4 Puskesmas yang memberlakukan pengisian formulir self assessment
pada pengunjung. Semua Puskesmas melakukan pemeriksaan suhu tubuh pada pengunjung
sebelum memasuki ruangan Puskesmas. Akan tetapi hanya 1 puskesmas yang memiliki ruang
isolasi. Lima puskesmas memberlakukan pemisahan area pasien dengan keluhan Infeksi
Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Semua puskesmas memberlakukan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kelompok risiko tetapi hanya 2 puskesmas yang
MK | Vol. 4 | No. 3 | JUNI 2021 318
memiliki sistem pengawasan penggunaan APD. Sebagian puskesmas memiliki ruang khusus
untuk memakai dan melepaskan APD. Sembilan Puskesmas memiliki prosedur penanganan
limbah APD bekas pakai. Sistem rujukan pasien terkonfirmasi Covid-19 dimiliki oleh semua
puskesmas. Namun demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan protokol kesehatan pada
masa pandemi Covid-19 di 10 Puskesmas di Kota Cimahi masih belum optimal. Disarankan
kepada Kepala Puskesmas untuk meningkatkan pelaksanaan protokol kesehatan.
ABSTRACT
Ministry of Health Republic Indonesia has given guidelines for healthcare worker for
grouping transmission risk, work within pandemic, tracing positive confirmation worker, and
coordinating among regional officer due to manage Covid-19 pandemic. Health worker who
work in Public Health Centre (Puskesmas) has high risk groups based on classification of
risk. This study aimed to describe how the health protocol within covid-19 pandemic was
implemented at 10 puskesmas in Cimahi West Java. The research method is crosssectional
design, where head of puskesmas interviewed with 10 questions. The results showed that 8
from 10 centres were visited by more than 100 patients related to Covid-19. Triage area
owned by 7 centres but only four oblige patients to fill self-assessment form. All centres
checked patient’s temperature before coming in puskesmas, but only one has isolation room.
Separation area for patient with Upper Respiratory Tract Infection (URTI) did by 5 centres.
Health workers in all centres wear appropriate personal protective equipment (PPE), but
only 2 have supervision system. Half of health centres have a room for donning and doffing
PPE. Management of disposal of PPE implemented by 9 centres. Referred system for Covid-
19 patients implemented by all centres. We concluded that health protocol has not been fully
implemented yet by public health centres. Suggestion monitoring of implementation health
protocol should be addressed to the head of health center to reduce risk of transmission.
dengan level risiko mutlak harus dilakukan self-assessment pada pasien, pengukuran
dengan memperhatikan urutan pemakaian suhu pasien sebelum memasuki ruangan
dan pelepasan, serta dilakukan di ruang Puskesmas, ada atau tidaknya ruang
ganti khusus.7,9,10 Penelitian ini bertujuan isolasi pasien yang tidak lolos skrining di
untuk mengetahui pelaksanaan protokol area triase, pengaturan pemisahan pasien
kesehatan berdasarkan hirarki yang menderita ISPA, standar prosedur
pengendalian pajanan pada masa pandemi operasional (SPO) penggunaan APD,
Covid-19 di Puskesmas wilayah Kota adanya pengawasan penggunaan APD,
Cimahi. adanya ruang ganti penggunaan dan
pelepasan APD, adanya prosedur APD
BAHAN DAN METODE
bekas pakai dan adanya prosedur rujukan
Penelitian ini adalah penelitian
pasien terkonfirmasi Covid-19. Data hasil
deskriptif, dengan menggunakan disain
penelitian dianalisa secara deskriptif.
