Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. latar Belakang

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

mencegah terhadap penyakit tertentu. Program Imunisasi ini bertujuan untuk

menurunkan angka kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (PD3I), Diantaranya tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus,

poliomyelitis, campak dan hepatitis B (Hidayat 2011).

Secara umum cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada tahun

2017 belum mencapai 100%. Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 2017,

menyatakan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap bayi tahun 2017 berada di

persentase 91,1% dan cakupan desa UCI di Indonesia tahun 2017 adalah sebesar

80,3% (Kemenkes, 2018). Artinya keduanya belum mencapai target RENSTRA

KEMENKES 2015-2019 dimana cakupan imunisasi dasar lengkap memiliki target

sebesar 93% dan cakupan desa /kelurahan UCI memiliki target sebesar 95%.

(Kemenkes, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) terdapat 19,9 juta jiwa tidak

menerima vaksinasi rutin pada tahun 2017. Keadaan ini disebabkan oleh

kurangnya pemahaman tentang manfaat imunisasi dan kerugian ekonomi akibat

kecacatan atau kematian yang timbul apabila anak yang berada di lingkungan

sekitar tidak mendapatkan imunisasi lengkap (WHO, 2018).

1
2

Berdasarkan Kementerian Kesehatan Tahun 2017 (dalam IDAI tahun

2018) cakupan imunisasi dasar bagi bayi usia 0-11 bulan pada Tahun 2017

mencapai 92,04% (dengan target nasional 92%). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa program imunisasi telah mencapai target, namun dengan catatan terjadi

penambahan kantong dengan cakupan dibawah 80% dan cakupan antara 80-

91,5%. Sementara pada Tahun 2018 capaian pemberian imunisasi dasar di

Indonesia sendiri sebesar 90,8% sedangkan di Sumatra Utara mencapai 86,7%.

Kemudian data pada Kabupaten Deli Serdang sendiri untuk Tahun 2017 yang

menaungi 34 puskesmas dari 22 kecamatan cakupan imunisasi dasar lengkap pada

tahun 2016 (90,71%). Data diatas menunjukkan bahwa Indonesia belum mencapai

target Renstar (95%) untuk Tahun 2019.

Tinggi rendahnya suatu derajat kesehatan pada suatu negara dapat dilihat

melalui salah satu indikator yaitu Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut data

Bank Dunia (The World Bank) tahun 2017 Infant Mortality Rate di dunia tahun

2017 sebesar 29,4% dengan lima negara yang memiliki Infant Mortality Rate

tertinggi di ASEAN yaitu Laos dengan 48,6 per 1000 kelahiran hidup, Myanmar

38,5 per 1000 kelahiran hidup, Kamboja 25,1 per 1000 kelahiran hidup Filipina

22,2 per 1000 kelahiran hidup dan Indonesia dengan 21,4 per 1000 kelahiran

hidup. Indonesia berada pada posisi ke-lima negara dengan Infant Mortality Rate

tertinggi di ASEAN tahun 2017 dengan Infant Mortality Rate sebesar 21,4 per

1000 kelahiran hidup.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun 2017, cakupan

UCI Kota Padangsidimpuan dari tahun 2016 -2018 adalah sebesar 19% di tahun
3

2016, sebesar 53,16 di tahun 2017 dan sebesar 77,2% di tahun 2018. Capaian UCI

di Kota Padangsidimpuan selama tiga tahun terakhir terus mengalami

peningkatan, namun capaian ini belum berhasil mencapai target UCI 95% (Dinas

Kesehatan Kota Padangsidimpuan, 2018).

Kota Padangsidimpuan terdiri dari 6 Kecamatan, 42 Desa, 37 Kelurahan

dan 10 Puskesmas. Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun

2018 bahwa hanya ada satu kecamatan dengan pencapaian UCI nya yang sudah

mencapai 100% yaitu Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yang memiliki 2

puskesmas yaitu Puskesmas Padangmatinggi dengan persentase 100% dan

Puskesmas Sidangkal dengan persentase 100%. Sedangkan Kecamatan dengan

pencapaian UCI terendah adalah Kecamatan Padangsidimpuan Utara yang

memiliki 2 puskesmas yang salah satunya adalah Puskesmas Sadabuan dengan

persentase 50% dan Kecamatan Angkola Julu yang memiliki 2 puskesmas yaitu

salah satunya Puskesmas Pintu Langit dengan persantese 50%.

