Anda di halaman 1dari 45

Perilaku Pengobatan Sendiri Selama Pandemi COVID-19

Disusun oleh:
Nur Tasya Ruri 112018016
Nurul Widya Effrani 112018001
Prilia Pratiwi Munda 112018063
Priska Amelia Belopandung 112018012

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jakarta
Periode 29 Juni 2020 – 5 September 2020
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO),


swamedikasi sebagai pemilihan dan penggunaan
obat-obatan oleh individu untuk mengobati penyakit
atau gejala yang dapat dikenali sendiri

Persentase masyarakat yang melakukan


swamedikasi adalah 65,01%, tahun 2008, 65,59%,
tahun 2009 68,41% dan tahun 2010 68,71%.
Alasan alasan tidak berobat jalan mengobati diri
sendiri di DKI Jakarta pada tahun 2018 sendiri
mencapai angka 62,51%.
PENDAHULUAN
Dengan adanya peningkatan populasi
masyarakat yang melakukan pengobatan
sendiri, serta dengan bertambahnya kasus
COVID-19 yang terjadi di Indonesia disertai
dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB),

maka kemungkinan bertambahnya poupulasi


yang melakukan swamedikasi dapat meningkat.
PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH

• Swamedikasi adalah proses pengobatan yang dilakukan sendiri oleh seseorang mulai dari pengenalan
keluhan atau gejalanya sampai pada pemilihan dan penggunaan obat.
• Persentase masyarakat yang melakukan swamedikasi adalah 65,01%, tahun 2008, 65,59%, tahun 2009
68,41% dan tahun 2010 68,71%.
• Pada tanggal 31 Maret 2020, Presiden Jokowi mengeluarkan penetapan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) untuk mencegah kemungkinan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
mengakibatkan upaya kesehatan masyarakat tetap dilaksanakan dengan memperhatikan skala prioritas.

HIPOTESIS

• Terdapat hubungan antara jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status pernikahan,
jumlah anak dalam keluarga, kepemilikan asuransi kesehatan, jarak tempat tinggal ke pelayanan
kesehatan, jenis penyakit, kebiasaan mencari pengobatan sebelum dan selama pandemi, serta kebijakan
pemerintah selama pandemi COVID-19 dengan perilaku pengobatan sendiri.
PENDAHULUAN
TUJUAN UMUM

• Diketahuinya perilaku pengobatan sendiri selama pandemi COVID-19

TUJUAN KHUSUS

• Diketahui sebaran/distribusi perilaku pengobatan sendiri selama pandemi COVID-19


• Diketahui sebaran/distribusi menurut jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, status pernikahan, jumlah anak dalam keluarga, kepemilikan asuransi
kesehatan, jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan, jenis penyakit, kebiasaan
mencari pengobatan sebelum pandemi dan selama pandemi, serta kebijakan
pemerintah selama pandemi COVID-19.
• Diketahui hubungan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status
pernikahan, jumlah anak dalam keluarga, kepemilikan asuransi kesehatan, jarak
tempat tinggal ke pelayanan kesehatan, jenis penyakit, kebiasaan mencari
pengobatan sebelum dan selama pandemic, serta kebijakan pemerintah selama
pandemi COVID-19 dengan perilaku pengobatan sendiri.
MANFAAT PENELITIAN

Bagi Peneliti Bagi Institusi Bagi Masyarakat


• Menambah pengetahuan • Sebagai bahan masukan • Memberikan informasi
mengenai pelaksanaan bagi instansi kesehatan pelaksanaan perilaku
perilaku pengobatan untuk melakukan promosi pengobatan sendiri
sendiri selama pandemi dan penyuluhan selama pandemi COVID-
COVID-19 kesehatan tentang 19.
perilaku pengobatan
sendiri selama pandemi
COVID-19.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengobatan Sendiri (Swamedikasi)

swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan dan


penggunaan obat-obatan (termasuk produk herbal dan
tradisional) oleh individu untuk mengobati penyakit atau
gejala yang dapat dikenali sendiri.

Swamedikasi merupakan proses pengobatan yang


dilakukan sendiri oleh seseorang mulai dari pengenalan
keluhan atau gejalanya sampai pada pemilihan dan
penggunaan obat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Swamedikasi

Jenis Kelamin

• Berdasarkan karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa perempuan lebih cenderung melakukan
swamedikasi

Usia

• Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai meninggal. Usia yang rentan terhadap penyakit
adalah usia lanjut.

