Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI DAN VAKSINASI PADA ANAK

DI PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN

OLEH:

LUH PUTU SASKARAWATI OKTAVIANA


1902621001

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
IMUNISASI DAN VAKSINASI PADA ANAK

A. Definisi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak yang
mendapatkan imunisasi berarti anak tersebut diberikan kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2015).
Salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seorang anak dapat
dengan dilakukan vaksinasi. Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang
sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh bagiannya, yang telah
diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein
rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu (Kemenkes RI,
2015). Vaksin adalah suatu zat yang merupakan suatu bentuk produk biologi
yang diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya
yang dilemahkan.
Vaksinasi merupakan salah satu bagian tindakan dari imunisasi aktif
yang mana tindakan tersebut diberikan pada seseorang yang sehat guna
merangsang munculnya antibodi atau kekebalan tubuh untuk mencegah dari
infeksi penyakit tertentu. Pemberian vaksin secara aktif bertujuan untuk memacu
tubuh mengenali virus atau bakteri tersebut sehingga tubuh membentuk antibodi
untuk virus atau bakteri dan ketika saat terinfeksi dengan bakteri atau virus
tersebut lagi, tubuh dengan cepat untuk mengenali dan mengeliminasi atau
mengahncurkan virus atau bakteri yg masuk. (Kemenkes RI, 2016).
B. Klasifikasi Vaksin
1. Live Attenuated
Vaksin ini merupakan derivat dari virus atau bakteri liar yang dilemahkan,
tidak boleh diberikan kepada orang yang defisiensi imun, sangat labil dan
dapat rusak oleh suhu tinggi dan cahaya.
2. Inactivated
Vaksin ini merupakan dari organisme yang diambil, dihasilkan dari
menumbuhkan bakteri atau virus pada media kultur, kemudian biasanya
diinaktifkan sebagian (fraksional) atau utuh. Vaksin jenis inactivated
biasanya memerlukan dosis ulang.
C. Jenis – jenis Imunisasi
Pada umumnya imunisasi dibagi menjadi dua jenis yaitu imunisasi wajib dan
imunisasi pilihan. Imunisasi wajib dibedakan lagi menjadi tiga jenis yaitu
imunisasi rutin, tambahan dan khusus.
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus
menerus sesuai dengan jadwal. Pada anak-anak imunisasi rutin yang didapat
terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan (Kemenkes RI, 2015) :
1. Imunisasi dasar
a. Vaksin BCG
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung
mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan. Vaksin BCG untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis. Vaksin BCG tidak
mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi resiko terjadi
tuberkulosis berat seperti meningitis TB dan tuberkulosis milier. Vaksin
BCG diberikan pada usia < 1 tahun, namun Kementrian Kesehatan RI
menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada usia 0-1 bulan dan
sebaiknya pada anak dengan uji Mantoux (tuberkulin) negatif.
 Cara pemberian dan dosis :
Dosis pemberian vaksin BCG sebanyak 0,05 ml sebanyak satu kali.
Disumtikkan secara intrakutan (IC) di daerah lengan kanan atas
(insertio musculus deltoideus) dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
 Efek samping :
Pada 2-6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan akan
timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi
ulserasi dalam aktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan
dengan menimbulkan jarinan parut dengan diamter 2-10 mm.

 Penanganan efek samping


Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan
antiseptik. Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin
membesar anjurkan orangtua membawa bayi ke tenaga kesehatan
untuk penanganan lebih lanjut.
b. Vaksin Pentabio (DPT – HB – Hib)
Vaksin pentabio adalah jenis vaksin combo atau gabungan beberapa jenis
vaksin untuk diberikan satu kali suntikan. Vaksin pentabio terdiri dari
DPT – HB – Hib yang digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,
pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, dan infeksi haemophilus
influenza tipe b secara simultan. Vaksin pentabio diberikan pada kurun
usia 2 bulan. Kemudian diberikan imunisasi ulangan pentabio ke dua
pada usia 3 bulan dan pentabio ke tiga pada usia 4 bulan.
 Cara pemberian dan dosis :
Vaksin harus disuntikan secara intramuskular (IM) pada anterolateral
paha atas. Satu dosis anak adalah 0,5ml.
 Kontraindikasi :
Kejang atau gejala kelainan otakpada bayi baru lahir atau kelainan
saraf serius.
 Efek samping :
Setalah di vaksin biasanya terjadi reaksi lokal sementara seperti
bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan, disertai demam
dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi
berat seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan
nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian vaksin.
 Penanganan efek samping :
- Orangtua dianjurkan untuk memberikan minumlebih banyak (ASI
atau sari buah).
- Jika demam kenakan anak pakain yang tipis, dan berikan obat
paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam
24 jam).
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin.
- Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
- Jika reaksi semakin memberat dan menetap segera bawa bayi ke
dokter untuk penanganan lebih lanjut.
c. Vaksin Hepatitis B-0 (HB-0)
Vaksin HB-0 merupakan salah satu vaksin yang dosis diberikan pada
bayi baru lahir atau usia 0-7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4
minggu (1 bulan). Vaksin hepatitis B merupakan vaksin virus
rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infeksius,
berasal dari HbsAg.
 Cara pemberian dan dosis :
Vaksin harus disuntikan secara intramuskular (IM) pada anterolateral
paha atas. Satu dosis anak adalah 0,5 ml atau 1 buah HB PID.
 Kontraindikasi :
Penderita infeksi berat yang disertai kejang.
 Efek samping :
Setalah di vaksin biasanya terjadi reaksi lokal sementara seperti
bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan, disertai demam
reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
 Penanganan efek samping :
- Orangtua dianjurkan untuk memberikan minumlebih banyak (ASI
atau sari buah).
- Jika demam kenakan anak pakain yang tipis, dan berikan obat
paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam
24 jam).
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin.
- Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
d. Vaksin Polio Oral (OPV)
Vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe
1, 2, dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan. Pemberian vaksin polio
oral bertujuan untuk pemberian kekebalan aktif terhadap virus
poliomielitis. Vaksin polio oral diberikan pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3
bulan, dan 4 bulan.
 Cara pemberian dan dosis :
Secara oral 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali dosis pemberian
dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu (1 bulan).
 Kontraindikasi :
Pada anak yang menderita imunodefisiensi tidak ada efek berbahaya
yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sakit.
 Efek samping :
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah
mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan dan minum seperti
biasa. Apabila muntah dalam 30 menit segera diberikan dosis ulang.
 Cara penanganan
Orangtuan tidak perlu memberikan penanganan yang khusus.
e. Vaksin inactive polio vaccine (IPV)
Vaksin bentuk suspensi injeksi yang bertujuan untuk mencegah
poliomyelitis pada bayi dan anak immunocompromised, kontak di
lingkungan keluarga dan pada individu dimana vaksin polio oral menjadi
kontraindikasi. IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14 bulan
sesuai dengan rekomendasi WHO.
 Cara pemberian dan dosis :
Vaksin disuntikkan secara intramuskular (IM) atau subkutan (SC)
dalam dengan dosis pemberian 0,5 ml. vaksin diberikan usia 2 bulan,
tiga suntikan berturut-turut 0,5 ml harus diberikan pada interval satu
atau dua bulan.
 Kontraindikasi :
Pada anak yang sedang demam, penyakit akut atau penyakit kronis
progresif, hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya,
penyakit demam akibat infeksi akut harus ditunggu sampai sembuh,
dan alergi terhadap streptomycin.
 Efek samping :
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan seperti nyeri, kemerahan,
indurasi, dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah
penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari.
 Cara penanganan
- Orangtua dianjurkan untuk memberikan minumlebih banyak (ASI
).
- Jika demam kenakan anak pakain yang tipis, dan berikan obat
paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam
24 jam).
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin.
- Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat
f. Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.
Imunisasi vaksin campak bertujuan untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap penyakit campak. Vaksin campak biasnaya diberikan pada usia
9-11 bulan, dilanjutkan pada usia 18 bulan dan kelas 1 SD/sederajat.
 Cara pemberian dan dosis :
Vaksin disuntikan secara subkutan (SC) sebanyak 0,5 ml pada lengan
kiri atas atau anterolateral paha.
 Kontraindikasi :
Individu yang megidap penyakit imunodefisiensi atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, limfoma..
 Efek samping :
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
 Penanganan efek samping :
- Orangtua dianjurkan untuk memberikan minumlebih banyak (ASI
atau sari buah).
- Jika demam kenakan anak pakain yang tipis, dan berikan obat
paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam
24 jam).
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin.
- Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
- Jika reaksi semakin memberat dan menetap segera bawa bayi ke
dokter untuk penanganan lebih lanjut.
2. Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi
lanjutan diberikan pada anak usia dibawah tiga tahun (batita) dan anak usia
sekolah.
a. Vaksin DT
Vaksin DT merupakan suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan difteri murni yang terabsorbsi ke dalam
aluminium fosfat. Vaksin DT bertujuan memberikan kekebalan simultan
terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak. Pemberian vaksin
dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun.
 Cara pemberian dan dosis :
Vaksin disuntikan secara intramuskular (IM) atau subkutan (SC)
dalam dengan dosis adalah 0,5ml.
 Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.
 Efek samping :
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntkan
bersifat semnetara dan kadang-kadang gejala demam.
 Penanganan efek samping :
- Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak.
- Jika demam kenakan anak pakain yang tipis, dan berikan obat
paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam
24 jam).
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin.
- Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
b. Vaksin Td
Vaksin TT adalah suspensi kolodial homogen berwarna putih susu,
mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, terabsorbsi ke dalam
aluminium fosfat. Vaksin Td bertujuan untuk perlindungan terhadap
tetanus dan difteri pada individu mulai usia 8 tahun.
 Cara pemberian dan dosis :
Vaksin harus disuntikan secara intramuskular (IM) atau subkutan
dalam (SC) dengan dosis pemberian adalah 0,5 ml.
 Kontraindikasi :
Individu yang menderita reaksi berat terhadap dosis sebelumnya.
 Efek samping :
Pada uji klinis dilaporkan terdapat kasus nyeri pada lokasi
penyuntikan (20-30%) serta demam (4,7%).
D. Sasaran Pemberian Imunisasi
Sasaran imunisasi dalam pelayanan imunisasi rutin adalah sebagai berikut
(IDAI, 2011; Kemenkes RI, 2015) :
1) Sasaran imunisasi pada bayi

No. Jenis Imunisasi Usia Jumlah Interval


Pemberian
Pemberian minimal
1 Hepatitis B 0-7 hari 1 -
2 BCG 1 bulan 1 -
3 Polio / IPV 1,2,3,4 bulan 4 4 minggu
4 Pentabio (DPT-HB-Hib) 2,3,4 bulan 3 4 minggu
5 Campak 9 bulan 1 1-

2) Sasaran imunisasi pada anak balita

No. Jenis Imunisasi Usia Jumlah


Pemberian
Pemberian
1 Pentabio (DPT-HB-Hib) 18 bulan 1
2 Campak 24 bulan 1

3) Sasaran imunisasi pada anak sekolah dasar (SD/Sederajat)

No. Jenis Sasaran Waktu Keterangan


Imunisasi Pemberian
1 Campak Kelas 1 SD Agustus Bulan Imunisasi Anak
2 DT Kelas 1 SD November
Sekolah (BIAS)
3 Td Kelas 1 dan 2 SD November

E. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar


Jadwal pemberian imunisasi pada anak diharapakan sesuai dengan usia dan tepat
waktu agar vaksin dapat bekerja secara efektif. Secara ringkas jadwal pemberian
imunisasi dasar pada anak adalah sebagai berikut (IDAI, 2011):
1) Jadwal imunisasi dasar untuk bayi usia 0 – 11 bulan

No. Jenis vaksin Jadwal Pemberian (Usia)


1. Hep.B O (HB O) 0-7 hari
2. BCG dan polio 1 1 bulan
3 Pentabio 1 (DPT-HB-Hib) dan polio 3 2 bulan
4 Pentabio 2 (DPT-HB-Hib) dan polio 4 3 bulan
5 Pentabio 3 (DPT-HB-Hib), polio 4, dan 4 bulan
IPV
6 Campak 9 bulan

2) Jadwal imunisasi lanjutan pada usia batita

No. Jenis vaksin Jadwal Pemberian (Usia)


1. DPT/HB/Hib 18 bulan
2 Campak 24 bulan

3) Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah

No. Jenis vaksin Jadwal Pemberian (Usia)


1. DT dan Campak 7 tahun (kelas 1 SD)
2 Td Kelas 2 SD dan 3 SD (8-9 tahun)
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Vaksin untuk pencegahan, serum untuk pengobatan.
(online) (diakses http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16072800004 pada
tanggal 25 Agustus 2019)

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Buku ajar imunisasi. Cetakan kedua. Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2011). Jadwal imunisasi IDAI 2011. (Online)
(idai.or.id , diakses 25 Agustus 2019)

Anda mungkin juga menyukai