Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN IMUNISASI HB

OLEH :
IDA AYU DIAH NARESWARI KENITEN
P07120319016
PRODI NERS SEMESTER I

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN IMUNISASI HB

A. DEFINISI IMUNISASI
Imun adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan
pencegahan penyakit dalam rangka serangan kuman tertentu. Jadi imunisasi adalah suatu
tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh.
(Depkes RI, 2000).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 42 Tahun 2013). Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai
untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan
seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio.
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap
penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya
terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang
disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi
tersebut akan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh
dapat diharapkan pada diri anak.

B. JENIS-JENIS IMUNISASI
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013, berdasarkan sifat
penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi
pilihan.
1. Imunisasi wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib diberikan
sesuai jadwal sebagaimana ditetapkan dalam pedoman penyelenggaraan imunisasi.
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus
sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Jenis imunisasi
dasar yaitu:
a. Bacillus Calmette Guerin (BCG)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan
dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi
BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada
seluruh lapangan paru), atau TBC tulang. Imunisasi BCG berfungsi untuk
mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh
sekelompok bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis complex. Imunisasi
BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Menurut Nufareni (2003), Imunisasi BCG tidak mencegah infeksi
TB tetapi mengurangi risiko TB berat seperti meningitis TB atau TB miliar.
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian
imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan
pada bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui
intradermal.
b. Diphtheria Pertusis Tetanus (DPT)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang
mengandung racun kuman diphteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan
tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti (Toxoid).
c. Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis
yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian
imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0
– 11 bulan.
d. Polio
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit poliomyelitis.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Terdapat 2 macam vaksin
polio:
a) Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung virus polio
yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
b) Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
e. Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Penyakit infeksi ini
disebabkan oleh virus morbilli yang menular melalui droplet. Imunisasi campak
diberikan pada anak usia 9 bulan sebanyak satu kali dengan rasional kekebalan
dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan hilang sampai usia 9 bulan.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.
2. Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan
pada :
a. Anak usia bawah tiga tahun (Batita)
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia bawah tiga tahun (Batita)
terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria
Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan
Campak.
b. Anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia
sekolah dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Diphtheria Tetanus
(DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td).
c. Wanita usia subur
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur berupa Tetanus
Toxoid (TT).
3. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko
terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Pemberian
imunisasi tambahan tidak menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin.
4. Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu
antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan
menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis
imunisasi khusus antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis Meningokokus, imunisasi
demam kuning, dan imunisasi Anti Rabies (VAR).
5. Imunisasi pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari
penyakit menular tertentu. Jenis imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi
Haemophillus influenza tipe b (Hib), Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, Varisela,
Measles Mumps Rubella, Demam Tifoid, Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV),
dan Japanese Encephalitis.

C. IMUNISASI HEPATITIS B
Imunisasi Hepatitis B terdiri dari dua bentuk, imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
1. Imunisasi Pasif
Imunitas pasif yang didapat melalui anti-HBs dapat melindungi individu dari
infeksi Hepatitis B akut dan kronik bila diberikan segera setelah paparan, dengan
menggunakan imunoglobulin yang mengandung titer anti-HBs yang tinggi. Profilaksis
pasca paparan diberikan kepada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita Hepatitis
B, paparan membran mukosa atau kulit terhadap darah yang terinfeksi virus Hepatitis
B, dan kontak seksual pada pasien yang HBsAg positif. Imunoglobulin Hepatitis B
(HBIG) juga digunakan untuk melindungi pasien dari infeksi Hepatitis B rekuren
setelah transplantasi hati. Efektivitas imunoglobulin Hepatitis B adalah 75% untuk
mencegah Hepatitis B yang bermanifestasi klinis atau keadaan karier bila digunakan
segera setelah paparan. Proteksi yang dihasilkan oleh HBIG hanya bertahan selama
beberapa bulan.
Imunoglobulin Hepatitis B juga diindikasikan untuk profilaksis pasca paparan
jarum suntik atau luka kulit lainnya, yang terpapar dengan cairan tubuh pasien
dengan ininfeksi virus Hepatitis B. Profilaksis vaksin Hepatitis B sebelum paparan
mengurangi kebutuhan terhadap HBIG. Sebuah studi menyatakan bahwa bila tidak
diterapi, 30% individu yang tertusuk jarum yang terinfeksi virus Hepatitis B akan
mengalami infeksi klinis dan penggunaan HBIG mempunyai efektivitas 75% dalam
mencegah penyakit yang bermanifestasi klinis. Efikasi HBIG dalam pencegahan
Hepatitis B klinis dan Hepatitis B kronik adalah 75% bila diberikan dalam waktu 7 hari
setelah paparan.
2. Imunisasi Aktif
Vaksin Hepatitis B yang aman, imunogenik, dan efektif telah dipasarkan sejak
tahun 1982. Vaksin Hepatitis B mengandung HBsAg ayng dimurnikan. Vaksin dapat
diperoleh dari hasil kultur HBsAg dari plasma pasien infeksi Hepatitis B kronik
(plasma-derived vaccine) atau dengan memasukkan plasmid yang mengandung gen S
virus dan pada beberapa kasus pre-S1 dan atau pre S2 ke dalam ragi atau sel mamalia.
Insersi ini akan menginduksi sel mengekspresikan HBsAg, yang berkumpul menjadi
partikel imunogenik (vaksin DNA rekombinan). Vaksin tersebut mengalami inaktivasi,
dimurnikan, dan ditambah aluminium fosfat atau alminium hidroksida, dan diawetkan
dengan thimerosal.
Sebagian pabrik vaksin memproduksi vaksin kombinasi yang mengandung
komponen Hepatitis B. Vaksin kombinasi yang sudah ada diantaranya adalah: difteri,
tetanus, pertusis – Hepatitis B (DTP-Hep B); difteri, tetanus, difteri aseluler – Hepatitis
B (DTaP-Hep B); difteri, tetanus, difteri aseluler – Hepatitis B – Haemophilus influenza
tipe b (DTaP-Hep B-Hib); dan difteri, tetanus, difteri aseluler – Hepatitis B -
Haemophilus influenza tipe b – polio inaktif (DTaP-Hep B-Hib-IPV). Selain itu juga
terdapat kombinasi vaksin Hepatitis B dengan Hepatitis A. Tidak ada peningkatan efek
samping maupun interverensi antara pemberian vaksin Hepatitis B dengan vaksin lain.
Vaksin Hepatitis B harus disimpan pada suhu 2-8oC. Vaksin yang mengalami
pembekuan akan mengurangi efektivitas vaksin. Vaksin Hepatitis B termasuk vaksin
yang termostabil. Pemanasan pada suhu 45oC selama 1 minggu atau 37oC selama 1
bulan tidak mengubah imunogenisitas dan reaktivitas vaksin.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut National Institutes of Health (2006) etiologi Hepatitis B adalah virus dan
disebut dengan Hepatitis B Virus. Misnadiarly (2007) menguraikan VHB terbungkus serta
mengandung genoma DNA melingkar. Virus ini merusak fungsi lever dan sambil merusak
terus berkembang biak dalam sel-sel hati (hepatocytes). Virus ini umumnya dapat menular
melalui kontak terhadap cairan tubuh penderitanya seperti air liur darah dan air mani,
kontak ini bisa terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman atau penggunaan jarum
bergantian dengan penderita hepatitis B.
Ibu yang menderita hepatitis B sering kali tidak sadar dirinya terkena penyakit tersebut
karena tidak ada gejala yang dirasakan. Oleh karena itu memberikan vaksin saat kelahiran
menjadi cara terbaik yang bisa diambil. Vaksin ini juga dilakukan tanpa pengecualian,
termasuk pada ibu yang negatif terinfeksi hepatitis B.
Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi hati, akibat
virus hepatitis B. Vaksin ini bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh, agar
menghasilkan antibodi yang dapat melawan virus. Vaksin hepatitis B melindungi anak dari
virus hepatitis B, yang dapat menyebabkan kerusakan hati hingga kematian. Tak hanya itu,
pemberian vaksin saat lahir juga membantu mengurangi risiko anak terkena hepatitis B di
masa kecil yang mungkin di tularkan oleh orang sekitarnya. Vaksin ini berisi virus yang
sudah tidak aktif sehingga kecil kemungkinan menyebabkan infeksi atau peradangan pada
tubuh. Biasanya, beberapa anak akan mengalami demam ringan dan rasa nyeri di bagian
yang disuntik.
E. POHON MASALAH

Virus masuk ke dalam tubuh

Ditularkan melalui darah Bayi yang dilahirkan oleh


atau cairan tubuh lain ibu dengan hepatitis B

Merusak fungsi lever

Melakukan
HEPATITIS B pengobatan ke
fasilitas kesehatan

Upaya Pencegahan dengan


imunisasi

IMUNISASI HEPATITIS B
PADA ANAK SEHAT

Kemerahan pada Pemberian vaksin Keluarga pasiien datang ke


bekas suntikan Hepatitis B fasilitas kesehatan untuk
imunisasi melakukan imunisasi sesuai
jadwal

