1. Apa upaya dan saran untuk meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19?
a. Menghilangkan hambatan-hambatan di lapangan saat akan dilakukan imunisasi.
Hambatan terbesar dalam melakukan imunisasi adalah akses. Hal ini berlaku baik bagi penerima yang paling rentan yang tidak memiliki akses ke FKTP dan di daerah di mana vaksin tersedia tetapi tidak aman bagi orang untuk mendapatkannya. Misalnya seperti daerah yang sedang mengalami konflik. Tantangan utama lainnya termasuk stok vaksin yang habis, kurangnya alat pelindung diri, pembatasan perjalanan, jarak ke FKTP, jam operasional yang masih terbatas, dan sistem mendapatkan vaksin yang tidak aman. Solusi sederhana bisa berdampak besar seperti mempermudah birokrasi dalam mendistribusi vaksin terutama ke daerah pelosok.
b. Meluruskan disinformasi mengenai vaksinasi yang terjadi di masyarakat umum.
Mengubah pandangan masyarakat yang sangat skeptis mengenai vaksin sangat sulit dicapai, dan pendekatan seperti “anti-HOAX' justru dapat memperburuk keadaan. Lebih baik fokus pada penguatan informasi positif dan akurat tentang vaksin, dan membangun keyakinan masyarakat terhadap informasi palsu.
c. Menjadikan vaksinasi sebagai bagian dari norma sosial.
Orang cenderung melakukan apa yang mereka anggap biasa, jadi penting untuk memperkuat pesan bahwa vaksinasi adalah salah satu kegiatan kesehatan yang paling diterima secara luas di seluruh dunia. Petugas kesehatan memiliki salah satu suara yang paling kuat dan dapat dipercaya untuk mencapai hal ini. World Immunization Week 2021 adalah contoh yang bagus dalam mengafirmasi imunisasi sebagai norma sosial – mendorong individu dari komunitas yang berbeda untuk berbagi dampak positif vaksin terhadap kehidupan mereka. d. Melakukan penelitian. Sebagian besar penelitian yang masif berasal dari negara-negara yang sudah berpenghasilan tinggi. Penelitian di masa depan harus memprioritaskan pemahaman tentang apa yang berhasil meningkatkan tingkat vaksinasi di berbagai negara dan alasannya, dengan fokus pada peningkatan berbasis bukti untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah.
2. Apakah Anda akan merekomendasikan vaksinasi Covid-19 kepada kerabat dan
masyarakat sekitar Anda? Saya akan merekomendasikan vaksinasi COVID-19 kepada kerabat dan masyarakat sekitar saya karena : Patuh dan kooperatif dalam melakukan vaksinasi akan membantu mempercepat terjadinya Herd Immunity dan hal ini akan membuat kita bisa melihat manfaat kesehatan langsung Vaksin mengurangi risiko infeksi. Vaksin melindungi kelompok/populasi khusus yang memiliki penyakit dasar dan penyerta yang berat. Vaksin akan membantu pemerintah dan sistem layanan kesehatan dari ancaman kolaps. Juga mengurangi beban tenaga kesehatan sehingga dapat semakin maksimal dalam memberikan pelayanan. Vaksin (akhirnya) akan membantu kita terbebas dari kewabijan menggunakan masker saat keluar rumah/bepergian. Vaksin akan membantu kita terhubung kembali dengan teman dan keluarga. Kita dapat menghadiri acara kecil secara langsung Vaksin akan mempermudah kita saat akan pergi ke luar daerah.
3. Apa upaya mitigasi COVID 19 yang dapat disarankan untuk ke depannya?
Tindakan preventif adalah strategi saat ini dalam membatasi penyebaran kasus. Skrining dini, diagnosis, isolasi, dan pengobatan diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Strategi pencegahan difokuskan pada isolasi pasien dan pengendalian infeksi yang cermat, termasuk langkah-langkah yang tepat untuk diambil selama diagnosis dan pemberian perawatan klinis kepada pasien yang terinfeksi. Strategi terpenting yang harus dilakukan masyarakat adalah sering mencuci tangan dan menggunakan pembersih tangan portabel dan menghindari kontak dengan wajah dan mulut mereka setelah berinteraksi dengan lingkungan yang mungkin terkontaminasi. Untuk mengurangi risiko penularan di masyarakat, individu harus disarankan untuk rajin mencuci tangan, mempraktikkan PHBS(seperti etika batuk dan bersin), dan menghindari keramaian dan kontak erat dengan individu yang sakit, jika memungkinkan.
Penerapan proses imunisasi COVID-19 diberbagai negara merupakan bentuk
tanggung jawab sosial pemerintah dalam menekan/mencegah penyebaran virus. Salah satu bentuk tanggung jawab sosial adalah social distancing yang bentuknya bermacam-macam, namun tujuannya adalah untuk menjauhkan masyarakat secara fisik satu sama lain sehingga penundaan pelaksanaannya tidak seefektif di masa-masa awal. Dua faktor utama yang berpengaruh dalam pengendalian wabah COVID-19 antara lain peningkatan kuantitas dan kecepatan tes diagnostik COVID-19 dan penerapan aturan jarak sosial dengan benar. Tes cepat dilakukan untuk mendeteksi orang yang terinfeksi tanpa gejala di masyarakat. Eksperimen menunjukkan bahwa aturan jarak sosial yang ketat berpotensi berhasil mengurangi dan menunda timbulnya penyakit. Namun, jika kebijakan jarak sosial yang ketat dilakukan dengan ceroboh, intervensi skala besar harus dilakukan melalui pengujian ekstensif dan cepat untuk mencegah wabah yang meluas di masa depan. Perlu dicatat bahwa kecemasan yang tinggi dapat memainkan peran penting dalam perkembangan perilaku kesehatan yang maladaptif. Merebaknya pandemi COVID-19 atau yang lebih besar lainnya diprediksi akan berdampak negatif destruktif bagi individu dan masyarakat. Wabah COVID-19 tidak hanya akan mempengaruhi kesehatan mental banyak orang tetapi juga peningkatan angka kematian akibat COVID-19 akan meningkatkan kecemasan dan ketakutan yang semakin meningkat karena orang takut membahayakan kesehatan fisik mereka sendiri dan orang yang mereka cintai. Peningkatan ketakutan dan kecemasan ini dapat dikurangi dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah ini dan mengubah gaya hidup masyarakat dan aktivitas sehari-hari yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan jumlah pasien.