potong lintang. Subyek penelitian adalah
10 orang Kepala Puskesmas di wilayah HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Cimahi. Penelitian dilakukan dengan Data hasil g-form yang menunjukkan
menggunakan kuesioner berdasarkan karakteristik responden, yaitu Kepala
ketentuan protokol kesehatan pada fasilitas Puskesmas di 10 Puskesmas Kota Cimahi,
pelayanan kesehatan menurut SK Menkes disajikan dalam Tabel 1. Menurut
NOMOR HK.01.07/MENKES/1591/2020 Peraturan Menteri Kesehatan no 75 tahun
Tentang Protokol Kesehatan di Fasilitas 2014 pasal 33, untuk menjadi seorang
Pelayanan Kesehatan dalam Rangka Kepala Puskesmas haruslah seorang
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 sarjana, memiliki kompetensi kesehatan
dan buku Pedoman Standar Perlindungan masyarakat, memiliki masa kerja di
Dokter di Era Covid-19 yang dikeluarkan puskesmas minimal 2 tahun, dan telah
oleh Tim Mitigasi Dokter dalam Pandemi mengikuti pelatihan manajemen
Covid-19 PB IDI.7,10 Puskesmas. Kepala Puskesmas
Terdapat 10 pertanyaan dalam bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di
kuesioner tersebut dengan jawaban ya atau Puskesmas.11 Seluruh Kepala Puskesmas
tidak, ditujukan kepada Kepala Puskesmas dalam penelitian ini telah memenuhi
dengan menggunakan google fromulir / g- kriteria tersebut, bahkan dua orang Kepala
form. Pertanyaan dalam kuesioner Puskesmas memiliki gelar sarjana strata-2.
mencakup ada atau tidaknya area triase Sebanyak 8 orang Kepala Puskesmas
penerimaan pasien, penggunaan formulir sudah bekerja sebagai Kepala Puskesmas
lebih dari 1 tahun namun kurang dari 5 Puskesmas. Data yang didapat dari Profil
tahun. Hal ini menunjukkan kepala Kesehatan Kota Cimahi tahun 2019,
puskesmas sudah memiliki pengetahuan didapatkan rerata kunjungan rawat jalan
dan pengalaman yang cukup dalam Puskesmas sebesar 5.078 setiap bulannya.
menangani wabah penyakit. Hal ini menunjukkan hampir 2 % dari
Dari data yang didapat jumlah kunjungan rawat jalan pasien adalah pasien
kunjungan pasien terkonfirmasi Covid-19 terkait Covid-19.12
lebih dari 100 orang setiap bulan di 8
pencegahan dan pengendalian risiko untuk tindakan skrining pada pasien. Area
pendidikan dan pelatihan.13 Strategi Area ini dibuat di luar pintu masuk tempat
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pasien diminta untuk mengisi formulir self-
masyarakat sudah mulai kembali normal dilaksanakan dengan tertib. Hal tersebut
setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar menambah risiko adanya pengunjung
(PSBB) selesai dilaksanakan pada bulan berstatus suspek yang dapat menjadi
Juni 2020, sementara kesadaran untuk sumber penularan infeksi Covid-19 bagi
melaksanakan 3M (menggunakan masker, pengunjung lainnya dan bagi tenaga
menjaga jarak, mencuci tangan) belum kesehatan Puskesmas.
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) kepala, pelindung mata dan wajah, masker
kematian tenaga kesehatan akibat Covid- sarung tangan lateks, dan pelindung
Asia Tenggara dan dunia, yakni mencapai Seluruh puskesmas mempunyai SPO
yang dibuat oleh tim Pandemic Talks, penggunaan APD tenaga kesehatan.
berarti memiliki dampak kematian nakes untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan
terburuk di dunia.20 Hal tersebut dapat sudah menggunakan APD sesuai dengan
yang kurang maksimal dan kurangnya ketersediaan APD menjadi salah satu
ketersediaan APD yang layak di tempat faktor yang berperan penting pada saat
Puskesmas. Pada kelompok risiko rendah Covid-19, Prof. Akmal Taher menyatakan
sarung tangan bila diperlukan. Kelompok menunjukkan bahwa salah satu sumber
kepala, masker bedah 3 lapis, baju adalah di ruang ganti baju Rumah Sakit.21
scrub/pakaian jaga, sarung tangan lateks, Ruang ganti APD sebaiknya disediakan di
https://mediaindonesia.com/humanio
ra/333367/indeks-kematian-tenaga-
medis-indonesia-terburuk-di-dunia.
diunduh 22 Maret 2021.
20. Standar APD untuk Penanganan
COVID-19 di Indonesia Revisi 3,
Gugus Tugas Pecepatan Penanganan
Covid, 11 Agustus 2020
21. Ruang Ganti Baju RS, Potensi
Besar Tenaga Medis Terinfeksi
Corona,
https://www.kompas.com/sains/read/
2020/04/13/120300523/ruang-ganti-
baju-rs-potensi-besar-tenaga-medis-
terinfeksi-corona, diunduh 22 Maret
2021
22. Using Personal
Protective Equipment (PPE),
Centres for Disease Control
and Prevention,
https://www.cdc.gov/coronavirus/20
19-ncov/hcp/using-ppe.html Updated
Aug. 19, 2020, diunduh 22 Maret
2021.
