Anda di halaman 1dari 45

DRAFT PROPOSAL

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR

PADA BAYI 0-12 BULAN DI PUSKESMAS PEMBANTU JAMBU

Oleh :
PRIYADI
113063C1221063

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu

saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami

sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam (PD3I)

antara lain Hepatitis B, TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak,

Rubela, dan radang paru-paru. (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan

prioritas utama. Dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN),

imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat

efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Penularan

insidens penyakit menular telah terjadi berpuluh–puluh tahun yang lampau di

negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan

cakupan luas (I.G.N Ranuh, dkk, 2018 ).

Bayi lebih rentan terkena penyakit dan kondisi yang tidak sehat

dibandingkan dengan orang dewasa. Kekebalan tubuh yang belum terbentuk

dengan baik ini mengakibatkan bayi bisa sangat mudah tertular oleh suatu

penyakit (Isnayni, 2O16). Pentingnya pemberian imunisasi dapat dilihat dari

banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (Sri Mulyani NNAS, Abdul Haris, 2018).

1
Pemberian imunisasi dapat mencegah dan mengurangi kejadian

kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah

dengan Imunisasi (PD3I) yang diperkirakan 2 hingga 3 juta kematian tiap

tahunnya. (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Data dari WHO tahun 2017 dan United Nations Childrens Fund

(UNICEF) menyatakan bahwa negara Indonesia berada di posisi peringkat

no. 3 (tiga) didunia dengan bayi yang belum mendapatkan imunisasi dengan

jumlah bayi 1,7 juta bayi yang belum mendapatkan imunisasi. Pada tahun

2016 di dunia sekitar 86% anak di bawah umur 1 tahun atau sekitar 116,5

juta anak menerima vaksin difteri tetanus pertusis (DTPS). Tahun 2018,

terdapat kurang lebih 20 juta anak yang tidak 4 mendapatkan imunisasi

dasar lengkap bahkan ada anak yang tidak mendapatkan imunisasi sama

sekali. Menurut WHO dari 194 negara, capaian imunisasi dasar lengkap di

Indonesia yaitu (86,8%) dalam arti Indonesia merupakan negara yang

capaian IDL yang masih rendah dan di bawah target dimana cakupan target

imunisasi global yaitu (90% ) (IDAI, 2018).

Di Indonesia, setiap bayi usia 0-11 bulan wajib mendapatkan

imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3

dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio tetes (OPV), 1 dosis polio suntik (IPV)

dan 1 dosis campak rubela. Penentuan jenis imunisasi dan jadwal pemberian

ini didasarkan atas kajian ahli dan analisis epidemiologi atas penyakit-

penyakit yang timbul. Untuk beberapa daerah terpilih sesuai kajian

epidemiologi, analisis beban penyakit dan rekomendasi ahli, ada tambahan

antigen yang diberikan pada saat usia 0-11 bulan yaitu imunisasi

2
Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) dan imunisasi japanese

encephalitis. Namun, implementasi introduksi vaksin baru tersebut belum

berlaku secara nasional sehingga tidak diperhitungkan sebagai cakupan

imunisasi dasar lengkap pada bayi. (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Pemberian imunisasi pada anak sebaiknya mengikuti jadwal yang ada.

Dengan memberikan imunisasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan dapat

memberikan hasil pembentukan kekebalan (antibody) yang sangat optimal

sehingga dapat melindungi anak dari paparan penyakit. Di Indonesia, jadwal

imunisasi di keluarkan oleh kementrian kesehatan RI, yang mengharuskan

orang tua agar memberikan imunisasi dasar lengkap Salah satu sarana

tempat melakukan imunisasi tersebut di posyandu/klinik.

Beberapa alasan bayi tidak mendapatkan imunisasi lengkap yaitu di

karenakan alasan kurangnya informasi,motivasi dan situasi .alasan informasi

berupa kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan dan ketidak mau

tahuan ibu terhadap pentingnya imunisasi ,kelengkapan dan jadwal

imunisasi yang semestinya ,ketakutan akan imunisasi dan adanya persepsi

yang salah beredar di masyarakat tentang imunisasi .Akan tetapi yang paling

berpengaruh adalah karena anak sakit ,ketidak tahuan ibu tentang waktu

yang tepat untuk mendapatkan imunisasi dan takut akan efek samping dari

imunisasi (menkes RI dalam sari,dkk,2016).

Sampai saat ini masalah imunisasi masih banyak ditemukan, banyak

ibu yang tidak bisa datang ke posyandu/klinik memberikan imunisasi pada

anaknya, hal ini disebabkan karena berbagai faktor seperti Pengetahuan

3
tentang imunisasi dan tingkat pengetahuan seperti masalah pengertian dan

pemahaman karena masih banyak ibu yang beranggapan salah tentang

imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. Dan banyak orang tua

khawatir terhadap efek samping dari beberapa vaksin.