Masa inkubasi penyakit campak antara 7-18 hari. Gejala awal atau yang

sering disebut juga dengan stadium prodormal yaitu demam dengan suhu tubuh ≥

38C yang terjadi selama 3-5 hari, disertai dengan beberapa gejala lainnya, seperti

batuk, pilek, dan gejala konjungtivitis. Gejala yang lebih spesifik yaitu adanya

koplik’s spot atau bercak putih keabu-abuan dengan dasar merah di pipi bagian

dalam (muscola bucal). Gejala selanjutnya yaitu stadium erupsi dengan gejala

batuk pilek bertambah berat, suhu badan menigkat, timbulnya bercak merah di

seluruh tubuh. Bercak tersebut bertahan selama 4-8 hari dan berangsur menjadi

merah kehitaman, panas turun setelah rash muncul. Stadium convalescens terjadi
4

apabila tanda-tanda dari stadium sebelumnya mereda dan menghilang tanpa bekas

atau menimbulkan bekas coklat kehitaman karena terjadi pengelupasan

(Kemenkes RI, 2013).

Penyakit campak yang dikenal juga sebagai Morbili atau Measles,

merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus

Paramyxoviridae (RNA), 90% anak yang tidak kebal akan terserang penyakit ini.

Campak biasanya ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus campak yang

telah dibatukkan atau dibersinkan ke dalam udara oleh orang yang dapat

menularkan penyakit. Penderita campak biasanya dapat menularkan penyakit dari

saat sebelum gejala timbul sampai empat hari setelah ruam timbul (NSWHealth,

2013).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Bayi Umur 9 Bulan Dengan

Imunisasi campak Di Desa Aek Tuhul Kota Padangsidimpuan 2021 “

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada bayi umur 9 bulan dengan

imunisasi campak

2. Tujuan khusus

Tujuan dibuatnya Asuhan Kebidanan pada bayi umur 9 bulan dengan

imunisasi campak di Desa Aek Tuhul Kota Padangsidimpuan

a. Untuk mengidentifikasi faktor penyebab pada kasus imunisasi pada

bayi di Desa Aek Tuhul Kota Padangsidimpuan


5

b. Untuk mengidentifikasi data kasus imunisasi pada bayi

c. Untuk Mengidentifikasi penatalaksanaan pada kasus imunisasi campak

pada bayi

D. Manfaat

1. Bagi institusi :

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan penganan kasus

imunisasi di Desa Aek Tuhul Kota Padangsidimpuan .

2. Bagi subyek penelitian :

Agar subyek maupun masyarakat bisa melakukan deteksi dini dari kasus

imunisasi, sehingga memungkinkan segera mendapatkan penangan.

E. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Sasaran penelitian ini adalah pada bayi A dengan imunisasi Campak .

2. Tempat

Tempat lokasi pengambilan kasus dilakukan di Aek Tuhul Kota

Padangsidimpuan.

3. Waktu

Waktu penelitian ini dimulai sejak pelaksanaan studi pendahuluan sampai

studi kasus yaitu pada bulan januari sampai februari 2021.


6

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Imunisasi

a. Pengertian imunisasi

Imunisasi sesungguhnya adalah pemindahan atau transfer antibody

(immunoglobin) secara pasif. Sementara vaksinasi adalah pemberian

vaksin atau antigen (kuman atau bagian kuman yang dilemahkan) yang

dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) di dalam tubuh.

(Sunarti 2012).

Vaksinasi berasal dari kata (vaccine) yaitu zat yang dapat

merangsang timbulnya kekebalan aktif seperti BCG, Polio, DPT, Hepatitis

B, dan lain- lain. Vaksinasi juga menghasilkan sistem kekebalan tubuh

terhadap penyakit atau virus baik secara oral maupun injeksi (Sunarti

2012).

b. Tujuan imunisasi

1) Kekebalan aktif yaitu, memberikan perlindungan jangka panjang

dengan cara imunisasi dan murah.

2) Kekebalan pasif yaitu, memberikan perlindungan jangka pendek dan

mahal.

6
7

c. Jenis-jenis imunisasi

1) Imunisasi BCG

Imunisasi BCG termasuk salah satu dari 5 imunisasi yang

diwajibkan. Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkolosis) berkaitan

dengan keberadaan virus tubercel bacilli yang hidup di dalam darah.

agar memiliki kekebalan aktif, dimasukan jenis basil tak berbahaya ke

dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin). (Anandita

f .p)

2) Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang

diwajibkan, lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam

program nassionalnya. jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan

virus ini ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus

hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang

dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau

pengerutan hati. (Anandita f .p)

3) Imunisasi Polio

Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit

yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini disebabkan virus poliomielitis

yang sangat menular. Penularannya bias lewat makanan/minuman yang

tercemar virus polio. bias juga lewat percikan ludah / air liur penderita

polio yang masuk ke mulut orang sehat. (Anandita f .p)


8

4) Imunisasi DTP

Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri,

tetanus, dan pertusis menyingkir jauh dari tubuh si kecil. kekebalan

segera muncul seusai di imunisasi. (Anandita f .p)

5) Imunisasi Campak

Imufnisasi campak sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan

campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari

ibunya semakin menurun sehingga tubuh antibodi tambahan lewat

pemberian vaksin campak. (Anandita f .p)

d. Etiologi Penyakit Campak

Virus Morbili termasuk famili paramyxoviridae. Merupakan

penyakit yang sangat menular (bila mengenai individu yang rentan sekitar

90% kemungkinan akan menjadi sakit). Proses penyebarannya melalui

udara (airbone transmission) sewaktu bersin atau batuk. Pada umumnya

self-limiting, namun bila disertai komplikasi dapat menimbulkan kematian.

hal ini juga menimbulkan kejadian luar biasa, terutama pada daerah yang

mengalami penurunan cakupan imunisasinya. (Lilis Lisnawati, S.ST., M.

Keb)

e. Jenis Vaksin

1) Live attenuated : kuman /virus hidup yang dilemahkan.

Contohnya : polio oral, BCG, campak, MMR, Varicella, demam

kuning.
9

2) Inactivated : kuman /virus / komponen yang dibuat tidak aktif. \

Contohnya : DPT, Hib, pneumokokus, typhoid, influenza, polio

inaktif.

f. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

OPV : Tiap dosis (2 tetes = 0.1 mL) mengandung virus polio tidak kurang

dari :

1) Tipe 1 : 10 / 20 dosis = 10 CCID

2) Tipe 2 : 10 / 20 dosis = 10 CCID

3) Tipe 3 :10 / 20 dosis = 105,5 CCID50, 20 dosis = 10 CCID

4) Dosis tergantung umur anak

5) Umur 6-35 bulan :0,25ml

6) Umur ≥3 tahun :0,25ml

7) Umur ≤8 tahun : untuk pemberian kali diperlukan 2 dosis dengan

interval minimal 4-6 minggu, pada tahun berikutnya hanya diberikan

1 dosis.

Dosis Oral : 2 tetes langsung ke dalam mulut melalui pipet atau

dispenser.

Harus dijaga jangan sampai vaksin dalam dropper multi dose

terkontaminasi oleh air liur. (Lilis Lisnawati, S.ST., M. Keb)

g. Efek Samping

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. efek samping berupa

paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari

0.17: 1.000.000).
10

Hal- hal berikut walaupun sangat jarang terjadi dapat

merupakan efek samping penyuntikan imunisasi :

1. Deman

Atasi segera dengan memberikan kepada anak obat turun panas.

Bila demam tidak turun,segera bawa anak ke puskesmas atau kesarana

kesehatan terdekat.

2. Ruam Kulit

Ruam disekitar tempat penyuntikan membengkak dan merah.

biasanya efek ini akan menghilang setelah beberapa hari. (Lilis

Lisnawati, S.ST., M. Keb)

B. Cara penyuntikan imunisasi

Suntikan campak diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan

dosis 0,5 cc.

Cara pemberian:

1. Atur bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh lengan

telanjang.

2. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.

Gunakan jari-jari kiri anda untuk menekan ke atas (mencubit) lengan bayi

3. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45˚.

4. Untuk mengontrol jarum peganglah ujung semprit dengan ibu jari dan jari

telunjuk anda tetapi jangan sentuh jarum.


11

Tabel.1.1

Jadwal pemberian imunisasi

C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No

1464/MENKES/PER/X/2010, Pasal 11, pelayanan kesehatan anak meliputi:

1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan

hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir

pada masa neonatal (0-28) , dan perawatan tali pusat.

2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

3. Penanganan kegawat daruratan , dilanjutkan dengan perujukan

4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan pra sekolah

6. Pemberian konseling dan penyuluhan

7. Pemberian surat keterangan kelahiran

8. Pemberian surat keterangan kematian


12

D. Manajemen Kebidanan dan Dokumentasi

1. Manajemen Kebidanan Varney

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan

logis dan menguntungkan, menguraikan perilaku yang diharapkan dari pemberi

asuhan yang berdasarkan teori ilmiah, penemuan, keterampilan dalam rangkaian

atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien

(Amellia, 2019).

Langkah-langkah manajemen kebidanan menurut Varney adalah sebagai

berikut :

a. Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama, dilakukan pengkajian melalui pengumpulan semua

data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap,

yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan, peninjauan catatan

terbaru atau cacatan sebelumnya dan data laboratorium, serta perbandingannya

dengan hasil studi. Semua informasi yang akurat dikumpulkan dari semua sumber

yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang

lengkap.jika klien memiliki komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter

dalam manajemen kolaborasi, bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan

tertentu, dapat terjadi langkah pertama tumpang tindih dengan langkah V dan VI

(atau menjadi bagian langkah tersebut) karena yang diperlukan didapat dari hasil

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang bidan


13

perlu manajemen dari langkah IV untuk mendapat data dasar awal yang perlu

disampaikan kepada dokter.

b. Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan yang Memerlukan

Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa

kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan kegiatan bidan pada tahap ini

adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan.

c. Penanganan Segera

Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa

kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan kegiatan bidan pada tahap ini

adalah melakukan imunisasi .

d. Perencanaan

Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan perencanaan secara

menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada dalam proses perencanaan

asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak

lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.

e. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya.

Baik terhadap masalah paseien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan

dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim

kesehatan
14

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni

dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang

dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-

menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komperhensif dan selalu berubah

sesuai dengan kondisis atau kebutuhan klien.

2. Dokumentasi SOAP

SOAP merupakan urutan yang dapat membantu mengorganisasi fikiran

dan memberi asuhan yang menyeluruh. SOAP adalah catatan yang bersifat

sederhana, jelas, logis, dan tertulis. Seorang bidan hendak menggunakan SOAP

setiap kali mengkaji pasien. Selama masa imunisasi bidan dapat menulis satu

catatan SOAP untuk setiap kali kunjungan, sementara dalama masa imunisasi

bidan boleh menulis lebih dari satu catatan untuk satu pasien dalam satu hari.

Bidan juga harus memiliki catatan SOAP terdahulu bila merawat seseorang klien

untuk mengevaluasi kondisinya yang sekarang. Sebagai peserta didik, bidan akan

mendapat lebih banyak pengalaman dan urutan SOAP akan terjadi secara alamiah

(Amellia, 2019).

Telah dibahas sebelumnya bahwa alur berfikir saat menghadapi pasien

melipui 7 langkah. Agar orang lain dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh

orang seorang bidan melalui proses berfikir sistematis dan kritis, maka hasil

asuhan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu :


15

a. Subjektif

Subjek adalah pendokumentasian yang termasuk subjektif yaitu

menggambarkan hasil pengumpulan data klien melalu anmnesa sebagai langkah

satu menurt varney.

b. Objektif

Pendokumentasian yang termasuk objektif yaitu menggambarkan

pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium, juga hasil

tes diagnostik lain yang di rumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan

sebagai langkah satu varney.

c. Assesmen

Pendokumentasian yang termasuk assesmen yaitu menggambarkan

pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam

suatu identifikasi, baik itu diagnosis atau masalah, antisipasi diagnosis atau

masalah konvensial. Selain itu, juga memuat identifikasi mengenai perlunya

tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi, atau rujukan

sebagai langkah II, III, IV menurut varney.

d. Pleaning

Pendokumentasian termasuk pleaning menggambarkan pendokumentasian

dari tindakan 1 dan evaluasi perencanaan berdasarkan assesmen sebagai langkah

5, 6, 7 menurut varney. Beberapa alasan penggunaan metode SOAP dalam

pendokumentasian adalah karena pembuatan grafik metode SOAP merupakan

perkembangan sistematis yang mengorganisasi penemuan serta pendapat seorang

bidan menjadi suatu rencana. Selain itu, metode ini juga merupakan intisari dari
16

proses pelaksanaan kebidanan untuk tujuan mengadakan pendokumentasian

asuhan.

Anda mungkin juga menyukai