23. How to put on and how to remove
personal protective equipment,
World Health Organization,
https://www.who.int/publications/i/it
em/WHO-HIS-SDS-2015.1 24
January 2015, diunduh 22 Maret
2021.
24. Pedoman
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
ABSTRACT
Citizenship behavior toward environment (CBE) is a voluntary act of actively participating in the
community to do a job that can solve environmental problems and achieve sustainable
development goals (SDG's) with pro-energy, pro-cleanliness, environmental activities, and
environmental participation dimensions. This study is a correlational study that aims to
determine the relationship between motivation of healthy life and students' citizenship behavior
toward environment. A survey method was applied by involving 30 students of STKIP
Pembangunan Indonesia Makassar with simple random sampling technique. Data were collected
by applying instrument of opinioner and were analyzed by applying Pearson product-moment.
The research results, the correlation coefficient r is 0.515 with p = 0.020 (p <0.05), indicating
that there is a very significant positive relationship between the motivation of healthy life and
students’ citizenship behavior toward environment, meaning that the higher the motivation of
healthy life, students’ citizenshipbehavior towards the environment is also good.
Keywords: Motivation of healthy life, citizenship behavior toward environment, pro energy, pro
cleanliness, go green
ABSTRAK
Perilaku bijak terhadap lingkungan merupakan suatu tindakan sukarela dalam berpartisipasi aktif
di masyarakat untuk melakukan suatu pekerjaan yang dapat memecahkan masalah lingkungan
dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s) dengan dimensi pro energi, pro
kebersihan, aktivitas lingkungan, dan partisipasi lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian
korelasional yang bertujuan mengetahui hubungan antara motivasi hidup sehat dengan perilaku
bijak mahasiswa terhadap lingkungan. Metode survei dilakukan dengan melibatkan 30
mahasiswa STKIP Pembangunan Indonesia Makassar dengan teknik simple random sampling.
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen opinioner dan dianalisis dengan teknik
korelasi product-moment. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi r
sebesar 0,515 dengan p = 0,020
(p < 0,05), menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara motivasi
hidup sehat dengan perilaku bijak mahasiswa terhadap lingkungan, artinya semakin tinggi
motivasi hidup sehat maka akan semakin baik pula perilaku bijak mahasiswa terhadap
lingkungan.
Kata kunci: Motivasi hidup sehat, perilaku bijak terhadap lingkungan, pro energi, pro kebersihan,
go green
PENDAHULUAN
Berbagai masalah lingkungan menimbulkan ancaman bagi lingkungan diantaranya
pemanasan global, pencemaran udara perkotaan, masalah kesehatan, kebisingan dan hilangnya
keanekaragaman hayati. Banyak masalah ini berakar pada perilaku manusia dan dengan demikian
dapat dikelola dengan mengubah perilaku agar lebih bijak sehingga dapat mengurangi resiko
lingkungannya.
Perilaku bijak terhadap lingkungan merupakan istilah yang digunakan untuk
mengidentifikasi perilaku seseorang dalam melakukan sebuah pekerjaan (Robbins & Judge,
2015). Hollweg (2011) menyatakan bahwa perilaku bijak terhadap lingkungan merupakan
sumber pengalaman yang dapat digunakan untuk mendukung terbentuknya perilaku yang baru
yang berkaitan dengan lingkungan. Mereka yang memiliki perilaku bijak terhadap lingkungan
yang baik cenderung membantu orang lain, tidak egois, aktif terlibat dalam kegiatan organisasi,
menghindari konflik yang tidak perlu, melakukan tugas-tugas, sabar menghadapi sesuatu yang
tidak sesuai, serta cenderung mengatasi masalah lingkungan seperti memanfaatkan kembali
barang bekas dan menghemat energi.
