Anda di halaman 1dari 7

3 M MENJADI 5 M DITAMBAH VAKSINASI

PUTRI AISYAH RAHMANIA

P1337420620052

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

KELAS ALIH JENJANG

2021
PENDAHULUAN

Coronavirus Disease 2019 muncul pertama kali di kota Wuhan, China


yang sampai sekarang sudah menginfeksi lebih dari 30 juta umat manusia di
belahan bumi ini. Menakjubkan, kejadian yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya. Satu tahun berlalu pandemi COVID-19 berlabuh di negara kita,
Indonesia. Waktu yang tidak lama untuk dapat memulihkan kondisi masyarakat
seperti biasanya, sebelumnya yang hanya diingatkan untuk 3 M kini menjadi 5 M.
Rutin mencuti tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan
mengurangi mobilitas.

Pada masa awal pandemi COVID-19, grafik perkembangan kasus aktif


dan kematian di Indonesia menunjukkan peningkatan tajam. Pemerintah berupaya
sangat cepat untuk menangani kasus tersebut dengan dibantu oleh masyarakatnya
sehingga angka mortilitas dan angka morbiditas kini berangsur membaik. Salah
satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah vaksinasi. Per 13
Januari 2021, vaksinasi sudah mulai berjalan dan terbukti data terakhir pada
minggu ini penambahan kasus COVID-19 menurun sebesar 14,2 % (Wiku dalam
konferensi pers BNPB Jumat (16/4/2021).

Vaksinasi masih menjadi salah satu perbincangan dengan intensitas cukup


tinggi di media sosial. Cuitan terkait vaksin untuk penanganan kasus COVID-19
meningkat seiring perkembangan kebijakan dari pemerintah. Hal tersebut
menjadikan masyarakat menjadi takut untuk diberikan vaksin, di mana banyak
masyarakat yang beranggapan bahwa vaksin tersebut belum teruji klinis dan dapat
memberikan efek samping yang sangat membahayakan bagi dirinya baik setelah
diberikan vaksin atau di masa mendatang.
ISI

Menurut data dari instagram @kemenkes_ri per 18 April 2021, kasus


COVID-19 yang mengalami kesembuhan lebih banyak dari yang positif. Bukti
nyata bahwa dengan menerapkan 5 M ditambah dengan vaksinasi dapat
memberikan dampak perubahan yang sebelumnya kasus tersebut sangat aktif
menjadi sedikit pasif. Salah satu vaksin yang diberlakukan di Indonesia adalah
vaksin sinovac.

Perlu diketahui, tujuan dari vaksinasi COVID-19 adalah menurunkan


kesakitan dan kematian akibat virus tersebut, mencapai kekebalan kelompok (herd
immunity) untuk mencegah penularan dan melindungi esehatan masyarakat.
Pemerintah Indonesia sudah menetapkan bahwa vaksin yang diproses adalah
vaksin yang efektif, halal dan aman.

Efikasi kandidat vaksin pada awalnya yaitu vaksin dengan nama Pfizer
(efikasi primer 95 %), moderna (efikasi primer 94,5 %), oxford atau astrazeneca
(uji klinis masih berlangsung, data sementara masih menunjukkan 62-90 %),
novavax (data belum ada) dan terakhir adalah sinovac (Turki 91,25 %, Brazil 78
% serta Indonesia 65,3 %) (Marwan, 2021).

Rekomendasi WHO terkait efikasi vaksin yaitu “the primary efficacy


endpoint estimate should be at least 50 %”, sehingga pemerintah Indonesia
memilih vaksin sinovac yang telah teruji klinis di Turki dan Brazil dengan hasil >
50 %. Berdasarkan uji klinis terhadap 1.600 relawan di Bandung, didapatkan efek
samping ringan-sedang dengan prosentase < 1 %, evaluasi zero positive dengan
kesimpulan efikasi 65,3 % (Marwan, 2021).

Pada hari Senin, 11 Januari 2021. Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) memberikan persetujuan dalam kondisi emergency (EUA) untuk vaksin
COVID-19 yang pertama kali kepada vaksin CoronaVac produksi Sinovac
Biotech Inc yang bekerjasama dengan PT. Biofarma. Presiden Joko Widodo
menjadi orang pertama yang diberikan vaksin tersebut pada 13 Januari 2021.
Masalah lain terkait vaksin sinovac kembali bermunculan di beberapa
sosial media atau platform chat. Banyak masyarakat yang meneruskan pesan
tentang efek samping dari vaksin tersebut seperti kejang bahkan kelumpuhan
bagian tubuh sehingga mengakibatkan masyarakat yang tadinya berkenan untuk
melakukan vaksinasi menjadi ketakutan.

Vaksin yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentu saja vaksin yang sudah
benar teruji klinis, bukan hanya sekedar vaksin abal-abal. Sinovac ini memiliki
efikasi 65,3 % yang dapat mengurangi risiko terinfeksi COVID-19 dari yang tidak
tervaksinasi. Orang yang tidak divaksinasi sinovac berisiko terinfeksi COVID-19
3x lebih tinggi daripada risiko orang yang divaksinasi (Marwan, 2021).

Sinovac teruji klinis, aman dengan efek samping local seperti nyeri, iritasi,
bengkak dan kemerahan (merupakan efek samping dari semua jenis vaksin) dan
efek samping sistemik seperti nyeri otot, nyeri sendi, kelelahan, demam dan sakit
kepala. Hal tersebut tidak terjadi pada uji klinis 1 dan 2 di China, tidak ada efek
samping yang mengancam nyawa setelah pemberian vaksin sinovac (Marwan,
2021).

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang vaksinasi COVID-19 ini


menjadikan stigma negatif untuk melakukan vaksinasi. Perlu diketahui bahwa
vaksinasi tidak akan diberikan pada orang yang memiliki tekanan darah diatas
sama dengan 140/90 mmHg, pernah menderita COVID-19, sedang hamil atau
menyusui, gejala infeksi saluran pernafasan akut dalam 7 hari terakhir, penyakit
jantung, penyakit auto imun, penyakit ginjal, penyakit saluran pencernaan kronis,
penyakit kanker maupun kelainan darah. Vaksinasi ditunda jika pada saat
pemeriksaan sebelum vaksin suhu tubuh lebih dari sama dengan 37,5oC.

Banyak masyarakat yang mengatakan takut untuk diberikan vaksin


sinovac tersebut karena dibeli dari China, tidak halal dan sangat memberikan efek
samping yang membahayakan. Padahal hal tersebut tidak akan pernah terjadi jika
masyarakat mengetahui tentang vaksinasi dan mematuhi pemeriksaan yang
dilakukan sebelum diberikan vaksin untuk mengurangi risiko terinfeksi COVID-
19.
Untuk saat ini, vaksinasi sudah mulai diberikan kepada lanjut usia. Usia
lanjut sangat rentan terinfeksi virus ini, sehingga pemerintah Indonesia
memberikan waktu untuk masyarakat dengan kategori lanjut usia diberikan vaksin
sinovac.
PENUTUP

Indonesia menjadi salah satu negara yang terinfeksi COVID-19. Pada awal
masuknya virus tersebut, peningkatannya sangat tinggi dan cepat. Setelah bekerja
sama antara masyarakat dengan pemerintah serta tenaga kesehatan, perkembangan
kasusnya mulai menurun. Vaksinasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah Indonesia untuk mengurangi risiko terinfeksi COVID-19. Vaksin yang
diberlakukan di Indonesia adalah vaksin sinovac dengan efikasi 65,3 % dan telah
disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Vaksin yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentu saja vaksin yang sudah
benar teruji klinis, bukan hanya sekedar vaksin abal-abal. Sinovac ini memiliki
efikasi 65,3 % yang dapat mengurangi risiko terinfeksi COVID-19 dari yang tidak
tervaksinasi. Orang yang tidak divaksinasi sinovac berisiko terinfeksi COVID-19
3x lebih tinggi daripada risiko orang yang divaksinasi

Vaksinasi diharapkan dapat memicu herd immunity, sehingga angka


infeksi COVID-19 dapat berkurang. Walaupun sudah mendapatkan vaksinasi,
rutin mencuti tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan
mengurangi mobilitas jangan sampai menjadi terlupakan.

Perlunya pendidikan kesehatan atau pemberian edukasi tentang vaksin


untuk mengurangi infeksi COVID-19 ini kepada masyarakat di Indonesia sangat
penting dengan bertujuan untuk menghentikan stigma negatif tentang vaksinasi
COVID-19, sehingga dapat meminalisir kejadian penolakan untuk melakukan
vaksinasi.

Dapat disimpulkan bahwa vaksinasi merupakan solusi jitu untuk


menangani pandemic COVID-19 yang masih terjadi di negara Indonesia
khusunya dan berbagai negara pada umumnya.
LAMPIRAN

Marwan. 2021. Peran Vaksin dalam Penanganan Pandemi C19. Smf Pulmonologi
Dan Kedokteran Respirasi Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman – Rsu A.W Sjahranie Samarinda

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5534558/kasus-covid-19-menurun-
corona-di-ri-sudah-lewati-puncaknya-desember-2020

Anda mungkin juga menyukai