Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH INTERVENSI KELOMPOK & KOMUNITAS

“PSYCHOLOGICAL FIRST AID (PFA)”

Dosen Pengampu :

Ratna Duhita Pramintari, S.KM, M.Si

Disusun oleh :

1. Anggi Hanifah Putri (41183507200069)


2. Lutvi Windi Noviyanti (41183507200070)
3. Fadila Nur Utami (41183507200072)

KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI


2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya serta Nikmat Sehat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini
tepat pada waktunya.

Terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada Ibu Ratna Duhita Pramintari, S.KM,
M.Si, selaku dosen pengampu Mata Kuliah Intervensi Kelompok dan Komunitas ini.
Terimakasih tak terhingga juga diucapkan kepada Kak Wella Ayu Febriana, S.Psi, selaku
asisten dosen Mata Kuliah Intervensi Kelompok dan Komunitas yang telah banyak
membantu, sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa Makalah masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami menerima
saran serta kritikan untuk membangun kesempurnaan laporan ini. Kami berharap semoga
Makalah yang kami susun dapat bermanfaat untuk kita semua.

Bekasi, 22 Oktober 2023

Kelompok 3

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................3

A. Pertolongan Pertama ..................................................................................................3


1. Pengertian Psychological First Aid .....................................................................3
2. Tujuan Dasar Psychological First Aid .................................................................3
B. Pemberian PFA ..........................................................................................................5
1. Prinsip-Prinsip Psychological First Aid..............................................................5

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................15

A. Kesimpulan ................................................................................................................15
B. Saran ..........................................................................................................................15

DAFTAR ISI .........................................................................................................................16

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peristiwa bencana atau krisis yang terjadi di komunitas sering kali terjadi
sehingga dapat menyebabkan salah seorang individu merasa stress atau mengalami
masalah kejiwaan. Untuk itu, pertolongan pertama dari sisi psikologis tidak boleh
dilupakan Krisis yang dialami seseorang berpotensi menimbulkan gangguan
psikologis. Krisis yang terjadi bukan hanya dari krisis bencana alam, tetapi ada juga
krisis akibat kehilangan atau kejadian yang menyebabkan seseorang mengalami
traumatik. Seperti bencana alam, konflik, perang, migrasi, kecelakaan, KDRT, hingga
kehilangan orang terdekat, kekerasan dan juga bullying itu juga termasuk suatu krisis
yang sering terjadi di suatu komunitas atau lingkungan yang berisiko menimbulkan
gangguan psikologis baik ringan maupun berat. krisis yang dialami berdampak pada
psikologis karena tidak semua orang memiliki ketahanan mental yang sama. Ada yang
ketahanan mentalnya baik dan tidak mengalami dampak lanjutan dari krisis, ada juga
yang ketahanan mentalnya jelek dan berpotensi mengalami gangguan psikologis berat
Berbagai macam bentuk reaksi yang kerap dialami oleh para korban. Reaksi
tesebut sebagai bentuk dalam penyesuaian dirinya terhadap kejadian yang tidak
mengenakkan. Meskipun reaksi yang dikeluarkan oleh mereka terlihat seperti reaksi
normal tetapi reaksi-reaksi tersebut tetap perlu diatasi karna apabila tidak hal tersebut
akan mengganggu fungsi psikis, sosial dan juga spiritual yang dapat menyebabkan
lemahnya kemampuan bertahan korban. Salah satu intervensi awal yang dapat
digunakan sebagai pertolongan pertama bagi para korban bencana adalah
Psychological First Aid (PFA). PFA merupakan pertolongan pertama dalam durasi
yang singkat. Yang dapat diberikan kepada orang yang mengalami tekanan akibat
bencana atau keadaan darurat yang di alami untuk membantu keadaan tersebut. (Asih
et al., 2021)
Pertolongan Pertama Psikologis dirancang untuk diberikan dalam berbagai
situasi. Pekerja kesehatan mental dan tanggap bencana lainnya dapat diminta untuk
memberikan Pertolongan Pertama Psikologis di tempat penampungan masyarakat
umum, tempat penampungan kebutuhan khusus, rumah sakit lapangan dan area triase

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 1


medis, fasilitas perawatan akut (misalnya, Unit Gawat Darurat), area persiapan atau
pusat istirahat untuk korban pertama. petugas tanggap darurat atau pekerja bantuan
lainnya, pusat operasi darurat, hotline krisis atau bank telepon, lokasi pemberian
makanan, pusat layanan bantuan bencana, pusat penerimaan dan bantuan keluarga,
rumah, tempat usaha, dan lingkungan komunitas lainnya. Untuk informasi lebih lanjut
mengenai tantangan dalam memberikan Pertolongan Pertama Psikologis di berbagai
rangkaian layanan.
PFA di rekomendasikan oleh organisasi kemanusiaan, termasuk Federasi
Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Masyarakat, Organisasi
Kesehatan Dunia dan sebagainya. PFA juga menjawab kesenjangan antara jumlah
pasien yang menjadi korban dan mengalami permasalahan kesehatan jiwa dengan
jumlah tenga kesehatan jiwa yang tersedia dilapangan, karena PFA dapat dipelajari
oleh masyarakat awam, maupun relawan yang bukan Kesehatan. (D, 2018)

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertolongan pertama
1. Pengertian Psychological First Aid

Menurut WFO (2021) Psychological First Aid merupakan bentuk


perawatan dasar yang bersifat praktis, suportif, dan humanis yang digunakan
untuk menolong orang yang mengalami tekanan karena bencana atau keadaan
krisis, diberikan segera setelah bencana terjadi, dengan pendekatan yang tidak
memaksa dan disesuaikan dengan nilai-nilai yang berlaku.

Menurut Sphere dan IASC (2007), Pertolongan Psikologis Pertama


(P3) atau Psychological First Aid (PFA) di deskripsikan sebagai sebuah
respons yang bersifat manusiawi dan suportif kepada sesama manusia yang
sedang menderita atau memerlukan dukungan. Respons dan dukungan yang
termasuk di dalam kajian PFA adalah hal-hal berikut ini:

 Memberikan perawatan dan dukungan yang praktis, namun


tidak menginterupsi
 Mencanangkan kebutuhan dan hal-hal yang harus diperhatikan
 Membantu orang-orang untuk mendapatkan akses terhadap
kebutuhan dasar (contohnya: makanan dan minuman,
informasi)
 Menjadi pendengar, namun tidak memaksa mereka untuk
berbicara
 Menghibur orang-orang dan membantu mereka merasa tenang
 Membantu orang-orang untuk terhubung pada penyedia
informasi, layanan-layanan lain, dan sosial
 Melindungi orang-orang dari bahaya yang lebih lanjut

2. Tujuan Dasar Psychological First Aid


Tujuan dari di lakukannya pertolongan pertama psikologis adalah untuk :

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 3


1. Menjalin hubungan antar manusia dengan cara yang tidak mengganggu dan
penuh kasih sayang
2. Meningkatkan keamanan serta kenyamanan baik dalam bentuk fisik maupun
emosional
3. Membantu menenangkan para korban yang putus asa secara emosional
4. Bantu para penyintas untuk memberi tahu Anda secara spesifik apa kebutuhan
dan kekhawatiran mereka, dan kumpulkan informasi tambahan jika
diperlukan.
5. Memberikan penawaran berupa bantuan dan informasi praktis untuk
membantu para penyintas mengatasi kebutuhan dan kekhawatiran mereka
6. Hubungkan para penyintas sesegera mungkin ke jaringan dukungan sosial,
termasuk anggota keluarga, teman, tetangga, dan sumber daya bantuan
masyarakat.
7. Mendukung penanggulangan adaptif, mengakui upaya dan kekuatan
penanggulangan, dan memberdayakan para penyintas; mendorong orang
dewasa, anak-anak, dan keluarga untuk mengambil peran aktif dalam
pemulihan mereka
8. Memberikan informasi yang dapat membantu para penyintas mengatasi
dampak psikologis bencana secara efektif.
9. Perjelas ketersediaan Anda, dan (jika perlu) hubungkan penyintas dengan
anggota tim tanggap bencana lainnya atau dengan sistem pemulihan lokal,
layanan kesehatan mental, layanan sektor publik, dan organisasi (Martin &
Erber, 2006)

LP Getubig dan Sonke Schmidt (1992) mengemukakan bahwa individu dan


kelompok orang atau masyarakat dapat dikatakan aman secara sosial (sosially
secured) apabila terpenuhi kebutuhan hidupnya dalam aspek:

a) Pendapatan yang tetap dan cukup (adequate and stable income)


b) Kesehatan (health care)
c) Makan cukup gizi (good nutrion)
d) Rumah tempat tinggal (shelter)
e) Pendidikan (education)
f) Air bersih (clean water)
g) Sanitasi (sanitation)

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 4


h) Penyantunan anak dan lanjut usia (child and old age care)
Sementara Laird dan Laird mengemukakan kebutuhan dasar hidup
manusia meliputi
a) Hidup
b) Merasa aman
c) Penghargaan atas eksistensi dirinya
d) Melakukan pekerjaan yang disenangi.

Selanjutnya aspek kebutuhan dasar hidup manusia menurut Maslow


adalah:

a) Kebutuhan fisik seperti makan, minum, dan udara untuk bernafas.


b) Rasa aman.
c) Menyayangi dan disayangi
d) Penghargaan diri
e) Aktualisasi diri

Kebutuhan dasar manusia tersebut di atas dalam kondisi yang normal


dapat dengan mudah terpenuhi apabila alam dan lingkungan manusia
mendukung, dalam arti sedang tidak terjadi bencana. Sebaliknya apabila alam
dan lingkungan tidak mendukung karena sedang terjadi bencana maka
kebutuhan dasar manusia itu kadang-kadang sulit terpenuhi, maka untuk dapat
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup, manusia tersebut memerlukan intervensi
dari pihak lain. Dalam hal ini manusia sebagai pengungsi memerlukan bantuan
orang lain agar tetap dapat bertahan hidup di tempat pengungsian(Rusmiyati
& Hikmawati, 2021)

B. Pemberian PFA
1. Prinsip-Prinsip Psychological First Aid
Pada tahun 2016, World Federation Of Mental Health (WFMH) menjadikan
PFA sebagai tema dari hasri Kesehatan mental sedunia. Dan menurut WFMH itu
sendiri pun prinsip utama dalam PFA yang harus di pahami baik oleh pelaksana
maupun penyintas itu ada 3 :
1. Lihat (Look)
Yang di maksud dengan lihat disini yaitu, pelaksana melakukan
pengamatan terlebih dahulu tentang jaminan keamanan, terutama

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 5


untuk orang-orang yang terlihat jelas membutuhkan kebutuhan dasar
(makan, minum) dan juga pengamatan untuk orang dengan reaksi
distress yang serius. Sangat penting bagi pelaksana untuk melihat
terlebih dahulu kondisi sekitar sebelum menawarkan bantuan.
Pelaksana juga diharapkan mampu melakukan analisis cepat jika
secara tiba-tiba diharuskan terjun pada kondisi yang kritis tanpa ada
persiapan sebelumnya. Langkah pertama nya yaitu dengan
pencaritahuan informasi awal, untuk pelaksana diharapkan untuk tetap
tenang, aman, dan harus berfikir sebelum bertindak.

LIHAT PERTANYAAN PESAN PENTING


Keamanan  Hal utama yang harus Apabila pelaksana tidak yakin
diperhatikan adalah dengan keamanan lokasi tersebut,
melihat keamanan maka sebaiknya jangan pergi.
setempat. Bahaya apa yang Carilah orang-orang yang
terlihat di lokasi ? membutuhkan bantuan dan tidak
contohnya seperti konflik lupa untuk tetap jaga jarak aman
yang terjadi, jalan sekitar dengan berkomunikasi pada orang
lingkungan yang rusak, yang mengalami stress.
Gedung yang tidak stabil,
adanya kebakaran atau
banjir
 Setelah melihat keadaan
sekitar, pelaksana juga
harus memastikan apakah
akan aman berada disana
tanpa membahayakan diri
sendiri dan orang lain
Orang-orang  Pelaksana dapat Sebaiknya untuk pelaksana
yang dengan memperhatikan adakah mengetahui perannya masing-
jelas yang terlihat terluka dan masing dan mencoba untuk
membutuhkan kritis sehingga mencari bantuan untuk orang-
pertolongan memerlukan penanganan orang yang sangat membutuhkan

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 6


kebutuhan medis. kebutuhan dasar dan sifatnya
dasar dengan  Lalu adakah yang darurat. Disarankan untuk
segera memerlukan pertolongan penanganan tersebut dapat
seperti orang yang dialihkan oleh pihak medis atau
tertimbun atau terjebak. orang-orang yang terlatih dalam
 Orang yang memerlukan bidang P3K
kebutuhan dasar dengan
segera seperti,
perlindungan dari kondisi
cuaca tertentu, pakaian
yang dikenakan apakah
masih layak atau tidak
 Lihatlah apakah ada korban
yang memerlukan
kebutuhan dasar berupa
perhatian khusus untuk
dilindungi dari kekerasan
dan diskriminasi

Orang yang  Pelaksana memulai Pada informasi ini, pelaksana


menunjukkan pengamatan dan melihat sebaiknya mempertimbangkan
reaksi tertekan adakah orang disana yang siapa sajakah yang memerlukan
yang serius atau terlihat sangat tertekan atau PFA dan siapa sajakah yang bisa
intens menunjukkan perilaku tertolong dengan maksimal
yang tidak dapat bergerak
sendiri, tidak merespon,
`dan dalam kondisi
tertekan
 Tidak lupa pula untuk
dilihat, dimana dan
siapakah orang yang
terlihat tertekan tersebut
Tabel I : Informasi

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 7


Tidak jarang orang menunjukkan sedikit reaksi ketika adanya suatu peristiwa yang
terjadi, bahkan ada yang tidak terlihat seperti tertekan sama sekali. Kebanyakan orang seiring
berjalannya waktu akan pulih dengan sendirinya, terutama bagi mereka yang bisa
mendapatkan kembali kebutuhan dasarnya dan mendapat dukungan dari orang-orang sekitar
mereka. Dan banyak juga orang-orang dengan kondisi parah seperti mengalami stress dalam
waktu yang lama itu sangat memerlukan bantuan yang lebih dari PFA. Pelaksana harus terus
memastikan orang-orang yang mengalami tekanan tersebut tidak dibiarkan sendirian
menjaganya agar selalu dalam kondisi yang amansehingga menyebabkan reaksi yang
ditimbulkan korban berkurang.

Orang-orang yang memerlukan perhatian khusus pada suatu krisis diantaranya adalah :

 Anak-anak (termasuk remaja), terutama mereka yang terpisah dari sosok pengasuhnya,
mungkin perlu dilindungi dari pelecehan dan eksploitasi. Mereka juga akan
membutuhkan bantuan dari sekitar mereka untuk mendapatkan kebutuhan dasar
mereka.
 Orang-orang dengan disabilitas fisik, mental, atau gangguan kesehatan akan
membutuhkan bantuan khusus untuk dapat menjangkau area yang aman, terhindar
dari pelecehan, dan mengakses bantuan kesehatan atau layanan lain. Hal tersebut juga
berlaku pada orang lanjut usia, wanita hamil, orang-orang dengan gangguan mental,
atau orang yang memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran.
 Orang-orang yang berisiko terkena diskriminasi atau kekerasan, contohnya perempuan
dan orang-orang dari etnis tertentu. Mereka membutuhkan bantuan agar tetap dalam
kondisi aman dan mendapatkan akses untuk bantuan yang tersedia.
2. Dengarkan (Listen)
Setelah mengamati lingkungan yang dituju, prinsip selanjutnya
yaitu mendengarkan. Pelaksana harus menjalin komunikasi/ kontak
dengan orang yang mungkin membutuhkan pertolongan atau
dukungan. Tanyakan dengan tenang apa yang mereka butuhkan,
dengarkan dan bantulah mereka agar mereka merasa tenang.
Mendengarkan dengan baik saat membantu orang lain
merupakan hal yang penting. Dengan menjadi pendengar, Anda dapat
memahami situasi dan kebutuhan mereka serta membantu mereka agar
merasa tenang, sehingga Anda dapat memberikan bantuan yang tepat.
Belajarlah untuk mendengarkan dengan:

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 8


 Mata : Berikan perhatian yang utuh
 Telinga: Dengarkan kekhawatiran mereka dengan sungguh-
sungguh
 Hati : Tunjukkan kepedulian dan rasa hormat.

Untuk melakukan hal ini, yang harus dilakukan oleh pelaksana


adalah dengan :

 Mendekati seseorang
 Memperkenalkan diri
 Memperhatikan dan mendengarkan secara aktif
 Menerima perasaan orang lain
 Tenangkan orang yang kesusahan
 Tanyakan kebutuhan apa yang dibutuhkan dan
kekhawatiran apa yang dirasakan
 Membantu mereka untuk menemukan solusi terhadap
kebutuhan dan masalah yang mendesak mereka.
3. Jaringan (Link)
Bantulah orang untuk menemukan tempat yang dapat
memberikan layanan kebutuhan dasar dan akses pelayanan, bantulah
orang untuk menyelesaikian masalahnya, beri informasi secara benar,
dan hubungkan dia dengan orang yang dapat memberikan dukungan
sosial secara utuh/ orang yang dicintai.
Berikut terkait apa saja yang dibutuhkan oleh korban :
 Kebutuhan dasar, seperti tempat berteduh, makanan, air, dan
sanitasi.
 Layanan kesehatan untuk mereka yang mengalami cedera atau
bantuan untuk mereka dengan penyakit kronis.
 Informasi yang benar dan dapat dimengerti mengenai kejadian
krisis tersebut, orang-orang terdekatnya, dan bantuan yang
tersedia.
 Kemampuan untuk mengontak orang terdekatnya, teman-
temannya, dan bantuan.

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 9


 Akses untuk keperluan khusus terkait budaya atau agama
mereka.
 Dilibatkan dalam menentukan keputusan penting.
Kejadian bencana pasti akan menyisakan duka dan trauma, terutama bagi
mereka yang menjadi korban dan mengalami banyak kehilangan. Jumlah tenaga
kesehatan yang dikirim ke lokasi bencana sering sekali tidak mencukupi dengan
banyaknya orang yang menjadi korban baik fisik maupun psikis. Psychological First
Aid memberikan bantuan bersifat manusiawi, dukungan dan pendampingan bagi
orang-orang yang tertekan, dengan cara yang menghormati martabat, budaya, dan
kemampuan mereka.
1. Komponen PFA
PFA mengandung delapan inti faktor, yaitu (1) Kontak dan janji untuk
memberi bantuan kepada yang selamat (2) Mempertahankan keamanan
dan kenyamanan (3) Menstabilkan emosi jika terindikasi (4)
Mengumpulkan informasi; (5) Memberikan bantuan praktis (6) menjalin
hubungan dengan keluarga, teman dan kelompok dukungan sosial lainnya
(7) Melakukan upaya penanggulangi krisis secara efektif dan mengurangi
maladaptasi (8) Menghubungkan ke layanan yang mungkin diperlukan di
masa depan
Menurut Autralian Psychological Society, Elemen yang ada dalam PFA
ada 5 antara lain: keamanan (Safety), tenang (Calm), keterhubungan
(Connectedness), kemampuan diri (Self-Efficacy) dan kemampuan
kelompok (Group Efficacy), dan harapan (hope)
2. Prinsip Pelaksanaan
PFA WHO (World Health Organization, War Trauma Foundation,
2011) mengembangkan kerangka kerja dari PFA terdiri dari tiga prinsip
tindakan untuk membantu, yaitu Look, Listen dan Link. Look dan Listen
dapat diartikan sebagai upaya untuk melihat dengan cara masuk dalam
lingkungan bencana untuk mengetahui, mendengarkan dan memahami
kebutuhan korban yang terdampak bencana.
 Langkah 1. Persiapan
Pada tahap persiapan hal yang harus dimiliki oleh
seorang penyedia layanan PFA adalah pengetahuan awal

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 10


tentang bencana, apa yang terjadi (jenis bencana, pada tahap
apa penanganan yang dilakukan, kebutuhan penyitas serta
bantuan yang dibutuhkan)
 Langkah 2. Memperkenalkan diri dan memulai kontak
Memperkenalkan diri dan memulai kontak adalah hal
yang penting untuk bisa dilanjutkan ke proses selanjutnya,
diharapkan bisa terbina hubungan saling percaya. Dalam proses
ini hal yang hendaknya disampaikan: identitas, permintaan ijin
untuk melakukan pembicaraan, tujuan keberadaan disana,
menawarkan bantuan, menjaga kerahasiaan informasi pribadi
dari penyitas. Sebaliknya hal-hal yang tidak boleh dilakukan
adalah: memotong pembicaraan, memaksa penyitas untuk
bercerita.
 Langkah 3. Memberi rasa aman
Dalam tahap ini yang diperlukan oleh pemberi layanan
PFA adalah memberi rasa aman dan menyediakan kebutuhan
dasar penyitas. Selalu bersikap tenang saat berbicara dengan
orang yang sedang menderita. Tunjukkan kekhawatiran tetapi
jadilah kehadiran meyakinkan yang meyakinkan. Orang lain
akan mendapatkan kepercayaan dari kepercayaan diri Anda
Mengembalikan rasa aman menjadi tujuan yang utama
setelah terjadinya bencana, rasa aman akan dapat mengurangi
stres dan kekhawatiran yang dirasakan penyitas, akibat
kehilangan anggota keluarga, atau mendampingi disaat
keluarga mendapatkan masalah yang seriu
 Langkah 4. Mendorong keberfungsian
Dalam tahap ini hal yang harus dilakukan oleh seorang
penyitas adalah dengan memberikan rasa nyaman dengan
perilaku verbal dan nonverbal pada penyitas terutama bagi
penyitas yang sangat berduka atau emosional, penyedia layanan
PFA diharapkan bisa mengajarkan cara mengelola stres secara
sederhana misalnya dengan relaksasi, menganjurkan penyitas
supaya tetap menjaga dan bersama sama dengan keluarga,

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 11


mengupayakan pertemuan kembali penyitas dengan keluarga
yang terpisah, menginformasikan kepada penyitas terkait
keinginan untuk mengabarkan terjadinya bencana yang baru
saja dialami, membantu penyitas terhubung kepada sumber
bantuan yang tersedia. Jangan bertindak berdasarkan gagasan
yang terbentuk sebelumnya tentang apa yang Anda pikir
dibutuhkan orang tersebut. Tanyakan apa yang mereka
butuhkan. Pengambilan perspektif seperti ini akan
menumbuhkan kepercayaan
 Langkah 5. Memfasilitasi penyitas Untuk Pemulihan
Pada tahap ini penyedia layanan berupaya mendorong
penyitas untuk berpartisipasi dalam proses pemulihan pasca
bencana dan membantu penyitas menyusun rencana tindak
lanjut Dalam kasus semacam itu, penting untuk bertanya dan
menindaklanjuti. Dalam tahap ini yang lebih diupayakan adalah
mendorong penitas untuk dapat kembali ke rutinitasnya
sebelum bencana, melibatkan penyitas dalam upaya pemenuhan
kebutuhannya dan memberikan kesempatan sesama penyitas
untuk saling membantu dan memberi dukungan. Dalam kasus
kondisi yang berat, sebagai penyedia layanan PFA harus
berupaya mendapatkan perawatan profesional langsung
(Everly, Brelesky & Everly, 2018)
3. Keefektifan PFA Sebagai Pertolongan Pertama Bencana dan Trauma
PFA dirancang untuk mengurangi kesulitan awal yang disebabkan oleh
traumatik, untuk mendorong coping adaptif jangka pendek dan Panjang.
PFA berdasarkan NCTSN (2020) dapat didefinisikan sebagai suatu
panduan berdasarkan bukti yang digunakan sebagai pendekatan yang
dilakukan kepada anak anak, remaja, dewasa segera setelah terjadinya
bencana dan teror. Tujuan pertolongan pertama pada trauma antara lain
adalah:
1. Mengurangi tekanan awal dari peristiwa traumatic
2. Menstabilkan atau memfasilitasi fungsi psikologis
3. Memberikan perawatan medis lebih lanjut jika diperlukan

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 12


PFA muncul sebagai jawaban dari kesenjangan antara jumlah korban yang
memerlukan perawatan kesehtan jiwa dengan keterbatasan jumlah tenaga kesehatan jiwa
yang tersedia dilapangan saat situasi darurat. PFA bukanlah suatu pendekatan yang hanya
bisa dilakukan oleh praktisi kesehatan mental atau tenaga profesional, tetapi bisa dilakukan
oleh masyarakat yang bertugas saat tanggap darurat (Anis Nabila Ahmad et al., 2023). PFA
hadir sebagai model yang sederhana dan diharapkan bisa membantu pemulihan, dengan
saling peduli kepada sesama.

Adanya keterbatasan data kuantitatif yang mendukung, membuat PFA cukup sulit
untuk dinyatakan cukup efektif dalam penanganan kasus trauma, namun komponen yang ada
dalam PFA yang meliputi Lima elemen penting" yang meliputi keselamatan, ketenangan,
keterhubungan, self-efficacy, dan harapan dapat dianggap sebagai "standar" terbaik yang
tersedia untuk menilai cakupan berbagai kerangka PFA.

European Network for Traumatic Stress’s (TENS) mengatakan bahwa faktor


kepedulian harus disediakan bagi korban bencana termasuk disana rasa aman, pemberdayaan
diri dan masyarakat, keterhubungan, ketenangan dan harapan. Serupa dengan pedoman
TENS, Pedoman IASC juga merekomendasikan bahwa intervensi yang diberikan kepada
individu hanya harus dilakukan dengan penuh pertimbangan terhadap lingkungan sosial
individu yang lebih luas, terutama keluarga mereka dan komunitas (TENS, 2009). Selain itu
hal lain yang disampaikan adalah penyediaan bantuan praktis dan dukungan pragmatis
dengan cara empatik. Rekomendasi ini konsisten dengan prinsip-prinsip PFA dan didukung
oleh temuan-temuan kami tinjauan sistematis tinjauan sistematis predictor. (D, 2018)

Saat memberikan pertolongan pertama psikologis pun ada beberapa hal yang harus di
perhatikan, diantaranya adalah :

1. PFA bukan merupakan terapi.


2. PFA bisa diberikan oleh siapa saja yang sudah memahami makna serta prinsip-prinsip
yang tertera dalam PFA, terutama melalui pelatihan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan mental profesional.
3. Sangat penting bagi para penolong untuk menjaga diri sendiri terlebih dahulu sebelum
menolong yang lain. Pada saat memberikan pertolongan, menjaga kesehatan mental
diri sendiri sebagai penolong merupakan hal yang utama.

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 13


4. Mendengarkan aktif merupakan kunci utama penolong agar dapat memberikan PFA
dengan lancar. Salah satu upayanya adalah dengan tidak memaksakan kehendak
penyintas untuk menceritakan seluruh peristiwa yang mereka alami.
5. Merupakan hal yang wajar apabila terdapat penyintas berasal dari budaya yang
berbeda dengan penolong. Untuk itu, penolong harus bisa menyesuaikan perilaku
sesuai dengan budaya yang dianut penyintas atau dengan penolong lainnya.
6. Salah satu perilaku yang dapat dihindari adalah dengan tidak membuat
asumsi terhadap apa yang para penyintas telah alami.
7. Elemen utama dalam PFA adalah untuk membantu penyintas mengatasi permasalahan
yang dialami sehingga sangat penting untuk membuat penyintas lebih berdaya dan
tidak bergantung pada penolong.

Psychological First Aid ini sangat dibutuhkan oleh siapa saja, Pertolongan pertama pada
psikologis ini bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada diri
seseorang. Memperlebar jendela toleransinya sehingga lebih jernih melihat persoalan.
Idealnya justru solusi muncul dari si penyintas sendiri, bukan dari pemberi layanan.
Penyintas membutuhkan tempat bercerita, orang yang mampu mendengar aktif, tanpa
bertanya balik, apalagi menginterogasi. Masalah yang dialami akan surut seiring
kecemasannya menurun dan timbul suatu semangat untuk bangkit dari keterpurukan.

PFA bukanlah konseling profesional, sehingga relawan yang akan mempelajari PFA tidak
harus memiliki latar belakang psikologi atau ilmu kesehatan. Relawan dari berbagai latar
belakang pendidikan dapat mengikuti pelatihan PFA. Semua relawan yang terlibat dalam
pertolongan di masa bencana/krisis bisa mempelajari PFA. Tidak hanya relawan yang
membantu pengungsi/orang secara langsung, bahkan petugas logistik atau keamanan pun
perlu memahami prinsip PFA.

Training PFA WHO dapat dilakukan dalam waktu 1 hari (sekitar 7 jam) dengan standar
pelatihan WHO. PFA diberikan secara integratif dalam pertolongan di masa krisis, artinya
tidak diberikan secara fragmental atau terpisah-pisah dengan bantuan lainnya. PFA
seharusnya diberikan di bawah koordinasi institusi yang berwenang dalam konteks bencana
agar layanan dalam konteks bencana menjadi terintegrasi

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 14


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psychological First Aid (PFA) bukanlah sesuatu yang hanya dapat dilakukan
oleh tenaga ahli atau profesional, tetapi juga dapat dilakukan oleh individu yang
memiliki pengetahuan atau telah mendapat pelatihan. Salah satu skill yang seharusnya
dimiliki oleh relawan bencana yang berinteraksi langsung dengan penyintas, hal
tersebut bertujuan agar relawan dapat memberikan penanganan dasar, kenyamanan,
dan dukungan kepada individu yang mengalami kondisi krisis saat terjadi bencana.
PFA sendiri tidak berperan sebagai terapi bagi permasalahan psikologis yang
diberikan pada saat situasi bencana, namun sebagai bentuk intervensi yang diberikan
kepada penyintas terkait kebutuhan awal pasca mengalami suatu bencana Dan untuk
menjadi relawan PFA dibutuhkan pembekalan berupa pelatihan untuk menambah
informasi dan keterampilan relawan dalam memberikan PFA yang tepat sasaran..
B. Saran

Makalah ini kami buat agar supaya kita semua dapat mengetahui lebih jauh
terkait psikologi komunitas, baik itu prinsip-prinsip nya ataupun pendekatan yang
digunakan dan juga metode-metode nya. Dan kami harap dengan makalah yang
dibuat dengan sederhana dan bahasa yang cukup sederhana ini dapat membuat kita
semua lebih mudah memahami isi dari makalah ini. Walaupun demikian, kami merasa

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 15


bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam isi makalah ini. Oleh karena itu,
untuk selanjutnya kami menyarankan kepada penulis untuk membuat makalah yang
jauh lebih rinci dan lebih luas dari segi materinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anis Nabila Ahmad, Aisyah Arifuddin, Andi Besse Wulan Fauziah, St.Saniah Khalisah
Zakaria, & Asniar Khumas. (2023). Pelatihan Psychological First Aid Pada
Kebencanaan. Joong-Ki : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(3), 650–655.
https://doi.org/10.56799/joongki.v2i3.2077

Asih, M. K., Utami, R. R., & Kurniawan, Y. (2021). PSYCHOLOGICAL FIRST AID ( PFA )
UNTUK PENDAMPING BALAI PEMASYARAKATAN ( BAPAS KELAS 1 )
SEMARANG. 3(1), 35–41.

D, E. fransiska dan yuldensia avelina. (2018). KEEFEKTIFAN PSYCHOLOGICAL FIRST


AID (PFA) SEBAGAI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN BENCANA &
TRAUMA. 125–131.

Martin, P W. (2020). Psychological. Experiment In Depth, 25–43.


https://doi.org/10.4324/9781315009094-5

Martin, L. L., & Erber, R. (2006). P Sychological. 17(2).

Rusmiyati, C., & Hikmawati, E. (2021). Penanganan Dampak Psikologis Korban Bencana
Merapi (Sosial Impact of Psychological Treatment Merapi Disaster Victims). Rusmiyati,
C., & Hikmawati, E. (2012). Penanganan Dampak Psikologis Korban Bencana Merapi
(Sosial Impact. Jurnal Informasi, 17(02), 97–110.Jurnal Informasi, 17(02), 97–110.

Vernberg, E. (2007). Pertolongan Pertama Psikologis. Jurnal Konseling Kesehatan Jiwa, 17–

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 16


49.

World Health Organization, War Trauma Foundation, W. V. I. (2011). Psychological First


Aid - Guide for field workers. Who, 44(8), 813.
http://www.who.int/about/licensing/copyright_form/en/index.html

INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS 17

Anda mungkin juga menyukai