Anda di halaman 1dari 6

Strategi Pemasaran Pelayanan Kesehatan Pada Pasien Penyakit

Degenratif di situasi Pandemi Covid 19 di RS Primaya Bekasi Timur


Ade Adrain Sitompul1, Wahyu Sulistiadi2
1
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi KARS Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia Email: smart.adra86@gmail.com

ABSTRAK Pendahuluan: Pasien penyakit Degenratif merupakan populasi rentan terinfeksi COVID-19
dengan Jumlah mortalitas yang tinggi. Ketentuan lockdown, social distancing serta
pembatasan kunjungan rumah sakit mempengaruhi manajemen penyakit Degenratif yang
membutuhkan monitoring serta pengobatan secara rutin yang akhirnya menurunkan
kualitas kesehatan pasien penyakit Degenratif. Strategi yang tepat untuk meningkatkan kualias
kesehatan penyakit Degenratif di Era New Normal diperukan untuk tetap mempertahankan
kondisi kesehatan serta meningkatkan kualitas kesehatan pasien penyakit Degenratif. Artikel
ini bertujuan untuk mengetahui strategi peningkatan kualitas hidup pasien Degenratif di Era
New Normal. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah literatur review dengan sumber
jurnal internasional serta jurnal nasional serta dokumen dalam 5 tahun terakhir yang diakses
menggunakan mesin pencari google scholar, PubMed, ResearchGate, NCBI serta Lanset.
Hasil literatur review ini menunjukkan bahwa strategi untuk meningkatkan kualitas kesehatan
pasien Degenratif di era new normal meliputi modifikasi algoritma triase sesuai dengan
pandemi COVID-19 penerapan telemedicine, penerapan telenursing, penerapan pola hidup
sehat, pemebrian dukungan jiwa serta psikososial, pendektaan spiritual serta adaptasi
kebiasaan baru

