Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM TERHADAP

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN


HIV DAN AIDS DARI IBU KE ANAK (PPIA)
DI PUSKESMAS SIDOMULYO

OLEH
ANISA FITRI HANDANI
2215201074

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS FORT THE KOCK BUKITTINGGI
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune

Deficiency Syndrome (AIDS) adalah masalah utama dalam pencapaian Sustainable

Development Goals (SDGs) pada indikator tujuan ketiga. Hal ini dikarenakan HIV

membawa dampak yang merusak, bukan hanya terhadap kesehatan masyarakat,

namun juga dunia hingga pernegara (WHO, 2020).

Epidemi kasus HIV/AIDS merupakan permasalahan global, yang selalu mengalami

peningkatan setiap tahun. Estimasi 37,3 (30,2- 45,1) juta penduduk di dunia telah

terinfeksi HIV, dengan jumlah 1,5(1,0-2,0) juta orang terinfeksi tiap tahunnya dan

680.000 (480.000 – 1 juta) orang telah meninggal akibat HIV/AIDS (UNAIDS,

2020). Meskipun cenderung fluktuatif, data kasus HIV/AIDS di Indonesia terus

meningkat dari tahun ke tahun, dalam kurun sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV

di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus

sedangkan kasus AIDS di tahun 2019 sebanyak 7.036 kasus (Ditjen P2P, 2019).

Proporsi kasus HIV-AIDS pada perempuan dalam periode 6 (enam) tahun terakhir

mengalami peningkatan sebesar 33% pada kelompok umur 25-49 tahun (Kemenkes

RI, 2020).

Seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman,

dan menularkan kepada pasangan seksualnya sehingga menyebabkan jumlah perempuan yang

terinfeksi HIV semakin meningkat. HIV/AIDS merupakan penyebabutama kematian perempuan

usia reproduksi di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. Ibu hamil merupakan

kelompok berisiko tertular HIV. Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu dan

bayinya. Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan dari ibu

ke anak atau mother- to child HIV transmission (MTCT) selama kehamilan, persalinan dan

menyusui (Kemenkes RI, 2013).


Pencegahan HIV ke bayi yang dilakukan ibu merupakan salah satu luaran

upaya pemerintah dalam program penghindaran dan evaluasi kasus HIV dan

AIDS untuk mempercepat penurunan morbiditas dan mortalitas.

Upaya kegiatan penanggulangan HIV/AIDS dilakukan sebagai upaya

meningkatkan pengetahuan yang benar dan komprehensif mengenai

pencegahan penularan HIV/AIDS, menghilangkan stigma dan diskriminasi

melalui promosi kesehatan. Salah satu promosi kesehatan yang terintegrasi

pada pelayanan kesehatan yaitu pemeriksaan asuhan antenatal (Permenkes RI,

2013). Promosi kesehatan merupakan pendekatan untuk meningkatkan

kemauan dan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan. Penggunaan metode dan media promosi harus sesuai dan mudah

diterima oleh sasaran (Notoatmojo, 2010)

Indonesia telah melakukan program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu

ke Anak (PPIA) atau Prevention of Mother to Child HIV Transmission

(PMTCT), yang berarti mencegah penularan HIV dari ibu ke anak dan

mengurangi dampak wabah HIV pada ibu dan bayi. Panduan dan tes HIV

mencegah penularan dari ibu ke anak. Sesuai anjuran dari WHO pada dasarnya

semua ibu hamil harus ditawarkan untuk melakukan tes HIV (Kemenkes RI,

2013).

Menurut Suiraoka & Supariasa (2012) metode pendidikan kesehatan dapat


disampaikan melalui metode ceramah, diskusi kelompok, diskusi panel, curah
pendapat, demonstrasi, bola salju, bermain peran dan permainan simulasi, media
yang digunakan yaitu media sosial dan media visual. Salah satu keuntungan
diberikannya materi edukasi melalui media sosial adalah aksesibilitas yang tinggi
dalam waktu dan tempat, responden dapat mengakses berulangkali informasi
tersebut kapanpun dan dimanapun ia berada (Amichai-Hamburger, 2013). Media
sosial yang digunakan untuk pendidikan kesehatan pada penelitian ini adalah
aplikasi instagram. Jenis media sosial yang paling banyak digunakan pada remaja
sebagian besar adalah Instagram (38,8%), Whatsapp (35,9%), serta Facebook
(24,1%) (Muntamah dan Ismiryam, 2019).
Survey awal yang dilakukan peneliti di Puskesmas Sidomulyo merupakan
salah satu puskesmas yang terdapat di wilayah Kota Pekanbaru. Berdasarkan latar
belakang tersebut peneliti ingin mengetahui " Pengaruh penggunaan media sosial
instagram terhadap pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan penularan hiv dan
aids dari ibu ke anak (ppia) Di puskesmas sidomulyo Kota Pekanbaru.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pengaruh Media Sosial

Instagram terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pencegahan Penularan

HIV Ibu ke Anak (PPIA) ?