Perilaku bijak lingkungan telah menjadi perhatian dunia pendidikan lingkungan hidup
melalui berbagai penelitian yang dilakukan dan dipublikasikan. Palmer dan Neal menyatakan
bahwa pada tahun 1990an kepedulian terhadap lingkungan meningkat secara luar biasa. Anak-
anak muda, secara khusus ingin mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana mereka dapat
berkontribusi dalam kegiatan konservasi. United Kingdom (UK), adalah salah satu negara yang
cepat memberikan respon terhadap pentingnya perilaku bijak terhadap lingkungan dan
pemerintah UK pada saat itu memegang prinsip bahwa pendidikan formal merupakan salah satu
wilayah yang sangat potensial untuk mengakomodir keinginan kaum muda ini. Kurikulum
nasional di England dan Wales misalnya, pada saat itu mulai menjadikan program integrasi
pendidikan lingkungan hidup dalam mata pelajaran sebagai suatu kewajiban dan bukan sekedar
JEID: Journal of Educational Integration and
Development
14
Eka
himbauan. Sekolah juga
diwajibkan untuk mengangkat isu lingkungan sebagai tema bagi kegiatan lintas mata pelajaran.
Pada kurikulum sekolah yang dikembangkan oleh pemerintah UK, Pendidikan Lingkungan
Hidup pada saat itu bahkan menjadi satu diantara lima tema wajib yang perlu dilakukan sekolah.
Lima tema tersebut adalah Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), Pendidikan Kesehatan,
Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan dan Bimbingan Karir, dan Pemahaman tentang
ekonomi dan industri. Dengan strategi ini diharapkan para generasi muda akan memiliki perilaku
bijak pembangunan berkelanjutan.
Menurut Miheletti dan Stolle perilaku bijak pembangunan berkelanjutan memiliki 3 ciri,
yaitu: (1) seseorang akan memberikan pertimbangan yang serius tentang bagaimana kepercayaan,
kebijakan, dan praktik yang dilakukan dalam keseharian akan merefleksikan tentang masalah
sosial dan lingkungan yang terjadi pada masa lalu, misalnya tentang masalah perbudakan dan
kolonialisme. Selanjutnya, praktik dan gaya hidup yang dilakukannya pada saat ini dan
memberikan efek negatif pada alam, kemanusiaan dan juga hewan-hewan yang hidup pada saat
ini dan masa yang akan datang. (2) Perilaku bijak pembangunan berkelanjutan juga
mempertimbangkan rasa tanggung jawab sebagai warga negara dunia. Sehingga terdapat
pemahaman bahwa segala sesuatu yang dilakukan di negaranya Akan berdampak pada orang
yang tinggal di negara lain. (3) Menekankan tanggungjawab pada alam dan hewan-hewan yang
hidup di dunia ini . Yeboah dan Kaplowitc menambahkan bahwa dalam membangun perilaku
yang bijak terhadap lingkungan, maka nilai-nilai kepercayaan dan norma yang berlaku dalam
masyarakat juga perlu mendapatkan perhatian, karena nilai-nilai kepercayaan dan norma yang
dimiliki seseorang akan menjelaskan perilaku seseorang terhadap lingkungan. Dengan kata lain
norma-norma pribadi yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
perilaku yang ramah lingkungan.
Pandemi covid 19 telah memunculkan permasalahan lingkungan hidup dengan
meningkatnya penggunaan masker, hand sanitizer, desinfektan hingga alat pelindung diri (APD).
Sampah ini harus dibuang sesuai dengan protokol kesehatan agar tidak mengganggu lingkungan.
Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu atau penggerak perilaku (the
energizier of behaviour). Motif atau motivasi berasal dari kata latin “moreve” yang berarti
dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Motivasi tidak terlepas dari
kata kebutuhan. Menurut Maslow dalam hierarchy of needs, kebutuhan manusia ada lima
tingkatan
yaitu: 1) Physiological needs, 2) Safety and Security, 3) Belonging, love and Social activities, 4)
Esteem needs, 5) Self-actualization or self-fullfilment.
Self- Actualizati
Esteem
Safety and
Physiological
Berdasarkan gambar hierarchy of need dari Maslow dapat dijelaskan bahwa di tingkat
pertama hierarki adalah kebutuhan fisiologis yang terdiri atas fungsi-fungsi biologis fundamental
misalnya makan, minum, kebutuhan istirahat, seks, untuk menjaga agar tidak sakit dll. Di tingkat
kedua adalah kebutuhan akan keamanan dan keselamatan, tingkat kedua berasal dari keinginan
akan masyarakat yang damai, berjalan mulus, dan stabil. Di tingkat ketiga, kebutuhan akan
kepemilikan/dimiliki, cinta, dan sosial luar biasa penting dalam masyarakat modern. Di tingkat
keempat, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan ini mencerminkan keinginan untuk dihargai
tinggi- tinggi oleh orang lain.
T.R Mithcell (1997) dalam Research In Organizational Behavior, menjelaskan motivasi
adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai
tujuannya. Motivasi dapat berasal dari lingkungan individu tersebut (eksternal), maupun dari
dalam diri individu itu sendiri (internal), Senada dengan pendapat Mithcell, Robins (2007)
mendefinisikan motivasi sebagai proses yang memperhitungkan intensitas (intensity) individu,
arah (direction), dan ketahanan (persistence) usaha untuk mencapai tujuan. Lebih lanjut Robbins
dan Coulter (2012:459) menjelaskan motivasi sebagai proses dimana usaha seseorang diberi
energi, diarahkan dan berkelanjutan menuju tercapainya suatu tujuan. Menurut Kreitner dan
Kinicki (2014:213) motivasi adalah kumpulan proses psikologis yang menyebabkan pergerakan
(arousal), mengarahkan (direction), dan kegigihan (persistence) dari sikap sukarela yang
mengarah pada tujuan.
Berdasarkan pada beberapa pendapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan
untuk bertindak terhadap serangkaian proses perilaku manusia dengan mempertimbangkan arah,
intensitas, dan kegigihan pada pencapaian tujuan yang mencakup aspek fisik, mental, dan sosial.
Berkenaan dengan hidup sehat, menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu
keadaan yang sejahtera baik fisik, mental maupun sosial. Kesehatan fisik seseorang dapat dilihat
dari kondisi tubuhnya yang baik, khususnya terpenuhinya kebutuhan nutrisi atau cukup istirahat.
Dari konsepsi tersebut arti kesehatan sangat luas, seseorang tidak hanya dilihat dari fisik atau raga
melainkan juga jiwa/mental. Kesehatan jiwa/mental yang akhir-akhir ini semakin buruk
disebabkan tekanan ekonomi sangat mendera kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah pengangguran sangat tinggi, biaya hidup dari hari ke hari mengalami kenaikan, lapangan
kerja tidak tersedia, berwirausaha tidak punya modal, akhimya terjadi kerawanan sosial berupa
pencurian, perampokan, penipuan dan bentuk lainnya penyakit masyarakat. Penyakit mental
sangat besar pengaruhnya terhadap kerusakan lingkungan, sebab mental tidak sehat akan
mendorong seseorang berperilaku buruk yang menghalalkan segala aktivitas untuk bertahan
hidup. Kondisi sehat tidak tergantung pada keadaan sosial dan faktor lingkungan serta ketahanan
individu terhadap penyakit, tetapi juga tergantung pada keadaan psikologi masing-masing
individu.
Konsep hidup sehat adalah proses, aktivitas dan potensi yang ditentukan pada dua
pernyataan: 1) kekuatan yang berkaitan untuk melakukan tugas dan mencukupi kebutuhannya, 2)
kekuatan untuk hidup. Jadi apabila seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
orang tersebut akan bertahan hidup disebabkan mempunyai kekuatan dan harapan yang lebih baik
di waktu yang akan datang.
Seseorang memiliki kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu bergantung
kepada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran
tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu. Apabila keluaran yangdimaksud
adalah kesehatan maka menyangkut hidup sehat, yaitu hidup sehat yang tinggi. Sebagaimana
telah dijelaskan bahwa kecenderungan untuk bertindak adalah didasari oleh motif maka untuk
mencapai derajat hidup sehat yang tinggi harus ada motivasi yang tinggi pula pada diri orang
itu. Dengan
demikian kebutuhan hidup sehat adalah salah satu kebutuhan psikis yang membutuhkan adanya
motivasi yang tinggi.