Pada tahun 2020, cakupan imunisasi dasar lengkap secara nasional

sebesar 83,3% (Gambar 5.31). Angka ini belum memenuhi target Renstra

tahun 2020 yaitu sebesar 92,9%. Cakupan imunisasi dasar lengkap pada

tahun 2020 merupakan cakupan imunisasi dasar lengkap yang terendah

dalam kurun waktu 2011 – 2020 sebagai dampak dari adanya pandemi

COVID-19. Sedangkan apabila dilihat menurut provinsi, terdapat 6 provinsi

yang dapat mencapai target Renstra tahun 2020 yaitu Provinsi Bali, Nusa

Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Jambi.

diketahui bahwa provinsi dengan cakupan imunisasi dasar lengkap tertinggi

adalah di Provinsi Bali (99,4%), Nusa Tenggara Barat (99,1%), dan Jawa

Tengah (98,8%). Sedangkan provinsi dengan capaian terendah yaitu Aceh

(41,8%). Rincian data mengenai imunisasi dasar pada bayi tahun 2020

( Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2021).

Sebelum anak berusia satu tahun, imunisasi dasar pada bayi

seharusnya diberikan secara lengkap sesuai dengan umurnya. Pada kondisi

ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal dengan

efek simpang yang ditimbulkan seminimal mungkin. Meskipun demikian,

pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar

secara lengkap. Kelompok inilah yang disebut dengan drop out (DO)

imunisasi. Angka drop-out ini menjadi indikator pemanfaatan layanan

4
imunisasi.

Angka drop out imunisasi DPT-HB-Hib1 ke Campak Rubela 1

(sebelum tahun 2017 masih imunisasi Campak saja) menunjukkan

kecenderungan penurunan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 yang

asumsinya semakin banyak bayi yang mendapatkan imunisasi dasar secara

lengkap. Namun, pada tahun 2017 terjadi peningkatan angka drop-out

menjadi 4,1% akibat semakin banyaknya kelompok anti vaksin yang

menolak mengimunisasikan anaknya sehingga cakupan imunisasi menurun

hampir di semua antigen. Angka drop out imunisasi DPT- HB-Hib1 ke

Campak Rubela 1 pada tahun 2018 kembali dapat ditekan sehingga menurun

menjadi 2,5%. Kemudian pada tahun 2019 dan 2020 angka drop-out

kembali meningkat, menjadi 4,2% pada tahun 2020. Hal ini disebabkan

karena vaksin campak rubela merupakan vaksin yang baru masuk ke dalam

imunisasi rutin sehingga masih ada keraguan dari orangtua untuk

memberikan vaksin campak rubela kepada anaknya. Namun, angka drop out

ini masih dalam kategori baik karena masih di bawah 5%. (Ditjen

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2021).

Pada tahun 2020 cakupan desa UCI di Indonesia sebesar 59,2%. Ada

dua provinsi yang telah mencapai 100% cakupan desa/kelurahan UCI yaitu

Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Sedangkan untuk provinsi

Kalimantan Tengah cakupan Desa/Kelurahan UCI tahun 2020 hanya 57,1%,

dan cakupan imunisasi dasar lengkap hanya mencapai 42,9% (Ditjen

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2021).

5
Persentase bayi yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

pada tahun 2020 di provinsi Kalimantan Tengah yaitu 78%,

mengalami penurunan bila dibandingkan capaian pada tahun

sebelumnya yaitu 87,8%. Hal ini disebabkan oleh Rendahnya

kunjungan ibu dan bayi pada fasilitas pelayan kesehatan yang

disebabkan karena adanya pandemi COVID-19 yang berdampak

langsung pada capaian pelayanan imunisasi dasar lengkap pada

bayi (Dinas Kesehatan Kalimantan tengah, 2020). Sedangkan persentase

bayi yang pernah mendapatkan imunisasi pada tahun 2021 di

Kalimantan Tengah, Imunisasi BCG(84,14%), Imunisasi DPT-

HB3(66,83%), Imunisasi Campak(66,58%), Imunisasi Polio

4(61,14%), sedangkan persentase bayi yang pernah mendapatkan

imunisasi pada tahun 2021 di Kabupaten Barito Utara, Imunisasi

BCG(80,97%), Imunisasi DPT-HB3(43,23%), Campak(65,02%),

Imunisasi Polio 4(35,50%) (Badan Pusat Statistik Provinsi

Kalimantan Tengah, 2022).

Di Puskesmas Pembantu Jambu selama ini beberapa bayi ada yang drop

out imunisasi sehingga target Imunisasi harus dicapai dengan cara melakukan

sweeping mengunjungi kerumah-rumah bayi yang drop out Imunisasi.

Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih

lanjut mengenai “gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi

Dasar Pada Bayi 0-12 Bulan” di Puskesmas Pembantu Jambu,

B. Rumusan Masalah

6
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang

Imunisasi Dasar Pada Bayi 0-12 Bulan” di Puskesmas Pemnatu Jambu.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi

Dasar Pada Bayi 0-12 Bulan di Puskesmas Pembantu Jambu.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik Responden Tingkat Pendidikan Ibu.

b. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan Ibu tentang jenis-jenis

Imunisasi.

c. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan Ibu tentang Jadwal

imunisasi.

d. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan Ibu tentang efek samping

Imunisasi

D. Kemanfaatan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan

pengetahuan dalam bidang Pendidikan khususnya Gambaran Pengetahuan

Ibu tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi 0-12 Bulan di Puskesmas

Pembantu Jambu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang

Imunisasi Dasar pada Bayi.