Faktor Pendidikan

• Tingkat pendidikan yang rendah banyak berpengaruh terhadap perilaku pengobatan sendiri di ligkungan
masyarakat, hal ini di karenakan oleh kurangnya informasi

Faktor Jumlah Anak dalam Keluarga

• Jumlah anggota keluarga terkait dengan tingkat pengeluaran dalam suatu keluarga. Semakin besar jumlah
anggota keluarga maka semakin besar pula pengeluarannya
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Swamedikasi

Faktor Pekerjaan

• Pekerjaan adalah suatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk
mendapatkan penghasilan

Jarak Tempat Tinggal ke Pelayanan Kesehatan

• Dengan tempat tinggal yang jauh dari pelayanan kesehatan membuar masih banyaknya
masyarakat tidak pergi ke pelayanan kesehatan apabila sakit.

Faktor Pendapatan

• Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh
penghasilan yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.

Faktor Status Pernikahan

• Seseorang yang sudah berkeluarga akan cenderung memilih mencari pengobatan di fasilitas
kesehatan
Usaha Mencari Pengobatan

Beberapa usaha yang merupakan pelayanan terhadap


pemeliharan kesehatan pada umumnya, yaitu:
• pendidikan kesehatan kepada masyarakat
• usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang
baik
• memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit (specific
protection).

Tujuan pengobatan

• pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari setiap jenis


penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera,
pencegahan menular kepada orang lain (bila penyakitnya menular), dan
mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit
Corona Virus Disease-19

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi
hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus.

Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan
coronavirus yang menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004
silam, yaitu Sarbecovirus.

Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2
Era Pandemi COVID-19

Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus


pasien COVID-19, termasuk antivirus atau vaksin.

Tata laksana yang dapat dilakukan adalah terapi


simtomatik dan oksigen.

Pada orang dengan tanpa gejala dan memiliki gejala


ringan dilakukan isolasi mandiri selama 14 hari
Pembatasan Sosial Berskala Besar

Kebijakan mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia untuk yang pertama kali diterapkan pada
tanggal 10 April 2020 di Jakarta

Ada beberapa regulasi yang berkaitan dengan penerapan PSBB tersebut. Antara lain adalah Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19), Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus disease 2019 dan/atau dalam Rangka Menghadapi
Ancaman yang Membahayakan Perkekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuanga
Pengobatan Berbasis Online

Di era pandemik ini beberapa orang lebih memilih pengobatan yang dilakukan secara
online atau disebut sebagai telemedicine

pelayanan kesehatan berbasis telemedicine, menjadi salah satu solusi pelayanan


kesehatan yang merata di Indonesia

Manfaat lain dari telemedik ini yaitu memberikan informasi tentang tingkat resiko warga
terhadap COVID-19, serta berkontribusi mengurangi kemungkinan masyarakat terpapar
virus corona karena ini juga meminimalkan kunjungan masyarakat ke fasilitas kesehatan
PEMBATASAN PASIEN
Mengurangi kunjungan Menjaga Hindari
ke fasilitas kesehatan jarak kerumunan
massal

Pemvbatasan
pasien
Berikan edukasi ke Menggunakan
masker saa
pasienangkah-langkah preventif
berpergian
yang dapat dilakukan oleh
pasien secara mandiri
Pelayanan • suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan
Fasilitas kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang digunakan oleh

Kesehatan
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat

• badan hukum publik yang dibentuk untuk


menyelenggarakan program jaminan kesehatan
BPJS bagi seluruh rakyat Indonesia
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
- Jenis Kelamin
- Usia
- Pendidikan
- Pekerjan
- Pendapatan
- Status Pernikahan
- Jumlah Anak dalam
Keluarga
- Kepemilikan Asuransi Perilaku
Kesehatan Pengobatan
- Jarak Tempat Tinggal Sendiri
ke Pelayanan
Kesehatan
- Jenis Penyakit
- Kebiasaan Mencari
Pengobatan Sebelum
Pandemi
- Kebiasaan Mencari
Pengobatan Selama
Pandemi
- Kebijakan Pemerintah
METODE PENELITIAN
DESAIN • Analitik dengan pendekatan potong lintang
PENELITIAN (cross sectional).

WAKTU DAN • bulan Juli 2020 dengan menggunakan google


TEMPAT forms.

Kriteria Inklusi • Bersedia menjadi responden penelitian

• Tidak bersedia mengisi kuisioner


Kriteria Eksklusi • Data yang didapatkan tidak lengkap

• Pengambilan sampel secara Snowball


Sampel sampling sebanyak 106 orang
Cara
pengambilan • Google form dengan menggunakan media sosial seperti Instagram,
facebook atau twitter dan aplikasi chatting seperti Whatsapp atau Line

data
• jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status
Variabel pernikahan, jumlah anak dalam keluarga, kepemilikan asuransi
kesehatan, jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan, fasilitas

Independen
kesehatan, jenis penyakit, kebiasaan mencari pengobatan sebelum
pandemi, kebiasaan mencari pengobatan selama pandemi, dan
kebijakan pemerintah selama pandemi

Variabel • perilaku pengobatan sendiri


dependen
DEFINISI OPERASIONAL
Swamedikasi

• Definisi: pemilihan dan penggunaan obat-obatan (termasuk produk herbal dan


tradisional) oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala sendiri.
• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Kode 1: ya
• Kode 2: tidak
• Skala ukur: nominal.

Jenis Kelamin

• Definisi: perbedaan antara laki-laki dengan perempuan secara fungsi biologis


dan anatomi sejak seseorang lahir.
• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: mencatat apa yang didapatkan dari kuesioner.
• Kode 1: Laki-laki.
• Kode 2: Perempuan.
• Skala ukur: nominal.
DEFINISI OPERASIONAL
Usia

• Definisi: bilangan yang dihitung dari tahun kelahiran hingga tahun


penelitian.
• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Skala ukur: ordinal.

Pendidikan terakhir

• Definisi: pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh responden.


• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Kode 1: Rendah (Tidak Bersekolah, Tamat SD, Tamat SMP)
• Kode 2: Sedang (Tamat SMA)
• Kode 3: Tinggi (S1)
• Skala ukur: ordinal.
DEFINISI OPERASIONAL
Pekerjaan

• Definisi: kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari agar mendapatkan imbalan


uang.
• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden.
• Kode 1: Tidak Bekerja (Ibu Rumah Tangga)
• Kode 2: Bekerja
• Skala ukur: nominal.

Pendapatan

• Definisi: harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka


memperoleh penghasilan yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.
• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Kode 1 : < UMR
• Kode 2 : > UMR
• Skala ukur: nominal.
DEFINISI OPERASIONAL
Status Pernikahan

• Definisi: mereka yang menikah dan dinyatakan sah.


• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Kode 1: Belum menikah
• Kode 2: Sudah menikah
• Skala ukur: nominal

Jumlah Anak dalam Keluarga

• Definisi: jumlah anak yang menjadi tanggungan dalam keluarga


• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Kode 1: < 2 anak
• Kode 2: > 2 anak
• Skala ukur: nominal.
DEFINISI OPERASIONAL
Kepemilikan Asuransi Kesehatan

• Definisi: pertanggungan (perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan
sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak
pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat).
• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Kode 1: ada
• Kode 2: tidak ada
• Skala ukur: nominal

Jarak Tempat Tinggal ke Pelayanan Kesehatan

• Definisi: jarak yang diukur dari bangunan untuk tempat tinggal ke lokasi pusat
pelayanan kesehatan.
• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Kode 1: Dekat (bisa dicapai dengan jalan kaki)
• Kode 2: Jauh (bisa dicapai dengan kendaraan)
• Skala ukur: nominal.
DEFINISI OPERASIONAL
Penyakit

• Definisi: keterangan penyakit yang menunjukan ada atau tidaknya penyakit akut,
kronik, ataupun emergensi
• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Kode 1: Ringan (demam, batuk pilek, maag, diare)
• Kode 2: Kronik (nyeri sendi, kencing manis, tekanan darah tinggi)
• Kode 3: Emergensi (kecelakaan lalu lintas, asma, penyakit yang memerlukan
tindakan operasi segera)
• Skala ukur: nominal.