Merangsang tubuh
Nyeri akut
membentuk antibodi
Keinginan untuk melakukan
pencegahan dan mengelola
Tubuh melakukan kompensasi
masalah kesehatan terkait
dengan meningkatkan mediator
dampak imunisasi
kimia dalam tubuh

Peningkatan suhu
tubuh
Kesiapan peningkatan
manajemen kesehatan
Risiko termoregulasi
tidak efektif
F. PEMBERIAN IMUNISASI HB
1. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi Hepatitis B harus berdasarkan status HbsAg ibu dan pada saat
melahirkan,sebagai berikut :
a. Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui. Diberikan vaksin
rekombinan (HB Vax-II 5µg atau Engerix B 10 µg) atau vaksin plasma derived
10µg, intramuscular,dalam waktu 12 jam setelah lahir
b. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif.
c. Bayi lahir dari ibu dengan HbsAg negative. Diberikan vaksin rekombinan atau
vaksin plasma derived secara intramuscular,pada umur 2-6 bulan.
d. Ulangan imunisasi hepatitis B ( hep B-4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12
tahun. (Sudarti,M.Kes.dkk.2010.Medical Book.hal:149-150)
2. Jadwal Pemberian
a. Vaksinasi awal atau primer diberikan sebanyak 3 kali.Jarak antara suntikan I dan II
adalah 1-2 bulan, sedangkan untuk suntikan III diberikan dengan jarak 6 bulan dari
suntikan I.
b. Pemberian booster dilakukan 5 tahun kemudian,namun masih belum ada
kesepakatan.
c. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan anti-HbsAg pascaimunisasi setelah 3
bulan imunisasi terakhir.
d. Skrinning pravaksinasi hanya dianjurkan pada pemberian imunisasi secara individu
(praktik swasta perorangan),sedangkan pada suntikan missal tidak dianjurkan.
3. Usia Pemberian
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat,kondisi bayi stabil, tak ada
gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan,dan usia antara 3-
6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu mengidap VHB,selain imunisai yang dilakukan
kurang dari 12 jam setelah lahir,juga diberikan immunoglobulin antihepatitis B dalam
waktu sebelum berusia 24 jam.
4. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi berat disertai kejang,
masih diizinkan untuk pasien batuk/pilek.
G. EFEK SAMPING IMUNISASI HB
1. Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakkan disekitar tempat bekas
penyuntikan.
2. Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak enak pada saluran cerna
3. Reaksi yang terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2 hari.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Anak dan Orang Tua
Nama, Alamat, Telepon, Tempat dan tanggal lahir, Ras/kelompok entries, Jenis
kelamin, Agama, Tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Apakah terdapat masalah kesehatan anak baik secara fisik maupun psikis yang
memerlukan perawatan karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan imunisasi
yang akan dilakukan.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.
Riwayat penyakit dahulu mencangkup :
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap imunisasi
yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi dapat pula
dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat mengidentifikasikan
indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola
perilaku anak baik ditujukan secara langsung pada anak ataupun keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya
4. Riwayat Anak
a Perawatan dalam masa kandungan
b Perawatan pada waktu kelahiran
5. Kebutuhan Bio-Psiko-Spiritual dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Bernafas
Pada pola ini, kaji anak mengenai :
1) Apakah anak mengalami kesulitan bernafas ?
2) Jika iya apa kesulitan yang dirasakan ?
3) Bagaimana suara napas anak ?
b. Makan dan Minum
Pada pola ini kaji anak mengenai :
Pada bayi :
1) Berapa kali sehari anak diberikan ASI ?
2) Sampai umur berapa anak diberikan ASI ?
3) Apakah ada makanan pendamping ASI ?
4) Umur berapa mulai diberikan makanan cair (air buah/sari buah) ?
5) Umur berapa diberikan bubur susu ?
6) Umur berapa anak mulai diberi nasi tim saring ?
7) Umur berapa anak diberi nasi tim ?
8) Berapa kali sehari anak diberi makan ?
Pada anak-anak :
1) Bagaimana nafsu makan anak sehari-hari ?
2) Apa jenis makanan pokok, lauk, sayuran, dan jenis buah anak ?
3) Apakah anak memiliki kebiasaan jajan ?
c. Eliminasi (BAB/BAK)
Pada pola ini kaji anak mengenai :
1) Apakah anak bisa memberitahu jika ingin BAB/BAK ?
2) Apakah anak melakukan BAB/BAK sendiri/ditolong?
3) Berapakali anak BAB/BAK dalam sehari ?
4) Bagaimana bau, warna, dan konsistensi feses dan urine anak ?
d. Aktifitas
Pada pola ini kaji anak mengenai :
1) Apakah anak suka bermain ?
2) Apa permainan yang disukai anak ?
3) Apakah anak memiliki teman bermain ?
4) Apa mainan yang dimiliki anak ?
e. Rekreasi
Pada pola ini kaji anak mengenai :