2. Manfaat Praktis

7
a. Bagi Puskesmas Pembantu Jambu

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan

masukan dalam meningkatkan kualitas dalam pelayanan Kesehatan

bagi masyarakat, serta dapat menjadi salah satu bahan masukan dalam

rangka perbaikan cakupan Imunisasi dasar pada Bayi 0-12 Bulan.

b. Bagi Ibu

Diharapkan melalui penelitian ini,dapat menambah pengetahuan

ibu tentang pengetahuan dan manfaat imunisasi dasar bagi bayi.

Sehingga ibu melakukan imunisasi dasar pada bayinya sesuai dengan

jadwal yang ditetapkan.

c. Bagi petugas Kesehatan

Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi tenaga

Kesehatan dan sebagai motivasi untuk lebih efektif dalam

memberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi dasar pada

bayi 0-12 Bulan, sehingga cakupan imunisasi dasar pada bayi bisa

tercapai.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana dalam

mengembangkan ilmu dan untuk menambah pengetahuan dan

wawasan tentang pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasar pada

bayi 0-12 Bulan.

e. Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi

8
terhadap penelitian yang sejwnis.

f. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarnasin

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan koleksi

kepustakaan mengenai penelitian tentang imunisasi Dasar pada bayi,

Dan dapat melengkapi informasi bagi Institusi selain itu dapat telaah

kepustakaan khususnya bagaimana memberikan informasi penyuluhan

kepada masyarakat mengenai Imunisasi dasar pada bayi 0-12 Bulan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengetahuan ibu terhadap imunisasi dasar pernah

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, namun walaupun memiliki

beberapa persamaan variabel independent, penelitian ini memiliki beberapa

perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu perbedaan waktu penelitian,

serta perbedaan lainnya adalah pada tempat, lokasi penelitian, lebih jelasnya

dapat dilihat penjelasan mengenai keaslian penelitian ini :

1. Mas Saleha Hasanah, Et.Al (2021) Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang Imunisasi Dasar Terhadap Kepatuhan Pemberian Imunisasi

Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Madurejo Pangkalan Bun.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif

dengan desain penelitian cross sectional dengan teknik Acciedental

sampling dan jumlah sampel sebanyak 73 responden. Sampel yang

diambil yaitu ibu yang memiliki bayi pertama dengan usia 0-12 bulan.

Hasil penelitian ini tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar baik

yaitu 56 responden (76,7%), cukup yaitu 12 responden ( 16,4%), kurang

yaitu 5 responden (6,9%). Dalam penelitian ini menggunakan Analisa

9
data univariat dan Analisa bivariate dengan menggunakan uji chi square.

Hasil uji chi square didapatkan hasil p value = 0,000 (ρ < 0,05) maka H1

diterima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan antara tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kepatuhan pemberian

imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Madurejo

Pangkalan Bun.

Upaya peningkatan cakupan imunisasi salah satunya adalah

meningkatkan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi.

Persamaan dalam penelitian ini adalah meneliti tentang tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi desain penelitian

deskritif kuantitatif, populasi ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan,

Perbedaan dalam penelitian ini adalah Teknik sampling menggunakan

sampling total, variabel, tempat dan waktu pelaksanaan.

2. Sari Purnama, Et.Al (2022) Tingkat pengetahuan Ibu Terhadap

Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 12 Bulan Di Puskesmas

kecamatan Tapos. Penelitian ini menggunakan desain penelitian

deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam

penelitian yaitu ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan yaitu pusposive sampling dengan

jumlah sampel sebanyak 64 orang. Hasil penelitian ini tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar baik yaitu 35 responden

(54,7%), cukup yaitu 16 responden ( 25%), kurang yaitu 13 responden

(20,3%). Hasil Analisa data menggunakan uji Spearman rank (rho).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat

10
pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi dasar

pada bayi usia 12 bulan di Puskesmas Kecamatan Tapos Kota Depok

dengan tingkat kekuatan korelasi sedang dengan nilai p= 0,001 < α 0,05

dan r = 0,412. Persamaan dalam penelitian ini adalah meneliti tentang

tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi, Perbedaan

dalam penelitian ini adalah Desain penelitian deskritif kuantitatif, ,

populasi ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan Teknik sampling

menggunakan sampling total, variabel, tempat dan waktu pelaksanaan.

3. Yuminerti, Prita swandari (2020), Hubungan Tingkat Pengetahuan

Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di

Klinik Pratama Widuri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional, Penelitian

ini menggunakan teknik Non Probability sampling dengan pendekatan

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu, Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah kuesioner,

Hasil penelitian ini tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar

baik yaitu 23 responden (38,3%), cukup yaitu 32 responden

( 53,3%), kurang yaitu 5 responden (8,3%). Analisa data menggunakan

univariat dan Bivariat. analisis data didapatkan nilai p value < α =

0.003<0.05. yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisas ipada bayi 0-12 bulan.

