Anda di halaman 1dari 9

Fenomena vaksin yang diterima masyarakat, faktor apa saja yang mempengaruhi

perilaku masyarakat dalam prespektif Psikologi Komunikasi?


Oleh : Putri Anju Aini (Nim 2002056063)

Coronavirus-COVID-19 sampai kini masih terus mewabah di Indonesia, dari Maret 2019
hingga saat ini pada tahun 2021, terutama di wilayah padat penduduk di Indonesia, seperti
DKI Jakarta, Jawa, Kalimantan, dan wilayah lainnya, dengan total kasus infeksi Covid-19
yang tertinggi, dikutip dari laman covid19.go.id. Pemerintah serta masyarakat Indonesia pun
terus melakukan penanggulangan dalam menangani kasus tersebut.
Kemudian muncul sebuah penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
menghadapi pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) yaitu pengadaan vaksin Covid-19
dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Vaksinasi Covid-19 ini sebagai salah satu solusi yang
dapat dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi permasalahan Covid-19 yang ada
Indonesia. Vaksin bukanlah obat. Vaksin diberikan pada orang yang sehat untuk mencegah
penyakit tertentu masuk ke dalam tubuh. Vaksin Covid-19 merupakan bentuk pencegahan
yang berfungsi mendorong pembentukan kekebalan tubuh spesifik pada penyakit Covid-19.
Perkembangan Vaksinasi di Indonesia
Di Indonesia saat ini sudah memasuki babak selanjutnya, yang kita kenal dengan kata
“Vaksinasi” hingga kini pemerintah menyediakan vaksin, dan masyarakat Indonesia sedang
melaksanakan proses vaksinasi massal tersebut. Program vaksinasi Covid-19 sudah dimulai
sejak pertengahan Januari 2021 lalu.
Dalam rangka penanggulangan wabah/pandemi COVID-19 dan menjaga kesehatan
masyarakat, diperlukan percepatan dan ketersediaan Vaksin COVID-19 dan pelaksanaan
Vaksinasi COVID-19 sesuai dengan ketersediaan dan kebutuhan yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Vaksinasi adalah istilah yang digunakan untuk mendapatkan vaksin yaitu benar-benar
mendapatkan suntikan atau minum dosis vaksin oral. Vaksin tidak hanya melindungi diri
Vaksinasi ini adalah suatu penanggulangan yang paling efektif saat ini dalam menghadapi
virus covid 19, pemerintah terus berupaya dalam mengurangi tingginya resiko masyarakat
terinfeksi Covid-19 ini.
Program vaksinasi diberikan kepada masyarakat dengan proses dosis, yaitu kita kenal dengan
pemberian dosis pertama, dan pemberian dosis kedua. Di Indonesia sampai saat ini data
kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa Vaksinasi di Indonesia sudah di angka 107jt
vaksin yang diberikan kepada seluruh masyarakat Indonesia dilansir dari laman our world in
data, kemudian untuk masing masing dosis vaksin ada dibawah ini dilansir dari
vaksin.kemkes.go.id dalam update 9 September 2021.
Diawal pemberian vaksinasi Berdasarkan survei per persepsi masyarakat terhadap vaksinasi
Covid-19 yang dilakukan Kementerian Kesehatan, Indonesia Advisory Group on
Immunization (ITAGI), WHO dan UNICEF 2020 terjadi penurunan penerimaan vaksin yang
tadinya 65 persen pada September 2020 menjadi 30 persen pada Desember 2020. fenomena
ini diduga terjadi karena adanya misinformasi terkait vaksin Covid-19 di masyarakat
Indonesia.
Tingkat Kepercayaan dan Partisipasi masyarakat terhadap vaksin
Masyarakat di Indonesia menjadi lebih agresif terhadap vaksinasi, banyak sekali informasi
yang mereka dapatkan secara negatif terkait informasi vaksinasi yang membuat mereka
terpersuasi dan menjadi enggan untuk melakukan vaksinasi tersebut. Hal-hal yang terjadi
dimasyarakat tersebut salah satunya disebabkan karena masyarakat mempunyai informasi
yang mereka dapatkan mengenai vaksinasi tersebut, “adanya kesalahan informasi yang
diterima masyarakat terkait keamanan efektivitas vaksin, kejadian ikutan pascaimunisasi
(KIPI), sampai dengan teori konspirasi yang saat ini banyak beredar”, ujar Risang
Rimbatmaja perwakilan C4D UNICEF berdasarkan siaran pers yang diterima Suara.com,
Senin (1/2/2021). Menurut Risang, pemberitaan media yang berimbang dan akurat mengenai
vaksinasi menjadi kunci meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi.
Hal tersebut tentunya menimbulkan rasa ketidakpercayaan terhadap vaksinasi oleh
masyarakat, karena informasi-informasi yang menyebar didalam masyarakat menghasilkan
kepercayaan dalam menjaga diri mereka masing-masing. Hasilnya vaksin menjadi
Boomerang tersendiri dalam masyarakat, masyarakat tentunya banyak sekali menolak untuk
di vaksin, banyak dari mereka mengambil pengaruh tidak akan di vaksin walaupun dibayar
mahal, hingga mereka tidak mau dan juga menghindari perintah pemerintah dalam
melaksanakan vaksinasi. Hal ini cukup merugikan masyarakat lainnya yang mempercayai
adanya vaksin dapat mengurangi penyebaran virus covid-19 di Indonesia dan juga
menghambat kinerja pemerintah dalam mengurangi tingginya infeksi Covid-19 yang terjadi.
Perilaku ini menjadi sebuah tindakan yang tidak dapat dihentikan secara langsung karena
pastinya akan selalu menyebar di antara masyarakat satu dan lainnya, apalagi jika kurangnya
