PENDAHULUAN
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada
tingkat global, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Meskipun
pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia tertentu, bentuk
pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil
orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang serupa
untuk anak-anak mereka.
1
berbangsa dan bernegara yang sejalan dengan Pancasila (istilah PPKn dalam
Kurikulum 2004 tampaknya akan diganti antara “Kewarganegaraan” atau
“Pendidikan Kewarganegaraan).
3.1 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bangsa memiliki ciri khas sehingga dapat dibedakan dengan bangsa lain.
Ciri khas sebuah bangsa merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan.
Identitas-identitas yang disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi identitas
nasional. Identitas nasional dibutuhkan agar menjadi pengikat sekaligus pembeda
dengan bangsa lainnya. Selain identitas, bangsa yang telah hidup bernegara
memerlukan integrasi guna menjamin menjamin dan mempertahankan
kesatuannya. Pembangunan integrasi umumnya menjadi tugas pertama bangsa-
bangsa yang baru merdeka.
3
bisa dibedakan dengan bangsa lain Lalu apa yang menjadi identitas dari sebuah
bangsa? Sebelumnya perlu dijelaskan bangsa sebagai bentuk dari persekutuan
hidup manusia.
Istilah "bangsa" dalam bahasa Inggris disebut "nation". Kata nation berasal
dari kata "natio" (Latin) yang berarti "lahir". Nation dapat berarti suatu kelahiran,
suatu keturunan, suatu suku bangsa yang memiliki kesamaan keturunan, orang-
orang yang sama keturunan. Kata "bangsa" sendiri berasal dari bahasa Sansekerta
"wangsa" yang berarti orang-orang yang satu keturunan atau satu "trah" (Jawa).
Secara etimologis bangsa berasal dari kata "wangsa" artinya orang-orang yang
berasal dari satu keturunan. Istilah "nation" (Inggris) maupun "wangsa"
(Sansekerta) memiliki kesamaan makna. Berdasarkan hal ini, disimpulkan bangsa
menunjuk pada persekutuan hidup dari orang-orang atau kelompok manusia yang
memiliki kesamaan keturunan. Akan tetapi, dalam perkembangan konsep, bangsa
sebagai persekutuan hidup manusia yang berasal dari kesamaan keturunan
tidaklah memadai. Faktor kesamaan keturunan ini dikritik oleh Hans Kohn (1984)
sebagai faktor-faktor yang tidak bersifat hakiki untuk menentukan ada tidaknya
atau untuk merumuskan bangsa. Menurutnya, meskipun faktor-faktor objektif itu
penting, namun unsur yang terpenting itu adalah kemauan bersama yang hidup
nyata. Adanya kemauan hidup bersama sebagai faktor pembentuk bangsa atau
oleh Hans Kohn disebut sebagai faktor subjektif. Seperti dikemukakan oleh Ernest
Renan di tahun 1882 yang mengatakan "What makes a nation is not speaking the
same language or belonging to the same ethnographic group, it is having done
great things together in the past and wanting to do more great things in the future"
(http://www ellopos.net/politics/eu_renan.html). Seturut dengan pengertian di
atas, konsep bangsa memiliki dua pengertian (Badri Yatim, 1999),, yaitu bangsa
dalam pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam pengertian politis
Dalam satu negara dapat terdiri dari beberapa bangsa. Misalnya, Amerika Serikat
terdiri dari berbagai bangsa, seperti WAPS (White Anglosaxon Protestan), Negro
4
(African American), bangsa Indian (Native American), Cina, Yahudi, dan lainnya
yang dulunya merupakan kaum pendatang. Srilangka terdiri dari bangsa Sinhala
dan Tamil. Yugoslavia dahulu terdiri dari banyak bangsa, seperti Serbia, Bosnia,
Montenegro, Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai bangsa yang tersebar dari
Aceh sampai Irian Jaya, seperti Batak Minangkabau, Sunda, Dayak, Banjar, dan
sebagainya Dapat pula sebuah bangsa tersebar di beberapa negara. Misalnya,
bangsa Arab tersebar di berbagai negara di sekitar Timur Tengah. Bangsa Yahudi
terdapat di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
5
dan lain-lain. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang heterogen, karena ada
banyak bangsa didalamnya.
6
atau kelompok sendiri. Dengan kata lain, Wawasan Nusantara menjadi pola yang
mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka, menghadapi,
mecnyikapi, menangani berbagai permasalahan menyangkut kehidupan ber-
masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Implementasi Wawasan Nu-santara
senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh
dan menyeluruh sebagai berikut:
7
paham dan semangat kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi sebagai identitas
atau jati diri bangsa Indonesia.
Berisi lima nilai dasar yang dijadikan sebagai dasar filsafat dan
ideologi dari negara Indonesia. Pancasila merupakan identitas nasional
yang berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi nasional Indonesia.
8
juga meliputi nilai-nilai dan konsepsi. Pancasila adalah penanda bagi Indonesia
yang bersifat nonfisik.
Apabila identitas dapat disejajarkan dengan istilah jati diri maka pemikiran
bahwa Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia akui oleh banyak ahli.
Pancasila dapat menjadi dasar dalam membangun identitas nasional
(Sastrapratedja, 2007: HAR Tilaar, 2000). Pancasila dapat menjalankan tugasnya
sebagai identitas bangsa Indonesia (Eka Darmaputra, 1997). Pancasila merupakan
pernyataan jati diri bangsa Indonesia (Hardono Hadi, 1996) dan Pancasila ngan
sebagai identitas kultural (As'ad Said Ali, 2009).
Para pendiri negara (the founding fathers) kita pada waktu merancang
berdirinya negara Republik Indonesia membahas mengenai dasar negara yang
akan didirikan. Soekarno mengusulkan agar dasar negara yang akan didirikan itu
adalah Pancasila, yang merupakan prinsip dasar dan nilai dasar yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia, yang mempribadi dalam masyarakat
dan merupakan suatu living reality. Pancasila irni sekaligus merupakan jati diri
bangsa Indonesia (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan
Bernegara, 2006).
9
dikatakan bahwa hakikat identitas nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup
dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila, yang aktualisasinya
tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas. Nilai-nilai
budaya yang tercermin dalam identitas nasional itu bukanlah barang yang sudah
jadi dan selesai, melainkan sesuatu yang terbuka dan terus-menerus berjalan
menuju kemajuan yang dimiliki masyarakat pendukungnya.
2.4.1
Pancasila sebagai pernyataan jati diri bangsa mencakup tiga aspek, yakni
Pancasila sebagai kepribadian bangsa, identitas bangsa, dan keunikan bangsa
Indonesia.Pancasila sebagai kepribadian bangsa bahwa Pancasila itu
mencerminkan kenyataan akan nilai-nilai yang telah ada sebagai hasil interaksi
antar kebudayaan dan masyarakat ideologi sebagai pembentuknya. Maksud
Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia adalah unsur-unsur dasar
kebudayaan bangsa Indonesia menjadi ciri khas dari waktu ke waktu sepanjang
hidup berbangsa Indonesia.Dengan demikian, sebagai kepribadian dan keunikan
bangsa Indonesia, Pancasila tidak harnya kenyataan, tetapi juga mencerminkan
kenyataan mandiri yang mempunyai idealisme sendiri.
10
Negara-bangsa menyatukan wilayah-wilayah yang berbeda beserta masyarakatnya
ke dalam satu wilayah pemerintahan baru. Mereka membentuk kesatuan politik
baru dan juga kesatuan bangsa yang baru.
11
Van Bauer) yang telah menjadi satu. Kemunculan bangsa Indonesia sangat
dipengaruhi oleh paham nasionalisme. Tujuan dari paham kebangsaan
(nasionalisme) sendiri adalah menciptakan negara bangsa yang wilayah dan batas-
batasnya menyerupai atau mendekati makna bangsa.
12
individu telah menjadi warga dari sebuah komunitas, apakah anggota keluarga,
marga, suku, atau bangsa. Ketika komunitas politik Negara yang didirikan maka
indivu-individu yang terikat didalamnya memasuki status baru sebagai warga
Negara. Kewarganegaraan yang pada awalnya hanya mencakup keanggotaan pada
komunitas di luar Negara, sekarang ini telah menciptakan hubungan dengan
negara.
2.6
13
Berdasar pendapat-pendapat di atas, kewarganegaraan menunjuk pada
bentuk hubungan antara warga dengan komunitasnya sendiri, dalam hal ini
Negara yang melahirkan berbagai akibat antara lain:
14
Orang yang memiliki ikatan demikian merupakan kewarganegaraan
dalam arti sosiologis.
15
melaksanakan hubumgan dengan sesamanya, dan dalam melihat serta memahami
sesuatu. Perbedaan-perbedaan ini lah yang bisa kita sebut keanekaragaman.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keanekaragaman tersebut
memerlukan perekat agar bangsa yang bersangkutan dapat bersatu memelihara
keutuhan negaranya.
16
yang dapat diwujudkan dan dipertanggungjawabkan. Karena itu, dibutuhkan
landasan teori yang dapat mendukung rumusan wawsan nasional.
2. Geopolitik Indonesia
17
dengan kondisi dan konstenlansi geogtafi indonesia. Sedangkan pemahaman
tentang Indonesia menganut paham negara kepulauan, yaitu paham yang
dikembangkan dari azaz arcipelago yang memang berbeda dengan pemahaman
archipelago dinegara-negara barat pada umumnya.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20