Kebiasaan Mencari Pengobatan Sebelum Pandemi

• Definisi: sesuatu yang biasa dikerjakan untuk mencari pengobatan sebelum


terjadinya pandemi COVID-19
• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Kode1: swamedikasi (warung, apotek)
• Kode 2: Fasilitas Kesehatan (klinik, puskesmas, rumah sakit)
• Skala ukur: nominal.
DEFINISI OPERASIONAL
Kebiasaan Mencari Pengobatan Selama Pandemi

• Definisi: sesuatu yang biasa dikerjakan untuk mencari pengobatan selama


terjadinya pandemi COVID-19
• Alat ukur: kuesioner
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Kode 1: swamedikasi (warung, apotek)
• Kode 2: Fasilitas Kesehatan (klinik, puskesmas, rumah sakit)
• Skala ukur: nominal

Kebijakan Pemerintah Selama Pandemi

• Definisi: rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan pelayanan fasilitas kesehatan yang diterapkan
oleh pemerintah selama terjadinya pandemi COVID-19.
• Alat ukur: kuesioner.
• Cara ukur: melihat jawaban dari responden
• Kode 1: ditutup
• Kode 2: tidak ditutup
• Skala ukur: nominal
ANALISA DATA
Analisis univariat digunakan
untuk menjabarkan secara
deskriptif mengenai distribusi, Analisa bivariat bertujuan untuk
frekuensi, dan proporsi masing- menganalisa hubungan antara dua
masing variabel yang diteliti, variabel
baik variabel bebas maupun
variabel terikat

Pada penelitian ini, responden diminta


Analisis bivariat dilakukan dengan untuk mengisi persetujuan atau informed
menggunakan uji Chi Square. Untuk consent. Responden berhak untuk menolak
melihat kemaknaan sistem dengan atau menerima kesempatan untuk menjadi
membandingkan nilai p ≤ 0,05 responden penelitian. Apabila bersedia,
maka responden diberikan jaminan bahwa
data-data yang diberikan akan dijamin
kerahasiaannya
HASIL PENELITIAN
Distribusi Frekuensi Responden

Variabel n %
Usia    
20-30 tahun 15 14.2
31-40 tahun 46 43.4
51-40 tahun 45 42.5
Total 106 100
Jenis Kelamin    
Laki-laki 49 46.2
Perempuan 57 53.8
Total 106 100
Pendidikan    
rendah 45 42.5
sedang 41 38.7
tinggi 20 18.9
Total 106 100
Distribusi Frekuensi Responden
Pekerjaan    
tidak bekerja 49 46.2
Bekerja 57 53.8
Total 106 100
Pendapatan    
<umr 47 44.3
>umr 59 55.7
Total 106 100
Pernikahan    
belum menikah 26 24.5
sudah menikah 80 75.5
Total 106 100
Jumlah anak    
tidak punya anak 38 35.8
>2 anak 68 64.2
Total 106 100
Distribusi Frekuensi Responden
Variabel n %
Asuransi    
ada 75 70.8
tidak ada 31 29.2
Total 106 100
Jarak Tempuh    
Dekat 41 38.7
Jauh 65 61.3
Total 106 100
Penyakit    
Ringan 47 44.3
Kronik 50 47.2
Emergensi 9 8.5
Total 106 100
Sebelum Pandemi    
swamedikasi 47 44.3
Fasilitas Kesehatan 59 55.7
Total 106 100
Tabel Distribusi Variabel Independen dan Variabel
Dependen

Variabel nilai p Keterangan


Usia*Perilaku 0.028 signifikan
Jenis Kelamin* Perilaku 0.199 tidak signifikan
Pendidikan*Perilaku 0.000 signifikan
Pekerjaan*Perilaku 0.000 signifikan
Pendapatan*Perilaku 0.000 signifikan
Pernikahan*Perilaku 0.504 tidak signifikan
Jumlah anak*Perilaku 0.951 tidak signifikan
Asuransi*Perilaku 0.067 tidak signifikan
Jarak Tempuh* Perilaku 0.000 signifikan
Penyakit*perilaku 0.000 signifikan

Pengobatan sebelum pandemi* Perilaku 0.000 signifikan

Pengobatan selama pandemi * Perilaku 0.000 signifikan


Kebijakan Pemerinah*Perilaku 0.000 signifikan
PEMBAHASAN
Kelompok umur di bawah 30 tahun secara fisiologis masih sehat, sehingga
kemungkinan untuk menggunakan obat-obatan masih sedikit.

Shankar, dkk. Serta Worku dan Abebe yang berpendapat bahwa kelompok
umur kurang dari 30 tahun lebih banyak yang melakukan pengobatan sendiri.

Berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih cenderung melakukan


pengobatan sendiri.