Kata Kunci Strategi Pemasaran , ; Pasien Degenratif; Era new normal

.
PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
Pemasaran merupakan proses dari penderita penyakit Degenratif dengan kondisi stabil
kegiatan merencanakan serta serta masih memerlukan pengobatan jJumlah panjang
mengimplementasikan metode, kegiatan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan
promosi serta pendistribusian (baik inovasi biaya pelayanan kesehatan yang efektif serta efisien
dari suatu produk maupun jasa) yang yang dilaksananakan di FKTP atas rekomendasi atau
dapat dimanfaatkan dalam memenuhi rujukan dari dokter spesialis/sub spesialis yang
harapankonsumen serta perusahaan. Aktivitas merawat.
pemasaran pada akhirnya akan menciptakan Kurang lebih 10 bulan belakangan ini seluruh
win-win solution, artinya ketika konsumen dunia dibuat tak berdaya oleh situasi pandemik
menggunakan suatu produk atau layanan COVID-19. Dengan jumlah kasus yang mencapai 7
yang sesuai seperti apa yang diharapkan, juta, virus ini telah menyebabkan lebih dari 400 ribu
perusahaan tentu akan mendapatkan keuntungan kematian di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri,
(profit) dariproduk atau layanan yang telah jumlah kasus yang tercatat sampai dengan saat ini
dihasilkan serta dipasarkan kepada sudah lebih dari 32 ribu kasus dengan jumlah
masyarakat. Dari profit yang telah kematian mencapai 1800. Tidak dapat dipungkiri
diperoleh, suatu organisasi bisnis bisa situasi ini sangat berdampak pada kehidupan
meneruskan aktivitas usahanya untuk menarik masyarakat terutama perekonomian dikarenakan
minat calon konsumen yang semakin banyak pembatasan sosial yang terjadi di masyarakat.
di masa depan (Rangkuti, 2002) Pemerintah Indonesia sudah mulai memikirkan untuk
. membuka kembali pembatasan sosial secara bertahap
Pemasaran adalah sistem dari strategi untuk bisa menyelamatkan ekonomi. Inisiatif ini lebih
pemasaran serta strategi bauran pemasaran. dikenal dengan “new normal” dimana pada situasi ini
Dapat dikatakan bahwa strategi pemasaran kegiatan masyarakat bisa berjalan seperti biasa namun
memiliki tempat khusus dalam ilmu marketing, tetap mengikuti protokol kesehatan untuk
akan tetapi tetap menjadi elemen kesatuan bagi menghindari penularan serta penyebaran virus.
strategi bauran pemasaran secara menyeluruh.
Strategi pemasaran dapat diawali dengan Pelayanan kesehatan sebagai sektor yang paling
bagaimana suatu organisasi bisnis terdampak oleh situasi pandemik ini juga harus
mempersiapkan bauran pemasaran yang terdiri bersiap untuk menghadapi new normal. Rumah sakit
dari produk, jasa, serta harga,serta dapat harus mulai memikirkan lJumlahh yang akan diambil
memanfaatkan media promosi yang terdiri untuk tetap merawat pasien COVID-19 namun disaat
dari promosi penjualan, periklanan, gugus bersamaan juga memberikan pelayanan kepada pasien
wiraniaga, citra terhadap masyarakat, surat umum dengan resiko penularan seminimal mungkin,
langsung serta pemasaran jarak jauh sehingga disebut sebgai balancing act.
(telemarketing) dalam menjJumlahu saluran
distribusi serta sampai pada konsumen akhir. Pelayanan kesehatan di era new normal akan
sangat berbeda dengan keadaan sebelum COVID 19.
Penyakit Degenratif merupakan fenomena Rumah sakit perlu menyiapkan prosedur keamanan
yang banyak terjadi dikalangan masyarakat yang lebih ketat dimana sterilisasi harus lebih masif
dimana terjadi peningkatan yang signifikan dilakukan di setiap sudut rumah sakit. Prosedur
terhadap penyakit tidak menular. Hal ini penerimaan pasien juga akan mengalami perubahan
disebabkan oleh berbagai macam faktor termasuk penggunaan masker secara universal,
diantaranya perilaku individu yang berisiko prosedur screening yang lebih ketat (rapid test/PCR),
terhadap kesehatan seperti konsumsi rokok, pengaturan jadwal kunjungan, serta pembatasan
gaya hidup yang tidak sehat, merokok, pengunjung/pendamping pasien bahkan pemisahan
pengaturan diet serta kurangnya aktivitas fisik fasilitas untuk pasien COVID-19 serta non COVID-
19.
merupakan populasi rentan untuk melakukan
Pasien penyakit Degenratif merupakan monitoring serta pengobatan untuk mempertahankan
komorbid tertinggi COVID-19. Dari 404 ribu kondisi kesehatan serta kualitas hidup.
kasus terkonfirmasi COVID-19 per tanggal 30
oktober di Indonesia 49,8% diantaranya Pelayanan kesehatan di era new normal sangat
menderita penyakit hipertensi, 35% menderita berbeda dengan keadaan sebelum COVID-19.
diabetes melitus, 19,6% menderita penyakit Modifikasi algoritma triase di era COVID-19 di
jantung, 9,5% menderita penyakit ginjal, 5,8% rancang untuk mengoptimalkan triase
ibu hamil, 5,6% menderita gangguan napas lain, pasien, meminimalkan paparan dokter serta perawat
2,3% menderita asma, 1,8% menderita penyakit yang tidak perlu, menstandarkan perawatan serta
hati, 1,8% menderita TBC, 1,5 menderita kanker memaksimalkan penggunaan sumber daya yang
serta 1,3% menderita gangguan imun (WHO tepat dalam pengaturan kekurangan APD yang
Coronavirus Diseases (COVID-19), 2020). sesertag berlangsung (Wallace et al., 2020). Triase
pada masa pandemi COVID-19 dilakukan dengan
Berdasarkan hasil meta analisis yang penilaian primer berdasarkan riwayat serta keluhan
dilakukan oleh (Zhou et al., 2020 (Paudel, 2020) ISPA sedJumlahn penilaian sekunder terkait virulensi
diperoleh hasil bahwa komorbid COVID-19 pasien menggunakan metode EWS screening (CDC,
terbanyak adalah penyait Degenratif diantaranya 2020 serta Kemenkes RI, 2020).
hipertensi(15,8%).
Telemedicine merupakan salah satu metode
Ketentuan lockdown, social distancing yang dilakukan oleh profesional kesehatan untuk
serta pembatasan kunjungan ke Rumah Sakit memberikan pelayanan kesehatan jarak jauh dengan
menjadi kendala dalam manajemen penyakit memanfaatkan teknologi informasi serta komunikasi
Degenratif di masa pandemi COVID-19 untuk dimana kegiatan yang dilakukan meliputi pertukaran
tetap mempertahankan kondisi kesehatan serta diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit serta
meningkatkan kualitas hidup pasien. Oleh cedera, riset serta evaluasi serta pendidikan kesehatan
karena itu, penulis melakukan literatur review (RI,2019).
untuk mengetahui strategi peningkatan kualitas
kesehatan pasien Degenratif di era new normal. Berdasarkan hasil penelitian Valderas (2020),
penerapan telemonitoring berbasis rumah dilakukan
METODE untuk semua pasien penyakit Degenratif dengan
Metode yang digunakan dalam artikel ini mengembJumlahn tim multidisiplin untuk memantau
adalah literatur review. Sumber diperoleh dari parameter kesehatan serta melaporkan hasil
jurnal internasional serta nasional serta pemeriksaan klinis. Selain itu, penjadwalan
dokumen 5 tahun terakhir yang diakses kunjungan rawat jalan juga dilakukan dengan
menggunakan mesin pencari google scholar, telekonsultasi (Valderas, 2020).
PubMed,Research Gate, NCBI serta Lancet
dengan kata kunci kualitas hidup, penyakit Perawat sebagai tenaga kesehatan yang 24 jam
Degenratif serta era new normal, strategi selalu kontak dengan pasien tetap mempertahankan
pemasaran. kontinuitas asuhan keperawatan dengan metode
telenursing. Telenursing mengacu pada perawatan
HASIL SERTA PEMBAHASAN layanan menggunakan aplikasi teknologi untuk
Pandemi COVID-19 membuat meningkatkan perawatan yang terkendala jarak fisik
pemerintah melakukan berbagai upaya untuk antara pasien serta perawat. Berdasarkan penelitian
memutus mata rantai penyebaran COVID-19 (Purabdollah & Ghasempour, 2020) telenursing
dengan membuat Ketentuan social distancing, bertujuan untuk meningkatkan kualitas perawatan,
lockdown, serta pembatasan kunjungan rawat keselamatan serta akses cepat asuhan keperawatan
jalan. Ketentuan ini menyebabkan kekhawatiran dengan mengatasi hambatan geografis. Penggunaan
bagi pasien penyakit Degenratif yang telepon, ponsel, SMS serta teknologi komunikasi
adalah bagian dari telenursing (Beth Cloyd, mandi malam, solat taubat serta zikir serta berbaik
2020). sJumlah, berikhtiar serta banyak berdoa mampu
untuk menurunkan anxiety disorder pada masa
Pada kegiatan telenursing perawat COVID-19.
memiliki peran penting dalam melakukan triase
via telepon, melakukan home care dengan Pola hidup sehat dapat dilakukan dengan
melakukan monitoring tekanan darah, glukosa menerapkan pola makan sehat seperti membatasi
darah, berat baserta serta keluhan pasien secara konsumsi gula berlebihan, mengkonsumi makanan
online. Perawat juga melakukan panggilan vieo sehat dengan gizi seimbang, membatasi konsumsi
untuk melakukan konsultasi degan pasien (Beth garam berkebihan, membatasi konsumsi lemak
Cloyd,2020). berlebih serta mengurangi konsumsi makanan yang
mengandung perasa, pewarna, pengawet serta
Tingginya Jumlah kematian pasien pemanis buatan (Kementerian Kesehatan Republik
COVID-19 dengan penyakit Degenratif Indonesia, 2020). Pola hidup sehat juga dapat
menyebabkan kekhawatiran bagi pasien dilakukan mencukupi kebutuhan minum minimal 2
penyakit Degenratif yang akan mempengaruhi liter perhari, melakukan olahraga minimal 30 menit
kondisi psikis serta kesehatannya. Menurut sehari, berjemur 2 kali seminggu saat pagi hari,
Kemenkes RI (2020a). Pasien dengan penyakit berhenti merokok serta berhenti minum alkohol.
Degenratif perlu mendapatkan dukungan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)
kesehatan jiwa serta psikososial yang dilakukan
dengan cara memberikan informasi tentang Di era new normal ini, berbagai penyesuaian
COVID-19 dengan tepat serta benar, dilakukan guna tetap mempertahankan produktivitas
memberikan promosi serta prevensi kesehatan serta menghindari COVID-19. Adaptasi kebiasaan
seperti OTG serta ODP, melatih emosi serta baru dilakukan dengan tetap menggunakan masker,
pikiran positif untuk menghindari stigma, menjaga jarak 1-2 meter, mencuci tangan,
tetap mempertahankan komunikasiyang menghindari kerumunan serta meningkatkan imunitas
efektif antar tenaga kesehatan serta anggota tubuh (Kemenkes RI, 2020b). Berdasarkan penelitian
keluarga serta tetap menghormati serta (Chiu NC, Chi H, Tai YL, Peng CC, Tseng CY, Chen
mengikutsertakan pasien penyakit Degenratif CC, Tan BF, 2020) penggunaan masker, mencuci
dalam aktivitas keluarga dengan tetap menjaga tangn serta sosial distancing dapat menurunkan
jarak fisik. kemungkinan penularan

Pendekatan spiritual dilakukan untuk COVID-19. Penderita penyakit tidak menular


mengatasi kecemasan pada masa COVID- 19. dianjurkan untuk tetap berada di rumah, melakukan
Perawatan spiritual didasarkan pada model pemeriksaan tekanan darah, glukosa darah serta berat
integratif bio-psiko-ssio-spiritual yang baserta sendiri secara rutin di rumah, menajalankan
membutuhkan keterampilan khusus seperti terapi serta minum obat tepat waktu, melakukan
mendengarkan secara aktif, kemampuan konsultasi secara online (Kemenkes RI 2020b) .
penilaian spiritual serta kemampuan untuk Konsultasi online ini penting, terutama memastikan
merujuk pasien ke perawatan spiritual yang pasien tidak putus obat. Karena pada saat putus obat,
lebih tinggi (Roman, N., Mthembu, T., Hoosen, potensi untuk penyakit Degenratif berulang lebih
2020). Berdasarkan penelitian Chronis et al tinggi. Konsultas online perlu agar dokter melihat
(2020) menyatakan bahwa pendeatan spiritual perkembangan pasien. Juga melihat bagaimana
pada pasien berkontribusi secara signifikan efektifitas pegobatan yang diberikan, apakah ada efek
untuk meingkatkan kesejahteraan pasien. samping, serta menawarkan solusi.
Berdasarkan hasil penelitian (Yono., Rusamana,
I., Noviyanti, 2020) diperoleh hasil bahwa Tetapi tidak semua kasus penyakit Degenratif
pendekatan spiritual dilakukan dengan diselesaikan secara online. Karena itu pasien
psikoterapi spiritual serta pendidikan islam, diharapkan tetap datang ke RS. Terutama pada kasus
yang perlu dilakukan foto, MRI, CT Scan, serta telemedicine serta remote monitoring untuk pasien
USG. Kemudian kasus yang tidak tertangani dengan penyakit Degenratif dapat menurunkan
dengan obat-obatan oral, serta membutuhkan kunjungan yang tidak perlu ke fasilitas kesehatan
injeksi. serta mengurangi resiko keterpaparan terhadap virus.

