Coronavirus-COVID-19 sampai kini masih terus mewabah di Indonesia, dari Maret 2019
hingga saat ini pada tahun 2021, terutama di wilayah padat penduduk di Indonesia, seperti
DKI Jakarta, Jawa, Kalimantan, dan wilayah lainnya, dengan total kasus infeksi Covid-19
yang tertinggi, dikutip dari laman covid19.go.id. Pemerintah serta masyarakat Indonesia pun
terus melakukan penanggulangan dalam menangani kasus tersebut.
Kemudian muncul sebuah penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
menghadapi pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) yaitu pengadaan vaksin Covid-19
dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Vaksinasi Covid-19 ini sebagai salah satu solusi yang
dapat dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi permasalahan Covid-19 yang ada
Indonesia. Vaksin bukanlah obat. Vaksin diberikan pada orang yang sehat untuk mencegah
penyakit tertentu masuk ke dalam tubuh. Vaksin Covid-19 merupakan bentuk pencegahan
yang berfungsi mendorong pembentukan kekebalan tubuh spesifik pada penyakit Covid-19.
Perkembangan Vaksinasi di Indonesia
Di Indonesia saat ini sudah memasuki babak selanjutnya, yang kita kenal dengan kata
“Vaksinasi” hingga kini pemerintah menyediakan vaksin, dan masyarakat Indonesia sedang
melaksanakan proses vaksinasi massal tersebut. Program vaksinasi Covid-19 sudah dimulai
sejak pertengahan Januari 2021 lalu.
Dalam rangka penanggulangan wabah/pandemi COVID-19 dan menjaga kesehatan
masyarakat, diperlukan percepatan dan ketersediaan Vaksin COVID-19 dan pelaksanaan
Vaksinasi COVID-19 sesuai dengan ketersediaan dan kebutuhan yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Vaksinasi adalah istilah yang digunakan untuk mendapatkan vaksin yaitu benar-benar
mendapatkan suntikan atau minum dosis vaksin oral. Vaksin tidak hanya melindungi diri
Vaksinasi ini adalah suatu penanggulangan yang paling efektif saat ini dalam menghadapi
virus covid 19, pemerintah terus berupaya dalam mengurangi tingginya resiko masyarakat
terinfeksi Covid-19 ini.
Program vaksinasi diberikan kepada masyarakat dengan proses dosis, yaitu kita kenal dengan
pemberian dosis pertama, dan pemberian dosis kedua. Di Indonesia sampai saat ini data
kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa Vaksinasi di Indonesia sudah di angka 107jt
vaksin yang diberikan kepada seluruh masyarakat Indonesia dilansir dari laman our world in
data, kemudian untuk masing masing dosis vaksin ada dibawah ini dilansir dari
vaksin.kemkes.go.id dalam update 9 September 2021.
Diawal pemberian vaksinasi Berdasarkan survei per persepsi masyarakat terhadap vaksinasi
Covid-19 yang dilakukan Kementerian Kesehatan, Indonesia Advisory Group on
Immunization (ITAGI), WHO dan UNICEF 2020 terjadi penurunan penerimaan vaksin yang
tadinya 65 persen pada September 2020 menjadi 30 persen pada Desember 2020. fenomena
ini diduga terjadi karena adanya misinformasi terkait vaksin Covid-19 di masyarakat
Indonesia.
Tingkat Kepercayaan dan Partisipasi masyarakat terhadap vaksin
Masyarakat di Indonesia menjadi lebih agresif terhadap vaksinasi, banyak sekali informasi
yang mereka dapatkan secara negatif terkait informasi vaksinasi yang membuat mereka
terpersuasi dan menjadi enggan untuk melakukan vaksinasi tersebut. Hal-hal yang terjadi
dimasyarakat tersebut salah satunya disebabkan karena masyarakat mempunyai informasi
yang mereka dapatkan mengenai vaksinasi tersebut, “adanya kesalahan informasi yang
diterima masyarakat terkait keamanan efektivitas vaksin, kejadian ikutan pascaimunisasi
(KIPI), sampai dengan teori konspirasi yang saat ini banyak beredar”, ujar Risang
Rimbatmaja perwakilan C4D UNICEF berdasarkan siaran pers yang diterima Suara.com,
Senin (1/2/2021). Menurut Risang, pemberitaan media yang berimbang dan akurat mengenai
vaksinasi menjadi kunci meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi.
Hal tersebut tentunya menimbulkan rasa ketidakpercayaan terhadap vaksinasi oleh
masyarakat, karena informasi-informasi yang menyebar didalam masyarakat menghasilkan
kepercayaan dalam menjaga diri mereka masing-masing. Hasilnya vaksin menjadi
Boomerang tersendiri dalam masyarakat, masyarakat tentunya banyak sekali menolak untuk
di vaksin, banyak dari mereka mengambil pengaruh tidak akan di vaksin walaupun dibayar
mahal, hingga mereka tidak mau dan juga menghindari perintah pemerintah dalam
melaksanakan vaksinasi. Hal ini cukup merugikan masyarakat lainnya yang mempercayai
adanya vaksin dapat mengurangi penyebaran virus covid-19 di Indonesia dan juga
menghambat kinerja pemerintah dalam mengurangi tingginya infeksi Covid-19 yang terjadi.
Perilaku ini menjadi sebuah tindakan yang tidak dapat dihentikan secara langsung karena
pastinya akan selalu menyebar di antara masyarakat satu dan lainnya, apalagi jika kurangnya
sosialisasi dari pemerintah ataupun edukasi mengenai vaksin ini.
Edukasi melalui digital, dari satu orang ke orang lain dinilai bisa sangat membantu, ditambah
edukasi dari para tokoh masyarakat. Perlakuan diatas bisa di hentikan perlahan ketika mereka
mendapatkan edukasi yang baik mengenai vaksin itu sendiri, mulai dari seputar Vaksinasi
secara umum, tentang sasaran dan juga pelaksanaan vaksin, keamanan, manfaat, dan efikasi
vaksin, tentang kejadian ikutan pasca vaksin, sampai ke dalam kehalalan vaksin tersebut,
secara detail hal diatas harus di sebarkan ke seluruh masyarakat Indonesia agar edukasi
terhadap vaksin itu mereka dapatkan, sehingga detail didalamnya mereka tahu secara
mendalam mengenai vaksinasi ini.
Jalannya program vaksinasi terus berlanjut, sampai di Indonesia sendiri masuk beberapa jenis
vaksin yang akan diberikan terhadap masyarakat, seperti yang sudah disebutkan diatas
sebenarnya masyarakat juga perlu edukasi terhadap vaksin vaksin tersebut, agar mereka tidak
mengambil kesimpulan yang salah terhadap vaksin, namun seiring berjalannya waktu dengan
ketentuan dan juga peraturan yang lebih ketat diberikan oleh pemerintah, masyarakat menjadi
tertuntut untuk melakukan vaksinasi, awalnya vaksinasi tidak diwajibkan untuk dilakukan
ketika masyarakat tidak ingin, namun di seluruh sektor kegiatan atau bidang kegiatan
manapun, kebanyakan harus menunjukan sertifikat vaksinasi, presiden juga memutuskan
untuk memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), di tengah-
tengah kesibukan vaksinasi, karena kegiatan masyarakat di batasi kemudian pemerintah
membuat perintah agar masyarakat menunjukkan sertifikat vaksin, masyarakat menjadi
seperti kebingungan, karena jika tidak mempunyai sertifikat masyarakat menjadi tida bisa
leluasa dan lebih terbatasi dalam melakukan kegiatan, contohnya, penerbangan harus
menunjukkan sertifikat vaksinasi.
Kemudian di tengah itu juga vaksinasi menjadi terbatas, karena stok vaksin dari pemerintah
yang bertahap, masyarakat menjadi kebingungan untuk mencari vaksin, di situasi itu pun
masyarakat menjadi lebih perduli terhadap vaksin, dan banyak dari masyarakat Langsung
turun untuk melakukan vaksinasi, beberapa masyarakat yang dahulu takut menjadi berani
karena faktor-faktor tersebut juga. Namun sebagian masih tetap kukuh dalam pendiriannya.
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki perilaku tersebut karena beberapa faktor
yang mereka alami, arti informasi yang salah mereka terima, edukasi yang kurang maupun
sosialisasi mengenai vaksin tersebut, kemudian juga ketidakpercayaan maupun kepercayaan
dari masing-masing personal, dan kebijakan pemerintah yang memaksa masyarakat untuk
melakukan nya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dan melatarbelakangi masyarakat, dikaitkan
dengan faktor psikologi sosiologi personal dan situasional yang mempengaruhi perilaku
tersebut.
Saat manusia menunjukkan suatu sikap maupun perilaku tertentu dalam suatu tindakan
kepada suatu objek, pastinya ada hal yang melatarbelakangi keseluruhan perilaku tersebut,
dan adanya pengaruh yang terjadi sehingga manusia dapat berperilaku terhadap sesuatu
dengan berbeda.
1. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia
Bagaimana faktor-faktor yang timbul dari diri individu (faktor personal) dan faktor-faktor
berpengaruh yang datang dari luar diri individu (faktor environmental). MCdougall
menekankan pentingnya faktor faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dan
masyarakat. Menurut MCdougall, faktor-faktor personallah dengan puluhan insting,yang
dapat menentukan perilaku.
Di bawah ini saya akan menuliskan dengan keseluruhan dari aspek faktor personal, ada atau
tidaknya keterkaitan yang mempengaruhi perilaku manusia ;
1. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan mempengaruhi perilaku manusia secara biologis, di dalam
pembahasan kali ini kita sadari pentingnya memperhatikan pengaruh geologis terhadap
perilaku manusia seperti tampak dalam dua hal berikut.
Pertama, diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan
manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi, dahulu orang menyebutnya
“insting”, sekarang Desiderato, Howieson, dan Jakson (1976 : 36) menamainya species-
characteristic-behavior. Bercumbu, memberi makan, merawat anak, dan perilaku agresif
adalah contoh-contohnya.
Kedua, adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim
disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif-motif biologis antara lain
ialah kebutuhan akan makanan minuman dan istirahat (disebut viscerl motives),
kebutuhan seksual, kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit
dan bahaya.
Kaitan dengan analisis vaksinasi pada masyarakat : faktor diatas jika dikaitkan
dengan perilaku manusia terhadap vaksin, tidak terlalu terpengaruhi, karena dari definisi-
definisi faktor biologis sendiri dapat disimpulkan bahwa, faktor biologis merupakan
faktor bawaan dari manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasinya.
2. Faktor Sosiopsikologis
manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang
mempengaruhi perilakunya. Dalam sosiopsikologis diklasifikasikan ke dalam tiga
komponen : afektif, kognitif, dan konatif.
1) Afektif : merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, komponen afektif
terdiri atas motif sosiogenis, sikap, dan emosi.
Motif sosiogenis : disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif
biologi) kebalikan dari motif biologis bukan bawaan melainkan secara
emosional. Yaitu, sebuah keinginan dan kebutuhan serta motif, keinginan
memperoleh pengalaman baru, keinginan akan rasa aman (W.I.Thomas dan
Florian Znaniecki) kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk pemenuhan
diri (Abraham Maslow), kebutuhan organisme yaitu motif ingin tahu, dan
motif kebebasan (Melvin H.Marx). Itu dia motif sosiogenis menurut para ahli.
Sikap : sikap konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang
paling banyak didefinisikan, ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis
motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar (Sherif dan Sherif,
1956: 489). Ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan (neiral settings)
sebelum memberikan respon (Allport, 1924).
disimpulkan beberapa hal, pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak,
persepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.
Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi, bukan sekedar
kawan masa lalu tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra
terhadap sesuatu; mengenyampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang
harus dihindari (Sherif dan Sherif,1956: 489). Ketiga, sikap relatif lebih
menetap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung
nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari
pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar titik oleh
karena itu, sikap dapat di teguh atau diubah.
Emosi : menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala
kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis. Ada empat fungsi emosi
(Coleman dan Hummen, 197:62).
2) Kognitif : aspek intelektual, yaitu berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
Terdiri atas Kepercayaan.
Kepercayaan : kepercayaan bukan karena hal gaib, tetapi hanya” keyakinan
bahwa sesuatu ‘benar’ atau ‘salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas,
pengalaman, atau intuisi” (Holer, et.al., 1978:48). Jadi, kepercayaan dapat
bersifat rasional atau irasional.
Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan kebutuhan dan kepentingan.
Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang,
banyak kepercayaan kita didasarkan pada pengetahuan yang tidak lengkap.
2) Lingkungan psikososial seperti dipersepsi oleh kita (iklim organisasi dan kelompok,
dan Ethos dan iklim institusional serta kultural)
Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengajarkan kita, akan
mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu. Lingkungan dalam perspektif kita
lazim disebut sebagai iklim (climate). Dalam organisasi, iklim psikososial menunjukkan
persepsi orang tentang kebebasan individual, keketatan pengawasan, kemungkinan
kemajuan komandan tingkat kekerabatan.
3) Stimulus yang mendorong dan memperteguh perilaku ( orang lain dam situasi
pendorong perilaku)
beberapa peneliti psikologi sosial, seperti Frederiscen Price dan Bouffard (1972), meneliti
kendala situasi yang mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada situasi
yang memberikan rentangan kelayakan perilaku (behavioral appopriatenness).
Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa harus merasa
malu. Sebaliknya, situasi restrictive menghambat orang untuk berperilaku sekehendak
hatinya.
Dari hal di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya faktor faktor personal juga maupun
situasi yang dapat mempengaruhi perilaku manusia didalam sosial dan lingkungannya,
ketepatan mereka dalam menyatakan bahwa sesuatu itu benar atau salah, dan mempengaruhi
mereka dalam tindakan.
Pengetahuan, persepsi kerentanan, keparahan, manfaat, hambatan, dan isyarat untuk
bertindak berhubungan dengan penerimaan masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19. Faktor
yang dominan berhubungan adalah isyarat untuk bertindak. Diharapkan kepada pemerintah
untuk fokus pada peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 melalui
pesan media massa dan sosialisasi oleh tenaga kesehatan.
SUMBER REFERENSI