BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
menurunkan angka kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
2017 belum mencapai 100%. Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 2017,
menyatakan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap bayi tahun 2017 berada di
persentase 91,1% dan cakupan desa UCI di Indonesia tahun 2017 adalah sebesar
sebesar 93% dan cakupan desa /kelurahan UCI memiliki target sebesar 95%.
(Kemenkes, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) terdapat 19,9 juta jiwa tidak
menerima vaksinasi rutin pada tahun 2017. Keadaan ini disebabkan oleh
kecacatan atau kematian yang timbul apabila anak yang berada di lingkungan
1
2
2018) cakupan imunisasi dasar bagi bayi usia 0-11 bulan pada Tahun 2017
bahwa program imunisasi telah mencapai target, namun dengan catatan terjadi
penambahan kantong dengan cakupan dibawah 80% dan cakupan antara 80-
Kemudian data pada Kabupaten Deli Serdang sendiri untuk Tahun 2017 yang
tahun 2016 (90,71%). Data diatas menunjukkan bahwa Indonesia belum mencapai
Tinggi rendahnya suatu derajat kesehatan pada suatu negara dapat dilihat
melalui salah satu indikator yaitu Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut data
Bank Dunia (The World Bank) tahun 2017 Infant Mortality Rate di dunia tahun
2017 sebesar 29,4% dengan lima negara yang memiliki Infant Mortality Rate
tertinggi di ASEAN yaitu Laos dengan 48,6 per 1000 kelahiran hidup, Myanmar
38,5 per 1000 kelahiran hidup, Kamboja 25,1 per 1000 kelahiran hidup Filipina
22,2 per 1000 kelahiran hidup dan Indonesia dengan 21,4 per 1000 kelahiran
hidup. Indonesia berada pada posisi ke-lima negara dengan Infant Mortality Rate
tertinggi di ASEAN tahun 2017 dengan Infant Mortality Rate sebesar 21,4 per
UCI Kota Padangsidimpuan dari tahun 2016 -2018 adalah sebesar 19% di tahun
3
2016, sebesar 53,16 di tahun 2017 dan sebesar 77,2% di tahun 2018. Capaian UCI
peningkatan, namun capaian ini belum berhasil mencapai target UCI 95% (Dinas
2018 bahwa hanya ada satu kecamatan dengan pencapaian UCI nya yang sudah
persentase 50% dan Kecamatan Angkola Julu yang memiliki 2 puskesmas yaitu
Masa inkubasi penyakit campak antara 7-18 hari. Gejala awal atau yang
sering disebut juga dengan stadium prodormal yaitu demam dengan suhu tubuh ≥
38C yang terjadi selama 3-5 hari, disertai dengan beberapa gejala lainnya, seperti
batuk, pilek, dan gejala konjungtivitis. Gejala yang lebih spesifik yaitu adanya
koplik’s spot atau bercak putih keabu-abuan dengan dasar merah di pipi bagian
dalam (muscola bucal). Gejala selanjutnya yaitu stadium erupsi dengan gejala
batuk pilek bertambah berat, suhu badan menigkat, timbulnya bercak merah di
seluruh tubuh. Bercak tersebut bertahan selama 4-8 hari dan berangsur menjadi
merah kehitaman, panas turun setelah rash muncul. Stadium convalescens terjadi
4
apabila tanda-tanda dari stadium sebelumnya mereda dan menghilang tanpa bekas
merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus
Paramyxoviridae (RNA), 90% anak yang tidak kebal akan terserang penyakit ini.
telah dibatukkan atau dibersinkan ke dalam udara oleh orang yang dapat
saat sebelum gejala timbul sampai empat hari setelah ruam timbul (NSWHealth,
2013).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
imunisasi campak
2. Tujuan khusus
pada bayi
D. Manfaat
1. Bagi institusi :
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan penganan kasus
Agar subyek maupun masyarakat bisa melakukan deteksi dini dari kasus
E. Ruang Lingkup
1. Sasaran
2. Tempat
Padangsidimpuan.
3. Waktu
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Imunisasi
a. Pengertian imunisasi
vaksin atau antigen (kuman atau bagian kuman yang dilemahkan) yang
(Sunarti 2012).
terhadap penyakit atau virus baik secara oral maupun injeksi (Sunarti
2012).
b. Tujuan imunisasi
mahal.
6
7
c. Jenis-jenis imunisasi
1) Imunisasi BCG
f .p)
2) Imunisasi Hepatitis B
virus ini ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus
3) Imunisasi Polio
tercemar virus polio. bias juga lewat percikan ludah / air liur penderita
4) Imunisasi DTP
5) Imunisasi Campak
penyakit yang sangat menular (bila mengenai individu yang rentan sekitar
hal ini juga menimbulkan kejadian luar biasa, terutama pada daerah yang
Keb)
e. Jenis Vaksin
kuning.
9
inaktif.
OPV : Tiap dosis (2 tetes = 0.1 mL) mengandung virus polio tidak kurang
dari :
1 dosis.
dispenser.
g. Efek Samping
paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari
0.17: 1.000.000).
10
1. Deman
kesehatan terdekat.
2. Ruam Kulit
Suntikan campak diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan
Cara pemberian:
1. Atur bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh lengan
telanjang.
Gunakan jari-jari kiri anda untuk menekan ke atas (mencubit) lengan bayi
3. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45˚.
4. Untuk mengontrol jarum peganglah ujung semprit dengan ibu jari dan jari
Tabel.1.1
hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir
atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien
(Amellia, 2019).
berikut :
data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap,
dengan hasil studi. Semua informasi yang akurat dikumpulkan dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang
tertentu, dapat terjadi langkah pertama tumpang tindih dengan langkah V dan VI
(atau menjadi bagian langkah tersebut) karena yang diperlukan didapat dari hasil
perlu manajemen dari langkah IV untuk mendapat data dasar awal yang perlu
kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan kegiatan bidan pada tahap ini
c. Penanganan Segera
kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan kegiatan bidan pada tahap ini
d. Perencanaan
menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada dalam proses perencanaan
asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak
e. Pelaksanaan
dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim
kesehatan
14
f. Evaluasi
dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-
2. Dokumentasi SOAP
dan memberi asuhan yang menyeluruh. SOAP adalah catatan yang bersifat
sederhana, jelas, logis, dan tertulis. Seorang bidan hendak menggunakan SOAP
setiap kali mengkaji pasien. Selama masa imunisasi bidan dapat menulis satu
catatan SOAP untuk setiap kali kunjungan, sementara dalama masa imunisasi
bidan boleh menulis lebih dari satu catatan untuk satu pasien dalam satu hari.
Bidan juga harus memiliki catatan SOAP terdahulu bila merawat seseorang klien
untuk mengevaluasi kondisinya yang sekarang. Sebagai peserta didik, bidan akan
mendapat lebih banyak pengalaman dan urutan SOAP akan terjadi secara alamiah
(Amellia, 2019).
melipui 7 langkah. Agar orang lain dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh
orang seorang bidan melalui proses berfikir sistematis dan kritis, maka hasil
a. Subjektif
b. Objektif
tes diagnostik lain yang di rumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
c. Assesmen
pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam
suatu identifikasi, baik itu diagnosis atau masalah, antisipasi diagnosis atau
tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi, atau rujukan
d. Pleaning
bidan menjadi suatu rencana. Selain itu, metode ini juga merupakan intisari dari
16
asuhan.