sosialisasi dari pemerintah ataupun edukasi mengenai vaksin ini.
Edukasi melalui digital, dari satu orang ke orang lain dinilai bisa sangat membantu, ditambah
edukasi dari para tokoh masyarakat. Perlakuan diatas bisa di hentikan perlahan ketika mereka
mendapatkan edukasi yang baik mengenai vaksin itu sendiri, mulai dari seputar Vaksinasi
secara umum, tentang sasaran dan juga pelaksanaan vaksin, keamanan, manfaat, dan efikasi
vaksin, tentang kejadian ikutan pasca vaksin, sampai ke dalam kehalalan vaksin tersebut,
secara detail hal diatas harus di sebarkan ke seluruh masyarakat Indonesia agar edukasi
terhadap vaksin itu mereka dapatkan, sehingga detail didalamnya mereka tahu secara
mendalam mengenai vaksinasi ini.
Jalannya program vaksinasi terus berlanjut, sampai di Indonesia sendiri masuk beberapa jenis
vaksin yang akan diberikan terhadap masyarakat, seperti yang sudah disebutkan diatas
sebenarnya masyarakat juga perlu edukasi terhadap vaksin vaksin tersebut, agar mereka tidak
mengambil kesimpulan yang salah terhadap vaksin, namun seiring berjalannya waktu dengan
ketentuan dan juga peraturan yang lebih ketat diberikan oleh pemerintah, masyarakat menjadi
tertuntut untuk melakukan vaksinasi, awalnya vaksinasi tidak diwajibkan untuk dilakukan
ketika masyarakat tidak ingin, namun di seluruh sektor kegiatan atau bidang kegiatan
manapun, kebanyakan harus menunjukan sertifikat vaksinasi, presiden juga memutuskan
untuk memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), di tengah-
tengah kesibukan vaksinasi, karena kegiatan masyarakat di batasi kemudian pemerintah
membuat perintah agar masyarakat menunjukkan sertifikat vaksin, masyarakat menjadi
seperti kebingungan, karena jika tidak mempunyai sertifikat masyarakat menjadi tida bisa
leluasa dan lebih terbatasi dalam melakukan kegiatan, contohnya, penerbangan harus
menunjukkan sertifikat vaksinasi.
Kemudian di tengah itu juga vaksinasi menjadi terbatas, karena stok vaksin dari pemerintah
yang bertahap, masyarakat menjadi kebingungan untuk mencari vaksin, di situasi itu pun
masyarakat menjadi lebih perduli terhadap vaksin, dan banyak dari masyarakat Langsung
turun untuk melakukan vaksinasi, beberapa masyarakat yang dahulu takut menjadi berani
karena faktor-faktor tersebut juga. Namun sebagian masih tetap kukuh dalam pendiriannya.
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki perilaku tersebut karena beberapa faktor
yang mereka alami, arti informasi yang salah mereka terima, edukasi yang kurang maupun
sosialisasi mengenai vaksin tersebut, kemudian juga ketidakpercayaan maupun kepercayaan
dari masing-masing personal, dan kebijakan pemerintah yang memaksa masyarakat untuk
melakukan nya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dan melatarbelakangi masyarakat, dikaitkan
dengan faktor psikologi sosiologi personal dan situasional yang mempengaruhi perilaku
tersebut.
Saat manusia menunjukkan suatu sikap maupun perilaku tertentu dalam suatu tindakan
kepada suatu objek, pastinya ada hal yang melatarbelakangi keseluruhan perilaku tersebut,
dan adanya pengaruh yang terjadi sehingga manusia dapat berperilaku terhadap sesuatu
dengan berbeda.
1. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia
Bagaimana faktor-faktor yang timbul dari diri individu (faktor personal) dan faktor-faktor
berpengaruh yang datang dari luar diri individu (faktor environmental). MCdougall
menekankan pentingnya faktor faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dan
masyarakat. Menurut MCdougall, faktor-faktor personallah dengan puluhan insting,yang
dapat menentukan perilaku.
Di bawah ini saya akan menuliskan dengan keseluruhan dari aspek faktor personal, ada atau
tidaknya keterkaitan yang mempengaruhi perilaku manusia ;
1. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan mempengaruhi perilaku manusia secara biologis, di dalam
pembahasan kali ini kita sadari pentingnya memperhatikan pengaruh geologis terhadap
perilaku manusia seperti tampak dalam dua hal berikut.
 Pertama, diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan
manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi, dahulu orang menyebutnya
“insting”, sekarang Desiderato, Howieson, dan Jakson (1976 : 36) menamainya species-
characteristic-behavior. Bercumbu, memberi makan, merawat anak, dan perilaku agresif
adalah contoh-contohnya.
 Kedua, adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim
disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif-motif biologis antara lain
ialah kebutuhan akan makanan minuman dan istirahat (disebut viscerl motives),
kebutuhan seksual, kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit
dan bahaya.
Kaitan dengan analisis vaksinasi pada masyarakat : faktor diatas jika dikaitkan
dengan perilaku manusia terhadap vaksin, tidak terlalu terpengaruhi, karena dari definisi-
definisi faktor biologis sendiri dapat disimpulkan bahwa, faktor biologis merupakan
faktor bawaan dari manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasinya.

2. Faktor Sosiopsikologis
manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang
mempengaruhi perilakunya. Dalam sosiopsikologis diklasifikasikan ke dalam tiga
komponen : afektif, kognitif, dan konatif.
1) Afektif : merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, komponen afektif
terdiri atas motif sosiogenis, sikap, dan emosi.
 Motif sosiogenis : disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif
biologi) kebalikan dari motif biologis bukan bawaan melainkan secara
emosional. Yaitu, sebuah keinginan dan kebutuhan serta motif, keinginan
memperoleh pengalaman baru, keinginan akan rasa aman (W.I.Thomas dan
Florian Znaniecki) kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk pemenuhan
diri (Abraham Maslow), kebutuhan organisme yaitu motif ingin tahu, dan
motif kebebasan (Melvin H.Marx). Itu dia motif sosiogenis menurut para ahli.
 Sikap : sikap konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang
paling banyak didefinisikan, ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis
motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar (Sherif dan Sherif,
1956: 489). Ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan (neiral settings)
sebelum memberikan respon (Allport, 1924).
disimpulkan beberapa hal, pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak,
persepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.
Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi, bukan sekedar
kawan masa lalu tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra
terhadap sesuatu; mengenyampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang
harus dihindari (Sherif dan Sherif,1956: 489). Ketiga, sikap relatif lebih
menetap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung
nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari
pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar titik oleh
karena itu, sikap dapat di teguh atau diubah.
 Emosi : menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala
kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis. Ada empat fungsi emosi
(Coleman dan Hummen, 197:62).

2) Kognitif : aspek intelektual, yaitu berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
Terdiri atas Kepercayaan.
 Kepercayaan : kepercayaan bukan karena hal gaib, tetapi hanya” keyakinan
bahwa sesuatu ‘benar’ atau ‘salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas,
pengalaman, atau intuisi” (Holer, et.al., 1978:48). Jadi, kepercayaan dapat
bersifat rasional atau irasional.
Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan kebutuhan dan kepentingan.
Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang,
banyak kepercayaan kita didasarkan pada pengetahuan yang tidak lengkap.

3) Konatif : aspek volisional, berhubungan dengan kebiasaan dan kemampuan untuk


bertindak.
 Kebiasaan : aspek perilaku manusia yang menetapkan berlangsung secara
otomatis tidak direncanakan. Yaitu hasil kerajinan yang berlangsung pada
waktu yang sama atau sebagai reaksi gas yang di ulangi seseorang berkali-kali.
 Kemauan : kemauan erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang
membersihkan kemaluan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang
untuk mencapai tujuan.
Kaitan faktor Sosiopsikologis dengan analisis vaksinasi pada masyarakat : dari masing-
masing aspek dan juga motif yang terjadi di dalam faktor sosiopsikologis, dapat disimpulkan
bahwa banyak pengaruh yang terjadi terhadap perilaku masyarakat di dalam aspek ini, kita
kaitkan di dalam pandangan masyarakat terhadap vaksinasi, mulai dari :
 Motif sosiogenis : masyarakat jadi mempunyai keinginan akan rasa tahu dan juga
kebutuhan, mana jika dikaitkan keinginan untuk mencari tahu terkait dengan
informasi yang diperoleh terbatas, masyarakat mencari jawaban, mereka sering
menyimpulkan dan menunggu informasi itu terjadi, sebelum mereka menafsirkan
gejala tersebut.
dari hal ini motif sosiogenis bisa terkait dengan perilaku masyarakat di atas, yaitu
masyarakat mengetahui informasi yang didapatkan dan mencari tahu pula jawaban
yang mereka inginkan mengenai vaksinasi.
 Motif sikap : motif sikap sangat terkait dengan masyarakat dalam informasi
komunikasi, yaitu di mana kecenderungan masyarakat untuk bertindak dan
persepsi serta berpikir terhadap pemaknaam vaksinasi, mereka cenderung
menyimpulkan hal-hal yang mereka tahu atau mereka dapatkan langsung, dengan
memberikan dorongan terhadap mereka sehingga beberapa dari masyarakat
menjadi pro dan kontra terhadap vaksinasi. Setelah mereka mendapatkan
pembelajaran mengenai informasi tersebut maupun dari sumber-sumber yang
terbatas, masyarakat jadi bertindak seperti sudah dijelaskan diatas yaitu banyak
dari mereka kontra terhadap vaksinasi.
 Motif emosi : dalam hal ini terkait fungsi emosi yang ketiga, yaitu emosi bukan
saja pembawa informasi dalam komunikasi interpersonal, tetapi juga pembawa
pesan dalam komunikasi interpersonal, yang dipahami secara universal, yaitu
Bagaimana antara komunikator yang memberikan informasi terkait vaksin
terhadap masyarakat, sehingga lebih meyakinkan untuk dipercaya atau tidak dari
masyarakat.
 Kepercayaan : motif kepercayaan sangat berkaitan erat karena disinilah
masyarakat yakinkan bahwa itu benar atau salah, yaitu terhadap objek vaksinasi,
seperti halnya contohnya mereka tidak percaya terhadap vaksinasi karena paskah
dari vaksinasi banyak orang yang meninggal karena sudah divaksin, dan lain
sebagainya, itu semua karena pengetahuan yang mereka dapatkan kurang lengkap,
dan juga jumlah informasi yang dimiliki mereka didasarkan pada pengetahuan
yang tidak, membuat masyarakat bertindak seperti menolak dan juga menyatakan
salah terhadap vaksin.
 Kebiasaan : kebiasaan dari masyarakat jika dikaitkan yaitu kita ambil dari
kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya, suka memakan berita hoax, ya
itu di mana mereka secara tidak langsung sering mengulangi perilaku tersebut
memberikan perilaku yang tidak dapat diramalkan.
 Kemauan : selain itu juga kemauan masyarakat terhadap suatu tujuan yang ingin
mereka capai, yang sudah disebutkan diatas bahwa masyarakat memiliki kemauan
untuk vaksinasi karena mereka sudah mengetahui tujuan dari hal tersebut. Parah
itu masyarakat bisa bertindak.
Itulah beberapa keterkaitan antara aspek-aspek dalam sosial psikologis yang
dikaitkan dengan sistem vaksinasi komunikasi yang terjadi dalam masyarakat.

2 Faktor-faktor Situasional yang mempengaruhi perilaku manusia.


Delgado menyimpulkan bahwa respon otak sangat dipengaruhi oleh “settings” atau suasana
yang melingkupi organisme (Packard, 1978: 45). Kesimpulan Delgona membawa kita kepada
pengaruh situsional terhadap perilaku manusia.
Sampson (1976 : 13-14) merangkumkan seluruh faktor situasional sebagai berikut :
1) Aspek objektif dari lingkungan
a. Faktor ekologis meliputi :
1. Faktor geografis
2. Faktor iklim dan meteorologis
Kamu determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam
mempengaruhi gaya hidup dan perilaku.
b. Faktor desain dan arsitektural
Satu rancangan arsitektur dapat mempengaruhi pola komunikasi di antara orang-orang
yang hidup dalam naungan arsitektural tertentu. Osmond (1958) dan Sommer (1969)
membedakan antara desain bangunan yang mendorong orang untuk berinteraksi
(sosiopetal) dan rancangan bangunan yang menyebabkan orang menghindari interaksi
(sosiofugal).
c. Faktor temporal
pengaruh waktu terhadap bioritme manusia, yaitu konsentrasi dan daya ingat Anda
mencapai puncaknya pada saat tertentu. Satu pesan komunikasi yang disampaikan
pada bagian hari akan memberikan makna yang lain bila disampaikan pada tengah
malam. Jadi, yang mempengaruhi manusia bukan saja di mana mereka berada, tetapi
juga bilamana mereka.
d. Suasana perilaku
Dimaana lingkungan dibaginya ke dalam beberapa satuan yang terpisah yang disebut
suasana perilaku.
e. Faktor teknologi
Pengaruh teknologi terhadap perilaku manusia sudah sering dibicarakan. Revolusi
teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku sosial. Alvin Tofler
melukiskan 3 gelombang peradaban manusia yang terjadi sebagai akibat perubahan
teknologi. Dalam ilmu komunikasi, Marshall McLuhan (1964) menunjukkan bawa
bentuk teknologi komunikasi lebih penting daripada isi media komunikasi. Misalnya,
kelahiran mesin cetak mengubah masyarakat berubah menjadi masyarakat yang
berpikir logis dan individualis.
f. Faktor sosial
sistem peranan yang diterapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan
organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor-faktor sosial yang mengatur perilaku
manusia. Besar kecilnya organisasi akan mempengaruhi jaringan komunikasi dan
sistem pengambilan keputusan. Karakteristik populasi, seperti usia kecerdasan,
mempengaruhi jaringan komunikasi dan sistem pengambilan keputusan, serta
mempengaruhi pola pola perilaku anggota anggota populasi itu. Dari segi komunikasi,
teori penyebaran inovasi (Rogers & Shoemaker 1971) dan teori kritik memperlihatkan
Bagaimana sistem komunikasi sangat dipengaruhi oleh struktur sosial.

2) Lingkungan psikososial seperti dipersepsi oleh kita (iklim organisasi dan kelompok,
dan Ethos dan iklim institusional serta kultural)
Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengajarkan kita, akan
mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu. Lingkungan dalam perspektif kita
lazim disebut sebagai iklim (climate). Dalam organisasi, iklim psikososial menunjukkan
persepsi orang tentang kebebasan individual, keketatan pengawasan, kemungkinan
kemajuan komandan tingkat kekerabatan.

3) Stimulus yang mendorong dan memperteguh perilaku ( orang lain dam situasi
pendorong perilaku)
beberapa peneliti psikologi sosial, seperti Frederiscen Price dan Bouffard (1972), meneliti
kendala situasi yang mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada situasi
yang memberikan rentangan kelayakan perilaku (behavioral appopriatenness).
Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa harus merasa
malu. Sebaliknya, situasi restrictive menghambat orang untuk berperilaku sekehendak
hatinya.

Kaitan faktor situasional terhadap masyarakat yang menerima informasi


Vaksinasi : secara umum faktor faktor situasional juga dapat mempengaruhi personal
dalam melakukan sesuatu atau bertindak sesuatu terhadap lingkungannya. Seperti yang
kita tahu bahwa vaksinasi yang terjadi di dalam lingkungan Indonesia ini mendapatkan
respon yang berbeda-beda di setiap personal. Namun ada juga beberapa faktor yang
terdapat secara umum di masyarakat karena sudah menjadi bagian dari proses dalam
penerimaan vaksinasi saat ini, bebarapa diantaranya yaitu :

 Faktor teknologi : walaupun dikatakan teknologi yang dipentingkan adalah sebuah


bentuk teknologinya, namun juga kelahiran edukasi yang terjadi di dalam
teknologi media sosial ini menjadikan masyarakat terpengaruh dan juga memiliki
persepsi yang berbeda terhadap vaksinasi, ya itu ada yang menerima informasi itu
secara benar atau ada juga menerima informasi dengan salah.
 Faktor sosial : dalam faktor sosial sistem yang ada di dalam nya juga menentukan
Bagaimana masyarakat mengambil keputusan, masyarakat juga hidup ke dalam
kelompok organisasi maupun populasi, mereka pastinya saling bertukar pendapat
mengenai apa yang mereka temukan informasi apa yang mereka dapatkan,
kemudian organisasi tersebut mempengaruhi jaringan komunikasi dan
pengambilan keputusan. Sehingga masyarakat berani untuk bertindak ketika
mereka sudah menemukan tempat di dalam populasi populasi atau orang-orang
yang yang berperilaku sama dalam populasi tersebut.
 Lingkungan psikososial seperti dipersepsi oleh kita : dalam hal ini kita ambil dari
kebebasan individual, kegiatan pengawasan, kemungkinan kemajuan. Faktor ini
dapat menunjukkan bahwa masyarakat juga taat kepada aturan aturan pemerintah,
dan juga melaksanakan aturan tersebut agar merasa diri masyarakat itu merasa
bebas, kemudian mereka secara ketat di awasi oleh pemerintah, untuk melakukan
program vaksinasi ini, jadi ada peraturan di mana mereka harus melaksanakannya,
itulah pengaruh ini dapat dikatakan terkait dengan perilaku masyarakat.
 Stimulus yang mendorong dan memperteguh perilaku : kendala situasi yang
mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Disini situasi yang kita
ambil yaitu Restriktif menghambat orang untuk berperilaku sekehendak hatinya,
jadi masyarakat tidak bisa berlaku seenaknya karena segala hal tentang Covid-19
itu sudah diatur penanggulangan nya dari pemerintah salah satunya program
vaksinasi, masyarakat masyarakat harus menerima untuk divaksinasi karena
situasi yang terjadi harus membuat mereka melaksanakannya.

Dari hal di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya faktor faktor personal juga maupun
situasi yang dapat mempengaruhi perilaku manusia didalam sosial dan lingkungannya,
ketepatan mereka dalam menyatakan bahwa sesuatu itu benar atau salah, dan mempengaruhi
mereka dalam tindakan.
Pengetahuan, persepsi kerentanan, keparahan, manfaat, hambatan, dan isyarat untuk
bertindak berhubungan dengan penerimaan masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19. Faktor
yang dominan berhubungan adalah isyarat untuk bertindak. Diharapkan kepada pemerintah
untuk fokus pada peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 melalui
pesan media massa dan sosialisasi oleh tenaga kesehatan.
SUMBER REFERENSI

Jalaluddin, Rakhmat . 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


PERPRES No. 50 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 99
Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Desease
(COVID-19). Jakarta: Kemenkes RI ; 2020.
Kemenkes RI. Data Sebaran COVID-19 di Indonesia 2020. Jakarta: [Internet]. 2021 [cited 9
September 2021]. Available from: https://covid19.go.id
Vaksinasi covid 19 dan kebijakan negara, perspektif ekonomi politik Idil Akbar Universitas
Padjadajaran, Bandung, Indonesia Email: idil.akbar@unpad.ac.id
https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/23/160000023/keraguan-pada-vaksin-covid-19-
bagaimana-masyarakat-harus-bersikap
https://www.suara.com/health/2021/02/01/105121/masyarakat-indonesia-tengah-alami-
fenomena-vaccine-hesitancy-apa-itu

Anda mungkin juga menyukai