Motivasi hidup sehat adalah sebagai suatu usaha yang bertujuan untuk mencapai derajat
jasmanish
Motivasi dan rohaniah.
hidup Apabila
sehat dapat hal itu
dipandang dapat pemenuhan
sebagai diwujudkandua
maka itu adalahyaitu
kebutuhan, suatukebutuhan
keunggulan.
untuk
mancapai derajat kesehatan yang tinggi dan kebutuhan untuk menghindari dari kegagalan
selalu ingintingkatan
mancapai mengetahui hasilsehat.
hidup dari usaha yang
Individu dilakukannya.
yang mempunyai motif berhasil yang tinggi
. sifat-sifat sebagai berikut; 1) menyukai pekerjaan yang menuntut kemampuan dan usaha dan
sendiri;2) memiliki
METODE partisipasi yang baik terhadap aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan; dan
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional dan metode yang digunakan yaitu
survei. Lokasi penelitian di STKIP Pembangunan Indonesia Makassar. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April – Juni 2021. Populasi penelitian yaitu seluruh mahasiswa STKIP
Pembangunan Indonesia Makassar pada semester genap 2020/2021. Prosedur sampling yang
digunakan adalah simple random sampling. Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel
terikat perilaku bijak mahasiswa terhadap lingkungan dan variabel bebas motivasi hidup sehat.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode opinioner. Teknik analisis data dengan
menggunakan uji korelasi product-moment.
Valid N (listwise)
Pengumpulan data variabel motivasi hidup sehat (Variabel X) didapat dari penyebaran
opinioner sebanyak 30 orang responden. Skor motivasi hidup sehat menyebar dari skor terendah
108 sampai skor tertinggi 130. Sedangkan untuk katergori skor minimal 1 dan skor maksimal 5.
Dari hasil pengolahan data secara umum, maka motivasi hidup sehat diperoleh skor mean 121,00
dan standar deviasi 6,096. Hasil pengolahan data variabel motivasi hidup sehat dengan
membandingkan skor rata-rata dengan skor maksimal dikali 100%, maka 121,00 dibagi 130
dikali 100% dapat diketahui bahwa motivasi hidup sehat berada pada skor 93% dengan
interpretasi Tinggi. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang distribusi skor variabel
motivasi hidup sehat (X) dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 2. Distribusi Skor Variabel Motivasi Hidup Sehat
Variabel yang
Capaian % Skor
diteliti Mean Skor Max Penafsiran
Ideal
Motivasi Hidup
Sehat 121,00 130 93% Tinggi
Analisis data dilakukan dengan uji korelasi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis,
sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan linearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi
normal atau tidak. Kriteria pengujian normalitas adalah jika nilai taraf signifikan lebih
besar 0,05 (p>0,05) maka dinyatakan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas disajikan
pada Tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikansi 0,171>0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.
2. 2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Kriteria pengujian linearitas adalah jika nilai sig. deviation from
linearity lebih besar 0,05 (p>0,05) maka terdapat hubungan yang linear antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Hasil uji linearitas disajikan pada Tabel berikut:
Berdasarkan hasil uji linearitas diketahui nilai sig. deviation from linearity
0,303>0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kedua variabel linear.
B. Pengujian Hipotesis
Untuk melihat koefisien korelasi variabel X dan variabel Y digunakan rumus
korelasi Product Moment. Uji korelasi antara variabel motivasi kerja (X) dengan variabel
Komitmen kerja (Y) didapatkan rho hitung 0,788 besar dari rho tabel 0,444. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan Komitmen kerja pada
karyawan pada taraf kepercayaan 95%. Untuk melihat keberartian hubungan maka
dilakukan uji t dengan perolehan data t hitung = 7,88> t tabel = 2, 021 pada taraf
kepercayaan 95 %. Dengan demikian hipotesis yang diuji dapat diterima pada taraf
kepercayaan 95%.
Tabel 6. Uji Korelasi
Correlations
MOTIVASI PERILAKU BIJAK
HIDUP SEHAT TERHADAP
LINGKUNGAN
Pearson Correlation 1 .515*
N 30 30
Pearson Correlation .515* 1
PERILAKU BIJAK
Sig. (2-tailed) .020
TERHADAP LINGKUNGAN
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Analisis data pada penelitian ini menggunakan SPSS 22 dengan teknik korelasi
Pearson product- moment. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi
JEID: Journal of Educational Integration and
Development
15
Eka
r sebesar 0,515 dengan p = 0,020 (p < 0,05), menunjukkan bahwa ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara motivasi hidup sehat dengan perilaku bijak mahasiswa
terhadap lingkungan, artinya pesemakin tinggi motivasi hidup sehat maka akan semakin
baik pula perilaku bijak mahasiswa terhadap lingkungan. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan diterima atau terbukti. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Robbins &
Judge (2019) menyatakan bahwa motivasi akan mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang dalam melakukan tugas dan tanggungjawabnya. Penelitian oleh Laura M.