1) Apakah anak pernah/jarang/sering melakukan rekreasi ?
2) Jenis rekreasi apa yang disukai anak ?
f. Istirahat dan Tidur
Pada pola ini kaji anak mengenai :
1) Bagaimana kebiasaan istirahat anak
2) Bagaimana kebiasaan tidur anak (mencuci kaki sebelum tidur, mengompol,
mengorok, mengigau, sering terjaga atau kebiasaan tidur lain)?
3) Jam berapa anak mulai tidur malam dan bangun pagi ?
4) Apakah anak tidur sendiri atau ditemani?
5) Apakah anak biasa tidur siang ? berapa jam ?
g. Kebersihan Diri
Pada pola ini kaji anak mengenai:
1) Apakah anak mandi sendiri atau dibantu ?
2) Dimana anak mandi ?
3) Dikeringkan dengan handuk atau tidak ?
4) Apakah anak gosok gigi sendiri atau ditolong ?
5) Kapan anak menggosok gigi ? apakah menggunakan pasta gigi ?
h. Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pola ini kaji anak mengenai pengaturan suhu tubuhnya
i. Rasa Nyaman
Pada pola ini kaji anak apakah anak mengalami nyeri atau tidak
j. Rasa Aman
Pada pola ini kaji anak apakah anak mengalami ketakutan atau kecemasan
k. Belajar (anak dan orang tua)
Pada pola ini kaji anak dan orangtua mengenai pengetahuan tentang mkanan,
kesehatan lingkungan, personal hygiene, tumbuh kembang anak
l. Prestasi
Pada pola ini kaji anak mengenai apa kepandaiannya sekarang dan apa prestasi
yang dimiliki anak
m. Hubungan Sosial Anak
Pada pola ini kaji anak mengenai hubungan anak dengan inter keluarga (hubungan
paling dekat, orang yang dominan, orang yang disegani, hubungan, komunikasi
anak dan orang tua, serta anggota keluarga lain)
n. Melaksanakan Ibadah
Pada pola ini kaji anak mengenai bagaimana kebiasaan sembahyang anak dan
bantuan yang diperlukan Selama anak sakit
6. Pengawasan Kesehatan
Apakah anak pada saat sakit di bawa ke puskesmas atau tidak
Apakah anak melakukan kunjungan Posyandu
Riwayat Imunisasi
7. Kesehatan Lingkungan
Apakah hal-hal dilingkungan anak dapat menyebabkan suatu penyakit.
8. Perkembangan anak
Perkembangan anak apakah sesuai dengan usia seperti Motorik kasar , Motorik halus ,
Bahasa , Personal sosial.
9. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
b. Pengkajian Head to toe.
c. Pengkajian Antropometri
10. Data Fokus
a. Subjektif :
1) Orang tua mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan perilaku mencegah
penyakit infeksi.
2) Orang tua mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai standar imunisasi.
3) Mengungkapkan kebigungan dan kekhawatiran ketika anak tiba-tiba
mengalami hipertermi, demam, rewel.
b. Objektif :
1) Anak gelisah.
2) Pernafasan cepat dan nadi meningkat.
3) Orang tua memperlihatkan perubahan psikologi (tampak bingung, cemas)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari tindakan imunisasi pada
anak meliputi:
1. Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan efek agen farmakologis
(imunisasi).
2. Nyeri akut behubungan dengan agen pencedera fisiologis (imunisasi)
3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi mengenai dampak imunisasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
O Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1 Risiko Setelah dilakukan asuhan Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh
termoregulasi keperawatan selama ….. 1. Indentifikasi kesiapan dan kemampuan kaluarga
tidak efektif x …….. diharapakan menerima informasi
termoregulasi membaik 2. Berikan pendidikan kesehatan
dengan kriteria hasil : 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
1. Kulit merah menurun 4. Dokumentasikan khasil pengukuran suhu
2. Suhu tubuh membaik 5. Jelaskan prosedur pengukuran suhu
3. Suhu kulit membaik 6. Ajarkan cara meletakkan ujung termometer di
4. Pengisian kapiler bagian tengah aksila
membaik 7. Ajarkan cara membaca hasil termometer
5. Ventilasi membaik
Edukasi Termoregulasi
1. Indentifikasi kesiappan dan kemampuan kaluarga
menerima informasi
2. Berikan pendidikan kesehatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Ajarkan kompres hangat jika demam
5. Anjurkan tetap memandikan pasien
6. Anjurkan perbanyak minum
2 Kesiapan Setelah dilakukan asuhan Bimbingan Antisipatif
peningkatan keperawatan selama … 1. Identifikasi metode penyelesaian masalah yang
manajemen x …….. diharapakan biasa digunakan
kesehatan manajemen kesehatan 2. Identifikasi kemungkinan perkembangan atau
meningkat dengan kriteria krisis situasional yang akan terjadi serta
hasil : dampaknya pada anak dan keluarga
1. Melakukan tindakan 3. Jadwalkan kunjungan pada setiap tahap
untuk mengurangi faktor perkembangan anak (jadwal imunisasi, rutin
risiko meningkat mengukur BB dan PB anak)
2. Aktivitas sehari-hari 4. Berikan referensi baik cetak ataupun elektronik
efektif memenuhi tujuan (tentang penyakit polio dan jadwal imunisasi)
kesehatan meningkat 5. Jelaskan perkembangan dan perilaku normal pada
anak

Edukasi Kesehatan
1. Identifikasi ibu atau untuk kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor – faktor ibu yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi
mengetahui tentang penyakit
3. Berikan kesempatan ibu untuk bertanya
4. Jelaskan pada ibu faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan anak
5. Ajarkan pada ibu perilaku hidup bersih dan sehat

Edukasi Penyakit
1. Identifikasi ibu atau untuk kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
2. Berikan kesempatan ibu dan keluarga untuk
bertanya
3. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh
penyakit hepatitis B
4. Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan
gejala penyakit hepatitis B
5. Jelaskan jadwal imunisasi

Identifikasi Risiko
1. Identifikasi risiko biologis, lingkungan dan
perilaku
2. Tentukan metode pengelolaan risiko yang baik
3. Lakukan pengelolaan risiko secara efektif
4. Lakukan update perencanaan secara regular (mis,
bulanan, triwulan, tahunan)

Manajemen Perilaku
1. Identifikasi harapan untuk mengendalikan
perilaku
2. Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
3. Jadwalkan pemeriksaan anak secara rutin
4. Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan
kegiatan perawatan konsisten setiap dinas

Penentuan Tujuan Bersama


1. Identifikasi tujuan – tujuan yang akan dicapai
2. Nyatakan tujuan dengan kalimat positif dan jelas
3. Anjurkan mengenal masalah yang dialami
1.
Nyeri akut SLKI: SIKI :
Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam diharapkan nyeri pada
o Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
pasien berkurang dengan
kualitas, intensitas nyeri
kriteria hasil :
o Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri
o Identifikasi respon nyeri nonverbal
1. Nyeri berkurang dengan
o Identifikasi factor yang memperingan dan
skala 2
memperberat nyeri
2. Pasien tidak mengeluh o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri nyeri
3. Pasien tampak tenang o Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
4. Pasien dapat tidur o Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
dengan tenang hidup pasien
5. Frekuensi nadi dalam o Monitor efek samping penggunaan analgetik
batas normal (60-100 o Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
x/menit) sudah diberikan
6. Tekanan darah dalam
batas normal (90/60 Terapeutik
mmHg – 120/80 mmHg) o Fasilitasi istirahat tidur
7. RR dalam batas normal o Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (
(16-20 x/menit) missal: suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan).
Kontrol Nyeri o Beri teknik non farmakologis untuk meredakan
1. Melaporkan bahwa nyeri (aromaterapi, terapi pijat, hypnosis,
nyeri berkurang dengan biofeedback, teknik imajinasi terbimbimbing,
menggunakan teknik tarik napas dalam dan kompres hangat/
manajemen nyeri dingin)
2. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, Edukasi
frekuensi dan tanda o Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
nyeri) o Jelaskan strategi meredakan nyeri
Status Kenyamanan o Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
1. Menyatakan rasa o Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
nyaman setelah nyeri
berkurang Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
REFERENSI
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Operasional Pelayanan Imunisasi. Jakarta.

Ranuh dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : EGC.

Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Sudarti,M.Kes.dkk.2010.Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita.


Yogyakarta: Medical Book

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai