Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. 1

DAFTAR ISI... 2

Pendahuluan. 3

Definisi.. 3

Etiologi . 3

Patologi 5

Klasifikasi ...... 6

Missed aborsi .. 9

Diagnostik abortus ......... 10

Penanganan Abotrus 11

Komplikasi.12

DAFTAR PUSTAKA. 14

STATUS PASIEN.
BAB I
MISSED ABORTUS

1. Pendahuluan

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum


kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan. Insiden abortus dipengarui oleh umur dan riwayat
obstetric seperti seperti kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran
dengan anak memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari
semua kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu. Namun, frekuensi angka kejadian
sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan. Delapan puluh
persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak
disebabkan karena kelainan pada kromosom. 4,7

2. Definisi Abortus

Abortus adalah Istilah untuk semua kehamilan yang berahir sebelum periode viabilitas
janin, yaitu lahir sebelum berat janin 500 gr atau bila usia kehamilan kurang dari 20 minggu.4

3. Etiologi Abortus

Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya
pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal
yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut:

A. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
kehamilan muda. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah
sebagai berikut:
a. Kelainan kromosom.

Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan
kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

b. Lingkungan kurang sempurna.

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinggga


pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.

c. Pengaruh dari luar.

Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat
teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

d. Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu,
sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi
sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

e. Penyakit ibu.

Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke
janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.

f. Kelainan endokrin

Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada
trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus,
dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi
hipotiroidism yang nyata.
g. kelainan traktus genitalia

retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi,
harus diingat bahwa hanya retroversion uteri gravid inkarserata atau mioma submukosa yang
memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah serviks inkompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada seviks, dilatasi serviks berlebihan,konisasi,
amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.

4. Patologi Abortus

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis
jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua lebih dalam,
sehingga hasil konsepsi mudah dilepaskan. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales
menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang
dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin disusul dengan plasenta. Pedarahan jumlahnya
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong
amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum)
atau janin telah mati dalam waktu yang lama (missed abortion).

Apabil mudigah yang mati tidak dikeluarkan secepatnya, maka akan menjadi mola karneosa.
Mola karneosa merupakan suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah. Kapsul
memiliki ketebalan bervariasi, dengan villi koriales yang telah berdegenerasi tersebar
diantaranya. Rongga kecil didalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi akibat
dinding bekuan darah lama yang tebal. Bentuk lainnya adalah mola tuberosa, dalam hal ini
amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi.
Mumifikasi merupakan proses pengeringan janin karena cairan amnion berkurang akibat diserap,
kemudian janin menjadi gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut janin dapat
menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak cepat dikeluarkan adalah terjadinya maserasi.
Tulang-tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh cairan yang mengandung darah.
Kulit melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan. Organ-organ dalam
mengalami degenerasi dan nekrosis.

5. Klasifikasi abortus

Secara umum abortus dibagi menjadi 2 yaitu:

A.Abortus spontan

Abortus yang terjadi yang tidak dlalui oleh factor mekanis maupun factor medisinalis semata-
mata disebabkan oleh factor alamiah.2

B.Abortus provokatus

Adalah abortus yang disengaja,baik dengan memakai alat-alat atau menggunakan obat-obatan.2

Klinis abortus spontan dibagi menjadi beberpa bagian yaitu:

1. Abortus imminens

Abortus imminens ialah peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
2. Abortus insipiens

Abortus insipiens ialah peristiwa peradrahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam
hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil
konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan
kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya
peforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian
infus oksitosin.

3. Abortus inkompletus

Abortus inkomplitus ialah pengeluaran sebagan hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan pada abortus inkomplitus
dapat banyak sekali , sehingga menyebabkan syokj dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum
sisa konsepsi dikeluarkan.

4. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.

5. Missed abortion

Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga
pengaruh hormon progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens mungkin
juga dapat menyebabkan missed abortion.

6. Abortus habitualis

Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Etiologinya
pada dasarnya sama dengan etiologi abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab
imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive
(TLX). Sistem TLX ini merupakan cara untuk melindungi kehamilan.

7. Abortus infeksiosus, abortus septic


Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedang abortus septik ialah
abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke daam peredaran darah atau
peritoneum.6

Penyebab dari abortus ada beberapa factor seperti:

a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering dijumpai pada abortus spontan

. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan disekitar endometrium kurang sempurna


sehingga bisa mengganggu pertumbuhan janin

. Pengaruh dari luar. Radiasi,virus,obat-obatan. Pengaruh ini disebut sebagai pengaruh teratogen

a. Kelainan pada plasenta

Bila oksigenasi plasenta terganggu maka akan mengganggu pertumbuhan janin sehingga janian
akan mati. Kelainana ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun

b. Penyakit ibu

Penyakit seperti pneumonia,tifus abdominalis, pielonefritis dan malaria dapat menyebabkan


abortus.Toksin dari bakteri,virus atau plasmodium dapat menembus plasenta dan masuk kedalam
tubuh janin sehingga terjadi abortus

c. Kelainan genetalia ibu

Misalnya ibu menderita hipoplasia uteri,uterus yang letaknya tidak normal,tidak sempurnanya
persiapan uterus dalam menerima hasil konsepsi.2,3

Dari berbagai macam abortus diatas maka penulis hanya menerangkan tentang Missed Abortus.

1. Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan di dalam kandungan.
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu
sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda
kehamilan sekunder pada patudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion juga diawali
dengan abortus imminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti.
Pada pemeriksaaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah satu minggu dari terhentinya
pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong
gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan yang disertai gambaran feus yang tidak ada
tanda-tanda kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan
kemungkinan terjadinya gangguan penjendalan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga
perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

A. Diagnosis Abortus.

Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan
pervaginam setelah mengalami terlambat haid. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan
ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara
biologis (Galli Mainini) atau imunologik (Pregnosticon, Gravindex).

Sebagai kemungkinan diagnosis yang lain harus dipikirkan kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, atau kehamilan dengan kelainan pada serviks.

Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang sulit dibedakan dengan
abortus dimana uterus posisi retroversi. Pada keduanya ditemukan amenorea disertai perdarahan
pervaginam, rasa nyeri di perut bagian bawah, dan tumor dibelakang uterus. Tetapi keluhan nyeri
biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik. Apabila gejala-gejala menunjukan kehamilan
ektopik terganggu, dapat dilakukan kuldosintesis untuk memastikan diagnosanya. Pada
molahidatidosa uterus biasanya lebih besar daripada lamanya amenorea dan muntah lebih sering.
Apabila ada kecurigaan terhadap molahidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.

Karsinoma serviks uteri, polypus serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan. Perdarahan
dari kelainan ini dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan
sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis dengan pasti.
Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan, melainkan
memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak tumbuhnya atau bahkan
mengecilnya uterus yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala
subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi
bahkan mengecil, tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang. Dengan
ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai
dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai
gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah ini perlu
dilakukan

B. Penanganan Abortus

1. Penilaian awal

Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :

Keadaan umum pasien


Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90
mmHg, nadi > 112 x/menit
Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan
bebas dalam cavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu.
Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri
perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan.
Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)
2. Penanganan spesifik

Missed abortion seharusnya ditangani di rumah sakit atas pertimbangan :

Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi
(kuretase) akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.
Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi
dengan batang laminaria selama 12 jam.
Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan
pembekuan darah.

Pengelolaan missed abortion harus diutarakan pada pasien dan keluarganya secara baik karena
resiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi perdarahan atau tidak
bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Faktor mental penderita perlu diperhatikan,
karena umumnya penderita merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh atau mati.
Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu, tindakan evakuasi dapat dilakukan secara
langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase serviks uterus memungkinkan. Bila umur
kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang
masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau
mematangkan kanalis servikalis. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian
infus intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose 5 % tetesan 20
tetes permenit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan
untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu
hati dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin ataupun jaringan
konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih
mungkin.

Pada dekade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandin atau
sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara yang banyak
disebutkan adalah dengan pemberian mesoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat
diulangi 2 kali dengan jarak 6 jam. Dengan obat ini kan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau
terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi ataupun kuretase dapat dikerjakan
untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan penyulit pada tindakan missed abortion ini
lebih besar mengingat jaringan plasenta yang menempel pada dinding kavum uterus biasanya
sudah lebih kuat. Apabila terdapat hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfuse darah segar atau
fibrinogen. Pascatindakan jika perlu dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin dan
pemberian antibiotika.

C. Komplikasi Abortus

Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.

Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.

Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu
segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi.

Infeksi
Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank arena infeksi berat
(syok endoseptik).

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijanegara,Hidayat,dkk. Pedoman Diagnosis & Terapi Obstetri & Ginekologi RSUP Dr.
Hasan SadikinBagian II Ginekologi. Bandung : Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP Dr. Hasan Sadikin, 1997.
2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kandungan. Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007.

3. Wibowo, Budiono. Ilmu Kebidanan. Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.

4.Taber Ben-Zion,Kedaruratan Obstetric dan Ginekologi,EGC,Jakarta,1994


STATUS PASIEN

ANAMNESA PRIBADI

Nama : Ny. Nuriani

Umur : 21 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA

Alamat : Dusun III Perk. Amal Tani Langkat

Nama Suami : Sendi Ariandi

Tgl. Masuk :17 juni 2011 pukul 10:00 Wib

ANAMNESA PENYAKIT

KU : Perdarahan pervagina

Telaah : Os datang ke RSUD.DR.R.M.DJOELHAM dengan keluhan keluar


darah dari vagina (+) sejak tadi malam ,Stoel Cell (-), 1x ganti duk,nyeri perut
bagian bawah(+). Sebelumnya os ada periksa USG dan diagnosa dokter IUFD.

Riwayat mentruasi sebelumnya:

Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Banyak : 2 kali ganti duk
Lamanya : 5-7 hari
HPHT : 17 Maret 2011
TTP : 22 Desember 2011

Riwayat persalinan:

Hamil ini dengan abortus iminens

RPT : (-)

RPO : (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

1. Keadaan Umum

Sensorium : Compos Mentis

Tekanan darah : 110/70mmHg

Respirasi Rate : 20x/menit

Heart Rate : 80x/menit

Suhu : 36,5 0 C

2. Keadaan Penyakit

Anemia : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Ikterus : (-)

Edema : (-)

Status Lokalisata
1. Kepala

Mata : conjungtiva palpebra superior pucat (-/-)

Telinga : dbn

Hidung : dbn

Leher : pembesaran kelenjar getah brning (-/-)

2. Thorax

Inspeksi : simetris

Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi : Vesikuler (+/+),suara tambahan (-/-)

3. Abdomen

Inspeksi : Massa (-), striae gravidarum (-), bekas operasi (-)

Palpasi : Hati tidak teraba, Lien tidak teraba, nyeri tekan abdomen (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltic usus normal

4. Ektremitas

Superior : dbn

Inferior : dbn

Status Obstetri dan Ginekologi

1. Abdomen

Inspeksi : Besar abdomen sesuai dengan usia kehamilan.


Palpasi : Fundus uteri teraba 2 jari diatas simpisis, nyeri tekan abdomen(-)

Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi : Denyut jantung janin (-)

2. Genetalia Ekterna

Inspeksi :Perdarahan (+),Massa (-),Udem (-),Lesi (-)

3. Genetalia Interna
Vaginal Thoucer : Tidak ada pembukaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG
Dilakukan pada tanggal 17 Juni 2011 (Os melakukan USG sebelum masuk rumah sakit)
hasilnya adalah :
Bayangan janin (+)
GS (+)
Gerakan janin (-)
DJJ (-)
Usia kehamilan 9 minggu

Kesan : IUFD (Intra Uteri Fetal Death)

2. Laboratorium
Dilakukan pada tanggal 17 Juni 2011
Darah rutin: Hb : 12,7 gr/dl
Leukosit : 10,8 mm3
Hematokrit : 30,9%
Trombosit : 163.000 mm3
Golongan Darah : B
Urin rutin : Negatif
RESUME

ANEMNESA

KU : Perdarahan pervagina

Telaah : Os datang ke RSUD.DR.R.M.DJOELHAM dengan keluhan keluar


darah dari vagina (+) sejak tadi malam, Stoel Cell (-), 1x ganti duk,nyeri perut
bagian bawah(+).Sebelumnya os ada periksa USG dan diagnosa dokter IUFD.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Obstetri dan Ginekologi

1. Abdomen

Inspeksi : Besar abdomen sesuai dengan usia kehamilan.

Palpasi : Fundus uteri teraba 2 jari diatas simpisis, nyeri tekan abdomen(-)

Auskultasi : Denyut jantung janin (-)

2. Genetalia Ekterna

Inspeksi : Tampak perdarahan

3. Genetalia Interna
Vaginal Thoucer : Tidak ada pembukaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG
Dilakukan pada tanggal 17 Juni 2011 (Os melakukan USG sebelum masuk rumah sakit)
hasilnya adalah :
Bayangan janin (+)
GS (+)
Gerakan janin (-)
DJJ (-)
Usia kehamilan 9 minggu

Kesan: IUFD (Intra Uteri Fetal Death)

2. Laboratorium
Dilakukan pada tanggal 17 Juni 2011
Darah rutin : Normal
Golongan Darah : B

DIAGNOSA BANDING

Abortus Inkomplit + MG + KDR + ( 9 minggu)


KET + MG + KDR + ( 9 minggu)

DIAGNOSA KERJA

Missed Abortion + PG + KDR ( 9 minggu)

PENATALAKSANAAN

- IVFD RL 20 gtt/ menit


- Inj. Cefotaxim 1 gr / 12 Jam
- Inj. Tramadol 1
- Inj.Metergin 1 amp
- Inj. Kaltropen sub
- Pemasangan Laminaria
- Diet MB + air putih

RENCANA

- Pemasangan Laminaria dan kurretage.


FOLLOW UP

FOLLOW Tgl 17 Juni 2011 pukul Tgl 17 Juni 2011 pukul Tgl 17 Juni 2011 pukul
UP 10:50 Wib 13:30 Wib 19.30 Wib
KU Baik Baik Baik
Kesadaran CM CM CM
Keluhan Nyeri perut (+) Nyeri Perut (+) Nyeri perut (+)
Mules (-) Pusing (-)
Mual (-)

Vital Sign TD :110/80 mmhg TD :110/70 mmHg TD :110/70 mmHg


RR :24 x/i RR :32 x/i RR :24 x/i
HR :84 x/i HR :80 x/i HR :100 x/i
T : 36,5 0 C T : 36,5 0 C T : 36,5 0 C
Terapi -IVFD RL 20 gtt/menit -IVFD RL 20 gtt/menit IVFD RL 20 gtt/menit
- Laminaria terpasang - Laminaria Terpasang -Inj.cefotaxim 1 gr /12
baik . baik jam
- Inj. Tramadol 1 amp
- laminaria terpasang
dengan baik.

FOLLOW UP
FOLLOW Tgl 18 Juni 2011 pukul Tgl 18 Juni 2011 pukul
UP 05:30 Wib 13:30 Wib (post
Curretage)
KU Baik Baik
Kesadaran CM CM
Keluhan Nyeri perut (+) Tidak ada keluhan

Vital Sign TD :110/70 mmhg TD :120/90 mmHg


RR :20 x/i RR :24 x/i
HR :100 x/i HR :80 x/i
T : 37,4 0 C T : 36,5 0 C
Terapi -IVFD RL1 fls + 1 amp
synto 30 gtt/menit
- Inj metergin 1 amp
- Inj.cefotaxim 1 gr /12
jam
- Laminaria terpasang
baik .

KESIMPULAN

1.Pada tanggal 18 Juni 2011 pukul 13:00 wib dilakukan kuretage dengan hasil :

- Jaringan (+), 15 gr
- Kesan Bersih
- Evaluasi perdarahan (+)
- KU ibu pada kuretage baik.

2.Pada tanggal 18 juni 2011 pukul 17.00 wib pasien PBJ.

Terapi PBJ adalah


Ciprofloxacin 3x1
Metronidazol 3x1
Asam Mefenamat 3x1
Fiverron 1x1
Pasien PBJ dalam kondisi baik dan tidak ada keluhan.

Anda mungkin juga menyukai