Graves, Joseph Sarkis, dan Qinghua Zhu (2013) mengungkapkan bahwa motivasi otonom,
positif terkait dengan perilaku pro lingkungan.
Colquitt, Lepine, dan Wesson (2009), menjabarkan mengenai motivasi “motivation
is defined as aset energetics forces that originates both within and outside an employee,
initiates work-related effort, & detemines its direction, intensity, and persistence”. Hal ini
menggambarkan pentingnya motivasi bagi seseorang dalam pengaturan kekuatan energi
yang berasal dari dalam dan luar seseorang. Upaya dihubungkan dengan permulaan
pekerjaan dan penentu arah, intensitas, dan kelanjutan yang menunjukkan motivasi.
Motivasi hidup sehat adalah keyakinan seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
secara sehat dengan dimensi intensity, direction, dan persistence.
Luthans (2005), mengatakan bahwakebutuhan membentuk dorongan yang bertujuan
pada insentif. Motivasi mencakup tiga elemen penting yaitu 1) kebutuhan, kebutuhan
tercipta pada saat tidak adanya keseimbangan fisiologis dan psikologis. Misalnya
kebutuhan muncul saat sel dalam tubuh kehilangan makanan atau air, ketika tidak ada
orang lain untuk bertindak sebagai teman maupun sahabat, 2) Dorongan, fisiologis dan
psikologis merupakan suatu tindakan yang berorientasi dan menghasilkan daya dorong
dalam meraih insentif, 3) Insentif, memperoleh insentif akan cenderung dapat memulihkan
keseimbangan fisiologis dan psikologis, dan akan mengurangi dorongan.
Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk hidup sehat sehingga mendorong
seseorang berperilaku untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan kebutuhan tersebut.
Kebutuhan untuk hidup sehat menjadi salah satu pendorong bagi individu memiliki
perilaku bijak terhadap lingkungan diantaranya pro terhadap kebersihan diri dan
lingkungan.
SIMPULAN
Berdasarkan temuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang
sangat signifikan antara motivasi hidup sehat dengan perilaku bijak mahasiswa terhadap
lingkungan, artinya semakin tinggi motivasi hidup sehat maka akan semakin baik pula perilaku
bijak mahasiswa terhadap lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Colquitt, Jason A., Michael J.LePine, and Jeffrey A.Wesson, .(2009) Organizational Behavior
Improving Performance in The Workplace . New York: McGraw-Hill, Inc.
Graves, Laura M., Joseph Sarkis, dan Qinghua Zhu. (2013). How transformational leadership
and employee motivation combine to predict employee pro-environmental behaviors in
China. Journal of Environmental Psychology. 35, p. 81-91.
Hoy,W.K & Cecil G. Miskel. (2013). Educational Administration Ninth Edition, NewYork:
McGraw Hill.
Joy Palmer and Philip Neal,. (1994). The Handbook of Environmental Education. London:
Routledge
Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. (2014). Perilaku Organisasi Edisi 9. Jakarta Selatan:
Salemba Empat.
Luthans, Fred. (2005). Organizational Behavior, an Evidence-Based Approach. New York. Mc-
Graw Hill.
Mitchell T.R. (1997). Research In Organitational Behavior. Greenwitch, CT. Jai Press.
Michele Micheletti, and Dietlind Stolle (2012), Sustainable Citizenship and the New Politics of
Consumption, The Annals of the American Academy of Political and Social Science, Vol.
644,Communication, Consumers, and Citizens: Revisiting the Politics of Consumption,
p.88- 120
Robins, Stephen, Timothy A Judge. (2007). Perilaku organisasi Edisi 12. Salemba Empat. Jakarta
Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary. (2012). Manajemen(edisi kesepuluh). Jakarta: Erlangga.
Robins, Stephen P., Timothy A. Judge, (2019) Organizational Behavior 16 edition. New Jersey:
Pearson Edition-Inc.