Anda di halaman 1dari 25

10

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Imunisasi

2.1.1 Pengertian

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila

suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya

mengalami sakit ringan (Permenkes, 2017).

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit

(Mulyani, 2021).

Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan

pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, upaya pencegahan

terhadap penyakit ini telah berhasil menurunkan morbiditas (angka

kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi

dan anak sehingga imunisasi menjadi salah satu bagian terpenting pada

tahun pertama bayi (Lisnawati, 2022).

Bahan yang digunakan untuk imunisasi disebut vaksin, yakni

komponenaktif (antigen) yang digunakan untuk mencegah

perkembangan penyakit di inang, yang dibuat dari virus atau bakteri yang

toksinnya dilemahkan atau salah satu protein permukaannya. Komponen

aktif (antigen) ini menginduksi respon imun ditubuh inang tanpa

10
11

menimbulkan penyakit yang sebenarnya. Vaksin juga mengandung

komponen tambahan, seperti bahan pengawet (phenoxyethanol, phenol

dan thiomersal biasa mencegah kontaminasi dengan jamur atau bakteri),

adiktif (untuk menjaga keefektifan vaksin dengan menjaga antigen stabil

selama penyimpanan), bahan pembantu yakni : berbagai garam

aluminium untuk meningkatkan respons imun terhadap vaksin, dan bekas

komponen lainnya seperti protein telur, ragi, cairan kultur sel, antibiotik,

atau zat aktif yang tertinggal dari proses yang digunakan untuk

memproduksi vaksin (Barbacariua, 2014).

Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,

masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah

diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid,

protein rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan

menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi

tertentu (Kemenkes RI, 2015).

Imunisasi merupakan program yang dengan sengaja memasukkan

antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat

resisten terhadap penyakit tertentu. Imunisasi terbagi dua antara lain:

1. Imunisasi aktif

Imunisasi aktif merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah

dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon

spesifik dan memberikan suau ingatan terhadap antigen ini, sehingga

ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya.


12

2. Imunisasi pasif

Imunisasi pasif merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh

dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan

melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia

(kekebalan yang didapat bayi melalui plasenta) atau binatang (bisa

ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk ke

dalam tubuh yang terinfeksi (Mulyani, 2021).

2.1.2 Tujuan Imunisasi

Secara umum imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,

kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah dengan

Imunisasi (PD3I) (Kemenkes RI, 2015).

Selain itu, program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan

kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak

yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.

Secara umum tujuan imunisasi, antara lain:

1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.

2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.

3. Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan

mortalitas (angka kematian) pada balita (Mulyani, 2021).

Menurut Permenkes RI (2017), program imunisasi di Indonesia memiliki

tujuan umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan

kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini diantaranya, tercapainya


13

cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada bayi sesuai target RPJMN

(target tahun 2019 yaitu 93%), tercapainya Universal Child

Immunization (UCI) (persentase minimal 80% bayi yang mendapat IDL

disuatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan, dan tercapainya

reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi.

2.1.3 Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan

menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat

dicegahdengan imunisasi, tetapi dapat dirasakan oleh :

1. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan

kemungkinan cacat atau kematian.

2. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila

anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orangtua yakin

bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

3. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan

bangsayang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara

(Mulyani, 2021).

2.1.4 Sasaran Imunisasi

Imunisasi dilakukan di seluruh Kelurahan di wilayah Indonesia.

Imunisasirutin diberikan kepada bayi di bawah umur satu tahun, wanita

usia subur, yaitu wanita berusia 15 hingga 39 tahun termasuk ibu hamil

dan calon pengantin.Imunisasi pada bayi disebut dengan imunisasi dasar,


14

sedangkan imunisasi padaanak usia sekolah dasar dan wanita usia subur

disebut dengan imunisasi lanjutan.Vaksin yang diberikan pada imunisasi

rutin meliputi, pada bayi: hepatitis B, BCG,Polio, DPT, dan campak/MR.

Pada usia anak sekolah: DT (Difteri Tetanus), campak/MR dan Tetanus

Toksoid. Pada wanita usia subur diberikan Tetanus Toksoid. Pada

kejadian wabah penyakit tertentu di suatu wilayah dan waktu tertentu

makaImunisasi tambahan akan diberikan bila diperlukan. Imunisasi

tambahan diberikankepada bayi dan anak. Imunisasi tambahan sering

dilakukan misalnya ketikaterjadi suatu wabah penyakit tertentu dalam

wilayah dan waktu tertentu, misalnya pemberian polio pada Pekan

Imunisasi Nasional (PIN) dan pemberian imunisasi campak pada anak

sekolah (IDAI, 2014).