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Media Sosial Instagram terhadap

Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pencegahan Penularan HIV Ibu ke Anak

(PPIA) di Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang

Pencegahan Penularan Ibu Ke Anak (PPIA) di Puskesmas Sidomulyo

b. Untuk mengetahui distribusi pemanfaatan sosial media instagram

terhadap pengetahuan ibu hamil diPuskesmas Sidomulyo

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang

Pencegahan Penularan Ibu Ke Anak (PPIA) dengan pemanfaatan

sosial media instagram


d. Untuk mengetahui hubungan antara sosial media instagram terhadap

pengetahuan ibu hamil tentang Pencegahan Penularan Ibu Ke Anak

(PPIA)

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengetahuan ibu hamil

tentang Pencegahan Penularan Ibu Ke Anak (PPIA) dengan Pemanfaatan

Pemanfaatan sosial media instagram..

1.3.2 Bagi Masyarakat

Memberikan wawasan masyarakat khususnya bagi ibu hamil tentang

Pencegahan Penularan Ibu Ke Anak (PPIA) dengan Pemanfaatan

Pemanfaatan sosial media instagram...

1.3.3 Bagi Instansi

Menambah bahan ajar kepustakaan di lingkungan kampus Universitas

Fort The Kock Bukittinggi.

1.3.4 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber literasi untuk penelitian


lebih lanjut yang berkaitan dengan HIV dan AIDS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. HIV
1. Pengertian
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu spektrum penyakit
yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh yang meliputi infeksi primer, dengan atau
tanpa sindrom akut, stadium asimtomatik, hingga stadium lanjut. HIV sendiri adalah
virus sitopatik, termasuk dalam famili Retroviridae, dan sel targetnya adalah sel yang
mampu mengekspresikan reseptor spesifik CD4 yang kebanyakan terlibat dalam sistem
imun manusia, sehingga manifestasinya meskipun beragam pada akhirnya hadir sebagai
infeksi sekunder/oportunistik akibat tertekannya sistem imun oleh karena infeksi virus
pada tahap lanjut (Hidayati, 2020). HIV adalah virus sitopatik diklasifikasi- kan dalam
famili Retroviridae, subfamili Lentivirinae, genus Lentivirus. Berdasar strukturnya HIV
termasuk famili retrovirus, termasuk virus RNA dengan berat molekul 9.7 kb (kilobases)
(Nasronudin, 2020).

2. Tanda dan Gejala HIV


Menurut Hidayati (2020), Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan
tanda atau gejala tertentu. Dalam perjalanannya, infeksi HIV dapat melalui 3 fase klinis.
a. Tahap 1: Infeksi Akut
Dalam 2 hingga 6 minggu setelah terinfeksi HIV, seseorang mungkin
mengalami penyakit seperti flu, yang dapat berlangsung selama beberapa minggu.
Ini adalah respons alami tubuh terhadap infeksi. Setelah HIV menginfeksi sel target,
yang terjadi adalah proses replikasi yang menghasilkan berjuta-juta virus baru
(virion), terjadi viremia yang memicu sindrom infeksi akut dengan gejala yang
mirip sindrom semacam flu. Gejala yang terjadi dapat berupa demam, nyeri
menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, nyeri otot, dan sendi
atau batuk.
b. Tahap 2: Infeksi Laten
Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi asimtomatik (tanpa gejala), yang
umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Pembentukan respons imun spesifik HIV
dan terperangkapnya virus dalam sel dendritik folikuler di pusat

5
6

germinativum kelenjar limfe menyebabkan virion dapat dikendalikan, gejala hilang


dan mulai memasuki fase laten. Meskipun pada fase ini virion di plasma menurun,
replikasi tetap terjadi di dalam kelenjar limfe dan jumlah limfosit T-CD4perlahan
menurun walaupun belum menunjukkan gejala (asimtomatis). Beberapa pasien
dapat menderita sarkoma Kaposi's, Herpes zoster, Herpes simpleks, sinusitis
bakterial, atau pneumonia yang mungkin tidak berlangsung lama.
c. Tahap 3: Infeksi Kronis
Sekelompok kecil orang dapat menunjukkan perjalanan penyakit amat cepat
dalam 2 tahun, dan ada pula yang perjalanannya lambat (non- progressor). Akibat
replikasi virus yang diikuti kerusakan dan kematian sel dendritik folikuler karena
banyaknya virus, fungsi kelenjar limfe sebagai perangkap virus menurun dan virus
dicurahkan ke dalam darah. Saat ini terjadi, respons imun sudah tidak mampu
meredam jumlah virion yang berlebihan tersebut. Limfosit T-CD4 semakin tertekan
oleh karena intervensi HIV yang semakin banyak, dan jumlahnya dapat menurun
hingga di bawah 200 sel/mm. Penurunan limfosit T inimengakibatkan sistem imun
menurun dan pasien semakin rentan terhadap berbagai penyakit infeksi sekunder,
dan akhirnya pasien jatuh pada kondisi AIDS.
Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai
menampakkan gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan menurun,
demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberkulosis,
infeksi jamur, herpes, dan lain-lain. Sekitar 50% dari semua orang yang terinfeksi
HIV, 50% berkembang masuk dalam tahap AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13
tahun, hampir semua menunjukkan gejala AIDS, kemudian meninggal.
Gejala dan klinis yang patut diduga infeksi HIV adalah sebagai berikut :
a. Keadaan umum, yakni kehilangan berat badan > 10% dari berat badan dasar; demam
(terus menerus atau intermiten, temperatur oral > 37,5) yang lebih dari satu bulan;
diare (terus menerus atau intermiten) yang lebih dari satu bulan; limfadenopati
meluas.
b. Kulit, yaitu didapatkan pruritic papular eruption dan kulit kering yang luas;
merupakan dugaan kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan kulit seperti genital warts,
folikulitis, dan psoriasis sering terjadi pada ODHA tapi tidak selalu terkait dengan
HIV.
c. Infeksi jamur dengan ditemukan kandidiasis oral; dermatitis seboroik; atau
kandidiasis vagina berulang.
7

d. Infeksi viral dengan ditemukan herpes zoster (berulang atau melibatkan lebih dari
satu dermatom); herpes genital berulang; moluskum kontangiosum; atau kondiloma.
e. Gangguan pernapasan dapat berupa batuk lebih dari satu bulan; sesak napas;
tuberkulosis; pneumonia berulang sinusitis kronis atau berulang.
f. Gejala neurologis dapat berupa nyeri kepala yang semakin parah (terus menerus dan
tidak jelas penyebabnya); kejang demam; atau menurunnya fungsi kognitif.

3. Penyebab HIV
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen,
dan sekret vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama HIV adalah
limfosit CD 4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4.
Virus ini akan mengubah informasi genetiknya ke dalam bentuk yang terintegrasi di
dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya, yaitu merubah bentuk RNA
(ribonucleic acid) menjadi DNA (deoxyribonucleic acid) menggunakan enzim reverse
transcriptase. DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes dan
selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus. Setiap kali sel yang dimasuki
retrovirus membelah diri, informasi genetik virus juga ikut diturunkan.
Cepat lamanya waktu seseorang yang terinfeksi HIV mengembangkan AIDS
dapat bervariasi antar individu. Dibiarkan tanpa pengobatan, mayoritas orang yang
terinfeksi HIV akan mengembangkan tanda-tanda penyakit terkait HIV dalam 5-10
tahun, meskipun ini bisa lebih pendek. Waktu antara mendapatkan HIV dan diagnosis
AIDS biasanya antara 10–15 tahun, tetapi terkadang lebih lama. Terapi antiretroviral
(ART) dapat memperlambat perkembangan penyakit dengan mencegah virus
bereplikasi dan oleh karena itu mengurangi jumlah virus dalam darah orang yang
terinfeksi (dikenal sebagai 'viral load') (Damayanti, 2019).

4. Kelompok Risiko HIV


Menurut UNAIDS (2017), kelompok risiko tertular HIV sebagai berikut:
a. Pengguna napza suntik: menggunakan jarum secara bergantian
b. Pekerja seks dan pelanggan mereka: keterbatasan pendidikan dan peluang untuk
kehidupan yang layak memaksa mereka menjadi pekerja seks
c. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki
d. Narapidana
8

e. Pelaut dan pekerja di sektor transportasi


f. Pekerja boro (migrant worker): melakukan hubungan seksual berisiko seperti
kekerasan seksual, hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV tanpa
pelindung, mendatangi lokalisasi/komplek PSK dan membeli seks (Ernawati, 2016).

5. Penularan HIV
Menurut Damayanti (2019), penularan HIV adalah sebagai berikut :
a. Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang telah
terpapar HIV.
b. Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.
c. Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan pisau cukur
yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara bersama - sama
dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang terinfeksi HIV. Cara -
cara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak darah.
d. Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya
1) Antenatal : saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui plasenta.
2) Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan
vagina.
3) Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu.
Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah
terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang
tertular HIV tertular dari ibunya.

6. Pencegahan HIV/AIDS
Lima cara untuk mencegah penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE”
sebagai berikut (Damayanti, 2019) :
a. A (Abstinence) : artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi
yang belum menikah.
b. B (Be faithful) : artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak
berganti-ganti pasangan).
c. C (Condom) : artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.
d. D (Drug No) : artinya Dilarang menggunakan narkoba.
9

e. E (Education) : artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai


HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.
Semua orang tanpa kecuali dapat tertular, sehingga remaja yang melakukan
hubungan seks tidak aman, berisiko IMS karena dapat memperbesar risiko penularan
HIV/AIDS. Bagi remaja dapat melakukan pencegahan HIV, yaitu :
a. Mencari informasi yang lengkap dan benar yang berkaitan dengan HIV/AIDS.
b. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami remaja dalam
hal ini tentang masalah perilaku seksual dengan orang tua, guru, teman maupun
orang yang memang paham mengenai hal tersebut.
c. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang dan jarum suntik, tato dan tindik.
d. Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang yang sudah
terpapar HIV.
e. Menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan
tidak bertanggungjawab

7. Pengobatan HIV
HIV/AIDS belum dapat disembuhkan Sampai saat ini belum ada obat-obatan
yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh individu. Ada beberapa kasus yang
menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat disembuhkan. Setelah diteliti lebih lanjut,
pengobatannya tidak dilakukan dengan standar medis, tetapi dengan pengobatan
alternatif atau pengobatan lainnya. Obat-obat yang selama inidigunakan berfungsi
menahan perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh, bukan menghilangkan HIV dari
dalam tubuh. Obat-obatan ARV sudah dipasarkan secara umum, untuk obat generik.
Namun tidak semua orang yang HIV positif sudah membutuhkan obat ARV, ada
kriteria khusus. Meskipun semakin hari makin banyak individu yang dinyatakan
positif HIV, namun sampai saat ini belum ada informasi adanya obat yang dapat
menyembuhkan HIV/AIDS. Bahkan sampai sekarang belum ada perkiraan resmi
mengenai kapan obat yang dapat menyembuhkan AIDS atau vaksin yang dapat
mencegah AIDS ditemukan.
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada
adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat yang
dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan
virus. Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine,
Stavudine. Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan
10

untuk penyakit yang muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan tubuh. Yang
terpenting untuk pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat sesuai jenis
penyakitnya, contoh : obat-obat anti TBC (Damayanti, 2019).

B. AIDS
1. Pengertian AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dapat diartikan sebagai
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV, dan merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Hidayati,
2020). AIDS muncul setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh selama
lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem imun yang lemah tidak dapat memenuhi
perannya untuk melawan infeksi sehingga mendapatkan berbagai infeksi
oportunistik (Ardhiyanti, dkk, 2015). AIDS sampai saat ini belum bisa disembuhkan.
Penderita AIDS juga memerlukan pengobatan antiretroviral (ARV) untuk mencegah
terjadinya infeksi oportunistik semakin parah (Kemenkes RI, 2019).

2. Tanda dan Gejala AIDS


Menurut Tiyasari (2018), tanda dan gejala AIDS adalah :
a. Keringat yang berlebihan pada waktu malam
b. Diare terus menerus
c. Pembengkakan kelenjar getah bening
d. Flu yang tidak sembuh-sembuh
e. Nafsu makan berkurang
f. Badan menjadi lemah
g. Berat badan terus berkurang.

3. Fase sebelum AIDS


Menurut Tiyasari (2018), fase sebelum AIDS sebagai berikut :
a. Fase 1
Umur infeksi 1-6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar
dan terinfeksi. Tapi, ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes
darah. Pada fase ini antibodi terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan
sembuh sendiri).
11

b. Fase 2
Umur infeksi yaitu 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua
ini individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat
menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala-gejala ringan,
seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit. Belum disebut sebagai gejala
AIDS. Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada
waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu
yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah,
serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh
mulai berkurang.
d. Fase 4
AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang
dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan
infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru-paru yang menyebabkan radang
paru-paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau
sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu- minggu,
dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.

4. Komplikasi HIV/AIDS
Adapun komplikasi AIDS menurut Liana (2019) yaitu :
a. Kanker
Penderita AIDS dapat terkena penyakit kanker dengan mudah. Jenis
kanker yang biasanya muncul yaitu kanker paru-paru, ginjal, limfoma, dan
sarkoma Kaposi.
b. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi paling umum yang muncul pada
penderita AIDS. Penderita AIDS sangat rentan terkena virus. TBC biasanya
menjadi penyebab utama kematian penderita AIDS.
c. Sitomegalovirus
Sitomegalovirus adalah virus herpes yang biasanya ditularkan dalam
bentuk cairan tubuh seperti air liur, darah, urin, air mani, dan air susu ibu. Sistem
kekebalan tubuh yang sehat akan membuat virus tidak aktif, penderita
12

AIDS memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga virus dapat dengan
mudah menjadi aktif. Sitomegalovirus dapat menyebabkan kerusakan pada mata,
saluran pencernaan, paru-paru atau organ lain.
d. Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi yang juga sering terjadi akibat HIV danAIDS.
Kondisi ini menyebabkan peradangan pada lapisan putih dan tebal pada selaput
lendir mulut, lidah, kerongkongan serta perdangan pada vagina.
e. Kriptokokus Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi
otak dan sumsum tulang belakang (meninges). Meningitis kriptokokal adalah
infeksi sistem saraf umum pusat yang mudah menyerang penderita AIDS.

C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis
dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa dewasa
yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Sofia
& Adiyanti, 2014)

2. Tahap - Tahap Perkembangan dan Batasan Remaja


World Health Organization (WHO), 2014 memberikan definisi tentang remaja
yang lebih bersifat konseptual didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita dan
berlaku juga untuk pria, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
Dengan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Secara lengkap
definisi tersebut berbunyi :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-
anak menjadi dewasa.
c. Terjadi teralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri.
13

Menurut Tanjung (2018) masa remaja menurut ciri perkembangan dibagi


menjadi tiga tahap yaitu :
a. Masa remaja awal (11-14 tahun)
Remaja awal dengan mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada
lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan
ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan remaja awal
sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.
b. Masa remaja pertengahan (15-17 tahun)
Siswa SMA merupakan remaja pertengahan. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan teman ia sangat senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan narcistic, yaitu mencintai diri sendiri. Remaja pria harus
membebaskan diri dari oedipoes complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada
masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan lawan
jenis.
c. Masa remaja akhir (18-20 tahun).
Masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian
lima hal, yaitu :
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi interlek
2) Ogonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam
pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).

3. Tugas dan Perkembangan Pada Remaja


Tugas dan perkembangan pada remaja didefinisikan sebagai upaya untuk
meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusahan untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku antara dewasa serta dapat menyikapi kondisi
yang ada pada lingkungan sekitar (Triningtyas, 2017). Adapun tugas-tugas
perkembangan masa remaja adalah sebagai berikut :
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami hubungan baik dengan anggota kelompok
berlainan sifat
14

c. Mampu menerima dan memahami peran orang dewasa


d. Memcapai kemandirian emosional
e. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektuan untuk melakukan peran
sebagai anggota masyarakat
f. Mengembangkan perilaku tanggung jawab

D. Perilaku
1. Pengertian
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).

2. Jenis-Jenis Perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015) :
a. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf
b. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif
c. Perilaku tampak dan tidak tampak
d. Perilaku sederhana dan kompleks
e. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam Notoatmodjo, 2007)
menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor
perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersediaatau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, misalnya
ketersedianya alat pendukung, pelatihan dan sebagainya.
c. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-undang,
peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya menurut Notoatmodjo (2007).
15

4. Bentuk-bentuk Perubahan perilaku


Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Bentuk – bentuk
perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Perubahan alamiah (Neonatal chage)
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi 20 suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat
didalamnya yang akan mengalami perubahan.
b. Perubahan Rencana (Plane Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
c. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change)
Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya). Tetapi sebagian
orang sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap
orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2011).

E. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dantelinga.(Notoatmodjo S, 2010).
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan yang cukup dalam dominan
kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah
diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
16

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi dan


mengatakan. Tingkatan ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek ke dalam sesuatu
komponen–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainnya.
e. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi–formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek.
Penelitian–penelitian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang sudah ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada.

3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Terdapat empat faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu (Notoatmodjo,
2010) :
a. Sosial Ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang,
sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan
akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga. Tingkat sosial ekonomi
terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan
karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak.
17

b. Kultur (Budaya dan Agama)


Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahauan seseorang, karena
informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada
dan agama yang dianut.
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal- hal baru dan
mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut. Pendidikan itu menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan.
d. Pengalaman
Berkaitan dengan usia dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi
maka pengalaman semakin luas, sedangkan semakin tua usia seseorang maka
pengalaman akan semakin banyak.

F. Media Promosi Kesehatan


1. Pengertian
Dalam proses promosi kesehatan diperlukan media untuk membantu dalam
menyampaikan pesan kesehatan. Media adalah suatu alat yang digunakan oleh petugas
kesehatan dalam menyampaikan bahan, materi, dan pesan ke-sehatan untuk membantu
dan memperagakan sesuatu di dalam proses promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan
(AVA), alat-alat tersebut merupakan alat untuk memudahkan penyampaian dan
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat (Fitriani, 2011).

2. Jenis – Jenis Media


Menurut Notoatmodjo (2007), Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-
pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3, yakni media cetak, elektronik danpapan.
a. Media Cetak
Media cetak sebagai alat Bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat
bervariasi, antara lain sebagai berikut:
1) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam
bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar
18

2) Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan


melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat
maupun gambar, atau kombinasi.
3) Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.
4) Flip chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan
dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan
lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau infromasi yang berkaitan
dengan gambar tertentu.
5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu
masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
6) Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan,
yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di
kendaraan umum.
7) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

3. Jenis – Jenis Media


Menurut Notoatmodjo (2007), Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-
pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3, yakni media cetak, elektronik danpapan.
b. Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau
informasi kesehatan berbeda - beda jenisnya, antara lain :
1) Televisi, penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi
dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar
masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV SpotI, kuis atau cerdas cermat, dan
sebagainya.
2) Radio, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga
dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain obrolan (tanya jawab),
sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya.
3) Video, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video
4) Slide, slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi-
informasi kesehatan
5) Film Strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
19

c. Media Papan (Billboard)


Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan
pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga
mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan- kendaraan umum (bus dan taksi).

G. Media Sosial Instagram


1. Definisi
Instagram adalah sebuah aplikasi dari Smarthphone yang khusus untuk media
sosial yang merupakan salah satu dari media digital yang mempunyai fungsi hampir
sama dengan twitter, namun perbedaannya terletak pada pengambilan foto dalambentuk
atau tempat untuk berbagi informasi terhadap penggunanya. Instagram juga
memberikan inspirasi bagi penggunanya dan juga dapat meningkatkan kreatifitas, karena
instagram mempunyai fitur yang dapat membuat foto menjadi lebih indah, lebih artistik,
dan menjadi lebih bagus (Atmoko, 2012). Kelebihan-kelebihan yang disajikan media
sosial Instagram mampu meraih pengguna terbanyak dari media sosial lainnya tak
terkecuali remaja, bahkan pengguna terbanyak adalah remaja. Media sosial Instagram
menawarkan sistem komunikasi dengan berbagai kemudahan melalui penggunaan fitur
ataupun konten tidak hanyak estetika tetapi juga etika yang dapat diciptakan.
Pemanfaatan fitur untuk menemukan foto, video dan berita pada Instagramsalah satu
metode yang dapat menciptakan etika yang baik sekaligus mempengaruhi bagi
penggunanya khusunya remaja (Ferlitasari, 2018).

2. Teori Instagram
Teori Uses and Gratification
Pada kajian komunikasi ada sebuah teori yang bernama uses and gratification,
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Harbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini
membahas bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Yang artinya, pengguna media adalah pihak yang aktif
dalam proses komunikasi (Hidayat, 2006). Teori uses and gratification adalah salah satu
teori dari komunikasi yang berfokus pada komunikasi sosial. Teori ini mengadaptasi
fungsionalistik pendekatan komunikasi dan media, dan menyatakan bahwa peran paling
penting media adalah memenuhi kebutuhan dan motivasi audiens. Oleh karena itu,
semakin banyak kebutuhan ini terpenuhi, maka lebih banyak kepuasan dihasilkan
(Mehrad and Tajer 2016). Teori ini awalnya berfokus pada motif
20

penonton dan kemudian menganalisis pesan dan sistem sosial (Mehrad and Tajer
2016).
Dengan kata lain, teori ini berkonsentrasi pada bagaimana pengguna mencari
media dan sejauh mana mereka puas dengan jenis, konten, dan metode penggunaannya.
Dalam ranah digital ini, banyak manfaat dan kemudahan bagi pengguna teknologi untuk
mengakses informasi, pengetahuan, dan rujukan mereka untuk memilih media dalam
satu alat, yang ada di tangan mereka, dapat memberikan manfaat dan menggabungkan
berbagai platform informasi sehigga menjadi lebih mudah. Kelebihan fitur Instagram
dengan postingan photo, video live, comment, direct massage dapat dengan mudah
digunakan oleh followers dalam berkomunikasi baik kepada pemilik akun atau admin
atau kepada sesama followers akun Instagram.

3. Sejarah Instagram
Perusahaan Burbn, Inc. berdiri pada tahun 2010, perusahaan teknologi startup
yang hanya berfokus kepada pengembangan aplikasi untuk telepon genggam. Pada
awalnya Burbn, Inc. sendiri memiliki fokus yang terlalu banyak di dalam HTML5
peranti bergerak, namun kedua CEO, Kevin Systrom dan Mike Krieger memutuskan
untuk lebih fokus pada satu hal saja. Setelah satu minggu mereka mencoba untuk
membuat sebuah ide yang bagus, pada akhirnya mereka membuat sebuah versi pertama
dari Burbn, namun di dalamnya masih ada beberapa hal yang belum sempurna. Versi
Burbn yang sudah final, aplikasi yang sudah dapat digunakan iPhone yang isinya terlalu
banyak dengan fitur-fitur. Sulit bagi Kevin Systrom dan Mike Krieger untuk
mengurangi fitur-fitur yang ada, dan memulai lagi dari awal, namun akhirnya mereka
hanya memfokuskan pada bagian foto, komentar, dan juga kemampuan untuk menyukai
sebuah foto. Itulah yang akhirnya menjadi Instagram (Khairi, 2017)
Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata
"insta" berasal dari kata "instan", seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih
dikenal dengan sebutan "foto instan". Instagram juga dapat menampilkan foto-foto
secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata "gram"
berasal dari kata "telegram" yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada
orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto
dengan menggunakan jaringan Internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan lakuran dari
kata instan dan telegram (Khairi, 2017).
21

4. Fitur – Fitur Instagram


Instagram adalah sebuah aplikasi sebagai foto dan mengambil gambar atau
foto yang menerapkan filter digital untuk mengubah tampilan efek foto, dan
membagikannya keberbagai layanan media sosial, termasuk milik instagram sendiri.
Instagram memiliki lima menu utama yang semuanya terletak dibagian bawah pada
tampilan utama aplikasi instagram (Atmoko, 2012) yaitu sebagai berikut :
a. Home Page
Halaman utama yang menampilkan (timeline) foto terbaru dari sesama
pengguna yang terlah diikuti.Cara melihat foto yaitu hanya dengan menggeser
layar dari bawah keatas, kurang lebih 30 foto terbaru dimuat saat pengguna
mengakses aplikasi, Instagram hanya memberikan foto-foto terbaru.
b. Comments
Sebagai layanan jejaring sosial instagram menyediakan fitur komentar, foto-
foto yang ada di instagram dapat dapat memberikan komentar terhadap foto dari
kiriman pengguna instagram yang lain, caranya tekan ikon bertanda balon
komentar dibawah foto, kemudian tuliskan pesan dan kesan mengenai foto pada
kotak yang disediakan setelah itu tekan tombol kirim.
c. Explore
Merupakan tampilan dari foto-foto popular yang paling banyak disukai para
pengguna Instagram. Instagram menggunakan algoritma rahasia untuk
menentukan foto mana yang dimasukan ke dalam explore feed.
d. Profil
Pengguna dapat mengetahui secara detail mengenai informasi pengguna,
baik itu dari pengguna maupun sesama pengguna yang lainnya. Halaman profil
bisa diakses melalui ikon kartu nama di menu utama bagian paling kanan. Fitur
ini menanmpilkan jumlah foto yang telah diupload, jumlah pengikut dan jumlah
mengikuti.
e. News Feed
Fitur yang menampilkan notifikasi terhadap berbagai aktivitas yang
dilakukan oleh pengguna Instagram. News feed memiliki dua jenis tab yaitu
“Following” dan “News”. Tab “Following” menampilkan aktivitas terbaru pada
user yang telah pengguna ikuti, maka tab “News” menampilkan notifikasiterbaru
terhadap aktivitas para pengguna Instagram terhadap foto pengguna,
memberikan komentar atau follow maka pemberitahuan tersebut akan muncul di
tab ini.
22

5. Kelebihan Instagram
Media sosial Instagram memiliki kelebihan (Portal Ilmu Komunikasi Indonesia,
2017), berikut merupakan delapan kelebihan media sosial Instagram yaitu :
a. Sumber informasi, lebih mudah dan cepat didapatkan serta lebih transparan.
Informasi yang dapat ditemukan di social media sangat beragam, mulai dari bahan
pekerjaan, pendidikan, masakan, hingga bahan pembahasan ringan pada kehidupan
sehari-hari.
b. Media komunikasi, dengan jangkauan luas, kemudahan penggunaan, dan biaya
yang relative murah.
c. Memperluas pergaulan, terhubung dengan teman lama ataupun membuat pertemanan
baru dengan mudah bertukar informasi ataupun data seperti foto/video dengan mudah
dan cepat.
d. Ajang promosi dengan yang lebih luas, mudah, murah namun terfokus.
e. Sebagai media hiburan.
f. Membangun opini atau mengemukakan pendapat secara luas.
g. Mempelajari sesuatu baru dengan mudah
h. Kesempatan menjadi orang yang berbeda dan membangun rasa percaya diri
seseorang dalam bersosialisasi.

H. Konsep Akun Instagram


1. Nama Akun
Penamaan akun dibuat untuk mempermudah pengguna instagram dalam
mengenali akun tersebut serta mempermudah dalam pencarian. Dalam penelitian ini
akun instagram akan diberi nama “rapi.hivaids” yang merupakan akronim dari Remaja
Perduli HIV dan AIDS yang dalam hal ini merupakan gambaran singkat dari isi akun
tersebut.
2. Tujuan
Pengguna instagram mendapatkan promosi kesehatan berupa edukasi tentang
HIV dan AIDS.
3. Sasaran
Sasaran edukasi kesehatan dalam akun ini merupakan remaja siswa siswi SMA
Negeri 10 Kota Bengkulu.
4. Frekuensi
Pemberian edukasi dalam akun ini dilakukan sebanyak tujuh kali dalam satu
Minggu yakni satu kali dalam satu hari, setiap upload terdiri dari 2 sampai 3 slide.
23

Pemberian materi diberikan pukul 19.00 WIB karna menurut sebuah


penelitian dari University of Nevada-Reno yang diterbitkan dalam
Frontiers in Human Neuroscience yang dilakukan oleh Mariah Evans,
seorang profesor sosiologi menujukkan bahwa sebenarnya, seorang
pelajar cenderung mampu mengoptimalkan daya ingatnya untuk
belajar dan memperdalam informasi paling efektif pada saat pukul
11 pagi hingga
21.30 malam (Kumparan, 2018).

I. Kerangka Teori
Teori Laswell Model
Komunikasi adalah penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang
kepada orang lain (Effendy, 2005). Komunikasi memiliki peran penting
dalam promosi kesehatan. Menurut Laswell komunikasi akan berjalan
dengan baik jika melalui lima tahap. Kelima tahap itu adalah:
a. Who: Siapa orang yang menyampaikan komunikasi (komunikator).
b. Say what: Apa pesan yang disampaikan.
c. In Which channel: Saluran atau media apa yang digunakan.
d. To whom: Siapa penerima pesan (komunikan).
e. Whit what effect: perubahan apa yang terjadi pada komunikan.
Lima unsur itu merupakan elemen pokok komunikasi dengan siapa
saja termasuk komunikasi dalam promosi kesehatan. Komunikasi dapat
bekerja secara sistematis sehingga hasilnya tepat sasaran.
Bagan 2.1 Kerangka Teori Laswell Model

Promosi Media Sosial


Promotor
Kesehatan Instagram
Kesehatan. tentang HIV
dan AIDS
24

Pengetahuan Siswa Siswi


tentang HIV SMAN 10 Kota
dan AIDS Bengkulu

Sumber: Teori Laswell Model (Effendy,


2005) Dimodifikasi oleh: Effendy (2005), Notoatmodjo
(2012), Yuliarti (2009)

Anda mungkin juga menyukai