Salah satu cara menghindari penyakit pada bayi yang efektif adalah meningkatkan sistem
kekebalan tubuh dengan memberikan obat khusus yang disebut vaksin melalui imunisasi. Imunisasi
dapat menghindari berbagai penyakit seperti hepatitis, campak, polio, cacar, tetanus, difteri, batuk rejan
dan TBC (Irianto & Waluyo, 2004). Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelengkapan lima
imunisasi dasar yang wajib meliputi BCG, hepatitis B, DPT, polio dan campak. Menurut penelitian
Suminar di Desa Patra Sengon Kecamatan Patrang Kabupaten Jember tahun 2008, didapatkan bahwa
faktor tingkat pendidikan dan motivasi ibu, dukungan keluarga serta konseling dari petugas kesehatan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pemberian imunisasi, sehingga menambah cakupan
imunisasi.
Kesehatan anak di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu, hal ini tercermin dari
penurunan tingkat kematian bayi dan anak. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, angka kematian bayi pada tahun 2012 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka
ini menurun dua poin dengan angka kematian bayi berdasarkan SDKI tahun 2007 sebesar 34 per 1.000
penduduk dan berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan angka
kematian bayi sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti belum mencapai target tujuan
pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030 sebesar 25 per
1.000 kelahiran hidup. Arah tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs ini meliputi tujuh belas hal,
diantaranya yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua oang di
segala usia termasuk diantaranya yaitu menurunkan angka kematian ibu dan anak (Kemenkes RI, 2016).
Kementerian Kesehatan Indonesia telah menyusun program sebagai usaha yang dilakukan untuk
menekan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) pada anak, seperti Program
Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak sejak tahun 1956 (Triana,2016). Di Indonesia, program
imunisasi mewajibkan setiap bayi (usia 0-11 bulan) mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri
dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HIB, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. Menurut
data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar
41,6%, kemudian meningkat pada tahun 2010 yaitu sebesar 53,8% dan pada tahun 2013 cakupan
imunisasi dasar lengkap kembali meningkat yaitu sebesar 59,2%, namun belum mencapai target Resntra
pada tahun tersebut sebesar 88% (Kemenkes RI, 2016).
Penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis, polio, & campak
adalah penyebab terbesar mortalitas & morbilitas dalam anak. Secara global
diperkirakan dua hingga tiga juta kematian pertahunnya berhasil dicegah dengan
imunisasi (Kemenkes RI, 2013). Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
warga seluruhnya, upaya pengendalian penyakit terus menerus dilakukan,
galat satunya merupakan Pengendalian Penyakit yg Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) (Tanjung et al, 2017)
Provinsi Riau mencapai cakupan imunisasi dasar lengkap pada UCI sebesar 74,67% yang masih
belum mencapai target sesuai ketetapan UCI (Dinkes Riau, 2014). Berdasarkan data yang didapatkan dari
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bahwa puskesmas yang mendapatkan cakupan imunisasi lengkap
terendah sampai akhir tahun 2016 adalah Puskesmas Umban Sari, Rumbai sebesar 57,8% dengan jumlah
balita sebanyak 579 balita (Dinkes Riau, 2016)
Penulis melakukan pekerjaan dinas luar untuk melakukan imunisasi di posyandu di wilayah kerja
puskesmas pengalihan tepat di desa pengalihan keritang. Penulis menemukan adanya penomena banyak
para ibu yang tidak ingin anak nya untuk di imunsasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan 2 orang
petugas Puskesmas pada tanggal 13 Oktober 2022 didapatkan informasi bahwa masih ada beberapa ibu
di wilayah tersebut tidak membawa balitanya ke posyandu untuk memberikan imunisasi dasar lengkap
pada anaknya, padahal para petugas Puskesmas sudah mengupayakan seoptimal mungkin untuk
menjelaskan kepada orang tua terkait pentingnya dan manfaat imunisasi dasar lengkap diberikan pada
anak, memberikan penyuluhan di posyandu wilayah tersebut terkait program imunisasi. Alasan lain para
orang tua yakni terkait dari maraknya isu penggunaan vaksin palsu sejak setahun ini, dan beberapa ibu
ada yang menjadi anti imunisasi yakni diantara nya ibu-ibu yang bercadar yang tidak mau
mengimunisasikan anak nya dikarenakan adanya pemikiran bahwa vaksin yang digunakan mengandung
unsur tidak halal dalam pembuatan dan kandungan vaksin untuk imunisasi tersebut. Berdasarkan
fenomena serta studi dan survei dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti merasa penting dan
tertarik untuk meneliti tentang
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Cakupan dalam Pemberian Imunisasi Dasar
Lengkap pada Anak di daerah desa Pengalihan, Kec Keritang Kab Inhil, Prov Riau.
file:///C:/Users/HP/Downloads/adminners,+4.+FAKTOR-
FAKTOR+YANG+BERHUBUNGAN+DENGAN+RENDAHNYA+CAKUPAN+
DALAM+PEMBERIAN+IMUNISASI+DASAR+LENGKAPPADA+ANAK.pdf
https://repository.unsri.ac.id/13323/2/RAMA_
%2013201%20_10011181419012_0021018101_01_front_ref.pdf
A. Masalah
1. Identifikasi
a. Seberapa besar tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi
imunisasi dasar lengkap
b. Apa sajakah faktor faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan
imunisasi dasar lengkap
c. Seberapa banyak orang tua yang tidak ingin anaknya di imunisasi
d. Mengapa orang tua orang tsb rendah tingkat pengetahuan tentang
iminisasi
2. Batasan maslah
Agar tidak terjadi kesalah pahaman maka ruang lingkup
masalah ini pada apa sajakah faktor yang mempengaruhi rendahnya
cakupan imunisasi dasar lengkap
3. RumusaN masalah
Dari latar belakang di atas makan penulis merumuskan
masalah Faktor faktor yang mempengaruhi rendah nya capukan
imunisasi dasar lengkap
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan masalah Umum
Faktor–faktor apakah yang berhubungan dengan rendahnya cakupan imunisasi dasar pada bayi
di Desa pengalahihan, kec. Keritang indragiri hilir Riau?
1.2.2.1 Adakah hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan rendahnya cakupan imunisasi dasar
lengkap pada bayi di Desa Desa pengalahihan, kec. Keritang indragiri hilir Riau
1.2.2.2 Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan rendahnya cakupan imunisasi dasar
lengkap pada bayi di Desa Desa pengalahihan, kec. Keritang indragiri hilir Riau
1.2.2.3 Adakah hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di
Desa Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga ? 5
1.2.2.4 Adakah hubungan antara pendapatan keluarga dengan ibu dengan rendahnya cakupan
imunisasi dasar lengkap pada bayi di Desa Desa pengalahihan, kec. Keritang indragiri hilir Riau
1.2.2.6 Adakah hubungan antara keterjangkauan ke tempat pelayanan imunisasi dengan ibu dengan
rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Desa Desa pengalahihan, kec. Keritang
indragiri hilir Riau
1.2.2.7 Adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan ibu dengan rendahnya cakupan imunisasi
dasar lengkap pada bayi di Desa Desa pengalahihan, kec. Keritang indragiri hilir Riau
2. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada anak di Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Pembina Plaju Palembang.
1.4.1. Manfaat bagi Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi di
perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang tentang hubungan
pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada anak.
1.4.2. Manfaat bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
informasi bagi masyarakat terutama kepada ibu-ibu tentang akibat yang ditimbulkan apabila anak tidak
mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau bahan
perbandingan untuk penelitian selanjutnya.