NIM : 175070200111023
KELAS: PSIK 2017 REGULER 1
Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS) adalah suatu dukungan pada kondisi
kedaruratan yang bertujuan untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan psikologis ataupun
mencegah dan menangani kondisi kesehatan jiwa dan psikososial. DKJPS ini digunakan untuk
meresponsegala bentuk kondisi kedaruratan maupun bencana yang diintegrasikan dengan pendekatan
biologis, psikologis, dan sosiokultural pada bidang kesehatan, sosial, pendidikan maupun komunitas.
Prinsip utama pemberian DKJPS yaitu tidak menyakiti, menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan kesetaraan, menggunakan pendekatan yang partisipatif, meningkatkan sumber daya dan kapasitas
yang sudah ada, menjalankan intervensi yang berlapis serta menjalankan tugas dengan sistem
dukungan yang terintegrasi. Adapun piramida intervensi DKJP digambarkan sebagai berikut.
Pada tahap incident dilakukan kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan
melalui kegiatan mendampingi kesehatan jiwa dan psikososial pada orang-orang yang terdampak.
Sedangkan pada tahap pasca incident, kegiatan yang dilakukan yaitu proses pemulihan, rehabilitasi
dan rekonstruksi. Pada tahap pemulihan dilakukan proses psikososial untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan jiwa, pada tahap rehabilitasi terjadi proses perbaikan kesehatan jiwa dan psikosial yang
dibutuhkan secara langsung dalam jangka pendek dan sifatnya sementara, pada tahap rekonstruksi
terjadi proses pervaikan kesehatan jiwa dan psikosial yang sifatnya menetap atau permanen.
KONSEP PSYCHOLOGICAL FIRST AID (PFA)
1. DEFINISI
Psychological Firs Aid atau PFA adalah suatu tindakan suportif dan manusiawi berupa
dukungan sosial, emosional, dan psikis yang dilakukan untuk mengurangi dampak stres akut dan
trauma serta membantu mereka yang berada dalam situasi krisis untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapi secara efektif. PFA dirancang untuk diterapkan dalam keadaan darurat, termasuk bencana
dan serangan teroris, kecelakaan, serta peristiwa traumatis lainnya.
2. TUJUAN
PFA berguna untuk mengurangi tekanan awal yang disebabkan oleh peristiwa traumatis dan
untuk menumbuhkan fungsi adaptif jangka pendek dan jangka panjang serta koping. PFA tidak
memandang bahwa semua penyintas akan mengalami masalah kesehatan mental yang parah atau
kesulitan jangka panjang dalam pemulihan. Namun, peru dipahami bahwa para penyintas bencana dan
orang-orang lain yang terkena dampak peristiwa tersebut akan mengalami berbagai reaksi awal
(misalnya, fisik, psikologis, perilaku, spiritual). Hal inilah yang menjadi dasar dilakukannya PFA.
4. PELAKSANAAN PFA
Dalam pelaksanaan PFA , harus diperhatikan cara berkomunikasi yang baik, tetap tenang dan
menunjukkan kepedulian tanpa adanya unsur paksaan kepada korban untuk menceritakan kejadian
yang mereka alami, harus memperhatikan keamanan, harga diri, privasi, dan hak-hak korban yang
mengalami kejadian traumatis. Selain itu juga harus memperhatikan budaya korban dalam
memberikan pertolongan agar dapat memahami hal-hal baik ataupun tidak baik untuk dilakukan dan
dikatakan kepada korban sehingga mereka merasa nyaman. Dalam konteks budaya yang harus
diperhatikan yaitu cara berpakaian, bahasa, gender, usia, wewenang, kontak fisik dan tingkah laku,
kepercayaan dan agama.
Menurut WHO terdapat tiga hal standar operasi PFA yaitu lihat, dengar dan hubungkan.
1) Lihat: memeriksa keamanan, memeriksa dengan seksama apakah memerlukan bantuan gawat
darurat, memeriksa orang-orang dengan reaksi stress yang sangat serius
2) Dengar: mendekati orang-orang yang mungkin memerlukan bantuan, menanyakan kepada
korbn mengenai apa yang mereka butuhkan dan khawatirkan, serta mendengarkan cerita dan
menenangkan korban
3) Hubungkan: mambantu korban untuk mendapatkan kebutuhan dan pelayanan yang mendasar,
membantu korban untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, memberikan informasi, dan
menghubungkan korban dengan kelurga mereka serta pada pelayanan sosial. Dalam
memberikan dukungan psikosoial perlu dorongan untuk korban untuk memiliki strategi
koping stress yang positif dan mencegah strategi koping stress yang negatif.
1. Everly Jr, G. S., & Lating, J. M. (2017). The Johns Hopkins guide to psychological first aid. JHU
Press.
2. Fransiska,ED.Keefektifan Psychological First Aid (Pfa) Sebagai Pertolongan Pertama Pada
Korban Bencana & Trauma. ISBN 978-602-6988-58-4
3. Iqbal, M. 2018. Psychological First Aid pada Korban Terdampak Bencana.
https://www.google.com/amp/s/pijarpsikologi.org/psychological-first-aid-pada-korban-
terdampak-bencana/amp/
4. Jacobs, G. A., Gray, B. L., Erickson, S. E., Gonzalez, E. D., & Quevillon, R. P. (2016). Disaster
mental health and community‐based psychological first aid: Concepts and education/training.
Journal of clinical psychology, 72(12), 1307-1317.
5. Kemenkes RI. 2020. Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Pandemi
COVID-19. Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Dan Napza,
Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI
6. Margaretha. 2018. Pertolongan Psikologis Pertama (Psychological First Aid): Upaya Bantuan
Psikososial Awal Pada Korban Bencana. 280-299
7. NCTSN. (2019). "Psychological First Aid (PFA)." About PFA Retrieved April 24th, 2020, from
https://www.nctsn.org/treatments-and-practices/psychological-first-aid-and-skills-for
psychological-recovery/about-pfa.
8. Sumampouw, N. 2016. Puat Krisis Psikologi UI. All Right Reserved
9. Universitas Airlangga. 2020. Pertolongan Psikologis Pertama : Panduan bagi Relawan Bencana
10. Windarwati, HD. 2020. Panduan Praktis Rapid Pespons dan Penanganan Dini Aspek Psikososial
Terhadap COVID-19