Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“Healt Education pada Pasien dengan Distres Spiritual”

Dosen Pengampu: Akde Triyoga, S.Kep., Ns., MM

Disusun Oleh :

Nur Rima Melati P. S. P (01.2.18.00670)


Putri Widya Agustin (01.2.18.00671)
Putri Widya Hutami (01.2.18.00672)
Rr. Vincentia Mellyana D. P (01.2.18.00673)
Sandra Heru Retnosari (01.2.18.00674)
Siva Putri Dwi Aryanti (01.2.18.00675)
Sri Rahayu Pita (01.2.18.00676)
Yohanes Tri Handika (01.2.18.00677)
Yosse Kristianto (01.2.18.00678)
Yulinda Rindi Patrisna (01.2.18.00679)
Vadia Mayang Ktristabarani (01.2.17.00627)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES RS. Baptis Kediri Tahun 2019/2020
Jl. Mayjend Panjaitan 3B Kediri 64102
Telp/Fax : (0354) 683489, Email: stikes_rsbaptis@yahoo.co.id

1
KATA PENGANTAR

Mengucap syukur kepada Tuhan sehingga makalah “Healt Education pada


Pasien dengan Distres Spiritual” yang kami susun dapat terselesaikan sesuai
dengan waktu yang telah di tentukan. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah terlibat dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Makalah yang kami buat ini dapat terselesaikan tidak lepas dari arahan
Bapak Akde Triyoga, S.Kep., Ns., MM selaku dosen pengajar. Mohon maaf bila
ada salah kata atau ejaan. Untuk pengertiannya kami sampaikan terimakasih. Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepannya siapapun dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 25 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang............................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 4
1.3 Tujuan.......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 5
2.1 Definisi Distres Spiritual............................................................. 5
2.2 Strategi Pelaksanaan Distres Spiritual......................................... 5
2.2.1 Sumber Koping.......................................................................... 5
2.2.2 Sistem Dukungan Sosial............................................................ 6
2.3 Terapi Pasien dengan Distres Spiritual........................................ 7
2.3.1 Tindakan Keperawatan.............................................................. 7
2.3.2 Terapi Spesialis.......................................................................... 8
2.3.3 Proses Keperawatan dan Spiritualis.......................................... 8
2.3.4 Implementasi Proses Keperawatan Aspek Spiritual.................. 9
2.4 Penyuluhan Kesehatan Distres Spiritual..................................... 12
2.4.1 SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan Plan).................... 12
2.4.2 SAP (Satuan Acara Penyuluhan)............................................... 13

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 16


3.1 Kesimpulan.................................................................................. 16
3.2 Saran............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan
hidup yang berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distress spiritual
merubuan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik
maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasien
dalam menerima kenyataan yang terjadi.
Bagi individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan
gempa di propinsi NAD dn Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan–
permasalahan dari kejadian tersebut akan menimbulkan pertanyaan bagi pasien
tentang apa yang telah dilakukan atau apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap
dirinya. Pasien terkadang ragu, bimbang atau antipati dengan spiritual atau agama
yang dianutnya. Menurut Rousseau (2003) distress spiritual harus pula
diperhatikan atau dipertimbangkan bila pasien mengeluhkan gejala – gejala fisik
dan tidak berespons terhadap intervensi yang efektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi distres spiritual?
2. Bagaimana strategi pelaksanaan distress spiritual?
3. Apa saja terapi yang tepat untuk pasien dengan distress spiritual?
4. Bagaimana pendidikan kesehatan pada pasien dengan distres spiritual?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari distres spiritual
2. Mengetahui strategi pelaksanaan distres spiritual
3. Mengetahui terapi yang tepat untuk pasien dengan distress spiritual
4. Mengetahui pendidikan kesehatan pada pasien dengan distres spiritual

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Distres Spiritual


Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan arti
dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam
dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan
biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah
kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.

2.2 Strategi Pelaksanaan Distres Spiritual


2.2.1 Sumber Koping
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi
distres spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring,
memfokuskan pada kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi
positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang
lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu
menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi
spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan
nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus
berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan
dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual.
Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang

5
membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap
stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.

2.2.2 Sistem Dukungan Sosial


Berkembang sejak lahir : ibu, ortu + kel inti, teman (sekolah, pekerjaan,
masyarakat), perawat dan tim kesehatan.
a) 5 fungsi sistem dukungan emosional
1. Dukungan emosi (emotional support)
2. Membantu menyelesaikan masalah
3. Memberi umpan balik dan evaluasi
4. Hubungan sosial dan integrasi
5. Sumber informasi
b) penilaian sekunder terhadap sumber koping
1. Mechanic
1) Model ekonomi
2) Tekanan koping
3) Kemampuan dan keterampilan
4) Dukungan sosial
5) Motivasi
2. Lazarus & Folkam
1) Kesehatan dan tenaga
2) Keyakinan positif
3) Sumber sosial dan materi
4) Keterampilan sosial
5) Keterampilan penyelesaian masalah :
a. Cari info
b. Indentifikasi maslah
c. Nilai alternatif
d. Laksanakan rencana
3. Antonousky

6
1) Kekuatan ego
2) Konsisten
3) Stabil
4. Budaya
5. Agama
6. Sistem Nilai
7. Keyakinan

2.3 Terapi Pasien dengan Distres Spiritual


2.3.1 Tindakan Keperawatan
1. Tujuan Umum
Keluarga mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk
mengatasinya stres pada anggota keluarganya.
2. Tujuan Khusus
1) Keluarga mampu mengenal koping individu tidak efektif pada anggota
keluarganya.
2) Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping tidak
efektif pada anggota keluarganya.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang masalah mengalami
koping tidak etektif
4) Keluarga mampu mempraktekan cara merawat anggota keluarga
dengan masalah koping individu tidak efektif
5) Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping
tidak efektif
3. Implemetasi Tindakan Keperawatan
1) Diskusikan tentang pengertian koping tidak efektif
2) Diskusikan tentang tanda dan gejala koping tidak efektif
3) Diskusikan tentang penyebab koping tidak efektif
4) Diskusikan tentang cara merawat pasien dengan koping tidak efektif
dengan cara :

7
a. Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif
b. Mengajarkan pasien mengembangkan koping yang sehat
5) Bicara dengan orang lain
6) Melakukan aktivitas yang konstruktif
7) Olah raga dan aktivitas fisik lainnya.
8) Dampingi keluarga menerapakan cara merawat pasien langsung
9) Diskusikan bagaiaman cara merujuk anggota keluarga jika sudah tidak
dapat ditangani dirumah.

2.3.2 Terapi Spesialis


1. Terapi Individu
1) Cognitif Behavior Therapy : sebagai mekanisme proteksi agar
kecemasan dan stres yang dihadapi individu tidak mengancam.
2) Gestals therapy : memfokuskan pada peningkatan kesadaran emosi
dan perilaku klien serta meningkatkan kesadaran diri klien untuk
mencoba berinteraksi dengan orang lain.
3) Anxiety reduction : upaya memperkecil pemahaman, rasa takut, firasat
atau kegelisahan yang berhubungan dengan sumber-sumber bahaya
yang tidak terindentifikasi.
2. Terapi Keluarga
1) Family psychoeducation theraphy
2) Family system therapy
3. Terapi kelompok : Group psycotherapy
4. Terapi komunitas : case managemen

2.3.3 Proses Keperawatan dan Spiritualitas

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psikososio-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat, baik sakit maupun sehat, yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. (DepKes RI, 2007).

8
Pada intinya keperawatan adalah komitmen tentang mengasihi (caring).
Merawat seseorang adalah suatu proses interaktif yang bersifat individual melalui
proses tersebut individu menolong satu sama lain dan menjadi teraktualisasi
(Clark,et al,1991). Suatu elemen perawatan kesehatan berkualitas adalah untuk
menunjukkan kasih sayang pada pasien sehingga terbentuk hubungan saling
percaya. Rasa saling percaya diperkuat ketika pemberi perawatan menghargai dan
mendukung kesejahteraan spiritual klien.

Penerapan proses keperawatan dari perspektif kebutuhan spiritual pasien


tidak sederhana. Hal ini sangat jauh dari sekedar mengkaji praktik dan ritual
keagamaan pasien. Memahami spiritualitas pasien dan kemudian secara tepat
mengidentifikasi tingkat dukungan dan sumber yang diperlukan, membutuhkan
perseptif baru yang lebih luas.

Aspek penting lain dari perawatan spiritual adalah mengenali bahwa


pasien berhak mempunyai masalah spiritual. Pasien memiliki kekuatan dan
keyakinan spiritual tertentu dimana perawat dapat gunakan sebagai sumber untuk
membantu pasien menjalani gaya hidup yang lebih sehat, sembuh dari penyakit
atau menghadapi kematian dengan tenang. Pertanyaannya adalah bukan jenis
dukungan spititual apa yang dapat diberikan tetapi bagaimana secara sadar
perawat mengintegrasikan perawatan spiritual ke dalam proses keperawatan.

2.3.4 Implementasi Proses Keperawatan Aspek Spititual

1. Menunjukkan Kehadiran
Kehadiran perawat dalam aktivitas perawatan menunjang adanya perasaan
sejahtera dan memberikan harapan untuk pemulihan. Perilaku kehadiran
perawatan meliputi memberi perhatian, menjawab pertanyaan dan
mempunyai sikap positif dan memberikan dorongan (tetapi realistis).
Kemampuan untiuk menciptakan kehadiran adalah suatu kiat keperawatan.
Kiat ini bukan hanya melakukan prosedur dengan cara yang sangat cepat
atau memberikan berbagai informasi teknis kepada pasien yang mungkin

9
tidak bermakna. Kehadiran adalah mampu memberikan kedekatan dengan
pasien secara fisik, psikologis dan spiritual.
Pasien yang sakit mengalami kehilangan kontrol dan mencari seseorang
untuk memberikan arahan dan perawatan yang kompeten. Perawat secara
tepat menggunakan tangan, memberikan kata-kata mendukung dan
menggunakan pendekatan yang tenang dan desesif akan menciptakan
kehadiran yang membangun kepercayaan dan kesejahteraan. Perawat
harus membuktikan bahwa ia dapat diandalkan dan dipercaya. Perhatian
yang cermat terhadap setiap permintaan pasien, tidak peduli betapa pun
remehnya, penting bagi pasien. Perilaku perawat yang menunjukkan
adanya rasa kehadiran dilakukan dengan cara-cara yang sederhana :
1) Sentuhan lembut
2) Memposisikan pasien tanpa menimbulkan rasa nyeri
3) Dengan teknik halus memberikan perawatan dasar
4) Menyediakan waktu bagi pasien ketika terapi diberikan
5) Bekerja bersama pasien untuk mobilisasi dengan hati-hati berjalan
bersama dari tepi tempat tidur ke kursi.
2. Mendukung Hubungan Yang Menyembuhkan
Perawat harus menerapkan pandangan yang holistik terhadap
permasalahan yang timbul pada pasien. Inti dari hubungan yang
menyembuhkan adalah mengerahkan/ menumbuhkan harapan pasien.
Harapan adalah motivator yang memungkinkan pasien untuk memiliki
kekuatan dalam menghadapi penyakit yang diderita. Perawat dapat
membantu pasien menemukan hal-hal yang dapat dijadikan harapan.
3. Sistem Dukungan
Sistem pendukung yang memadai memberikan rasa sejahtera kepada
pasien selama perawatan di rumah sakit. Sistem pendukung mempunyai
makna membangun kembali hubungan pasien dengan gaya hidup pasien
sebelum terjadi penyakit. Perawat merencanakan perawatan bersama
pasien dan jaringan pendukung pasien untuk meningkatkan ikatan
interpersonal yang sangat penting untuk penyembuhan.

10
Jika keluarga dan teman ditemukan menjadi sumber spiritual bagi pasien,
maka mereka dapat menjadi sumber terapi yang sangat baik terutama
dalam melakukan ritual kebiasaan keagamaan pasien. Perawat dapat
mendorong keluarga dan teman untuk mengunjungi pasien secara teratur.
Melibatkan keluarga dalam aktivitas pendoaan bersama pasien akan
memberikan ketenangan spiritual.
Sumber penting lainnya bagi pasien adalah penasihat spiritual dan anggota
kerohanian. Perawat harus menanyakan kepada pasien apakah pasien
menginginkan penasihat spiritual atau rohaniawan mereka diberi tahu
tentang perawatan mereka di rumah sakit. Perawat menunjukkan respek
terhadap kebutuhan dan nilai spiritual pasien dengan bekerja sama dengan
orang lain yang memberikan perawatan spiritual dan memudahkan
pemberian pelayanan rohani dan ritual.
4. Berdoa
Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang
untuk mengatasi nyeri, stres dan distres. Suatu studi oleh Turner dan
Clancy (1986) mengidentifikasi bahwa dengan meningkatkan berdoa dan
berharap, pasien nyeri pinggang kronis telah menunjukkan intensitas nyeri.
Yang juga sudah diteliti adalah bahwa berdoa dapat mencakup perubahan
kardiovaskuler dan relaksasi otot. Selama pengkajian perawat menggali
apakah berdoa merupakan ritual penting bagi pasien dan kemudian
menentukan apakah intervensi dibutuhkan sehingga berdoa dapat
dilakukan. Intervensi dapat mencakup membentuk privasi, mendorong
kunjungan rohaniawan atau berdoa bersama pasien.
5. Terapi Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan.
Makanan juga komponen penting dari kepatuhan keagamaan. Seperti
halnya kultur atau agama tertentu, makanan dan ritual sekitar persiapan
makanan dapat menjadi bagian penting dari spiritualitas seseorang. Agama
Hindu mempunyai banyak pantangan diet. Beberapa aliran adalah
penganut vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala makhluk
hidup adalah suatu tindakan kriminal. Sebagian besar penganut agama

11
Budha mempraktikan moderasi dan tidak menggunakan alkohol, tembakau
atau obat-obatan dan berpuasa pada hari khusus agama. Makan daging sapi
dan mengkonsumsi alkohol adalah larangan dalam agama Islam. Yahudi
Ortodoks, Konservatif dan sebagian Yahudi reformasi sangat ketat
mematuhi hukum halal dalam diet, yang melarang makan daging babi dan
kerang. Perawat dapat mengintegrasikan pilihan diet pasien ke dalam
perawatan sehari-hari. Hal ini membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi.
6. Mendukung Ritual
Bagi banyak pasien, kemampuan untuk melakukan ritual keagamaan
adalah suatu sumber koping yang penting. Perawat harus mengupayakan
pemenuhan kebutuhan ritual pasien dan menyesuaikan kegiatan ritual
tersebut dengan kebijakan rumah sakit.

2.4 Penyuluhan Kesehatan Distres Spiritual

2.4.1 SOAP (Subjektif, Objektif, Assement, dan Plan)

Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari


tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam, yaitu (1) evaluasi
proses atau evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, dan (2) evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan
membandingkan respons pasien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditetapkan.

a) Dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai berikut.

S : respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah


dilaksanakan.

O : respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah


dilaksanakan.

12
A : analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang
kontradiksi terhadap masalah yang ada.

P : tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien.

b) Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut.


1. Rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah).
2. Rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua
tindakan tetapi hasil belum memuaskan).
3. Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada).
c) Rencana selesai jika tujuan sudah tercapai dan perlu mempertahankan
keadaan baru.

2.4.2 SAP (Satuan Acara Penyuluhan)

Pokok Bahasan : Penyuluhan Terapi Distres Spiritual

Sub Pokok Bahasan : Mengenal Cara Mengatasi Distres Spiritual untuk


Membantu Mengurangi stres

Sasaran : Orang yang mengalami stres dan kejenuhan

Hari/ Tanggal : Sabtu, 28 Maret 2020

Tempat : Masyarakat umum

Waktu : 15 menit

Mahasiswa Prodi Keperawatan Program Sarjana STIKES Baptis Kediri

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 15 menit pasien dapat


memahami tentang cara mengatasi distres spiritual untuk membantu
mengurangi stres..

13
2. Tujuan Insruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit pasien dapat :

1) Menjelaskan ulang cara mengatasi distres spiritual yang mampu


membantu mengurangi stres.
2) Pasien mampu mempraktikan cara mengatasi distres spiritual agar
membantu mengurangi stres.
3. Materi Penyuluhan
1) Pengertian Distres spiritual
2) Manfaat mengatasi distres spiritual yang tepat
3) Teknik cara mengatasi distres spiritual yang tepat
4) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatasi distres spiritual
5) Menjelaskan suasana yang tepat saat mengatasi distres spiritual agar
efektif
4. Metode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab

Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu dengan


memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Keluarga dapat
mengajukanpertanyaan setelah penyampain materi selesai.

5. Media
Leaflet dan lembar balik
6. Evaluasi
Evaluasi Struktur
Waktu untuk mulai acara, persiapan alat, persiapan media, kelengkapan alat
yangakan digunakan.
1) Evaluasi Proses
Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau tidak
ada hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses pembelajaran,
tanya jawab bisa hidup atau tidak.
2) Evaluasi Hasil

14
1. Dengan memberikan pertanyaan secara lisan
2. Jelaskan pengertian distres spiritual
3. Jelaskan manfaat mengatasi distres spiritual yang tepat
4. Jelaskan teknik cara mengatasi distres spiritual yang tepat
5. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan mengatasi distres spiritual
6. Jelaskan suasana yang tepat saat mengatasi distres spiritual agar
efektif

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-


prinsip kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkan
gangguan pada aktivitas spiritual, yang merubuan akibat dari masalah - masalah
fisik atau psikososial yang dialami.
Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga,
teman dan tokoh masyarakat (ustadz) untuk membantu dalam mendukung proses
penyembuhan klien yang mengalami distress spiritual selain obat yang di berikan
di rumah sakit.

3.2 Saran

1. Melakukan pengkajian pada pasien distress spiritual.


2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien distress spiritual.
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan distress spiritual.
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan distress
spiritual.
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien
dengan distress spiritual.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan distress
spiritual.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://pantiwilasa.com/majalahkasih/detailpost/proses-keperawatan-dan-aspek-
spiritualitas

https://id.scribd.com/document/340957013/Makalah-Distres-Spiritual

https://www.academia.edu/7107231/SPIRITUAL _CARE_SPIRITUAL_CARE_ SPIRITUAL


_CARE_SPIRITUAL_CARE_Contents

17

Anda mungkin juga menyukai