Responden berpendidikan tinggi lebih banyak yang melakukan pengobatan sendiri


secara rasional
PEMBAHASAN
Salah satu penyebab dari adanya pengobatan sendiri adalah faktor pekerjaan.

Dengan tidak bekerja masyarakat tidak mendapatkan penghasilan, oleh


karena itu untuk bagi masyarakat yang tidak bekerja akan kesulitan untuk
melakukan pengobatan yang benar maka dari itu pemerintah memberikan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang tidak bekerja

. Masyarakat berpendapatan rendah lebih banyak yang melakukan


pengobatan sendiri dibandingkan dengan masyarakat berpendapatan tinggi.
Hal ini bisa terjadi karena ratarata pendapatan masyarakat baik di perkotaan
maupun di pedesaan relatif lebih rendah
PEMBAHASAN
Adanya hubungan yang signifikan antara jarak tempuh dan
perilaku pengobatan sendiri selama pandemi.

Hal ini disebabkan karena jarak tempat tinggal responden


dengan puskesmas relatif dekat, antara 1 km sampai
dengan 9 km.

Dengan demikian akses ke puskesmas mudah dijangkau


baik dengan jalan kaki maupun dengan kendaraan.
PEMBAHASAN
Dalam upaya meningkatkan pemanfaatan obat untuk kebutuhan kesehatan bagi
masyarakat desa, pemerintah mengeluarkan Kepmenkes 983/Menkes/
SK/VIII/200422 tentang Pedoman Penyelenggaraan Warung Obat Desa.

Dengan adanya perluasan keterjangkauan obat bagi masyarakat desa,


diharapkan kesadaran masyarakat dalam pengobatan-sendiri yang
meningkat.

Adanya hubungan yang signifikan antara jenis penyakit dan perilaku


pengobatan sendiri dikarenakan dari ketidaknyaman pasien pada saat sakit
sehingga responden membeli obat sendiri.

Namun selama pandemi berlangsung lebih banyak responden yang menerapkan


pengobatan sendiri untuk mengurunagi kunjungan ke fasilitas kesehatan untuk
mencegah terjadinya COVID-19
KESIMPULAN
Ada hubungan yang signifikan antara usia dan perilaku pengobatan sendiri pada masa
pandemi dengan nilai p 0,028.

Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan perilaku pengobatan
sendiri pada masa pandemi dengan nilai p 0,199.

Adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dan perilaku pengobatan


sendiri pada masa pandemi dengan nilai p 0,000.

Adanya hubungan yang signifikan antara pekerjaan dan perilaku pengobatan sendiri
pada masa pandemi dengan nilai p 0,000.

Adanya hubungan yang signifikan antara pendapatan dan perilaku pengobatan sendiri
pada masa pandemi dengan nilai p 0,000.
KESIMPULAN
Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pernikahan dan perilaku pengobatan sendiri pada masa
pandemi dengan nilai p 0,504.

Tidak adanya hubungan yang signifikan antara jumlah anak dan perilaku pengobatan sendiri pada
masa pandemi dengan nilai p 0,951.

Tidak adanya hubungan yang signifikan antara asuransi dan perilaku pengobatan sendiri pada masa
pandemi dengan nilai p 0,067.

Adanya hubungan yang signifikan antara jarak tempuh dan perilaku pengobatan sendiri pada masa
pandemi dengan nilai p 0,000.

Adanya hubungan yang signifikan antara jenis penyakit dan perilaku pengobatan sendiri pada masa
pandemi dengan nilai p 0,000.

Adanya hubungan yang signifikan antara pengobatan sendiri sebelum pandemi dan perilaku dengan nilai p
0,000.
KESIMPULAN
Adanya hubungan yang signifikan antara
pengobatan sendiri selama pandemi dan
perilaku dengan nilai p 0,000

Adanya hubungan yang signifikan antara


kebijakan pemerintah sebelum pandemi dan
perilaku dengan nilai p 0,000.
SARAN
Diharapkan kepada masyarakat untuk melakukan
pengobatan ke pelyanan kesehatan yang ada untuk
menghindari dampak negatif yang ditimbulkan dari
pengobatan sendiri yang tidak tepat.

Kepada instansi kesehatan diharapkan untuk


mengadakan penyuluhan atau Health Education
kepada masyarakat tentang pengobatan yang
benar.

Dengan pengkajian dan penyuluhan lebih awal


tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
pengobatan sendiri diharapkan dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat setempat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai