Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGU KE-8 KOMUNIKASI EFEKTIF

Ghina Khalaida Wijaya (J0301201108)


Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Program Studi Komunikasi
Kelas : A(P1)
i.RINGKASAN

Vaksin virus Covid-19 sudah tiba di Indonesia , Pemerintah mewajibkan seluruh


masyarakat Indonesia untuk melakukan vaksin virus Covid-19 agar terhindar dan
memutus rantai penyebaran virus tersebut . Kementerian Kesehatan pun juga
memastikan bahwa proses imunisasi Covid-19 untuk tahap pertama akan dilakukan
pada akhir November 2020. Namun harga vaksin tersebut dikonfirmasi mempunyai
kisaran harga lima sampai duapuluh dolar kurang lebih 75 ribu rupiah hingga 300
ribu rupiah jika dirupiahkan . Prof.Chairul Anwar Nidom sebagai ketua tim riset &
formulasi vaksin PNF berpendapat bahwa wabah pandemic Covid-19 belum
mempunyai literaturnya , vaksin yang sudah tersedia kemungkinan hanya 50 %
mengalami keberhasilan dan 50% mengalami kegagalan pada sebuah uji klinis
vaksin tersebut . Vaksin virus SARS yang sudah dicipitakan selama 12 tahun yang
lalu dan dicipitakan oleh produsen yang sama dengan vaksin Covid-19 hingga
sekarang belum sepenuhnya berhasil bahkan dikatakan gagal ,vaksin SARS sendiri
mempunyai kemiripan sekitar 80% dengan vaksin Covid-19 , ia juga mengatakan
bahwa preklinis vaksin covid-19 yang sudah disuntikan pada kera sebagai bahan
penelitian tidak terdapat atau menunjukan efek ADE (Antibody dependent
enchancement) , ADE sendiri merupakan suatu strategi virus untuk menghindari
jebakan anti body dari vaksin atau dari infeksi alam . Pada waktu disuntikannya
vaksin atau dilakukan nya ujicoba preklinis pada kera justru terjadi kerusakan yang
cukup parah pada paru-paru kera tersebut , sehingga dikatakan bahwa SARS
mempunyai motif ADE yangmana jika terjadi pada manusia seharusnya masuk
kedalam saluran pernafasan tetapi justru masuk kedalam makrovag ,magrovag
sendiri berfungsi sebagai respon imun pada tubuh manusia , sehingga akan
menimbulkan infeksi yang lebih parah danlebih ganas lagi dan dapat dikatakan
bahwa jika vaksin tersebut disuntikan pada manusia justru membahayakan dan
dampak Covid-19 pada tubuh semakin parah . Sementara Prof.Kusnanri Rusmil
sebagai ketua tim riset uji klinis vaksin Covid-19 Universitas Padjajaran
mengatakan bahwa , proses penelitian vaksin Covid-19 sudah dilaksanakan di
wuhan dan sudah melewati tahap fase 1 dan fase 2 . Bahkan sebelum memasuki
tahap fase 1 sudah dilakukannya fase preclinical triall , dimana pada virus Covid-
19 diuji coba dan dimasukan pada vaksin yang kemudian disuntikan pada hewan
secara intravena dan sudah diperiksa menggunakan microskop justru tidak terjadi
gangguan yang serius , kelainan-kelaninan pada hewan tersebut dan tidak terjadi
perubahan yang serius antara sebelum disuntik dan setelah disuntik . Prof.Kusnanri
juga mengatakan bahwa ia baru selesai meneliti dan memberikan laporan akhirnya
terkait vaksin Covid-19 ini pada bulan Maret 2021 dan baru akan didistribusikan
pada bulan April 2021 mendatang jika tidak terjadi kendala . Netty Prsasetiyani
Heryawan sebagai Anggota Komisi IX DPR/FRAKSI PKS juga mengemukakan
pendapatnya sebagai wakil suara rakyat ia mengatakan bahwa vaksin virus Covid-
19 bukan suatu komoditas dan juga bukan sesuatu yang tidak bisa dibuka secara
transparan pada masyarakat . Bu Netty juga mengatakan bahwa seharusnya
pemerintah sebagai orang yang dipilih oleh rakyat dan kemudian mewakili rakyat
harus menjelaskan secara jujur dan transparan (terbuka) ,seperti apa proses atau
upaya diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai negara .

ii.Sikap Para Ilmuan dalam memotivasi masyarakat.

Presiden sudah mengumumkan terkait hadirnya vaksin COVID-19 yang akan


diberikan pada masyarakat Indonesia secara gratis . Untuk memutus rantai
penyebaran virus COVID-19 sendiri masyarakat diwajibkan untuk melakukan
vaksinasi COVID-19 .Namun kegiatan program vaksinasi COVID-19 masih
menjadi pro kontra dikalangan masyarakat , ditambahlagi dengan isu isu yang
menyebar luas dengan segala akibatnya jika melakukan vaksinasi . Menurut
Prof.Tjandra Yoga Aditama sebagai guru besar paru FKUI, sekaligus mantan
Direktur WHO SEARO dan mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes mengatakan
bahwa terdapat lima cara pendekatan yang bisa dilakukan disuatu negara agar
memotivasi masyarakat supaya mau menerima dan bersedia melakukan vaksinasi
COVID-19 . Pendekatan awal atau langkah pertama dengan memulai dan
mendengar sekaligus memahami suara rakyat yang akan divaksin dengan cara
menganalisis data sosial prilaku masyarakat yang bersedia atau tidaknya divaksin .
Kemudian membuat desain pendekatan secara sosiologis, komunikasi dan
psikologis terhadap masyarakat sesuai dengan pola social dan prilaku yang dimiliki
masyarakat itu sendiri . Tahap ketiga adalah berupaya untuk membangun rasa
kepercayaan rakyat dan penerimaan vaksin melalui peran aktif dan peran
masyarakat yang terlibat melalui lembaga swadaya asyarakat (LSM) . pendekatan
tersebut harus dilakukan secara seimbang dan bersifat transparan ,agar masyarakat
dapat mengetahui seperti apa proses dari vaksinasi tersebut . Dan pendekatan yang
keempat dengan melakukan penyuluhan kepada petugas kesehatan,sebagai seorang
petugas kesehatan perlu dibekali tingkat pemahaman yang tinggi dan kemampuan
berkomunikasi yang efektif sehingga masyarakat dapat menerima dan memahami
pesan tersebut dengan baik , dengan adanya penyuluhan tersebut petugas kesehatan
akan mendapatkan pemahaman yang lebih jauh lagi tentang vaksin yang akan
didistribusikan kepada masyarakat . Para petugas harus yakin terkait segala aspek
vaksin sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya sebagai pemberi vaksin .
Tahap pendekatan yang terakhir adalah membangun KIPI atau sistem deteksi dan
pelaporan efeksamping yang mungkin terjadi . Sebagai penanggung jawab vaksin
harus sigap mengantisipasi dan siap mengatasi berbagai masalah jika ada masalah
yang terjadi pada saat proses vaksinasi .Namun jika penanggung jawab vaksin
terlambat dalam mengatasi atau cara penanggulannya lambat ,akan menyebabkan
kurangnya rasa percaya bagi masyarakat itu sendiri .sehingga akan memperlambat
atau menghambat proses keberhasilan program vaksinasi . Dari kelima pendekatan
tersebut harus dilakukan dengan persiapan yang matang , tersistem dan termonitor
dengan baik ,sehingga program vaksinasi COVID-19 akan berjalan dengan lancar
tanpa hambatan .

iii.Pembahasan teori Abraham Maslow

Abraham Maslow beranggapan bahwa kebutuhan ditingkat terendah harus lebih


dulu dipenuhi sebelum kebutuhan ditingkat yang lebih tinggi dan manusia tidak
akan bisa memenuhi kebutuhan yang besar jika kebutuhan yang kecil belum
terpenuhi . Jika dikaitkan dengan vaksinasi COVID-19 terdapat salah satu tingkat
kebutuhan dari teori Abraham Maslow , yaitu kebutuhan rasa aman , dimana
masyarakat akan merasa aman dari segi fisik , stabilitas ,takut, cemas, penyakit
hingga perlindungan dan kebebasan dari berbagai ancaman lainnya .Menurut
Maslow orang yang tidak merasa dirinya aman akan mempunyai tingkah laku
seperti orang yang memiliki ancaman besar yang akan menyerang pada dirinya,
orang yang merasa dirinya tidak aman akan secara otomatis mencari kestabilan
hingga akan berusaha keras untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan .
Begitupula dengan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 . Sebagian masyarakat akan
merasa dirinya aman jika ia melakukan vaksinasi COVID-19, karena mereka
beranggapan jika ia melakukan vaksinasi COVID-19 ia akan mendapatkan
kebebasan dari virus tersebut dan hilangnya rasa cemas dan takut pada dirinya
.Namun sebagian besar masyarakat lainnya juga merasakan bahwa dirinya tidak
aman jika melakukan vaksinasi COVID-19 , mereka khawatir jika vaksin tersebut
justu akan berbahaya dan menyebabkan hal-hal yang tida diinginkan pada dirinya
.

Anda mungkin juga menyukai