Persamaan dalam penelitian ini adalah meneliti tentang tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi desain penelitian

deskritif kuantitatif, populasi ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan,

11
Perbedaan dalam penelitian ini adalah Teknik sampling menggunakan

sampling total, variabel, tempat dan waktu pelaksanaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Konsep Pengetahuan

a. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indera yang dimiliki orang tersebut. Pengetahuan tiap orang akan

berbeda-beda tergantung dari bagaimana penginderaannya masing-

masing terhadap objek atau sesuatu hal. Pada waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut

Notoatmodjo (2020).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor Pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan Pendidikan,

dimana diharapkan bahwa dengan Pendidikan yang tinggi maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu

ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah

mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa

12
peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari Pendidikan

formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui non formal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif, kedua aspek ini yang akan

menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek

yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap

objek tertentu (Anggraeni, 2016).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya Tindakan seseorang (oven behavior). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang disadari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

disadari oleh pengetahuan. Secara garis besar ada 6 tingkatan

pengetahuan (Notoatmodjo, 2020), yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingatkan Kembali (recall) terhadap sesuatu yang

spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu tahu: ini adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

13
2) Memahami ( Comprehension)

Suatu kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu

dengan benar. Seseorang yang telah memahami tentang pelajaran

atau materi yang telah diberikan dapat menjelaskan,

menyimpulkan, dan menginterpretasikan objek atau sesuatu yang

telah dipelajarinya tersebut.

3) Aplikasi (Application)

Yaitu dapat mengaplikasikan atau menggunakan materi

yang telah dipelajarinya pada suatu kondisi atau situasi nyata.

4) Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur tersebut

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

yang dimiliki seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

memisahkan dan menggelompokkan, membedakan atau

membandingkan.

5) Sintesis (Synthesis)

Kemampuan seseorang dalam mengaitkan atau

menghubungkan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang

ada menjadi suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Kemampuan

sintesisini seperti menyusun, merencanakan, mengkategorikan,

mendesain, dan menciptakan.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

14
melakukan justifikasi/penilaian terhadap suatu materi/objek

(Notoadmodjo 2010) dalam buku Metodologi Penelitian

Kesehatan Edisi Tahun 2018.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Budiman dan

Riyanto, 2018).

1) Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku

seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan

memahami suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki

juga semakin tinggi (Budiman & Riyanto, 2013)

2) Informasi /Media

Masa informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganilisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.

Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal.

Dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan.

Semakin berkembangnya teknologi menyediakan bermacam

macam media masa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat. Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika

15
sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka

akan menambahkan pengetahuan dan wawasannya, sedangkan

seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan

menambah pengetahuan dan wawasannya.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan

menambahkan pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang

dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang yang

mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan

baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya

akan kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi

tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki status

ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit

untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan

pengetahuan.

4) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan

kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun

tidak akan direspon sebagai pengetahuan oleh individu.

Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang didapatkan akan

16
baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuannya yang

didapat juga akan kurang baik.

5) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain

maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengalaman

seseorang tentang suatu permasalahan akan membuat orang

tersebut mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan

dari pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga

pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan

apabila mendapatkan masalah yang sama.

6) Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membaik dan

bertambah.

d. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dilihati dan diinterprestasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif Menurut Arikunto (2006)

dalam Wawan A (2020), yaitu :

1) Pengetahuan baik, jika responden menjawab pertanyaan dengan

benar (76- 100%)

2) Pengetahuan cukup, jika responden menjawab pertanyaan dengan

17
benar (56%-75%)

3) Tingkat Pengetahuan kurang, jika responden menjawab

pertanyaan dengan benar (<56%).

2. Peran ibu (orang tua)

a. Pengertian ibu

Pengertian ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu

Ibu adalah seorang yang telah melahirkan anak. Ibu adalah sebutan

untuk wanita yang sudah bersuami. Ibu adalah panggilan lazim pada

wanita yang sudah bersuami atau belum yang umurnya lebih tua

(Depdiknas, 2017).

b. Peran ibu (orang tua)

Peran orang tua sangatlah penting dalam kesehatan anak, karena

tanpa perhatian dan bimbingan orang tua maka anak mudah terkena

kuman dan bakteri pada saat bermain dan bergaul sehingga anak

mudah terserang dan terjangkit penyakit. Selain itu, orang tua juga

berperan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

anak. Dimana anak membutuhkan sebuah benteng pertahanan untuk

melawan benda-benda asing yang akan menyerang tubuhnya, dan

salah satu pencegahannya yaitu dengan perhatian ibu dalam

mengimunisasikan anaknya dengan tujuan diberi antibodi untuk

menjaga kekebalan tubuh anak sehingga tidak mudah terserang

berbagai jenis penyakit. Karena, tubuh anak usia 0-12 bulan masih

sangat rentang terkena. Peningkatan cakupan imunisasi melalui

pendidikan orang tua telah menjadi strategi terpopuler diberbagai

18
negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak- anak tidak akan

diimunisasi secara benar disebabkan oleh orang tua tidak

mendapatkan penjelasan yang baik atau memiliki wawasan yang

cukup luas tentang. Program imunisasi dikatakan berhasil ketika

pengetahuan atau wawasan orang tua cukup untuk mengetahui ciri-

ciri penyakit yang akan menyerang anaknya dan juga adanya usaha

dari orang tua yang bersungguh sungguh untuk melindungi anaknya

dari berbagai penyakit yang menghampiri sehinga orang tua sangat

berperan penting dalam menjaga kesehatan anaknya agar terhindar

dari berbagai jenis penyakit yang akan menyerangnya. Cakupan

imunisasi yang rendah merupakan persoalan yang sangat kompleks.

Bukan hanya faktor biaya, karena sebenarnya vaksin di Indonesia itu

sudah digratiskan. Jadi, sudah tidak ada alasan lagi bagi orang tua

untuk tidak mengimunisasikan anaknya. Tapi, vaksin gratis juga

tidak menjamin suksesnya imunisasi tanpa adanya rasa percaya diri

orang tua dan sarana pencegahan dengan melakukan usaha

pencegahan yang teratur bagi anak untuk mereka yang dapat

terhindar dari sakit. (Notoatmodjo, 2018).

c. Bayi

Bayi merupakan awal pertumbuhan dan perkembangan setelah

proses kelahiran. Masa bayi merupakan periode sejak lahir sampai

usia 12 bulan, pada bulan pertama kehidupan merupakan masa kritis

karena banyak mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan

sirkulasi darah, serta organ- organ tubuh mulai berfungsi (Ronald,

19
2011). Tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa

neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan

usia 29 hari-12 bulan (Nursalam, 2016).

3. Konsep Imunisasi

a. Defenisi Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak

diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit

tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum

tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya

untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan

penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk

mencegah penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan

dan kematian pada bayi dan balita (Mardianti & Farida, 2020).

Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan

efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Jadi Imunisasi ialah tindakan yang dengan sengaja memberikan

antigen atau bakteri dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem

imun dan menimbulkan kekebalan, sehingga hanya mengalami gejala

ringan apabila terpapar dengan penyakit tersebut.

b. Pengertian Imunisasi Dasar

20
Imunisasi dasar merupakan imunisasi awal yang diberikan

kepada bayi sebelum berusia satu tahun. Pada kondisi ini, diharapkan

sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Setiap bayi (usia

0-11 bulan) diwajibkan untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap

yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-

HiB, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis campak/MR (Kemenkes RI,

2018).

c. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan

terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut

memiliki tujuan umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan,

dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

(PD3I). Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini diantaranya,

tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai

target RPJMN (target tahun 2019 yaitu 93%), tercapainya Universal

Child Immunization/UCI (prosentase minimal 80% bayi yang

mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) diseluruh desa/kelurahan, dan

tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi.( Permenkes RI 2017).

d. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak

langsung terlihat. Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah

menurunkan angka kejadian penyakit, kecacatan maupun kematian

akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

21
Imunisasi tidak hanya dapat memberikan perlindungan kepada

individu namun juga dapat memberikan perlindungan kepada populasi

(Kemenkes RI, 2018).

Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan

menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi, tetapi dapat dirasakan oleh :

a. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit

dan kemungkinan cacat atau kematian.

b. Keluaraga yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan

bila anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orang

tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa-masa kanak-kanak

yang nyaman.

c. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan

bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan

Negara (proverawati,2016:5-6).

e. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah adalah

imunisasi tujuh penyakit yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis,

poliomyelitas, campak dan hepatitis B. Jenis imunisasi yang

diwajibkan oleh pemerintah sebelum usia setahun tersebut adalah :

a. Imunisasi Hep B (HB 0), diberikan pada bayi usia 0-7 hari.

b. Imunisasi BCG, Polio 1, diberikan pada bayi usia 1 bulan.

c. Imunisasi DPT-HB-Hib 1, Polio 2, diberikan pada bayi usia 2

bulan.

22
d. Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3, diberikan pada bayi usia 3

bulan.

e. Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV diberikan pada bayi usia 4

bulan.

f. Imunisasi Campak, diberikan pada bayi usia 9 bulan. (Hardianti

Dkk, 2017).

f. Jenis-Jenis Imunisasi Dasar

1. Imunisasi Hepatitis B

a. Pengertian

Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan

untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis

B yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati. Efek samping

imunisasi umumnya tidak ada, jika pun terjadi yaitu berupa

keluhan nyeri pada tempat suntikan yang disusul demam dan

pembengkakan, reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua

hari. (Maryunani, 2016).

b. Cara pemberian dan dosis

1) Dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB PID, secara intramuskuler,

pada anterolateral paha.

2) Pemberian sebanyak 3 dosis.

3) Dosis pertama 0-7 hari, dosis berikutnya interval minimum

4minggu (1 bulan).

c. Kontra indikasi

Penderita infeksi berat yang disertai kejang.

23
d. Efek samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan

pembengkakan disekitar tempat penyuntikan.reaksi yang

terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

e. Penanganan efek samping

1) Orangtua dianjurakan untuk memberikan minum lebih

banyak (ASI).

2) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.

3) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.

4) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam

(maksimal 6 kali dalam 24 jam).

5) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

(Maryunai 2016)

2. Imunisasi BCG

a. Pengertian

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis

(TBC) yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular. Efek

samping umumnya tidak ada, namun pada beberapa anak

timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau

leher bagian bawah dan biasanya akan sembuh sendiri. Kontra-

indikasi imunisasi BCG yaitu tidak dapat diberikan pada anak

yang berpenyakit TB atau menunjukan ujimantoux positif atau

24
pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun

(Maryunani, 2016)..

b. Cara pemberian dan dosis

1) Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali.

2) Disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas

(insertion musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS

0,005 ml.

c. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis

d. Efek samping

2-6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas

suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar

dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian

menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut

dan diameter 2-10 mm.

e. Penanganan efek samping

1) Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres

dengan cairan antiseptik

2) Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin

membesar anjurkan orangtua membawa bayi ketenaga

kesehatan. (Maryunani. 2016).

3. Imunisasi DPT

a. Pengertian

25
Imunisasi DPT-HB-Hib merupakan imunisasi yang

diberikanuntuk mencegah terjadinya penyakit difteri,

pertusis, tetanus, pneumonia (radang paru), dan meningitis

(radang selaput otak). Efeksamping biasanya berupa

bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasisuntikan disertai

demam dapat timbul. Kontra-indikasi imunisasi yaitu tidak

dapat diberikan pada anak yang mempunyai penyakit atau

kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan, seperti

epilepsy,menderita kelainan saraf, anak yang sedang

demam/sakit keras dan yang mudah mendapatkan kejang dan

mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma (Maryunani,

2018).

b. Cara pemberian dan dosis

1) Vaksin harus disuntikan secara intramuskular pada

anterolateral paha atas.

2) Satu dosis anak adalah 0,5 ml.

c. Kontra indikasi

Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir

atau kelainan saraf serius

d. Efek samping

Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan

kemerahan pada lokasi suntikan, disertai demam dapat timbul

dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat,

26
seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis

dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah

pemberian.

e. Penanganan efek samping

1) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih

banyak (ASI atau sari buah).

2) Jika demam, kenaikkan pakaian yang tipis

3) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.

4) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4

jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).

5) Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi kedokter

(Hardianti Dkk, 2017).

4. Imunisasi polio

a. Pengertian

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu

penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat

mengakibatkan lumpuh. (Maryunani, 2018 : 218-219). Cara

pemberian dan dosis

Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak

4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal

4 minggu.

b. Kontra indikasi

Pada individu yang menderita immune deficiency tidak

27
ada efek berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada

anak yang sedang sakit.

c. Efek samping

Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral,

setelah mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum

seperti biasa.Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi

dosis ulang.

d. Penanganan efek samping

Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apapun.(Buku

ajar imunisasi, 2018).

5. Imunisasi campak

a. Pengertian

Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.Efek

samping mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek

kemerahan/bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari

ke 7-8 setelah penyuntikan, kemungkinan terdapat

pembengkakan pada tempat penyuntikan. Kontra- indikasi

imunisasi campak yaitu pada anak dengan penyakit infeksi

akut yang disertai demam, gangguan kekebalan, TBC tanpa

pengobatan, kekurangan gizi berat, penyakit keganasan, serta

pada anak dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur,

kanamisin, dan eritromisin (antibiotik) (Maryunani, 2018).

28
b. Cara pemberian dan dosis

0,5 ml disuntikan secara subkutan pada lengan kiri atas

atau anterolateral paha, pada usia 9-11 bulan,

c. Kontra indikasi

Individu yang mengidap penyakit immune deficiency

atau individu diduga menderita gangguan respon imun karena

leukemia, limfoma.

d. Efek samping

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan

kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah

vaksinasi.

e. Penanganan efek samping

1) Orangtua dianjurkan untuk meberikan minum lebih banyak

(ASI atau sari buah).

2) Jika demam kenakan pakaian yang tipis.

3) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.

4) Jika demam berikan paracetamol 15 ml/kgBB setiap 3-4

jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).

5) Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi kedokter

(Maryunani, 2018).

B. Landasan Teori

1. Konsep Pengetahuan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Budiman dan Riyanto,

29
2018).

a) Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku

seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami

suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin

tinggi.

b) Informasi /Media

Masa informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganilisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.

Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal.

Dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan

perubahan dan peningkatan pengetahuan.

c) Sosial budaya dan ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambahkan

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan

menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan

tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka

pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik

30
maka pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang

mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki

status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit

untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan

pengetahuan.

d) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan

kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak

akan direspon sebagai pengetahuan oleh individu.

e) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun

diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang.

f) Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah.

Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dilihat dan diinterprestasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif Menurut Arikunto (2006)

dalam Wawan A (2020), yaitu :

4) Pengetahuan baik, jika responden menjawab pertanyaan dengan

benar (76- 100%)

31
5) Pengetahuan cukup, jika responden menjawab pertanyaan dengan

benar (56%-75%)

6) Tingkat Pengetahuan kurang, jika responden menjawab

pertanyaan dengan benar (<56%).

2. Konsep Imunisasi

a. Defenisi Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga

apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit

atau hanya mengalami sakit ringan (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2019).

b. Pengertian Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar merupakan imunisasi awal yang diberikan

kepada bayi sebelum berusia satu tahun. Pada kondisi ini, diharapkan

sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Setiap bayi (usia

0-11 bulan) diwajibkan untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap

yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-

HiB, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis campak/MR (Kemenkes RI,

2018).

c. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan

terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi

memiliki tujuan umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan,

32
dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

(PD3I). Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini diantaranya,

tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai

target RPJMN (target tahun 2019 yaitu 93%), tercapainya Universal

Child Immunization/UCI (prosentase minimal 80% bayi yang

mendapat IDL diseluruh desa/kelurahan, dan tercapainya reduksi,

eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi.( Permenkes RI 2017).

d. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi adalah menurunkan angka kejadian penyakit,

kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat memberikan

perlindungan kepada individu namun juga dapat memberikan

perlindungan kepada populasi (Kemenkes RI, 2018).

e. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

1. Jadwal pemberian Imunisasi sebelum usia setahun adalah:

3. Imunisasi Hep B (HB 0), diberikan pada bayi usia 0-7 hari.

4. Imunisasi BCG, Polio 1, diberikan pada bayi usia 1 bulan.

5. Imunisasi DPT-HB-Hib 1, Polio 2, diberikan pada bayi usia 2

bulan

6. Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3, diberikan pada bayi usia 3

bulan.

7. Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV diberikan pada bayi usia 4

bulan.

33
8. Imunisasi Campak, diberikan pada bayi usia 9 bulan. (Hardianti

Dkk, 2017).

f. Jenis-jenis Imunisasi Dasar

1) Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan

untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis

B yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati. Efek

samping imunisasi umumnya tidak ada, jika pun terjadi yaitu

berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan yang disusul demam

dan pembengkakan, reaksi ini akan menghilang dalam waktu

dua hari. (Maryunani, 2016).

2) Imunisasi BCG

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis

yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular. Efek samping

umumnya tidak ada, namun pada beberapa anak timbul

pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian

bawah dan biasanya akan sembuh sendiri. (Maryunani, 2016).

3) Imunisasi DPT

Imunisasi DPT-HB-Hib merupakan imunisasi yang

diberikanuntuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis,

tetanus, pneumonia (radang paru), dan meningitis (radang

selaput otak). Efeksamping biasanya berupa bengkak, nyeri dan

kemerahan pada lokasisuntikan disertai demam dapat timbul.

34
(Maryunani, 2018).

4) Imunisasi polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu

penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat

mengakibatkan lumpuh. (Maryunani, 2018). Efek samping

sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral.

5) Imunisasi campak

Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.Efek

samping mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek

kemerahan/bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari

ke 7-8 setelah penyuntikan, kemungkinan terdapat

pembengkakan pada tempat penyuntikan. (Maryunani, 2018).

35
C. Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan Ibu Tentang


Imunisasi Dasar Pada Bayi
0-12 Bulan

Baik
1. Pengertian Imunisasi
2. Tujuan Imunisasi
3. Manfaat Imunisasi
4. Jenis-Jenis Imunisasi Cukup
5. Jadwal Imunisasi
6. Efek Samping Imunisasi

Kurang

36
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

D. Kerangka Penelitian

Faktor yang mempengaruhi


Pengetahuan
1. Tingkat Pendidikan
2. Informasi/Media
3. Sosial Budaya dan ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
Budiman dan riyant. 2018
.

Baik
Pengetahuan Ibu Tentang Cukup
Imunisasi Dasar Pada Bayi
0-12 Bulan Kurang

Tahu ( Know ) Wawan. A (2020)

Memahami (Compehension)

Aplikasi (Application)

Analisis (Analysis)

Sintesis (Synthesis) 37

Evaluasi (Evaluation)
= Tidak Diteliti

= Diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, metode penelitian

yang menjelaskan dan menerangkan situasi masalah. Menggunakan

rancangan penelitian deskritif.. Penelitian deskritif adalah penelitian yang

hanya menggambarkan atau memaparkan variabel-variabel yang diteliti tanpa

menganalisa, tujuan penelitian untuk melihat Gambaran Pengetahuan Ibu

Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi 0-12 bulan di Pukesmas Pembantu

Jambu.

B. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

38
Menurut (Sugiyono, 2016), Populasi adalah unit dimana suatu hasil

peneliitian akan diterapkan (digenalisir). Yang terdiri atas: objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan

berjumlah 35 Ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan di Puskesmas

Pembantu Jambu Tahun 2022.

2. Sampel

Sampel adalah Sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel

merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau Sebagian dari

jumlah karakteristik yang dimiliki. Dalam Penelitian ini, pengambilan

sampel

sebanyak 35 ibu data di Puskesmas Pembantu Jambu, yang

mempunyai bayi 0-12 bulan di Puskesmas Pembantu Jambu pada tahun

2022.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah ciri atau ukuran yang melekat pada objek

penelitian baik bersifat fisik (nyata) atau psikis (tidak nyata) atau sesuatu

yang digunakan sebagai ciri-ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki oleh satuan

Penelitian dari sebuah teori (Nursalam, 2016). Variabel yang digunakan

dalam penelitian adalah variabel tunggal.

D. Defenisi Opersional

39
Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrument atau alat

“defenisi operasional variabel”. Untuk memudahkannya, biasanya defenisi

opresioanal itu dalam bentuk “matrix” yang terdiri dari kolom-kolom:

3.1 Defenisi Operasional

Sub Defenisi Parameter Alat Ukur Skala Kategori

variabel Operasional

Pengetahu- Pengetahuan 1. Pengertian Kuesioner Ordinal Baik bila

an ibu Adalah Imunisasi dengan Skor:

segala 2. Tujuan skala 76%-

Sesuatu yang Imunisasi Guttman 100%

diketahui dan 3. Manfaat favorable Cukup

merupakan Imunisasi 1= Benar bila Skor:

hasil ”tahu” 4. Jenis- 0= Salah 56-75%

pada ibu bayi Jenis Unfavorabl Kurang

0-12 bulan Imunisasi e bila Skor:

tentang 5. Jadwal 1= Salah ≤ 56%

Imunisasi Imunisasi 0= Benar

Dasar 6. Efek

Samping

Imunisasi

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan kuisioner, yaitu sejumlah

pertanyaan tertulis yang dibaca dan dijawab oleh responden

40
penelitian.Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan terstruktur, yaitu

subjek hanya menjawab sesuai pedoman yang sudah ditentukan (Suyanto,

2016). Terdapat 1 kuesioner yang digunakan oleh peneliti, kuesioner memuat

tentang pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar.

Penilaian yang digunakan untuk kuesioner pengetahuan ibu tentang imunisasi

dasar pada bayi :

Skor Baik : 76%-100%

Cukup : 56%-75%

Kurang : ≤56%

E. Metode dan Penggumpulan Data

Tekhnik penggumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan tekhnik penggumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2016). Penelitian

dilakukan dengan cara mengisi kuesioner , sebelum mengisi kuesioner

peneliti

memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kemudian

peneliti meminta persetujuan dari respobden dengen cara memberikan lembar

informed consent dan responden menandatangani jika setuju. Selanjutnya

peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner dan kontrak waktu ± 20 menit,

kemudian peneliti melakukan pengambilan data penggumpulan data dengan

memberikan kuesioner yang telah disediakan peneliti. Pengisian data ada

yang diisi sendiri oleh responden. Penggumpulan data ini dilakukan sendiri

oleh peneliti.

41
F. Prosedur Penelitian

Prosedur pelitian diawali dengan :

1. Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk menentukan masalah yang

dijadikan bahan penelitian.

2. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan alat ukur berupa

kuesioner

3. Pada tahap pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti

4. Peneliti memperkenalkan diri, lalu menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian. Setelah responden bersedia, peneliti meminta responden untuk

menandatangani informed consent.

5. Peneliti menjelaskan tentang cara pengisian kuesioner, setelah responden

mengerti, peneliti meminta untuk mengisi kuesioner dengan lengkap, jelas

dan jujur

6. Peneliti menjelaskan lama waktu pengisian kuesioner kepada responden

yaitu ± 20 menit.

7. Penelitian ini dilakukan dengan satu kali tatap muka, untuk mengisi

jawaban dilakukan sendiri oleh responden.

8. Kuesioner yang telah selesai diisi kemudian di periksa kelengkapannya

oleh peneliti, bila belum lengkap pada pengisian maka peneliti meminta

Kembali responden untuk melengkapi jawaban pertanyaan yang masih

kurang atau kosongpada kuesioner tersebut.

9. Apabila responden sudah memenuhi jumlah yang ditentukan, maka data

yang didapatkan dikumpulkan kemudian dianalisis dengan meenggunakan

tabael distribusi frekuensi.

42
G. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

akan diteliti (subjek penelitian) yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut. Menurut (Hidayat,2016), masalah etika yang harus

diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetuhuan antara peneliti dan

ressponden. Peneliti memberikan lembar persetujuan dengan tujuan agar

responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui

dampaknya. Jika responden bersedia, maka selanjutnya mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka

peneliti menghormati hak responden, Adapun isi dari informed concent

antara lain : status peneliti, tujuan penelitian, prosedur penelitian,

komitmen yang akan yang akan dilakukan, manfaat, kerahasiaan dan

potensial masalah

yang terjadi.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Peneliti memberikan jaminan dengan cara tidak memberikan nama

pada responden pada lembar kuesioner, hanya menuliskan nomor kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjaga kerahasiaan dari hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang peneliti

43
kumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

44

Anda mungkin juga menyukai