Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATA KULIAH: KEPERAWATAN MATERNITAS

Pembimbing Akademik : Dr. Laily Yuliatun, S.Kep., M.Kep

Pembimbing Lahan: Susiari, Amd. Keb

“KASUS BAYI BARU LAHIR (BBL)”

oleh :

SITI MASKUROH
210070300111058

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Kasus Bayi Baru Lahir
(BBL)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat salah satu mata kuliah profesi ners
yaitu Departemen Keperawatan Maternitas. Penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, dan doa dari semua pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati, penyusun
menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada:

1. Allah Yang Maha Esa.


2. Selaku pembimbing pada mata kuliah ini:
a. Dr. Laily Yuliatun, S.Kep., M.Kep., selaku CI akademik Departemen
Keperawatan Maternitas kelompok 4A
b. Ibu Susiari, Amd. Keb., selaku CI lahan (Puskesmas Pakis) Departemen
Keperawatan Maternitas kelompok 4A
3. Teman-teman yang telah mendukung dalam proses penyusunan makalah.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun
harapkan sebagai suatu masukan yang berharga. Semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Malang, 10 November 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Masa neonatal adalah bayi baru lahir yang berusia 0 sampai 28 hari,
dimana pada masa ini terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di
dalam rahim menjadi di luar Rahim (Azizah, 2017). Bayi baru lahir (BBL) adalah
bayi yang lahir selama satu jam pertama kelahiran bayi sampai usia 4 minggu,
bayi normal memiliki berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan dan lahir
langsung menangis (Donna, 2014). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator pembangunan kesehatan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Sustainable Development
Goals (SDGs). Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2015
melaporkan AKB sebesar 22,23/1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2016
jumlah kematian bayi sebesar 32.007 jiwa dengan penyebab kematian bayi baru
lahir di Indonesia adalah asfiksia, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), tetanus
neonatorium (10%), masalah pemberian makan (10%), infeksi (6,7 %), gangguan
hematologik (5%) dan lain lainnya (27%) (WHO, 2015).
BBL perlu mendapatkan perhatian khusus karena permasalahan yang
sangat serius salah satunya adalah masalah infeksi. Perawatan BBL merupakan
asuhan yang diberikan untuk menjaga kesehatan bayi meliputi memandikan bayi
dengan tepat dan perawatan tali pusat yang dapat mencegah timbulnya infeksi dan
mempercepat pelepasan tali pusat (Nanny, 2011). Perawatan BBL yang lain yaitu
inisiasi menyusui dini (IMD), memandikan bayi, perawatan pencegahan
kehilangan panas pada bayi, melakukan kontak kulit antar ibu dengan bayi dan
memberi kehangatan pada bayi, mengenakan pakaian bayi, pencegahan infeksi
pada mata dengan cara pemberian salep mata, perawatan kuku dan pemberian
imunisasi Hepatitis-B (Herawati, 2015).
Kemampuan ibu dalam merawat BBL memerlukan dukungan dari petugas
pemberi layanan kesehatan professional yang telah terlatih tentang prosedur
perawatan BBL yang benar. Peran dan dukungan petugas kesehatan adalah orang
pertama yang membantu ibu dalam mencapai keberhasilannya. Dorongan dari
tenaga kesehatan sangat bermanfaat dan dapat memotivasu ibu untuk dapat
menggali kemampuannya dalam merawat bayinya dengan benar (Septian, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin membagikan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan pada kasus bayi baru lahir di salah satu
puskesmas yang berada Malang.
2. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian Bayi Baru Lahir
b. Untuk mengetahui laporan pendahuluan terkait topik Bayi Baru Lahir
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus Bayi Baru Lahir
d. Untuk mengetahui implementasi apa saja yang dilakukan dalam
mengelola Bayi Baru Lahir
3. MANFAAT
a. Sebagai referensi bagi semua pembaca terkait topik dan asuhan
keperawatan pada Bayi Baru Lahir
b. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali
terkait topik Bayi Baru Lahir
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca dalam menentukan asuhan
keperawatan pada kasus Bayi Baru Lahir
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI BAYI BARU LAHIR


Masa neonatal yang menurut WHO (2016) dimulai saat lahir dan berakhir
pada usia 28 hari. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari, sedangkan neonatus
lanjut adalah bayi berusia 8- 28 hari. (Marmi, 2015). Klasifikasi menurut masa
gestasi, yaitu periode sejak konsepsi sampai bayi dilahirkan. Menurut Rochmah
dkk (2011), bayi baru lahir menurut masa gestasinya dibagi menjadi:
a. Bayi kurang bulan (preterm infant), masa gestasinya kurang dari 259 hari
(kurang dari 37 minggu)
b. Bayi cukup bulan (term infant), masa gestasinya 259-293 hari (37-42 minggu).
c. Bayi lebih bulan (postterm infant), masa gestasinya 294 hari (lebih dari 42
minggu).
2. TANDA NORMAL BAYI BARU LAHIR
Bayi baru lahir normal merupakan bayi yang lahir dengan umur kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir antara 2500 gram sampai 4000 gram
(Depkes RI, 2005). Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan
keperawatan yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uteri
hingga mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram. Berikut
tanda-tanda bayi baru lahir dengan kondisi normal :
a. Lahir aterm antara 37 – 42 minggu
b. Berat badan 2500 – 4000 gr
c. Panjang lahir 48 – 52 cm
d. Lingkar dada 30 – 38 cm
e. Lingkar kepala 33 – 35 cm
f. Lingkar lengan 11-12
g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
h. Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
i. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
j. Kuku agak panjang dan lemas
k. Nilai APGAR >7
l. Gerakan aktif
m. Bayi lahir langsung menangis kuat
n. Genetalia :
- Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang.
- Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang
berlubang ,serta labia mayora menutupi labia minora.
o. Beberapa refleks pada bayi sudah dapat terlihat, seperti:
- Refleks morro: Dapat dilihat bila bayi dikagetkan atau sekonyong-
konyong digerakan akan terjadi refleks baru abduksi dan ekstensi. Lengan
dan tangannya terbuka kemudian diakhiri dengan abduksi lengan.
- Reflek graps: Bila telapak dirangsang tangan akan memberi reaksi seperti
menggenggam.
- Refleks rooting: Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh kearah
sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka
mulut dan berusaha mencari puting untuk menyusu.
- Refleks menelan (swallowing): Timbul bila ada cairan di rongga mulut.
- Refleks tonik: Bayi memutar kepalanya ke satu sisi dan disertai gerakan
lengan memegang pada yang sama.
- Refleks menghisap (sucking): Refleks yang terjadi ketika diletakkan
sebuah benda di mulut bayi, maka bayi secara alami sudah siap untuk
menghisap.
- Refleks melangkah: Kaki bayi akan mencoba melangkah ketika
ditegakkan atau bila kakinya disentuhkan pada permukaan yang keras
(IDAI,2014).
p. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama
3. ADAPTASI BAYI BARU LAHIR
a. Perubahan pada sistem pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah
kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf
pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Frekuensi
pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.
b. Perubahan sistem Kardiovaskuler
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan
tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan mengalami
penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh
darah dari arteri pulmonalis mengalir keparu-paru dan ductus arteriosus
tertutup.
c. Perubahan termoregulasi dan metabolik
Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan 25 ºC, maka
bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan
radiasi. Suhu lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan bayi menderita
hipotermi dan trauma dingin (cold injury).
d. Perubahan Sistem Neurologis
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang
sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,
pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan
tremor pada ekstremitas.
e. Perubahan Gastrointestinal
Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun menjadi 50mg/100
mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukan
neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme
asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120mg/100mL.
f. Perubahan Ginjal
Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali
sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24
jam.
g. Perubahan Hati
Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial untuk
pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi
yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan
dengan pemecahan sel-sel darah merah.
h. Perubahan Imun
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu masuk.
Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan resiko
infeksi pada periode bayi baru lahir (Sondakh, 2016).
4. PATHWAY

5. PEMERIKSAAN BAYI BARU LAHIR


a. Penilaian skor APGAR
Penilaian bayi baru lahir dengan menggunakan APGAR score bertujuan
untuk mengetahui apakah bayi baru lahir tersebut asfiksia atau tidak. APGAR
score merupakan suatu metode sederhana yang dipakai oleh bidan untuk
menilai keadaan bayi sesaat setelah lahir. Penilaian dilakukan pada menit
pertama dan menit kelima dengan menilai frekuensi jantung (pulse), usaha
napas (respiration), tonus otot (activity), warna kulit (appearance), dan reaksi
terhadap rangsangan (grimace). Dari hasil tersebut dapat diketahui apakah
bayi tersebut normal (nilai APGAR 7-10). Asfiksia sedang – ringan (nilai
APGAR 4-6), atau asfiksia berat (nilai APGAR 0-3).
b. Keadaan umum
Pemeriksaan kondisi umum bayi meliputi warna kulit bayi, integritas kulit,
perfusi, kesadaran, apakah bayi bergerak aktif, postur, dan tonus otot.
c. TTV
Tanda Vital Rentang Normal
Nadi 100-160x/menit
Frekuensi pernafasan 30-60x/menit
Tekanan darah 60-90mmHg
Suhu tubuh 36,5-37,5 C
d. Pemeriksaan fisik
 Kepala, Wajah, Leher
Amati bentuk kepala apakah brakiosefali, plagiosefali, ataukah terdapat
kelainan lain. Periksa juga ukuran kepala apakah normosefali, mikrosefali,
atau makrosefali. Lalu periksa kulit kepala, fontanela, sutura, mata,
struktur posisi (adakah low set ear), posisi dan struktur hidung, kondisi
oral (mulut, palatum, gigi, gusi, lidah, dan frenulum), serta ukuran rahang.
Periksa adakah sefalhematoma, kaput, dan perdarahan atau kelainan
kepala karena trauma lahir. Periksa adakah wajah dismorfik yang
mengarah ke sindrom tertentu atau kelainan bawaan.
 Bahu, Lengan, Tangan
Periksa gerak bayi apakah simetris. Periksa proporsi, panjang tangan,
struktur, dan jumlah jari. Periksa adakah sindaktili atau polidaktili.Pada
telapak tangan, periksa adakah simian line atau single palmar crease yang
dapat merupakan tanda Down syndrome. Perlu diketahui bahwa tanda ini
juga bisa didapatkan pada 3-10% bayi normal.Periksa bahu dan
pergerakan tangan bayi, identifikasi bila ada kelemahan gerak atau
keterbatasan gerak karena brachial plexus injury.
 Dada
Periksa ukuran, bentuk, simetrisitas dan gerak dada saat anak bernapas,
serta apakah ada retraksi dinding dada. Periksa juga, suara jantung, laju
nadi, suara napas, laju napas, dan gunakan pulse oxymeter untuk mengukur
kadar oksigen . Auskultasi suara paru dan pastikan bunyi napas simetris
antara toraks kanan dan kiri. Bunyi pernapasan yang tidak simetris dapat
mengindikasikan pneumothorax atau masalah paru lain. Dengarkan
adanya suara merintih atau grunting.
 Perut
Periksa ukuran, bentuk, dan simetrisitas abdomen. Lakukan palpasi hepar,
limpa, dan ginjal, serta periksa umbilikus. Saat memeriksa perut,
sebaiknya gunakan 1 tangan untuk memegang kaki dan memfleksikan
lutut untuk membantu bayi rileks, dan gunakan tangan satunya untuk
palpasi abdomen. Bentuk abdomen skafoid mengindikasikan hernia
diafragma, sementara distensi abdomen mengarah ke obstruksi intestinal.
Umbilikus harus diperiksa untuk mengetahui adakah tanda infeksi dan
adakah perdarahan aktif. Dalam umbilicus harus ada 2 arteri dan 1 vena.
Umbilikus yang hanya terdiri atas 1 arteri biasanya berhubungan dengan
abnormalitas kongenital seperti anomali renal, intrauterine growth
restriction, dan prematuritas.
 Genitourinari
Untuk laki-laki, periksa penis, preputium, dan apakah testis sudah turun ke
skrotum. Pastikan tidak ada hipospadia. Untuk perempuan, periksa
klitoris, labia, dan hymen. Bayi perempuan cukup bulan akan memiliki
labia mayor yang prominen, sementara bayi kurang bulan memiliki labia
minor yang prominen. Pada bayi dengan klitoromegali dan fusi labia,
harus dicurigai ambigus genitalia dan harus dilakukan pelacakan lebih
lanjut penyebabnya
 Anus dan Rektum
Pada semua bayi, periksa posisi anus dan patensinya. Amati pasase urin
dan feses. Ketiadaan anus atau anus imperforata menandakan adanya
kelainan atau sindrom kongenital.
 Pinggul dan Kaki
Lakukan manuver Ortolani dan Barlow untuk mengetahui adanya hip
dysplasia. Periksa panjang kaki, proporsi, simetrisitas, dan jumlah jari.
Amati telapak kaki dan pergelangan kaki, adakah talipes equinovarus
atau clubfoot
 Punggung
Periksa tulang belakang, kulit, serta simetrisitas skapula dan pantat
 Neurologi
Periksa perilaku, gerak, dan postur bayi. Evaluasi tonus otot, apakah bayi
bergerak spontan, menangis.
 Kulit
Amati adakah lesi kulit dan amati pula adakah ikterus. Ikterus yang timbul
dalam 24 jam pertama kehidupan bukan merupakan hal normal dan harus
dicari penyebabnya
6. KOMPLIKASI BAYI BARU LAHIR
a. Bayi Kecil
Bayi premature cenderung mengalami lebih banyak masalah dibandingkan
bayi cukup bulan yang lahir kecil <2,5kg. masalah yang biasanya dialami oleh
bayi kecil adalah masalah pemberian makan dan suhu tubuh tidak normal,
kesulitan bernafas, icterus, perdarahan intraventrikular, anemia, glukosa
darah rendah, sepsis, asfiksia
b. Kesulitan bernafas
Ciri ciri bayi yang kesulitan bernafas adalah sebagai berikut:
 Frekuensi pernafasan <30x/menit/>60x/menit
 Bayi mengalami sianosis sentral
 Bayi mengalami tarikan dinding dada
 Bayi mengalami gruting
 Bayi mengalami apnea
Jika bayi mengalami keselitan bernafas berikan oksigen aliran sedang,
jika pernafasan selalu 20x/menit resusitasi bayi dengan menggunakan
kantung dan masker
c. Konvulsi atau spasme
Konvulsi dapat disebabkan oleh asifiksia, cidera lahir, masalah neurologis,
atau hipoglikemia. Perlu dibedakan antara kondisi konvulsi dan spasme.
d. Suhu tubuh tidak normal
Hipotermia dapat disebabkan oleh lingkungan yang dingin, kondisi bayi yang
basah, baju yang tidak sesuai untuk bayi. Kondisi hipertermi dapat
disebabkan oleh lingkungan yang hangat, terpajan sinar matahari terlalu lama,
atau pemanasan yang berlebihan dengan incubator. Hal ini juga bisa menjadi
tanda tanda dari sepsis. Penatalaksanaan untuk bayi dengan hipotermi segera
hangatkan bayi dengan menggunakan pemanas radian, lepaskan baju yang
basah, dan berikan pakaian yang hangat. Untuk bayi dengan hipertermi
turunkan suhu penghangat dan buka jendela incubator, lepaskan baju bayi
sebagian atau seluruhnya lalu berikan selimut, izinkan bayi mulai menyusu
e. Ikhterus
Pada bayi kecil atau bayi yang lehir sebelum usia gestasi 37 minggu dapat
mengalami icterus selama minggu pertama. Jika bayi mengalami icterus
serius dapat dilakukan fototerapi
f. Diare
Bayi mengalami peningkatan frekwensi defekasi dengan feses cair berwarna
hijau disertai dengan mucus dan darah. Jika bayi mengalami diare periksa
adanya tanda tanda dehidrasi. Penatalaksanan umum untuk bayi diare adalah
biarkan bayi menyusu pada ibunya, beri larutan rehidrasi oral setiap feses
diare keluar. Jika bayi memilihi tanda tamda dehidrasi pasang IV line
g. Pembengkakan kulit kepala
Kebanyakan pembengkakakn ini terjadi saat lahir bersifat minor dan sembuh
secara spontan.
BAB 3
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN NEONATUS

Nama Mahasiswa : Siti Maskuroh Rumah Sakit : PKM Pakis

Nama Ayah-Ibu : Ny. AS Tanggal Pengkajian : 10/11/2021

Alamat : Krajan, Pakis Jam Pengkajian : 12.00 WIB

Riwayat Persalinan

o BB/TB Ibu 45,8 kg/152 cm, Persalinan di: BPM Santi

Keadaan Bayi Saat Lahir


Lahir tanggal: 10/11/2021 Jam: 10.10 WIB Jenis Kelamin: Perempuan
Kelahiran: tunggal/gemelli*)

NILAI APGAR
TANDA NILAI JUMLAH
0 1 2
Denyut Jantung ○□ Tidak ada ○□ < 100 ○□ > 100 2
Usaha Nafas ○□ Tidak ada ○□ Lambat ○□ Menangis kuat 2
Tonus Otot ○□ Lumpuh ○□Extremitas ○□ Gerakan aktif 2
fleksi sedikit
Iritabilitas ○□ Tidak ○□ Gerakan sedikit ○□ Reaksi melawan 2
refleks Bereaksi
Warna ○□ Biru/pucat ○□ Tubuh ○□ Kemerahan 2
kemerahan, tangan
dan kaki biru

Tindakan resusitasi : tidak ada


Plasenta : Berat ½ kg Talipusat : Panjang tidak terkaji
Ukuran : Tidak terkaji Jumlah pembuluh darah : tidak terkaji
Kelainan : Tidak ada kelainan
PENGKAJIAN FISIK
o Umur 0 hari 1 jam
Berat Badan : 2700 gr Mulut [ √ ] Simetris
Panjang Badan : 48 cm
[ √ ] Palatum mole
Suhu : 36°C
Lingkar Kepala : 33 cm [ √ ] Palatum curum

Lingkar Dada : 33.5 cm [ ] Gigi


Lingkar Perut : (tidak terkaji)
Hidung [ √ ] Lubang hidung
KEPALA
[ ] Keluaran
Bentuk Kepala [ √ ] Bulat
[ ] Lain-lain [ ] Pernapasan cuping hidung

[ ] Molding Leher [ √ ] Pergerakan leher


[ ] Kaput
[ ] Cephalhematom TUBUH
Warna [ √ ] Pink
Ubun-ubun [ ] Besar
[ √ ] Kecil [ ] Pucat
[ ] Sutura
[ ] Sianosis

Mata Posisi simetris [ ] Kuning


[ ] Kotoran
Pergerakan [ √ ] Aktif
[ ] Perdarahan
[ ] Kurang
Telinga Posisi simetris
Dada [ √ ] Simetris
Bentuk normal
[ √ ] Lubang telinga [ ] Asimetris
[ ] Keluaran
[ ] Retraksi
JANTUNG & [ √ ] normal [ ] Seesaw
PARU-PARU
Bunyi nafas [ ] ngorok STATUS NEUROLOGI
[ ] lain-lain Refleks [ √ ] Tendon
Bunyi nafas 53x/menit
Denyut jantung 100 x/menit (dinilai semua) [ √ ] Moro

PERUT [ √ ] lembek [ √ ] Rooting

[ ] kembung [ √ ] Menghisap
[ ] benjolan
[ √ ] Babinski
Bising usus 25x/menit
Lanugo dahi [ √ ] Menggenggam
Vernix tidak terkaji
[ √ ] Menangis
Mekonium tidak terkaji
[ ] Berjalan
PUNGGUNG
[ √ ] Tonus leher
Keadaan [ √ ]simetris
Punggung [ ] Asimetris
NUTRISI
[ ] Pilonidal dimple
Jenis makanan [ √ ] ASI
Kelainan................
Fleksibilitas tulang [ ] PASI
punggung [ ] Lain-lain
[ √ ] Normal
GENETALIA [ ] Hypospadius
ELIMINASI
Laki-laki [ ] Epispadius
BAB Pertama: (tidak terkaji)
Testis ada
BAK Pertama: (tidak terkaji)

DATA LAIN YANG MENUNJANG


Perempuan [ ] Menonjol
(Lab, psikosal, dll)
Labia minora [ ] Tertutup labia mayor
Tidak ada
Keluaran.......................
Kelainan ....................... Terapi
Anus Suntikan Vitamin K 1
Salep Mata antibiotika profilaksis
EKSTREMITAS Kelainan Tidak ada
Imunisasi Hb0
Jari tangan Kelainan Tidak ada
Jari kaki [ ] Tidak aktif
Pergerakan [ ] Asimetris
[ ] Tremor
[ ] Rotasi paha Kesimpulan:
Nadi Brachial ada Bayi lahir spontan pada pukul 10.10 WIB/tanggal
Femoral ada 10-11-2021 dengan keadaan sehat, bergerak aktif,
Posisi Kaki normal menangis keras dan berjenis kelamin perempuan.
Tangan normal BB: 2700 gr
PB: 48 cm
Lika: 33 cm
Lida: 33.5 cm
RR: 53x/menit
Nadi: 145x/menit
Suhu: 36°C
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS : Bayi baru lahir (BBL) Defisit Pengetahuan
- Ibu masih belum pernah ↓ tentang perawatan bayi
melakukan perawatan Perawatan tali pusat menggunakan baru lahir
tali pusat sebelumnya alkohol
- Ibu mengatakan jika ↓
akan merawat tali pusat Penggunaan alkohol dapat
menggunakan betadine mengiritasi kulit di sekitar tali pusat
dan alkohol agar tali ↓
pusat tetap bersih dan Ibu kurang terapapar informasi
cepat kering mengenai perawatan bayi baru lahir
DO : - ↓
Kurang terpapar informasi tentang
perawatan tali pusat

Defisit pengetahuan tentang
perawatan bayi
2. Faktor risiko Bayi baru lahir (BBL) Risiko Hipotermia
- Suhu 36°C (normal suhu ↓
bbl 36,5-37,5 C) Adaptasi bayi baru lahir
- Warna kulit tubuh merah ↓
muda Rentang temperature bayi
- Bayi lahir spontan pada (Termoregulasi)
tanggal 10-11-2021 pukul ↓
10.10 WIB dengan Risiko Hipotermia
keadaan sehat dan normal,
bayi tunggal, menangis
keras dan aktif bergerak
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TTD


MUNCUL PERAWAT
1 Risiko Hipotermia d.d bayi baru lahir (D.0140, 10/11/2021
Kategori: Lingkungan, Subkategori:
Keamanan dan Proteksi)

2 Defisit Pengetahuan tentang perawatan bayi b.d 10/11/2021


kurang terpapar informasi d.d menunjukkan
perilaku tidak sesuai anjuran (D.0111,
Kategori: Perilaku, Subkategori: Penyuluhan
dan Pembelajaran)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Risiko Hipotermia Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI: Regulasi temperatur (1.14578)
selama 1x24 jam diharapkan termoregulasi Observasi
membaik dengan Kriteria Hasil : - Monitor suhu bayi sampai stabil
SLKI : Termoregulasi Neonatus (L.14135) - Monitor warna dan suhu kulit
- Suhu tubuh meningkat Terapeutik
- Suhu kulit meningkat - Bedong bayi segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas
- Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan
panas bayi baru lahir
- Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang
akan kontak dengan bayi
- Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant
warmer
- Hindari meletakkan bayi di dekat jendela
terbuka atau di area pendingin ruangan
2. Defisit Pengetahuan tentang Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI : Edukasi Perawatan Bayi (1.12419)
perawatan bayi baru lahir selama 1x24 jam diharapkan tingkat pengetahuan Observasi
membaik dengan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Kriteria Hasil : menerima informasi
SLKI : Tingkat Pengetahuan (L.12111) Terapeutik
- Perilaku sesuai anjuran cukup meningkat - Sediakan materi dan media pendidikan
- Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang Kesehatan
suatu topik cukup meningkat Edukasi
- Jelaskan manfaat perawatan bayi
- Ajarkan perawatan tali pusat
- Ajarkan memandikan bayi dengan
memperhatikan suhu ruangan dan dalam waktu
5-10 menit, sehari 2 kali.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Risiko - Mengukur suhu bayi selama 2 jam sekali sampai stabil S:
Hipotermia (36.5°C-37.5°C) - Ibu mengatakan akan mempertahankan suhu tubuh bayi
- Memantau adanya tanda dan gejala hipotermia sampai stabil dengan cara membedong bayi. Memakaikan
- Memonitor suhu tubuh bayi sampai stabil baju, sarung tangan dan kaki bayi, serta menggunakan topi
- Memonitor warna dan suhu kulit bayi untuk mencegah kehilangan panas bayi baru lahir
- Membedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah O:
kehilangan panas - Warna kulit merah muda
- Memakaikan bayi dengan topi untuk mencegah kehilangan - Suhu: 36,5°C
panas - Bayi diletakkan di tempat yang hangat
- Menggunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas - Bayi tampak dibedong dan menggunakan topi
bayi baru lahir A: Masalah risiko hipotermia teratasi sebagian
- Menghangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan Indikator Awal Target Hasil
kontak dengan bayi seperti selimut, bedongan dan stetoskop Suhu tubuh Cukup baik Membaik Membaik
- Menempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer Suhu kulit Cukup baik Membaik Membaik
- Menghindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau
P: Anjurkan melanjutkan penghatan pasif dan anjurkan ibu
di area pendingin ruangan
melakukan perawatan BBL mandiri
- Menjelaskan cara pencegahan hipotermia karena terpapar
udara dingin dengan meletakkan bayi di tempat yang tertutup
2. Defisit - Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima S:
Pengetahuan informasi - Ibu dapat mengulangi kembali topik pendidikan kesehatan
tentang - Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan tali pusat yang benar dan
perawatan bayi - Menjelaskan manfaat perawatan bayi memandikan bayi serta mampu menjelaskan manfaat
baru lahir - Mengajarkan perawatan tali pusat perawatan bayi.
- Mengajarkan memandikan bayi dengan memperhatikan suhu O:
ruangan dan dalam waktu 5-10 menit, sehari 2 kali - Ibu terlihat memahami materi pendidikan kesehatan yang
diberikan mengenai manfaat perawatan bayi, perawatan
tali pusat dan cara memandikan bayi dengan memperhati-
kan suhu air dan suhu ruangan
A: Masalah risiko hipotermia teratasi sebagian

Indikator Awal Target Hasil


Perilaku Sedang Cukup Cukup
sesuai meningkat meningkat
anjuran
Kemampuan Sedang Cukup Cukup
menjelaskan meningkat meningkat
pengetahuan
tentang
suatu topik
Kemampuan Cukup Meningkat Meningkat
menggamba meningkat
rkan
pengalaman
sebelumnya
yang sesuai
dengan
topik

P: Observasi perawatan tali pusat bayi


BAB 4
RESUME KEPERAWATAN
KASUS BAYI BARU LAHIR (BBL)
NAMA KLIEN : Ny. S TANGGAL : 09/11/2021
DX MEDIS : P2A0 RUANG : BPM Ima
S O A P I E
Ibu - Tali pusat Defisit SIKI : Perawatan - Memonitor tanda vital bayi S:
mengatakan dalam keadaan pengetahuan Neonatus (suhu) - Ibu mengatakan sudah paham perawatan tali pusat
ingin baik, tidak ada tentang Observasi - Mandikan bayi selama 5-10 bayi
mengetahui tanda infeksi perawatan - Monitor tanda- menit minimal sekali sehari
O:
terkait - Suhu : 36,5 oC bayi b.d tanda vital bayi - Mandikan bayi dengan air
- Tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat
perawatan tali kurang (terutama suhu) hangat
A:
pusat terpapar Terapuetik - Menggunakan baby oil
Indikator Awal Target Hasil
informasi - Mandikan bayi untuk mempertahankan
Kebersihan Meningkat Meningkat Meningkat
dengan suhu kelembaban kulit
badan
ruangan 21-24 ºC - Membersihkan tali pusat
- Mandikan bayi dengan air steril atau air
P:
dalam waktu 5-10 matang
- Menganjurkan ibu agar selalu menjaga tali pusat
menit dan 2 kali - Merawat tali pusat secara
tetap kering dan bersih
dalam sehari terbuka gunakan kassa steril
- Rawat tali pusat - Mengenakan pakaian bahan
secara terbuka (tali katun
pusat tidak - Mengganti popok segera
dibungkus apapun) jika basah
- Bersihkan pangkal - Menanjurkan tidak
tali pusat dengan membubui apapun pada tali
lidi kapas yang pusat
diberi air matang - Menganjurkan ibu
- Kenakan popok menyusui bayi setiap 2 jam
bayi dibawah - Menganjurkan ibu mencuci
umbilikus jika tangan sebelum menyentuh
pusat belum lepas bayi
- Lakukan pemijatan
bayi
- Ganti popok bayi
jika basah
- Kenakan pakaian
bayi dari bahan
katun
Edukasi
- Anjurkan tidak
membubuhi
apapun pada tali
pusat
- Anjurkan ibu
menyusui sesuai
dengan kebutuhan
bayi
- Ajarkan ibu cara
merawat bayi di
rumah
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia
0-28 hari. Berdasarkan kasus Ny. A didapatkan data bahwa suhu tubuh bayi adalah
36°C sehingga beresiko mengalami hipotermia, selain itu Ny. A mengatakan jika
akan melakukan perawatan tali pusat bayi menggunakan alcohol dan betadin,
sedangkan pemakaian alkohol untuk perawatan tali pusat tidak dianjurkan karena
dapat mengakibatkan iritasi pada bayi. Dengan demikian prioritas diagnose
keperawatan yang diangkat adalah resiko hipotermia pada bayi baru lahir dan defisit
pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir. Intervensi yang akan diberikan yaitu
mempertahankan rentang termoregulasi bayi baru lahir dalam rentang normal yaitu
suhu 36-37°C serta edukasi perawatan bayi yang benar meliputi cara memandikan
bayi dan perawatan tali pusat yang tepat.

B. Saran
Penting untuk dilakukan kunjungan rumah dan pemberian edukasi pada ibu untuk
melakukan kunjungan rutin di puskesmas atau tenaga kesehatan terdekat untuk
mengobservasi perkembngan bayi dan melakukan monitoring tentang perawatan
bayi baru lahir dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, I., Handayani, O.K. 2017. Kematian Neonata di Kabupaten Grobogan. Higeia
Journal Of Public Health Research And Development. 1(4): 72-85.
Buda, E. and Sajekti, S. (2011) ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI DAN
BALITA.
Depkes RI.2020. Pedoman Bagi Ibu Hami, Nifas, Bersalin dan Bayi Baru Lahir di Era
Pandemic Covid-19. Direktorat Kesehatan Keluarga. Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat.
Elshazzly, M., Anekar, A. A., & Caban, O. (2020). Physiology, Newborn. StatPearls
[Internet].
Marmi. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2003. Buku Acuan Persalinan Normal . Jakarta :DepKes
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jarkarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Sondakh, J. J.2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi baru Lahir. Malang:
Penerbit Erlangga
Tekelab, T. et al. (2019) ‘The impact of antenatal care on neonatal mortality in sub-
Saharan Africa: A systematic review and meta-analysis’, PLOS ONE. Edited by
U. Simeoni. Public Library of Science, 14(9), p. e0222566. doi:
10.1371/journal.pone.0222566.
Widayati, A., Rohmatin, H. and Narsih, U. (2019) ‘Peran Kader Dalam Penerapan Sistem
Rujukan dan Pencegahan Komplikasi Pada Ibu Dan Bayi Terhadap Kematian
Neonatal’, Jurnal Kesehatan, 7(2), pp. 58–63. doi: 10.25047/j-kes.v7i2.106.
Yusuf, A. and Pakki, I. B. (2021) ‘Neonatal Death Incidence in Healthcare Facility in
Indonesia: Does Antenatal Care Matter?’, Article in Indian Journal of Forensic
Medicine and Toxicology. doi: 10.37506/ijfmt.v15i1.13590.

Anda mungkin juga menyukai