Anda di halaman 1dari 19

Peran Farmasi dalam Masa Pandemi Covid-19

Mata Kuliah :

Dosen :

Dr. Endang SH. MH

Disusun Oleh :

Nama : Setiyo Riyatno


Nim : 22.C2.0014

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KESEHATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

2022

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi COVID-19 tentu membawa dampak yang sangat tajam pada


masyarakat di berbagai sektor kehidupan. Patogen wabah itu kemudian
diidentifikasi sebagai novel beta-coronavirus, bernama 2019 novel
coronavirus (2019-nCoV). Saat ini, Covid-19 ditularkan dari manusia ke
manusia melalui droplet dan kontak dekat. Virus ini memiliki masa inkubasi
2-14 hari sebelum gejala muncul. Gejala- gejala ini dapat berkisar ringan
hingga berat, dan termasuk demam, batuk kering, sesak napas dan nyeri otot.
Selain itu, komplikasi serius terkait Covid-19 telah dilaporkan pada beberapa
pasien seperti sindrom gangguan pernapasan akut, gagal ginjal akut, syok
septik dan pneumonia (IPF, 2020)(NHS, 2020).
Upaya yang dilakukan untuk menghindari penyebaran tersebut dapat di
lakukan dengan langkah-langkah yang direkomendasikan oleh WHO,
pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam menangani COVID-19, salah
satunya dengan mensosialisasikan gerakan pembatasan jarak (Social
Distancing). Identifikasi COVID-19 di Indonesia merupakan tantangan yang
sangat besar, mengingat tersedianya pengujian menggunakan tes cepat (rapid
tests) tidak mencukupi. Ketidak mampuan untuk menguji secara luas dan
cepat telah menghambat kemampuan kita untuk mengkarakterisasi
epidemiologi penyakit, mencegah penyebaran lebih lanjut, dan memastikan
penggunaan sumber daya secara optimal (WHO, 2020).
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
kefarmasian di farmasi selama COVID-19 harus memiliki sistem yang dapat
mencegah penularan penyakit sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pasien.
Apotek harus berfungsi sebagai pendukung kuat obat-obatan pasien dan
kelengkapan alat pelindung. Apoteker harus siap untuk memberikan layanan
kefarmasian yang terampil dan efektif bagi populasi pasien untuk memastikan
keamanan pengobatan dan mempromosikan pengendalian pandemi COVID-
19 secara keseluruhan (Zheng et al., 2020).
Sebagai konsekuensi dari pandemi COVID-19 dan terbitnya pedoman
sementara, terjadi sedikit perbedaan pada pelayanan kefarmasian terutama di
apotek. Penerapan jaga jarak selama pandemi COVID-19 membuat apotek
membatasi kontak langsung dengan pasien dan jumlah kunjungan dalam satu
waktu. Kondisi ini secara tidak langsung juga memberikan perubahan
pelayanan terutama dalam pelayanan untuk memastikan penggunaan obat
yang aman dan efektif. Ada beberapa pelayanan yang dilakukan oleh apotek
selama pandemi COVID-19 misalnya pengalihan resep fisik (kertas) ke
elektronik, penambahan fasilitas pengambilan obat mandiri, dan
peningkatan pelayanan pengiriman obat ke rumah pasien. Selain itu, untuk
meminimalkan kerumunan, beberapa apotek mengizinkan pasien untuk
menebus ulang resep obat setelah pasien menerima informasi dari apotek
terkait jadwal penebusan obat (Koster et al. 2020).
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang Diterapkan Apotek di Masa
Pandemi untuk pelayanan kefarmasian di apotek yaitu harus mampu
mencegah penularan virus COVID-19 sehingga diperlukan acuan dan
penerapan langkah dalam pelaksanaannya. Sebagai bentuk adaptasi apotek di
masa pandemi COVID-19, beberapa apotek melakukan pengembangan
terhadap metode pelayanan kefarmasiannya. Metode berbasis teknologi,
seperti e- pharmacy dapat memberikan nilai tambah dalam sistem
perlindungan kesehatan karena lebih nyaman dan mudah diakses di kondisi
pandemi ketika konsumen tidak boleh pergi ke luar rumah karena masalah
lockdown dan masalah keamanan (Singh et al., 2020).

1.2 Rumusan Masalah


Selama masa pandemi, personel yang terlatih secara medis merupakan tulang
punggung dalam pencegahan pandemi dan penyedia lini pertama pengendalian
infeksi yang menanggung beban kerja yang berat, risiko tinggi terkena infeksi dan
tekanan kerja yang belum pernah terjadi sebelumnya (Lu, et al.,2020).
Pelayanan farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penanganan
pandemi Covid 19., yang juga memiliki beban dan resiko yang serupa dengan tenaga
medis yang lain. Oleh karena itu disini perlu di bahas terkait peran pelayanan
farmasi dalam masa pandemi covid 19.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui peran tenaga farmasi dalam masa pandemi covid 19
2. Mengetahui prosedur pelayanan farmasi dalam masa pandemi covid 19

BAB II
PEMBAHASAN

Covid-19 adalah singkatan dari Corona Virus Disease, yaitu penyakit


yang disebabkan oleh virus corona baru yang awalnya terjadi pada tahun
2019. Asal mula terjadinya penyakit ini yaitu terjadinya kasus pneumonia
yang tidak diketahui penyebabnya pada tanggal 12 Desember 2019 di Wuhan
China yang terjadi pada pedagang pasar ikan Huanan, yang juga menjual
binatang ternak dan hewan liar. Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah
paru-paru basah adalah infeksi yang mengakibatkan peradangan pada
kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Menurut laporan
WHO (2020), gejala utama peyakit Covid-19 pada pasien di China adalah
demam (87,9%), batuk kering (67,7%) dan rasa lelah (38,1%). Sedangkan
gejala sesak nafas (18,6%) dan radang tenggorokan (13,9%) bersifat minor.
Menurut beberapa penelitian, pasien Covid-19 banyak yang mempunyai
penyakit bawaan, yaitu penyakit jantung coroner, diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit serebrovaskular. Krisis kesehatan masyarakat global
akibat COVID-19 ini telah mempengaruhi praktik perawatan kesehatan di
seluruh profesi.
Penyebab Covid-19 adalah virus corona jenis baru yang berkerabat
dengan dengan virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), sehingga
dinamakan SARS new coronavirus 2, disingkat SARS nCov-2. Genom SARS
nCov- 2 mempunyai kesamaan sebesar 70% dengan virus SARS. Walaupun
mempunyai kesamaan urutan DNA yang tinggi dengan virus SARS, virus
Covid-19 mempunyai perbedaan yang tidak dimiliki oleh virus SARS, yaitu
virus COVID-19 diaktifkan oleh enzim furin dari sel manusia, dan virus
COVID-19 10x lebih kuat dalam mengikat reseptor ACE2. Ukuran virus
corona antara 80-160 Nm (Sahin et al., 2020). Struktur virus corona terdiri
dari spike (S), membrane (M), nucleocapsid (N), envelope (E), dan RNA
(Sahin et al., 2020; Wrapp et el., 2020).
Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih
belum diketahui. Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari
manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), Orang yang
paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan
pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19 (Kemenkes RI,
2020). Tanda dan gejala umum infeksi covid-19 termasuk gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi rata-
rata adalah 5 - 6 hari dengan masa inkubasi demam, batuk, dan sesak napas.
Pada kasus yang parah, covid-19 dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Pandemi COVID-19
menempatkan tuntutan yang luar biasa dan berkelanjutan pada sistem
kesehatan dan penyedia layanan masyarakat yang penting. Oleh karena itu
praktisi medis dan farmasi harus beradaptasi dan mengadopsi perubahan
peran profesional di tengah sistem perawatan kesehatan yang dinamis
(Fallucchi et al., 2020).

Dalam penanggulangan Covid-19 ini, tenaga medis dan tenaga


kesehatan lain berada di garis depan, membantu anggota masyarakat yang
terserang tertular penyakit. Sebab itu, tenaga kesehatan terutama apoteker dan
TTK harus mengerti dan paham betul apa yang mesti mereka lakukan pada
masyarakat agar mendapat pencerahan, mereka harus memperoleh informasi
yang benar dari tenaga kesehatan yang terpercaya. Disini apoteker dan TTK
dapat berperan memberi informasi, edukasi dan konseling bahkan contoh dan
teladan terkait upaya pencegahan dan pengendalian penularan Covid- 19
kepada masyarakat.
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
kefarmasian di farmasi selama COVID-19 harus memiliki sistem yang dapat
mencegah penularan penyakit sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pasien.
Apotek harus berfungsi sebagai pendukung kuat obat-obatan pasien dan
kelengkapan alat pelindung. Apoteker harus siap untuk memberikan layanan
kefarmasian yang terampil dan efektif bagi populasi pasien untuk memastikan
keamanan pengobatan dan mempromosikan pengendalian pandemi COVID-
19 secara keseluruhan (Zheng et al., 2020).

International Pharmaceutical Federation (2017) telah menerbitkan


pedoman sementara untuk tenaga kerja farmasi yang berisi tanggung jawab
profesional apoteker selama pandemi COVID-19. Di dalam pedoman
sebutkan bahwa peran farmasis terbagi menjadi 4, yaitu Prevention (langkah-
langkah untuk mengurangi risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh pandemi),
Preparedness (tindakan untuk memastikan tanggapan tepat waktu dan
efektif), Response (tindakan segera sebagai respons terhadap pandemi), dan
Recovery (tindakan untuk kembali ke aktivitas normal pasca- pandemi).

Apoteker adalah penyedia layanan kesehatan yang paling mudah


diakses dan dapat bertindak sebagai penasihat dalam lingkup kesehatan
komunitas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dengan memberikan
informasi yang sesuai, memberi nasihat tentang tindakan pencegahan dan
menawarkan konseling . Selain itu, apoteker adalah pemasok utama produk-
produk yang diperlukan,dan memberikan saran kapan harus mendapatkan
perawatan dari fasilitas kesehatan. Apoteker komunitas memainkan peran
penting dalam merekomendasikan manajemen gejala untuk kondisi ringan,
memastikan obat-obatan diisi ulang sesuai jadwal, dan meresepkan obat
bebas untuk indikasi tertentu, yang dapat mengurangi kunjungan rumah sakit
yang tidak perlukan, di mana individu memiliki kemungkinan terpapar
Covid-19. Layanan komunitas farmasi dalam komunitas selama Covid-19
harus memiliki sifat yang berbeda karena karakteristik penyakit dan
perubahan terkait dalam kebutuhan pasien. Apotek komunitas harus bekerja
sebagai pendukung kuat obat-obatan pasien dan pasokan peralatan pelindung.
Apoteker komunitas harus siap untuk menyediakan pelayanan kefarmasian
yang terampil dan efektif untuk populasi pasien komunitas untuk memastikan
keamanan obat dan mempromosikan keseluruhan pengendalian pandemi
Covid-19 (IPF, 2020),(NHS, 2020).

Pelayanan Kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan


bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Agar terhindar dari penularan, semua tenaga kesehatan,
baik yang menangani pasien secara langsung maupun tidak langsung, harus
menerapkan upaya Pencegahan dan pengendalian infeksi dengan
kewaspadaan tinggi setiap saat. Oleh karena itu dalam melaksanakan
tugasnya dalam memastikan keamanan dan kontinuitas layanan perlu dibuat
beberapa penyesuaian pada pelayanan kefarmasian pada masa pandemic
Covid-19 untuk membantu apoteker dan tenaga farmasi dalam mencegah
penyebaran penyakit dan berkontribusi pada manajemen yang efisien dalam
sistem perawatan kesehatan, meliputi(PP IAI, 2020) yaitu :

1. Memastikan stok dan akses ke obat-obatan Untuk upaya pencegahan


dan pengendalian penyakit Covid-19, apotek harus menjamin pasokan
obat-obatan, termasuk yang digunakan untuk pencegahan penyakit,
diagnosis dan pengobatan. Apotek harus memiliki seorang apoteker yang
bertanggung jawab pada pengadaan, penyimpanan serta distribusi obat-
obatan utama, dan menyesuaikan inventaris sesuai kebutuhan untuk
menjamin pasokan untuk praktik klinis. Obat – obatan ini diantaranya
obat antivirus, agen antimikroba, antipiretik dan analgesik,
kortikosteroid dan beberapa kategori obat lainnya.
2. Sanitasi Ruangan Apotek
Personil yang melakukan pembersihan ruangan harus menggunakan
masker, sarung tangan, dan alat pembersihan yang memadai. Sanitasi
ruangan dengan disinfektan yang disarankan seperti Larutan Chlorine
0,1%, dan Alkohol 75% dilakukan minimal setiap 3 jam untuk area pintu
masuk, meja counter, area kerja, area peracikan, ruang tunggu dan kursi
tunggu. Lakukan juga pembersihan dengan disinfektan yang
mengandung Benzalkonium Chloride 2% minimal setiap 6 jam untuk
area lantai ruang tunggu, area kamar mandi ,teras depan dan ruangan lain
di apotek. Lakukan penanganan masker dan sarung tangan bekas pakai
seperti penanganan limbah medis antara lain dengan membakar atau
membuang di tempat sampah terpisah.
3. Layanan Pasien/Pelanggan
Petugas apotek yang ditunjuk melakukan skrining suhu tubuh
pasien/pengunjung dengan thermal gun di setiap pintu masuk dan
meminta pasien untuk mencuci tangan menggunakan hand sanitizer.
Untuk memastikan kelangsungan layanan kepada masyarakat, perlu
dilakukannya minimalisasi kontak antar pasien/pelanggan dengan
mengeluarkan obat-obatan melalui jendela kecil. Pelindung plastik juga
dapat diletakkan di depan area pengeluaran, dan apoteker disarankan
untuk menggunakan peralatan pelindung individu yang sesuai, jika
diperlukan. Untuk menghindari volume pasien atau pelanggan di dalam
apotek, pasien dan pelanggan diminta untuk menunggu giliran dengan
menjaga jarak 1-2 meter di antara mereka saat menunggu dalam antrian.

Apoteker dapat mengedukasi orang-orang yang tidak dicurigai memiliki


Covid-19 untuk mempraktekkan jarak sosial dan menghindari ruang tertutup,
penuh sesak, dan memberi tahu mereka untuk menjaga jarak perlindungan
minimal 1- 2 m. Apoteker juga dapat mendorong praktik kebersihan tangan
yang teratur dan efektif, menunjukkan cara batuk atau bersin yang sopan dan
tidak menular dengan menutupi hidung dan mulut dengan siku tertekuk atau
kertas tisu, serta membuang tisu segera setelah digunakan ke wadah yang
tepat, membersihkan tangan dengan sabun dan air dan menghindari
menyentuh zona-T wajah (mulut, hidung, mata) sebelum dan sesudah
mencuci tangan (Osama et al., 2020).
Untuk penanganan pasien yang terduga Covid-19, petugas apotek yang
ditunjuk mengajukan pertanyaan kepada pasien/pengunjung yang
memiliki gejala seperti demam (suhu ≥ 38⁰C), dengan pertanyaan apakah
ada batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak nafas, letih dan lesu. Lalu pasien
dibagi ke dalam dua kategori yaitu:
1. Masuk dalam kategori gejala klinis
Untuk pasien dengan kategori gejala klinis, selanjutnya pasien
diberikan penadaan dan diberikan masker, petugas apotek yang
ditunjuk melakukan cuci tangan dan menjaga jarak ± 1 meter lalu
mengarahkan pasien/pengunjung duduk diruangan isolasi yang
memiliki ventilasi cukup/area terpisah dari pengunjung yang lain.
Apoteker selanjutnya melakukan skrining pasien dengan melakukan
wawancara sesuai dengan formulir skrining pasien dengan gejala Covid
19 kemudian menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan lebih
lanjut di rumah sakit rujukan pemerintah. Jika pasien yang masuk ke
dalam kategori gejala klinis masih ingin melakukan transaksi, maka
pasien tersebut harus tetap berada di ruangan isolasi, dan petugas
apotek akan tetap memenuhi kebutuhannya. Apoteker memastikan
pasien yang diduga tersebut dijemput oleh petugas dari RS rujukan.
2. Tidak masuk dalam kategori gejala klinis Pasien yang tidak masuk
dalam kategori gelaja klinis akan diarahkan sebagai pasien umum.
National Health Service Inggris (2020) merekomendasikan bahwa
apotek dapat menyiapkan ruang isolasi untuk pasien yang diduga
menderita Covid-19. Jika apotek tidak memiliki ruang isolasi yang
cocok, area di mana individu dapat disimpan, setidaknya berjarak 2 m
dari staf dan pelanggan.
3. Alat Pelindung Diri (APD)
APD hanya diperlukan untuk kontak dekat dengan pasien, dalam jarak
2 meter. Staf kefarmasian disarankan untuk menghindari kontak
dengan pasien pada saat ini, jika memungkinkan. Staf harus menilai
kemungkinan paparan dan memastikan APD dipakai yang memberikan
perlindungan yang memadai terhadap risiko yang terkait dengan tugas
yang sedang dilakukan. semua staf harus dilatih dalam penggunaan
semua APD yang tepat yang mungkin harus mereka pakai. Apoteker
menggunakan masker N-95, kacamata untuk perlindungan, dan sarung
tangan pada saat menemui pasien di ruangan isolasi.
4. Sarana Edukasi
Apotek juga dapat menyiapkan bahan informasi untuk masyarakat,
seperti poster, selebaran, situs web, pesan teks dan peringatan aplikasi,
untuk memperjelas pedoman pemerintah dan informasi lain yang
mungkin terkait dengan penyakit Covid-19.

SPO Pelayanan Pelanggan Selama Masa pandemi Covid-19

Standar pelayanan Apotek untuk menghindari penyebaran virus


PENGERTIAN COVID-19 selama masa KLB COVID-19

Memberikan acuan penerapan langkah – langkah untuk :


1. Melakukan pencegahan penyebaran virus COVID-19 di apotek
TUJUAN 2. Melakukan upaya perlindungan untuk personil apotek dari
penularan virus COVID-19

Pedoman Kemenkes RI terkait Pedoman Kesiapsiagaan COVID-19


KEBIJAKAN Rev 02 Tahun 2020

PROSEDUR Sanitasi Ruangan Apotek


1. Personil yang melakukan pembersihan ruangan harus
menggunakan masker, sarung tangan, dan alat pembersihan
yang memadai
2. Lakukan pembersihan dengan disinfektan dilakukan
minimal setiap 3 jam untuk area :
a) Pintu masuk (kaca dan pegangan pintu)
b) Meja counter
c) Area kerja counter (keyboard, telefon, dan ATK)
d) Area peracikan
e) Ruang tunggu dan kursi tunggu
Disinfektan yang disarankan : Larutan Chlorine 0,1% ,
Alkohol 75 %.
3. Lakukan pembersihan dengan disinfektan yang
mengandung Benzalkonium Chloride 2% (Wipol) atau
larutan pembersih lantai lainnya minimal setiap 6 jam untuk
area :
a) Lantai ruang tunggu
b) Area kamar mandi
c) Teras depan
d) Ruangan lain di apotek
4. Lakukan penanganan masker dan sarung tangan bekas
pakai seperti penanganan limbah medis antara lain dengan
membakar atau membuang di tempat sampah terpisah.
Perlindungan Diri Personil
1. Lakukan pengukuran suhu secara mandiri sebelum memulai
aktivitas dan pastikan tidak melebihi 38 C
2. Setiap personil apotek wajib melakukan pembersihan diri
dengan melakukan cuci tangan  dengan sabun dan air
mengalir selama minimal 20 detik, atau
memakai hand sanitizer sesering mungkin
3. Personil apotek yang berada di counter atau yang berinteraksi
dengan pelanggan wajib menggunakan masker, sarung
tangan, dan kacamata untuk perlindungan
4. Selama bertugas seluruh personil apotek wajib menggunakan
masker
5. Selama bertugas seluruh personil wajib menjaga jarak antara
personil apotek minimal 1 meter dan hindari kontak fisik
secara langsung
6. Hindari menyentuh wajah terutama bagian mata, mulut, dan
hidung
7. Menjaga stamina tubuh dengan makan makanan yang bergizi,
mengkonsumsi vitamin atau suplemen, dan banyak minum air
putih hangat
8. Apabila batuk atau bersin harap ditutup dengan tisu atau
dengan punggung lengan
9. Bekerja sesuai waktu kerja sehari dan menghindari lembuR
10. Apabila terdapat gejala batuk, pilek , dan suhu di atas 38 C,
harap beristirahat di rumah dan segera memeriksakan diri ke
klinik atau rumah sakit.

Pelayanan Pelanggan
1. Lakukan greeting kepada pelanggan
2. Lakukan skrining pada setiap pelanggan apotek di pintu
masuk apotek dengan pengukuran suhu tubuh. Apabila
terdapat pelanggan dengan suhu tubuh > 38C, lakukan
tindakan sesuai “SOP Alur Pelayanan Pasien Diduga Covid-
19 di Apotek Komunitas Selama KLB COVID-19”
3. Sediakan handsanitizer di pintu masuk dan counter
4. Mintalah pelanggan untuk melakukan pembersihan tangan
dengan handsanitizer
5. Lakukan pengaturan jarak antrian setiap pelanggan minimal 1
meter, jika diperlukan berikan penanda batas antrian berwarna
kuning di lantai depan counter
6. Untuk petugas counter harus menjaga jarak aman
berkomunikasi dengan pelanggan minimal 1 meter
7. Lakukan greeting penutup

Sarana edukasi Pencegahan COVID-19
Buatlah poster-poster sederhana, untuk lebih menyadarkan pasien
akan pentingnya mencegah penularan dan penyebaran virus COVID-
19
SPO Alur Pelayanan Pasien Diduga COVID-19 di Apotek Komunitas
Selama KLB COVID-19
Suatu tindakan yang dilakukan oleh apoteker untuk melakukan
skrining pasien yang diduga terinfeksi Virus Corona pada saat pasien
PENGERTIAN atau pengunjung datang ke apotek.

Memberikan acuan penerapan langkah – langkah untuk :


1. Melakukan skrining pasien yang diduga kontak dengan virus
corona
2. Melakukan pencegahan masuknya virus corona ke apotek
3. Melakukan upaya sistem rujuk ke RS yang telah ditunjuk oleh
TUJUAN pemerintah untuk menangani pasien diduga COVID-19

Pedoman Kemenkes RI terkait Pedoman Kesiapsiagaan COVID-19


KEBIJAKAN Rev 02 Tahun 2020

1. Petugas apotek yang ditunjuk melakukan skrining suhu tubuh


pasien/pengunjung dengan thermal gun di setiap pintu masuk
dan meminta pasien untuk mencuci tangan menggunakan hand
sanitizer.
2. Petugas apotek yang ditunjuk mengajukan pertanyaan kepada
pasien/pengunjung dengan demam (suhu ≥ 38⁰C), dengan
pertanyaan apakah ada batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak
nafas, letih dan lesu. Bila hasilnya berupa :
a) Masuk dalam kategori gejala klinis
 Pasien diberikan penandaan stiker berwarna
 Pasien diberikan masker
 Petugas apotek yang ditunjuk melakukan cuci tangan
dan menjaga jarak ± 1 meter
 Petugas apotek yang ditunjuk mengarahkan
pasien/pengunjung duduk di ruangan isolasi yang
memiliki ventilasi cukup/ area terpisah dari
pengunjung yang lain.
 Petugas apotek yang ditunjuk menghubungi
Apoteker.
b) Tidak masuk dalam kategori gejala klinis akan
diarahkan sebagai pasien umum.
c) Apoteker menggunakan masker N-95, kacamata untuk
perlindungan, dan sarung tangan pada saat menemui
pasien di ruangan isolasi.
3. Apoteker melakukan skrining pasien dengan melakukan
wawancara sesuai dengan formulir skrining pasien dengan
gejala Covid 19 (Lampiran 1), kemudian menyarankan pasien
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit
rujukan pemerintah.
4. Jika pasien membutuhkan bantuan untuk menghubungi call
center, maka petugas apotek harus segera menghubungi call
center.
5. Jika pasien yang masuk ke dalam kategori gejala klinis masih
ingin melakukan transaksi, maka pasien tersebut harus tetap
berada di ruangan isolasi, dan petugas apotek akan tetap
memenuhi kebutuhannya.
6. Apoteker memastikan pasien yang diduga tersebut dijemput
oleh petugas dari RS rujukan atau mendapat penanganan
selanjutnya dari RS rujukan.
PROSEDUR
FORMULIR SKRINING PASIEN DENGAN GEJALA COVID-19
FORMULIL
Nama Apotek :
Nama Pasien :
Usia :
Alamat Domisili :
Telp/Hp :

CEKLIST BILA
ADA

NO PERNYATAAN YA TIDAK

Demam/Riwayat Demam
≥38oC batuk/pilek/nyeri
1 menelan/sulit bernapas)

2 Batuk

3 Pilek

4 Nyeri Menelan

5 Sulit Bernapas

Riwayat perjalanan ke luar


negeri dalam waktu 14 hari
6 sebelum timbul gejala

Riwayat kontak erat dengan


kasus konfirmasi  COVID-
7 19

Apoteker yang bekerja di berbagai sektor kesehatan memiliki peran strategis


tersendiri dalam mencegah penularan dan penanganan COVID-19.  Apoteker
tidak hanya bekerja di apotek dan rumah sakit saja. Ada pula apoteker yang
bekerja di perusahaan farmasi serta distributor obat. Berikut adalah peran apoteker
dari berbagai sektor di tengah pandemi COVID-19:
1. Apoteker di sektor klini
Apoteker yang bekerja di sektor klinis sebagai tenaga kesehatan di apotek
atau rumah sakit memastikan ketersediaan dan kualitas produk kesehatan baik
untuk upaya pencegahan hingga pengobatan. Produk kesehatan untuk upaya
pencegahan meliputi suplemen, masker, alat pelindung diri, dan hand
sanitizer. Sementara untuk pengobatan meliputi obat-obatan, ventilator, dan
gas medis. Apoteker yang bertugas di rumah sakit melakukan pelayanan
kefarmasian untuk memastikan keamanan, ketepatan pemberian obat, dan
efikasi sehingga pasien dapat disembuhkan serta minim dari efek samping
yang tidak diinginkan.
2. Apoteker di apotek
Apoteker di apotek juga mengedukasi masyarakat dalam bagaimana
melakukan pencegahan, memberikan rekomendasi produk untuk usaha
pencegahan, serta memberi informasi terpercaya kepada masyarakat di tengah
maraknya berita hoax terkait COVID-19. 
3. Apoteker di MasyarakaT
Masyarakat mulai kritis terhadap obat-obatan yang dikonsumsinya. Disnilah
peran apoteker sangat dibutuhkan untuk mengedukasi masyarakat. Apoteker
memiliki tanggung jawab terhadap obat yang tertulis di dalam resep.
Apoteker merupakan konsultan obat bagi dokter maupun pasien yang
memerlukannya. Apoteker harus mampu menjelaskan tentang obat yang
berguna bagi pasien karena dia mengetahui tentang:
 Cara menggunakan dan meminum obat
 Efek samping yang timbul jika obat dipakai
 Stabilitas obat dalam berbagai kondisi
 Toksisitas dan dosis obat yang digunakan
4. Apoteker di perusahaan farmasi dan distributor
Apoteker yang bekerja di perusahaan farmasi & distributor memastikan
ketersediaan obat-obatan yang diperlukan selama pandemi COVID-19 baik
dengan memproduksi obat yang dibutuhkan ataupun dengan mengimpor obat
yang belum dapat diproduksi di dalam negeri.  Perusahaan Farmasi BUMN
telah memproduksi obat yang digunakan sebagai bagian terapi dari COVID-
19, yaitu Klorokuin, Oseltamivir, dan Azitromisin. Ada juga perusahaan
farmasi swasta yang memproduksi Hidroksikuinolon yang dapat digunakan
sebagai alternatif Klorokuin. Sebagai catatan, Indonesia saat ini masih
memiliki ketergantungan impor pada bahan baku farmasi. Dalam
memaksimalkan pelayanan farmasi dalam menghadapi pandemi COVID-19,
apoteker yang bekerja di bidang pelayanan harus dapat memastikan bahwa
setiap langkah pelayanan kefarmasian ditegakkan. Mulai dari riwayat
penggunaan obat, pengkajian resep, memastikan rasionalitas obat yang
diberikan, monitoring terapi obat dan juga edukasi mengenai obat-obatan
yang digunakan untuk terapi COVID-19 (It Sby. 2020).
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Layanan komunitas farmasi dalam komunitas selama Covid-19 harus


memiliki sifat yang berbeda karena karakteristik penyakit dan perubahan
terkait dalam kebutuhan pasien. Apotek komunitas harus bekerja sebagai
pendukung kuat obat-obatan pasien dan pasokan peralatan pelindung.
Apoteker komunitas harus siap untuk menyediakan pelayanan kefarmasian
yang terampil dan efektif untuk populasi pasien komunitas untuk memastikan
keamanan obat dan mempromosikan keseluruhan pengendalian pandemi
Covid-19.

Upaya apoteker komunitas dalam menanggulangi infeksi Covid-19


diantaranya dengan Menyediakan HCPs (Health Care Provider) yang dapat
diakses, memastikan stok dan akses ke obat-obatan, menjamin ketersediaan
obat penyakit kronis, home care, edukasi pasien, sanitasi ruangan apotek,
skrining pasien Covid-19, vaksinasi, meluruskan kesalahpahaman (mitos),
memberikan dukungan psikologis, farmakovigilans di tingkat
komunitas, dan mengontrol penggunaan suplemen makanan.

Pelayanan farmasi di masa pandemi covid-19 dipandu oleh prosedur


dalam upaya pencegahan penyebaran virus covid-19 maupun perlindungan
terhadap personil petugas farmasi agar tidak tertular dari virus covid-19

1.2 Saran
Disarankan untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi, terutama terhadap
pelayanan obat. Petugas mengelolah obat dan dapat memberikan informasi
yang lengkap tentang obat yang diberikan kepada pasien, tidak mengurangi
jumlah obat dan memberikan etiket dan label yang lengkap pada setiap
kemasan obat.
DAFTAR PUSTAKA

Fallucchi, F, Faravelli, M, Quercia, S 2020, 'Fair allocation of scarce


medical resources in the time of COVID-19: what do people
think?', Journal of Medical Ethics, 382, medethics-2020-106524.

Zheng, SQ, Yang, L, Zhou, PX, Li HB, Liu, F, Zhao, RS 2020,


'Recommendations and guidance for providing pharmaceutical
care services during COVID-19 pandemic: A China perspective.
In Research in Social and Administrative Pharmacy', ElsevierInc,
https://doi.org/10.1016/j.sapharm.2020.03.012.

International Pharmaceutical Federation 2017, 'Fip Statement of Policy


Role of Pharmacist in disaster management', FIP,
www.fip.org/statements.

Koster, ES, Philbert, D, Bouvy, ML 2020, 'Impact of the COVID-19


epidemic on the provision of pharmaceutical care in community
pharmacies', Research in Social and Administrative Pharmacy,
June, 10–12.

National Health Service (NHS). 2020. Novel Coronavirus (Covid-19)


Standard Operating Procedure (Community Pharmacy). Version
1.0 27 Feb 2020

Nessel J. 2020. Clinical pharmacists play active roles in coronavirus


preparation efforts. Pharm Times.
Pojoh, Jody A., et al. 2012. Penerapan Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek Kartens Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi
Poltekkes Manado, Vol. 3 No. 2.

International Pharmaceutical Federation (IPF). 2020. Coronavirus SARS-


CoV-2 Outbreak: Information and Guidelines for Pharmacists
and the Pharmacy Workforce.

Osama M. Al-Quteimat, Amer Mustafa Amer. 2020. SARS-CoV-2


outbreak: How can pharmacists help?. Research in Social and
Administrative Pharmacy.

Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI). 2020. Alur Pelayanan
Pasien Diduga Covid-19 Di Apotek Komunitas Selama KLB
Covid-19.

Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI). 2020. Pelayanan


Pelanggan Selama Masa KLB Covid-19.

World Health Organization 2020, Coronavirus


https://www.who.int/health- topics/coronavirus#tab=tab_3.

Anda mungkin juga menyukai