Pada kasus yang membutuhkan Value-based care juga merupakan bagian dari
pertemuan langsung, sedapat mungkin patient / people centered care, yaitu konsep pelayanan
melakukan janji terlebih dahulu sebelum yang berusaha memberikan perawatan dengan
kunjungan ke RS. Tujuannya bukan menghormati serta responsif terhadap berbagai
mempersulit pasien serta keluarga. Ini preferensi, kebutuhan, serta nilai-nilai individu
dilakukan untuk mengurangi kepadatan pasien, serta memastikan bahwa nilai-nilai tersebut
kunjunagn di RS Karena saat ini kapasitas ruang digunakan untuk memandu semua keputusan klinis.
tunggu di RS dibatasi untuk kepentingan PSBB. Dalam New Normal preferensi, kebutuhan serta nilai-
Dari sisi pelayanan, rumah sakit akan lebih nilai tersebut berubah, maka RS harus responsif untuk
selektif dalam menerima pasien dimana prioritas tetap dapat menjaga mutu serta keselamatan pasien,
akan diberikan kepada kasus-kasus gawat tidak saja bagi pasien dengan Covid-19 tapi juga
darurat atau life-thretening situation berdasarkan pasien lainnya.
tingkat keparahan penyakit. Rapid test bahkan
PCR bisa menjadi persyaratan sebelum pasien Respon yang diharapkan dari RS adalah
menerima berhak menerima perawatan (pre-op memastikan keempat inti patient/people centered care
requirements). Penggunaan telemedicine atau terwujud, yaitu: 1) Memberikan pelayanan kesehatan
virtual care akan semakin sering dilakukan oleh dengan bermartabat serta rasa hormat, dimana para
rumah sakit untuk meminimalisir tatap muka klinisi mendengarkan serta menghormati perspektif
antara pasien serta tenaga kesehatan. serta pilihan pasien serta keluarga. 2) Berbagi
informasi, yaitu para klinisi berkomunikasi serta
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh berbagi informasi yang lengkap serta tidak bias
rumah sakit adalah persiapan untuk menghadapi dengan pasien serta keluarga serta antar klinisi. 3)
kemungkinan gelombang kedua (second wave), Partisipasi aktif, dimana pasien serta keluarga
mengingat resiko penularan dimasyarakat masih didorong serta didukung untuk berpartisipasi dalam
mungkin untuk terjadi. Rumah sakit perlu perawatan serta pengambilan keputusan pada tingkat
menyiapkan protokol emergensi yang jelas yang mereka pilih. 4) Kolaborasi, yaitu pasien,
untuk menghadapi gelombang kedua termasuk keluarga, para klinisi, serta pengelola fasilitas
alokasi ruang perawatan untuk pasien COVID- pelayanan kesehatan berkolaborasi dalam
19, tambahan tenaga kesehatan bila diperlukan, pengembangan serta pelayanan kesehatan.
kecukupan personal protective equipment
(PPE), serta penutupan kembali beberapa Dengan begitu banyaknya perubahan yang
layanan jika situasinya memburuk. wajib dilakukan, rumah sakit perlu melakukan re-
desain pelayanan dengan memperhatikan:
Perubahan dalam pelayanan ini 1. Perencanaan serta manajemen rumah sakit
merupakan kesempatan yang baik untuk dengan segala perubahan untuk menghadapi
mempromosikan value-based care yakni new normal termasuk investasi pada
pelayanan yang berorientasi pada outcome teknologi serta pelatihan tenaga kesehatan
sehingga menghindari perawatan/tindakan yang terkait telemedicine;
tidak perlu atau tidak berkontribusi pada 2. Promosi kesehatan serta edukasi kepada
outcome. Salah satu perawatan yang akan pasien serta pengunjung yang lebih massif
mendapatkan perhatian adalah chronic disease untuk memastikan protokol keselamatan
management dimana penderita penyakit dapat dipahami serta ditaati oleh semua
Degenratif memiliki resiko kematian yang lebih pihak;
besar apabila terpapar COVID-19. Penggunaan 3. Upaya menjamin keselamatan dari tenaga
kesehatan dalam melaksanakan
tugasnya sebagai garda terdepan dalam Bhatt J, Rubin O. New normal for medicine emerges
upaya penanggulangan COVID-19 ini as hospitals return to elective surgeries, non-COVID
termasuk kecukupan PPE, insentif yang work. 2020. https://abcnews.go.com/Health/normal-
sesuai, serta lain sebagainya; medicine-emerges-hospitals-return-elective-surgeries-
covid/story?id=70842080. Published 25 May 2020.
4. Melakukan upaya peningkatan mutu layanan
yang terintegrasi untuk memastikan mutu Schwamm LH, Estrada J, Erskine A, Licurse A.
layanan tetap terjaga dengan asertaya Virtual care: new models of caring for our patients
pembatasan-pembatasan. and workforce. The Lancet Digital Health. 2020.
Menggunakan tools untuk melakukan Institute of Medicine. (2001). Crossing the Quality
re-desain pelayanan, seperti FMEA (failure Chasm: A New Health Service for the 21st Century.
modes and effects analysis maupun dengan Washington, DC
house of quality/Quality function deployment)
Johnson, B. H. & Abraham, M. R. (2012). Partnering
KESIMPULAN with Patients, Residents, and Families: A Resource
Pada era new normal kondisi kesehatan for Leaders of Hospitals, Ambulatory Care Settings,
pasien penyakit Degenratif harus terus and Long-Term Care Communities. Bethesda, MD:
diperhatikan untuk mencegah konplikasi serta Institute for Patient- and Family-CenteredCare.
mempertahankan serta meningkatkan kualitas
hidup pasien penyakit Degenratif. Beberapa
strategi yang dilakukan diantaranya modifikasi
algoritma triase sesuai dengan pandemi COVID-
19, peneparan telemedicine, telenursing,
penerapan pola hidup sehat, pemberian
dukungan jiwa serta psikososial, pendekatan
spiritual serta adaptasi kebiasaan baru.

REFERENSI

Mullins L, Thompson K. Hospitals Aiming To


Achieve New Normal As Coronavirus Pandemic
Continues. 2020.
https://www.wbur.org/commonhealth/2020/05/2
6/massachusetts-covid-19-coronavirus-
hospitals-normal-operations. Published 26 May
2020.

Liu R, Fleisher LA. Getting to a New Normal:


Mandating That Patients Wear Masks as
Hospitals Fully Reopen during the Coronavirus
Pandemic. Anesthesiology: The Journal of the
American Society of Anesthesiologists. 2020.

Haseltine WA. A New Normal For Hospital


Care. 2020.
https://www.forbes.com/sites/williamhaseltine/2
020/04/21/the-new-normal-for-hospital-care/.
Published 21 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai