Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA BERENCANA
DI RUANG BERSALIN PUSKESMAS TUMPANG
KABUPATEN MALANG

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners


Departemen Maternitas

Oleh :
DHEVI MEILIANAWATI
NIM. 1500703000111064

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

1
KELUARGA BERENCANA (KB)

A. DEFINISI
Menurut Entjang (Ritonga, 2003 : 87) Keluarga Berencana (KB) adalah suatu
upaya manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak
melawan hukum dan moral Pancasila untuk kesejahteraan keluarga.
Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
2004:472).
Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
a. Mendapatkan objektif2 tertentu
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval diantara kelahiran
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Dalam Imbarwati (2009) juga dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal dari kata
kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara
sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Jadi, KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat
kontrasepsi, untuk mewujudakan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

B. TUJUAN
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi :
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian
ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari : Menunda / mencegah kehamilan.
Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20

2
tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda / mencegah kehamilan
:
1. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu
karena berbagai alasan.
2. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.
3. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi
frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan tinggi.
4. Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai anak pada
masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi
terhadap pil oral.

C. STRATEGI PELAKSANAAN KB
Terbagi dalam 2 strategi, yaitu:
1. Strategi dasar
Meneguhkan kembali program di daerah
Menjamin kesinambungan program
2. Strategi operasional
Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional
Peningkatan kualitas program dan program prioritas
Penggalangan dan pemantapan komitmen
Dukungan regulasi dan kebijakan
Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

D. JENIS-JENIS
Kontrasepsi Alamiah
1. Kalender (Pantang Berkala)
Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana
yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau
hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
Gambar metode kalender

Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun
konsepsi.
Manfaat kontrasepsi
Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
Manfaat konsepsi
Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan
hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa
hamil.

3
Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut:
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko
kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
6. Tidak memerlukan biaya.
7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga
memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa
subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan
pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih
efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian
dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila
dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode
kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.

Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif


Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
1. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam
saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
2. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,
diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak

4
subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
3. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
4. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan
jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
5. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan
menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
1. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
2. Fertility phase (masa subur).
3. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).

Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35
hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam
kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data
yang telah dicatat.
Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari
ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung
sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh
pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24
Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama.
Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontrasepsi.
Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan
hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.

Rumus :
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang 11
2. Coitus interuptus (Senggama Terputus)
Pengertian
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria
mengeluarkan penis dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

5
Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina sehingga kehamilan dapat dicegah.
Manfaat Kontrasepsi
Efektif bila digunakan dengan benar
1. Tidak mengganggu produksi ASI
2. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
3. Tidak Ada efek samping
4. Dapat digunakan setiap waktu
5. Tidak membutuhkan biaya Non Kontrasepsi
6. Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana
7. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat
dalam.
Keterbatasan
Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus
setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 18 kehamilan per 100 perempuan per
tahun). Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi
masih melekat pada penis. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
Senggama terputus cocok untuk :
1. Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
2. Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya
3. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
4. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang
lainnya
5. Pasangan yang memerlukan metode pendukung
6. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

Dan tidak Cocok untuk :


1. Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
2. Pria yang sulit melakukan sanggama terputus
3. Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis
4. Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
5. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
6. Pasangan yang tidak bersedia melakukan sanggama terputus.

Hal-hal yang perlu di perhatikan ketika melakukan senggama terputus


Meningkatkan kerja sama dan membangun saling pengertian sebelum melakukan

6
hubungan seksual dan pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati penggunaan
metode sanggama terputus.
Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan
membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya dari vagina
pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina. Pastikan pria tidak terlambat
melaksanakannya. Hubungan seks dengan senggama terputus tidak dianjurkan
dilakukan pada masa subur wanita.
Cara Coitus Interuptus
1. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun
kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan sepakat
untuk menggunakan metode senggama terputus.
2. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung
kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi
sebelumnya.
3. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina
pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
4. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
5. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
6. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
3. Lendir servic
Metode lendir servic atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn
Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan kemudian menyebar ke
seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat, sehingga dapat diterima
oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang dengan kontrasepsi modern.
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Esensi Metode Mukosa Serviks
Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel
sekretori serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:
1. Molekul lendir.
2. Air.
3. Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).

Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh
sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap

7
adanya lendir pada masa subur/ovulasi.

Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada
saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita sedang
berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur
akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa
subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
1. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.

Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan
pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah
pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang
mengontrol kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian
akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda
kehamilan.

Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi
wanita yang menginginkan kehamilan.

Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat,
pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks,
serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka
kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per
tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau
ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah
kehamilan 99 persen.

Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:

1. Mudah digunakan.

8
2. Tidak memerlukan biaya.
3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang
mengamati tanda-tanda kesuburan.

Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki
keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.

Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks


Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:
1. Menyusui.
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
4. Perimenopause.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6. Spermisida.
7. Infeksi penyakit menular seksual.
8. Terkena vaginitis.
Instruksi Kepada Pengguna/Klien
Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut:
1. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari
vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya.
2. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan
perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
3. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar
ketidaksuburan.
4. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu
siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan
maupun pola dasar tidak subur.
5. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama tergolong
aman pada dua hari setelah menstruasi.

9
6. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang
bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak
subur.
7. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini
merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
8. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini untuk
menghindari terjadinya pembuahan.
9. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari
subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya.
Contoh Kode yang Dipakai untuk Mencatat Kesuburan
Pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid).
Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering.
Gambar suatu tanda L dalam lingkaran atau biarkan kosong untuk memperlihatkan
lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur.
Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur yang kental,
putih, keruh dan lengket.
4. Suhu basal

Pengertian
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau
dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera
setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi.
Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal
ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada
lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36
derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi
37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat
itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-
4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu
tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi
progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung
setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum

10
berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron.
Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.

Manfaat
Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun kontrasepsi.
a. Manfaat konsepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.
b. Manfaat kontrasepsi
c. Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan menghindari
atau mencegah kehamilan.
Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu
tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap
akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal
sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka
kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh
akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti
kondom, spermisida ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method
or periodic abstinence).
Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh
Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh antara lain:
1. Penyakit
2. Gangguan tidur.
3. Merokok dan atau minum alkohol.
4. Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
5. Stres.
6. Penggunaan selimut elektrik.

Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang
masa subur/ovulasi.
2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa
subur/ovulasi.
3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk
hamil.

11
4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa
subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.

Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok,
alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
4. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5. Tidak mendeteksi awal masa subur.
6. Membutuhkan masa pantang yang lama.

Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh


Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
1. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari
tempat tidur).
2. Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid
untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal dan rendah dalam pola
tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
4. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
5. Tarik garis pada 0,05 derajat celcius 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari
suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
6. Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh
berada di atas garis pelindung/suhu basal.
7. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga
kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak subur).
8. Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari
metode ovulasi billings.
9. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.

Catatan:
1. Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama
perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari
kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung

12
sebelum memulai senggama.
2. Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran
suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali
mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.
Contoh. Pencatatan pengukuran suhu basal tubuh

E. Kontrasepsi Tidak Efektif


1. Kondom

Pengertian Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis,
berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata.
Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm.

Jenis Kondom
Ada beberapa jenis kondom, diantaranya:

1. Kondom biasa.
2. Kondom berkontur (bergerigi).
3. Kondom beraroma.
4. Kondom tidak beraroma.

Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun
belum populer.

Cara Kerja Kondom


Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:

1. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.


2. Sebagai alat kontrasepsi.
3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme penyebab PMS.

Efektifitas Kondom

13
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali
berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif.
Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100
perempuan per tahun.

Manfaat Kondom
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara
kontrasepsi dan non kontrasepsi.

Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain:

1. Efektif bila pemakaian benar.


2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5. Murah dan tersedia di berbagai tempat.
6. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
7. Metode kontrasepsi sementara

Manfaat kondom secara non kontrasepsi antara lain:

1. Peran serta suami untuk ber-KB.


2. Mencegah penularan PMS.
3. Mencegah ejakulasi dini.
4. Mengurangi insidensi kanker serviks.
5. Adanya interaksi sesama pasangan.
6. Mencegah imuno infertilitas.

Keterbatasan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:

1. Efektifitas tidak terlalu tinggi.


2. Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.
3. Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
4. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
5. Perasaan malu membeli di tempat umum.
6. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.

14
Penilaian Klien
Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau
pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis.
Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah:
Kondom
Baik digunakan Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB
Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan

Ingin segera mendapatkan kontrasepsi


Alergi terhadap bahan dasar kondom

Ingin kontrasepsi sementara


Menginginkan kontrasepsi jangka panjang

Ingin kontrasepsi tambahan


Tidak mau terganggu dalam persiapan untuk melakukan hubungan seksual

Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan


Tidak peduli dengan berbagai persyaratan kontrasepsi

Beresiko tinggi tertular/menularkan PMS

Kunjungan Ulang
Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam
penggunaan kondom dan kepuasan dalam menggunakannya. Apabila masalah timbul
karena kekurangtahuan dalam penggunaan, maka sebaiknya informasikan kembali
kepada klien dan pasangannya. Apabila masalah yang timbul dikarenakan
ketidaknyamanan dalam pemakaian, maka berikan dan anjurkan untuk memilih metode
kontrasepsi lainnya.

Penanganan Efek Samping


Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi
kondom.
Efek samping atau masalah Penanganan

15
Kondom rusak atau bocor sebelum pemakaian Buang dan pakai kondom yang baru
atau gunakan spermisida

Kondom bocor saat berhubungan


Pertimbangkan pemberian Morning After Pil

Adanya reaksi alergi


Berikan kondom jenis alami atau ganti metode kontrasepsi lain

Mengurangi kenikmatan berhubungan seksual


Gunakan kondom yang lebih tipis atau ganti metode kontrasepsi lain

2. Krim jelly
Spermisida merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung zat kimia untuk
membunuh sperma, dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan
seksual untuk mencegah kehamilan. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat
digunakan sendiri. Namun demikian, akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan
alat kontrasepsi lain seperti kondom, diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk
spermisida bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal
contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari alat kontrasepsi
spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan benar dan konsisten dan
29 persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang berkesinambungan.

Petunjuk Umum
1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum
melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau
krim) dan insersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan
seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu
karena langsung larut dan bekerja aktif.
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam
aplikator).

16
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi
senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup
secara keseluruhan.

Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan
bentuknya:

Aerosol (busa)
Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan
posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa.
Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring.
Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik
kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera
dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan
untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari
satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.

Krim dan Jeli

Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan atau mengoles di
atas penis. Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks, atau
dapat juga digunakan bersama kondom. Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum
melakukan hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke
dalam vagina mendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli
keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera dicuci
menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.

Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter. Gambar cara
memasukkan spermisida bentuk busa krim atau jeli dengan inserter

3. Tisu KB

Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air

17
mengalir. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang larut dalam
serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung
jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati
serviks. Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke
dalam vagina, akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu
sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.

4. Spermisida
Spermisida merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung zat kimia untuk
membunuh sperma, dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan
seksual untuk mencegah kehamilan. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat
digunakan sendiri. Namun demikian, akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan
alat kontrasepsi lain seperti kondom, diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk
spermisida bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal
contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari alat kontrasepsi
spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan benar dan konsisten dan
29 persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang berkesinambungan.

Petunjuk Umum
1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum
melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau
krim) dan insersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan
seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu
karena langsung larut dan bekerja aktif.
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam
aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi
senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup
secara keseluruhan.

Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan
bentuknya:

18
Aerosol (busa)

Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan
posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa.
Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring.
Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik
kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera
dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan
untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari
satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.
5. Patch
Kontrasepsi Patch dirancang untuk melepaskan 20g ethinyl estradiol dan 150 g
norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama seperti kontrasepsi oral
(pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas patch untuk siklus menstruasi.
Penggunaan kontrasepsi ini memang dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan
meminimalkan efek samping seperti mual dan muntah. Sedangkan untuk efek
sampingnya serupa dengan penggunaan kontrasepsi oral dan juga dapat menyebabkan
iritasi kulit.
Metode kontrasepsi ini bekerja melalui penghantaran hormon melalui kulit ke aliran
darah sehingga tidak efektif digunakan oleh wanita yang memiliki berat badan di atas 70
kg. Selain itu, sepengetahuan kami, hingga kini, metode kontrasepsi ini belum tersedia
di Indonesia
Menurut Kusumaningrum (2009), terdapat beberapa jenis kontrasepsi, diantaranya:
Kontrasepsi Hormonal
1. Kontrasepsi Pil
Tablet yang mengandung hormone estrogen dan progesterone sintetik disebut
pil kombinasi dan hanya mengandung progesterone sintetik saja disebut Mini Pil atau
Pil Progestrin.
1.1 Cara Kerja
a. Menekan ovulasi
Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak akan terjadi
ovulasi (tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi tidak akan terjadi kehamilan.
b. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
c. Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses
implantasi
d. Memperkental lender serviks (mencegah penetrasi sperma)
1.2 Efektivitas
Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektivitas praktisnya
sebesar 90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara
teratur.

19
1.3 Keuntungan
a. Mudah penggunaannya dan mudah didapat
b. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid
c. Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektopik Terganggu) dan Kista
Ovarium
d. Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim
e. Pemulihan kesuburan hampir 100%
1.4 Baik untuk wanita yang:
Masih ingin punya anak
Punya jadwal harian yang rutin
1.5 Kontraindikasi
a. Menyusui (khsusu pil kombinasi)
b. Pernah sakit jantung
c. Tumor/keganasan
d. Kelainan jantung, varices, dan darah tinggi
e. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya
f. Penyakit gondok
g. Gangguan fungsi hati & ginjal
h. Diabetes, epilepsy, dan depresi mental
i. Tidak dianjurkan bagi wanita mur >40 tahun
1.6 Efek Samping
Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek
samping, antara lain mual, berat badan bertambah, sakit kepala (berkunang-
kunang) perubahan warna kulit dan efek samping ini dapat timbul berbulan-
bulan.

2. Suntikan kontrasepsi
Kontrasepsi suntikan adalah hormone yang diberikan secara suntikan/injeksi
untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormone ini ada yg
terdiri atas 1 hormon, & ada pula yg terdiri atas dua hormone sebagai contoh jenis
suntikan yg terdiri 1 hormon adalah Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston &
Noristerat. Sedangkan yg terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem dan
Mesygna.
KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang menginginkan
kontrasepsi yang efektif, reversible, dan belum bersedia untuk sterilisasi.
2.1 Cara Kerja
Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2
bulan. Wanita yang mendapat suntikan KB tidak mengalami ovulasi.
2.2 Efektivitas
Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.
2.3 Keuntungan
a. Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat
b. Dapat dipakai dalam waktu yang lama
c. Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu
2.4 Baik untuk Wanita yang:
a. Calon akseptor yg tinggal di daerah terpencil
b. Lebih suka disuntik daripada makan pil
c. Menginginkan metode yang efektif dan bisa dikembalikan lagi
d. Mungkin tidak ingin punya anak lagi

20
e. Tidak khawatir kalau tidak mendapat haid
2.5 Kontraindikasi
a. Hamil atau disangka hamil
b. Perdarahan pervaginam yg tidak diketahui sebabnya
c. Tumor/keganasan
d. Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, penyakit paru berat,
varices
2.6 Efek Samping
Efek samping dari suntikan Cyclofem yg sering ditemukan adalah mual, BB
bertambah, sakit kepala, pusing2 dan kadang2 gejala tersebut hilang setelah
beberapa bulan atau setelah suntikan dihentikan. Sedang efek samping dari
suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston, dan Noristeat yg sering
dijumpai adalah menstruasi tidak teratur, masa menstruasi akan lebih lama,
terjadi bercak perdarahan bukan mungkin menjadi anemia pada beberapa klien.

3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


AKDR atau spiral, atau Intra-Uterine Devices (IUD) adalah alat yang dibuat
dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yg ditempatkan di dalam rahim.
Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan dapat dilepaskan bila berkeinginan untuk
mempunyai anak.
3.1 Cara Kerja
AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur.
Imbarwati (2009), menjelaskan cara kerja IUD sebagai berikut:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

3.2 Efektivitas
Sangat efektif (0,5-1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama 1
tahun)
3.3 Keuntungan
a. Tidak terganggu faktor lupa
b. Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan
menggunakan tembaga T 380 A)
c. Mengurangi kunjungan ke klinik
d. Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
3.4 Baik untuk Wanita yang:
a. Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektivitas yg tinggi, & jangka
panjang
b. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
c. Memberikan ASI
d. Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
e. Berada dalam masa pasca aborsi
f. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
g. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari

21
h. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang
memang tidak boleh menggunakannya
i. Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat
3.5 Kontraindikasi
a. Hamil atau diduga hamil
b. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
c. Pernah menderita radang rongga panggul
d. Penderita perdarahan pervaginam yg abnormal
e. Riwayat kehamilan ektopik
f. Penderita kanker alat kelamin
3.6 Efek samping
a. Perdarahan dank ram selama minggu2 pertama setelah pemasangan.
Kadang2 ditemukan keputihan yg bertambah banyak. Disamping itu pada
saat berhubungan (senggama0 terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi)
sebagian atau seluruhnya
b. Pemasangan IUD mungkin meninmbulkan rasa tidak nyaman dan
dihubungkan dengan resiko infeksi rahim.

3.7 Waktu Penggunaan IUD


Dalam Imbarwati (2009) dijelaskan penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada
saat:
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL)
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi
e. Selama 1-5 hari setelah senggama yg tidak dilindungi
3.8 Waktu Kontrol IUD
Menurut Imbarwati (2009), waktu kontrol IUd yang harus diperhatikan adalah:
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. Bila terlambat haid 1 minggu
e. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

4. AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)


Adalah 2 kapsul kecil yang terbuat dari silicon berisi 75 gram hormone
levonorgestrel yang ditanam di bawah kulit.
4.1 Cara Kerja
AKBK atau sering disebut dengan implant secara tetap melepaskan
hormone tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah.
Bekerja dengan cara:
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi

22
c. Menekan ovulasi
4.2 Efektivitas
Dalam teori: 99,7%. Dalam praktek: 97-99%
4.3 Keuntungan
a. Sekali pasang untuk 3 tahun
b. Tidak mempengaruhi produksi ASI
c. Tidak mempengaruhi tekanan darah
d. Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian
e. Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi tetapi belum mantap untuk
di tubektomi
4.4 Baik untuk wanita yang:
a. Ingin metode yang praktis
b. Mungkin tidak ingin punya anak lagi
c. Tinggal di daerah terpencil
d. Tak khawatir jika tak dapat haid
4.5 Kontraindikasi
a. Hamil atau disangka hamil
b. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
c. Tumor/keganasan
d. Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis
4.6 Efek samping
Kadang2 pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu ditemukan
haid yang tidak teratur, sakit kepala, kadang2 terjadi spotting atau anemia
karena perdarahan yg kronis.
4.7 Waktu Mulai Menggunakan Implant
a. Implant dapat dipasang selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7
b. Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat
c. Saat menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan
d. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan
e. Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,
insersi dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan seksual selama 7
hari

Kontrasepsi Non Hormonal


1. Kondom Pria
Adalah sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu bersenggama
1.1 Cara Kerja
Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum
1.2 Efektivitas
Dalam teori: 98%. Dalam praktek: 85%. Efektif jika digunakan benar tiap
kali berhubungan. Namun efektivitasnya kurang jika dibandingkan metode pil,
AKDR, suntikan KB.
1.3 Keuntungan
a. Dapat dipaki sendiri
b. Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
c. Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui
d. Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain
e. Tidak mengganggu kesehatan
f. Tidak ada efek samping sistemik
g. Tersedia secara luas

23
h. Tidak perlu resep atau penilaian medis
i. Tidak mahal (jangka pendek)
1.4 Baik untuk pasangan yang:
a. Ingin menunda kehamilan atau ingin menjarangkan anak
b. Jarang bersenggama
c. Pasangan yang takut menularkan & tertular penyakit kelamin
d. Wanita yang kemungkinan sudah hamil
1.5 Kontraindikasi
Alergi.

Kontrasepsi Mantap (Kontap)


1. Sterilisasi (Tubektomi dan Vasektomi)
Adalah pemotongan/pegikatan kedua saluran telur wanita (tubektomi) atau
kedua saluran sperma laki-laki (vasektomi). Operasi tubektomi ada beberapa macam
cara antara lain adalah Kuldoskopik, Kolpotomi, Posterior, Laparoskopi, dan
Minilaparotomi. Cara yang sering dipakai di Indonesia adalah Laparoskopi dan Mini
laparotomi.
1.1 Cara Kerja
Tuba falopi (pembawa sel telur ke rahim) dipotong atau diikat dengan teknik
yang disebut kauter, atau dengan pemasangan klep atau cincin plastik. Hal ini
mencegah pertemuan sel telur dengan sperma
1.2 Efektivitas
Dalam teori: 99,9%. Dalam praktek: 99%.
1.3 Keuntungan
a. Paling efektif
b. Mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pengembalian tidak bisa
dijamin).
c. Tidak perlu perawatan khusus
1.4 Baik untuk pasangan yang:
a. Sudah yakin tidak ingin punya anak lagi
b. Jika hamil akan membahayakan jiwanya
c. Ingin metode yang tidak mengganggu
1.5 Kontraindikasi
Tidak ada.
1.6 Efek Samping
Jarang, ringan, dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri, dan
infeksi luka operasi. Pada vasektomi infeksi dan epididimis terjadi pada 1-2%
pasien. Pada tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan
komplikasi karena anastesi dapat terjadi.

E. PATHWAY
1. Suntik
Suntik

24
Progesterone Estrogen

Faktor
Sirkulasi GIT Reproduksi pembekuan
darah
Retensi Merangsang Stimulasi Pengentalan
meningkat
cairan pusat hipotalamus lender serviks
reseptor Trombosis
Peningkatan makanan Menekan Menghambat
TD LH,FSH penetrasi
Nafsu makan sperma
Menghambat meningkat Ovulasi
sikluas terhambat Sperma &
oksigenasi Menghambat BB ovum tidak
meningkat Perubahan bertemu
produksi
Nyeri kepala maturasi
prostaglandin
Kelebihan endometrium Lender
Nyeri nutrisi meningkat
Peningkatan
Atropi
proteksi Perubahan Keputihan
Asam terhadap body image Dinding
lambung mukosa rahim sulit Resiko infeksi
meningkat lambung lepas

Merangsang Iritasi Amenorrhea


muntah mukosa
lambung Ansietas
Devisit
vol.cairan Nyeri

25
2. PIL KOMBINASI
Suntik

Progesterone Estrogen

Faktor
Sirkulasi GIT Reproduksi pembekuan
darah
Retensi Merangsang Stimulasi Pengentalan
meningkat
cairan & Na pusat nafsu hipotalamus lender
makan serviks Trombosis
Peningkatan LH,FSH
TD Nafsu makan menurun Menghambat
meningkat penetrasi
Menghambat Ovulasi sperma
sikluas BB terhambat
oksigenasi Menghambat meningkat Sperma &
Perubahan ovum tidak
produksi
Nyeri kepala Perubahan maturasi bertemu
prostaglandin
body image endometrium
Nyeri Lender
Peningkatan
Atropi meningkat
proteksi
Asam terhadap Dinding Konsepsi
lambung mukosa rahim sulit tidak terjadi
meningkat lambung lepas

Merangsang Iritasi Amenorrhea


muntah mukosa
lambung Ansietas
Devisit
vol.cairan

26
3. IUD
IUD

Benda asing dalam uterus

Reaksi Perubahan Terjadi efek mekanik Kurang


radang di reaksi kimia pengetahuan
cavum uteri tentang
Perubahan prosedur
Erosi Kontraksi
Fagosit reaksi pemasangan
endometrium uterus
meningkat enzimatik dan efek yg
uterus Spotting Iskemia otot terjadi
Perubahan
uterus
endometrium Perubahan Infeksi Ansietas
endometrium Pelepasan
Keputihan Makrofag mediator
meningkat Nidasi tidak meningkat inflamasi
terjadi
Infeksi pelvis Menekan Stimulasi saraf
sperma simpatis &
Hipertermi
parasimpatis
Sperma dan
ovum tidak Persepsi nyeri
bertemu
Nyeri

F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan suami
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat mestruasi
e. Riwayat KB
f. Riwayat psikologi
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat obstetri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kontrasepsi suntik
Nyeri akut
Deficit volume cairan
Perubahan body image
Ansietas

b. Kontrasepsi pil
Nyeri akut
Perubahan body image
c. IUD
Nyeri akut

27
Perubahan suhu tubuh
Ansietas
Kurang pengetahuan

3. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami
nyeri
Kriteria hasil :
klien melaporkan nyeri berkurang
klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI RASIONAL

Lakukan pengkajian nyeri secara Memudahkan menentukan inetrvensi


komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, selanjutnya
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari Mengidentifikasi adanya nyeri pada


ketidaknyamanan klien

Kontrol tekanan darah klien Perubahan tekanan darah dapat


mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan

Kontrol lingkungan yang dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri


mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri Apabila faktor pencetus berkurang


maka intensitas nyeri akan berkurang

Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan Dukungan dari keluarga dapat
menemukan dukungan membantu klien mengatasi nyeri

Ajarkan tentang teknik non farmakologi: Teknik non farmakologi yang benar
napas dada, relaksasi, distraksi, kompres akan membuat klien rileks dan nyaman
hangat/dingin sehingga dapat mengurangi nyeri

Tingkatkan istirahat Istirahat akan membuat klien merasa


nyaman, sehingga nyeri dapat
berkurang

Kolaborasi: Penggunaan agens-agens farmakologi


Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, untuk mengurangi atau menghilangkan
seperti nyeri

Ansietas
Tujuan :

28
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kecemasan klien
teratasi
Kriteria hasil :
TTV klien dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
INTERVENSI RASIONAL

Identifikasi tingkat kecemasan Membantu menentukan intervensi


selanjutnya

Bantu klien mengenali situasi yang Mengidentifikasi sumber kecemasan


menimbulkan kecemasan klien

Dorong klien untuk mengungkapkan Mengungkapkan perasaan, ketakutan,


perasaan, ketakutan, persepsi dan persepsi akan mengurangi
kecemasan klien

Dengarkan dengan penuh perhatian Membuat klien merasa tenang dan


mengurangi kekhawatiran klien

Temani klien untuk memberikan Memberikan keamanan pada klien dan


keamanan dan mengurangi takut mengurangi takut

Jelaskan semua prosedur dan apa yang Mengurangi kecemasan klien,


dirasakan selama prosedur meningkatkan pemahaman klien
mengenai prosedur tindakan yang akan
dilakukan

Libatkan keluarga untuk mendampingi Keluarga dapat member dukungan positif


klien kepada klien

Instruksikan pada klien untuk Untuk mengurangi kecemasan yang


menggunakan teknik relaksasi dirasakan klien

Kolaborasi: Pemberian obat anti cemas sesuai


Berikan obat anti cemas dengan kebutuhan klien dapat
mengurangi kecemasan klien

Kurang Pengetahuan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien menunjukkan
pengetahuan tentang kontrasepsi
Kriteria hasil :
Klien menyatakan kepahaman tentang kondisi kontrasepsi, jenis kontrasepsi,
kelebihan & kekurangan, serta cara menggunakannya

29
Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
INTERVENSI RASIONAL

Kaji tingkat pengetahuan klien Membantu menentukan jenis pengetahuan


yang akan diberikan pada klien

Jelaskan tentang kontrasepsi, jenis- Meningkatkan pemahaman klien


jenis kontrasepsi, kekurangan &
kelebihan masing2 kontrasepsi dan
cara penggunaannya

Jelaskan cara mengatasi masalah yang Meningkatkan pemahaman klien dan


mungkin muncul setelah pemakaian membantu klien mengatasi masalah yang
kontrasepsi muncul

Diskusikan pemilihan kontrasepsi Memilih kontrasepsi yang tepat dan sesuai


dapat mengurangi kecemasan klien &
memenuhi kebutuhan klien

Dukung klien untuk mengeksplorasi Memperluas pemahaman klien


atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat

30
DAFTAR PUSTAKA
Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur.
http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf. Diakses tanggal 19
Juni 2012. Pukul 19.20 WIB.
Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD pada
Peserta KB non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf. Diakses tanggal 19 Juni 2012.
Pukul19.49 WIB.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta. EGC.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19183/4/Chapter%20II.pdf

31

Anda mungkin juga menyukai