2.1.5 Jenis Imunisasi

(Gambar 2.1 Jenis Imunisasi Berdasarkan Jenis Penyelenggaraan)


15

Vaksin BCG
Deskripsi :
Vaksin BCG merupakan
vaksin beku kering yang
mengandung
Mycrobacterium bovis
hidup yang dilemahkan
(Bacillus Calmette
Guerin), strain paris.
Indikasi :
Untuk
pemberian kekebalan
aktif terhadap
tuberkulosis.
Cara pemberian dan dosis :
• Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
• Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
(insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
Efek samping :
2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul
bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi
dalam waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan
menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.
Penanganan efek samping :
• Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan
cairan antiseptik.
• Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar
anjurkan orangtua membawa bayi ke ke tenaga kesehatan.
Vaksin DPT-HB-HIB
16

Deskripsi dan
indikasi :
Vaksin DTP-
HB-Hib digunakan
untuk pencegahan
terhadap difteri,
tetanus, pertusis
(batuk rejan),
hepatitis B, dan
infeksi Haemophilus
influenzae tipe b
secara simultan.

Cara pemberian dan dosis :


 Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha
atas.
 Satu dosis anak adalah 0,5 ml.
Kontra Indikasi :
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan
saraf serius .
Efek samping :
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan
pada lokasi suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar
kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas
(rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam
setelah
Penanganan efek samping :
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI
atau sari buah).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
17

 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam


(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
Vaksin Hepatitis B
Deskripsi :
Vaksin virus
recombinan yang
telah diinaktivasikan
dan bersifat non-
infecious, berasal
dari HBsAg.

Cara pemberian dan dosis :


 Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler, sebaiknya
pada anterolateral paha.
 Pemberian sebanyak 3 dosis.
 Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4
minggu (1 bulan).
Kontra Indikasi :
Penderita infeksi berat yang disertai kejang.
Efek samping :
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di
sekitar tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari.
Penanganan Efek samping :
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
18

 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

Vaksin Polio

Deskripsi :
Vaksin Polio
Trivalent yang
terdiri dari suspensi
virus poliomyelitis
tipe 1, 2, dan 3
(strain Sabin) yang
sudah dilemahkan.
Indikasi :
Untuk
pemberian
kekebalan aktif
terhadap
poliomielitis.
Cara pemberian dan dosis :
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Kontra Indikasi :
Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang
sakit.
Efek samping :
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah
mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa.
Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi dosis ulang.
Penanganan efek samping :
Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apa pun.
Vaksin Campak
Deskripsi :
19

Vaksin virus
hidup yang
dilemahkan.
Indikasi :
Pemberian
kekebalan aktif
terhadap penyakit
campak.
Cara pemberian dan dosis :
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau
anterolateral paha, pada usia 9–11 bulan
Kontra indikasi :
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu
yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
Efek samping :
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8–12 hari setelah vaksinasi.
Penanganan efek samping :
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam)
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter
Sumber : Kementrian Kesehatan RI (2015)
2.1.6 Jadwal Pemberian Imunisasi

Imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang telah ditentukan

dengan kadar tertentu yang disebut kadar protektif (kadar zat anti

penyakit yang dapat melindungi). Jadwal imunisasi terbagi atas jadwal

imunisasi dasar dan jadwal imunisasi ulangan. Ada yang cukup satu kali
20

imunisasi, ada yang memerlukan beberapa kali imunisasi dan bahkan

pada umur tertentu diperlukan imunisasi ulangan. Jadwal imunisasi

tersebut dibuat berdasarkan rekomendasi WHO dan organisasi profesi

yang berkecimpung dalam imunisasi setelah melalui uji klinis. Oleh

karena itu, jika ada imunisasi yang belum diberikan sesuai jadwal yang

seharusnya, atau imunisasi tertunda, imunisasi harus secepatnya

diberikan atau dikejar (IDAI, 2014).

Umur yang tepat untuk mendapatkan imunisasi adalah sebelum bayi mendapat

infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, berilahimunisasi

sedini mungkin segera setelah bayi lahir dan usahakan melengkapi imunisasi

sebelum bayi berumur 1 tahun. Khusus untuk campak, dimulai segerasetelah

anak berumur 9 bulan. Pada umur kurang dari 9 bulan, kemungkinan

besarpembentukan zat kekebalan tubuh anak dihambat karena masih adanya

zatkekebalan yang berasal dari darah ibu (IDAI, 2014)

Urutan pemberian jenis imunisasi, berapa kali harus diberikan serta jumlah

dosis yang dipakai juga sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan tubuh bayi.

Untuk jenis imunisasi yang harus diberikan lebih dari sekali juga harus

diperhatikan rentang waktu antara satu pemberian dengan pemberian

berikutnya.Untuk lebih jelasnya, jadwal imunisasi dasar dijelaskan pada tabel

berikut ini:
21

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Umur Jenis Vaksin Interval Minimal


untuk jenis imunisasi
yang sama
0-24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 1 Bulan
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4,IPV
9 bulan MR
Sumber : (Permenkes, 2017)
Catatan:

1. Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca

persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,

khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih

diperkenankan sampai <7 hari.

2. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,

Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.

3. Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan

sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.

4. Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan

sebelum bayi berusia 1 tahun.

2.2 Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi

Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012), yang menyatakan

bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:

2.2.1 Faktor Penguat (Predisposing Factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang


22

berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2012).

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa

jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Dalam Undang-

Undang tersebut disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal di


23

Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Kriteria pendidikan sebagai berikut:

1) Pendidikan Dasar adalah pendidikan umum yang lamanya

sembilan tahun, diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah

Dasar atau sederajat dan tiga tahun di Sekolah Menegah Pertama

atau sederajat.

2) Pendidikan Menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan

bagi lulusan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial

budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan

lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

Lama pendidikan yaitu tiga tahun, bentuk satuan pendidikan

menengah terdiri atas:

(1) Sekolah Menengah Umum

(2) Sekolah Menengah Kejuruan

(3) Sekolah Menengah Keagamaan

(4) Sekolah Menengah Kedinasan

(5) Sekolah Menengah Luar Biasa.

3) Pendidikan Tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah

yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan

profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan


24

menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian

(Peraturan Presiden RI, 2003).

Menurut penelitian yang dilakukan di Manado, diperoleh p-value =

0.004 < α = 0.05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna

antara pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (Worang,

et al, 2014).

2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk berfikir

secara terarah dan efektif, sehingga orang yang mempunyai

pengetahuan tinggi akan mudah menyerap informasi, saran dan

nasihat (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan meruapakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang, sehingga pengetahuan ibu adalah

sebagai salah satu faktor yang mempermudah (predisposing factor)

terhadap terjadinya perubahan perilaku khususnya mengimunisasikan

anak. Terdapat enam tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif,

yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


25

2) Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi secara benar.

3) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponenkomponen, tetapi masih didalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya

5) Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru

6) Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang telah

ada (Notoatmodjo, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan di Magetan, diperoleh p-value =

0.001 < α = 0.05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna


26

antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (Sari,

2016).

3. Status Pekerjaan

Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang

dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan

atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu

yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak

dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi (BPS,

2016).

Pekerjaan dilakukan untuk menunjang kehidupan dan keluarga

seseorang. Seseorang yang bekerja umumnya akan tersita banyak

waktu, sehingga dalam beberapa situasi salah satu kegiatan yang

berlangsung bersamaan akan diprioritaskan (Wawan & Dewi, 2019).

Suatu jenis pekerjaan dari seseorang akan memberikan pengalaman

belajar. Peran ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat

berpengaruh terhadap perawatan keluarga (Notoatmodjo, 2012).

4. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang

tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah


27

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Komponen pada sikap:

1) Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga kompenen tersebut

bersama-sama membentuk suatu sikap. Dalam penentuan sikap

yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang

peranan penting.

Ada berbagai tingkatan sikap, yaitu:

1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan.

2) Merespons (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang tersebut

menerima ide tersebut

3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga. Dengan seorang ibu mengajak ibu yang lain untuk

mengimunisasikan anaknya, maka hal tersebut merupakan suatu

bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap

imunisasi.
28

4) Bertanggung Jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan

sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan

bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu

objek. Sedangkan secara tidak langsung, dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat

responden (Notoatmodjo, 2012).

2.2.2 Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor pemungkin atau Faktor pendukung adalah faktorfaktor yang

memungkinkan perilaku atau tindakan. Faktor pemungkin adalah sarana

dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya

Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, alat-alat kesehatan, obat-obatan dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

1. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah bangunan yang sebagian atau seluruhnya berada diatas

tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan dan digunakan untuk

penyelenggaraan atau penunjang pelayanan. Prasarana adalah alat,

jaringan, dan sistem yang membuat suatu sarana dapat berfungsi. Alat

kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang

tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,

mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat

orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia (Kemenkes, 2018).


29

2. Peralatan Imunisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 42 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Imunisasi, peralatan yang diperlukan untuk

pelaksanaan pelayanan imunisasi tergantung pada perkiraan jumlah

sasaran yang akan diimunisasi. Setiap obat yang berasal dari bahan

biologik harus dilindungi terhadap sinar matahari, panas, suhu, beku,

termasuk juga vaksin.

2.2.3 Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Faktor ini merupakan faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu

pengetahuan, sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan

diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh

agama, serta petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

1) Peran Suami

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan

situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan

dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Seorang

ibu yang memiliki sikap positif terhadap imunisasi anaknya perlu

mendapat dukungan dari suami berupa konfirmasi atau izin dan

fasilitas yang mempermudah jangkauan imunisasi serta motivasi

untuk rutin imunisasi sesuai jadwal (Walther, 2011).


30

Menurut penelitian yang dilakukan di Surabaya, diperoleh p-value=

0.001 < α 0.05 yang berarti terdapat hubungan antara dukungan

keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar (Rahmawati & Umbul,

2013). Sedangkan menurut Triana (2016), disamping faktor petugas

kesehatan, diperlukan juga dukungan dari pihak lain, misalnya

suami/istri/orangtua/mertua

2) Petugas Kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan

melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 menyatakan bahwa tenaga

kesehatan memiliki peran penting untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar

masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan

yang setinggitingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai

salah satu unsur kesejahteraan umum (Peraturan Presiden RI, 2014).

3) Kader Kesehatan

Kader adalah orang yang diharapkan memegang peranan penting

didalam sebuah lembaga. Para kader merupakan anggota masyarakat

yang dipilih oleh anggota masyarakat lainnya, bekerja secara sukarela,


31

dan bersama-sama menyelenggarakan Posyandu. Posyandu adalah

layanan dan konsultasi kesehatan yang bersifat swadaya masyarakat,

yaitu dari, oleh, dan untuk rakyat yang dibantu oleh petugas

kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia memberikan

beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap kader, yaitu:

(1)Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat

(2)Wajib memiliki kemampuan membaca dan menulis

(3)Dituntut memiliki jiwa penggerak, pelopor dan pembaharu

masyarakat

(4)Memiliki waktu luang, kemampuan dan siap bekerja secara

sukarela.
32

2.3 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Kepercayaan
- Nilai
- Sikap

Faktor Pemungkin :
- Layanan Kesehatan
- Akses terhadap layanan
kesehatan
- Komitmen masyarakat dan
pemerintah terhadap
kesehatan Perilaku Kesehatan
- Kemampuan yang
berhubungan dengan
kesehatan

Faktor Penguat :
- Keluarga
- Kelompok
- Tenaga Kesehatan
- Teman kerja
- Penyedia Pelayanan
Kesehatan

(Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2012)

Skema 2.1
Kerangka Teori
33

2.4 Kerangka Konsep

Nursalam (2019) menyatakan kerangka konsep adalah abstrak dari suatu

realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang

menjelaskan keterkaitan antara variable (baik variabel yang diteliti maupun

yang tidak diteliti).

Variabel Independen Varibel Dependen


1. Usia ibu
2. Pendidikan ibu Kelengkapan Imunisasi
3. Pengetahuan Dasar Pada Bayi
4. Dukungan keluarga
5. kepercayaan

Skema 2.2
Kerangka Konsep

2.5 Hipotesa

Secara umum pengertian hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan

tesis (pernyataan), yaitu suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan

pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau

harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan

dalam penelitian (Hidayat, 2017). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Hipotesis : Diduga ada hubungan usia ibu, pendidikan ibu,

alternatif (Ha) pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan

terhadap kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi

di wilayah kerja Puskesmas Pengalihan Karitang

Kabupaten Indragiri Hilir.


34

Hipotesa nol (H0) : Diduga tidak ada hubungan usia ibu, pendidikan ibu,

pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan

terhadap kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada bayi

di wilayah kerja Puskesmas Pengalihan Karitang

Kabupaten Indragiri Hilir.

Anda mungkin juga menyukai