Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri,


manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara
berkelompok-kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan
membentuk suatu organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya
tujuan hidup yang besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan
terbesar. Pada mulanya manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka
membentuk kelompok lebih besar lagi sperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian
manusia hidup bernegara. Mereka membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya.
Negara merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh kelompok manusia yang
memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan
yang sama. Negara dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda. Apabila negara
adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka bangsa lebih
menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih ada bangsa
yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara yang pada
mulanya berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa.
Baik bangsa maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau negara
tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa merupakan
identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara juga
merupakan identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-identitas yang disepakati
dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional bangsa.

Pemerintahan di Indonesia sudah lama menjadi mimpi buruk banyak orang di


Indonesia. Kendati pemahaman mayarakat tentang pemerintahan sangatlah berbeda-
beda, Namun setidaknya sebagian besar dari masyarakat membayangkan bahwa
dengan adanya pemerintahan, masyarakat akan dapat memiliki kualitas pemerintahan
yang lebih baik. Banyak di antara masyarakat-masyarakat yang ada di
inonesia membayangkan, bahwa dengan memiliki tata kelola pemerintahan yang
lebih baik, maka kualitas pelayanan publik menjadi semakin baik, angka korupsi

1
menjadi semakin rendah, dan pemerintah menjadi semakin peduli dengan kepentingan
warga.

Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin komplek
dan semakin sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi
panutan rakyat banyak yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan
yang baik atau yang sering disebut good governance yang selama ini dielukan-elukan
faktanya saat ini masih menjadi mimpi dan hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia
harus segera terbangun dari tidur panjangnya. Maka dari itu, Pemerintah inonesia
berinisiatif akan membangun Indonesia ini dalam sistem pemerintahannya agar dapat
menjadi lebih baik. Dan menggunakan sistem pemerintahan yang berlandaskan
kejujuran serta ketulusan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Fungsi Identitas Nasional


2. Bagaimanaenis-jenis Identitas Nasional
3. BagaimanaFaktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Nasional
4. BagaimanaUnsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional

C. Tujuan Dan Manfaat

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :


1. Mengetahui pengertian identitas nasional
2. Fungsi Identitas Nasional
3. Mengetahui faktor-faktor Pembentukan Identitas Nasional
4. Mengetahui Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Identitas Negara

Dilihat dari segi bahasa bahwa identitas itu berasal dari bahasa inggris yaitu
“identity” yang dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri. Ciri-ciri itu
adalah suatu yang menandai suatu benda atau orang. Ada ciri-ciri fisik dan ada ciri-
ciri nonfisik. Identity sering diindonesiakan menjadi identitas atau jati diri. Jadi,
identy atau identitas atau jati diri, dapat memiliki dua arti pertama, identitas atau jati
diri yang menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang atau sebuah benda,
dan yang kedua, identitas atau jati diri dapat berupa surat keterangan yang dapat
menjelaskan pribadi seseorang dan riwayat hidup seseorang. Di samping itu, identitas
atau jati diri dapat juga digunakan untuk menggambarkan pengertian diri sendiri yang
menyangkut siapa dia (baik laki-laki maupun perempuan). Ada dua sumber utama dari
identitas atau jati diri seorang:pertama, aturan-aturan sosial yang menjelaskan
definisi dari tingkah laku tertentu dan sejarah hidup seseorang. Dua orang, yaitu orang
yang satu dengan orang-orang yang lainnya yang mendasarkan konsepsi mereka dari
identitas mereka masing-masing pada dua sumber tadi (Arnold Dashefsky, 5).
Identitas yang akan dikembangkan dalam tulisan ini adalah idetitas dalam
pengertian pertama di atas yaitu identitas dalam pengertian jati diri. Identitas atau jati
diri adalah “pengenalan atau pengakuan terhadap seseorang yang termasuk dalam
suatu golongan yang dilakukan berdasarkan atas serangkaian ciri-cirinya yang
merupakan suatu satu kesatuan bulat dan menyeluruh, serta menandainya sehingga ia
dapat dimasukkan dalam golongan tersebut” (Parsudi Suparlan: 1999).
Identitas Negara yang belum demokratis selama ini jelas merupakan hasil dari
praktik monopolistik kekuasaan. Dalam hal ini, identitas tidak muncul dari bawah
berdasarkan energi-energi lokal, atau dari kesadaran dan pengetahuan masyarakat
sendiri.
Pada dasarnya konsep “identitas” jelas bermakna ideal, sebuah harapan untuk
eksis dan berprinsip, lalu sayangnya ia membusuk oleh praktik kekuasaan yang korup.
Istilah identitas itu pun diperkuat oleh istilah metafisik lainnya seperti “stabilitas” dan

3
“kesatuan”, yang sama-sama telah mengalami pembusukan. Istilah-istilah metafisis ini
membusuk karena terlalu sarat dimaknai oleh selera tunggal. Identitas-bangsa lalu
menjadi sebuah “nasionalisme-naif” yang mengklaim bahwa identitas Negara
merupakan cerminan Pancasila yang menjunjung tinggi nilai-nilai religius dan
humanistik, mengabdi dan loyal pada Negara yang berpaham bukan liberlisme dan
bukan sosialisme. Bahkan kita suka arogan memandang ideologi atau filsafat Negara-
negara asing, sepertinya mereka kuranng atau tidak religius, sekularisme, tidak
manusiawi.
B. Fungsi Identitas Nasional

Menurut Smith (1991) terdapat tiga fungsi dari Identitas Nasional, yaitu:
1. Identitas Nasional memberikan jawaban yang memuaskan terhadap rasa takut
akan kehilangan identitas melalui identifikasi terhadap bangsa.
2. Identitas Nasional menawarkan pembaharuan pribadi dan martabat bagi
individu dengan menjadi bagian dari keluarga besar suatu bangsa
3. Identitas Nasional memungkinkan adanya realisasi dari perasaan persaudaraan,
terutama melalui simbol-simbol dan upacara.
C. Jenis-jenis Identitas Nasional

Berikut ini adalah jenis-jenis identitas nasional:


1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang
penting. Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa
Indonesia yang digunakan sebagai bahasa penghubung berbagai kelompok etnis
yang mendiami kepulauan Nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi
bangsa Indonesia.
2. Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih
Bendera Negara Republik Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera
Negara, adalah Sang Saka Merah Putih, Sang Merah Putih, Merah Putih, atau
kadang disebut Sang Dwiwarna (dua warna). Bendera Negara Sang Merah Putih
berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari
panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang
kedua bagiannya berukuran sama.

4
3. Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Republik Indonesia. Lagu ini pertama
kali diperkenalkan oleh komponisnya, Wage Rudolf Soepratman, pada tanggal 28
Oktober 1928 pada saat Kongres Pemuda II di Batavia. Lagu ini menandakan
kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di Indonesia yang
mendukung ide satu “Indonesia” sebagai penerus Hindia Belanda, daripada
dipecah menjadi beberapa koloni.
4. Lambang Negara dan Dasar Falsafah Negara yaitu Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia.Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya
Pancasila.
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia.Frasa ini berasal
dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-
beda tetapi tetap satu”. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan
dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan
kepercayaan.
6. Konstitusi (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD 1945
Istilah dalam bahasa inggris constitution atau dalam bahasa belanda
constitutie secara harfiah sering diterjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu
undang-undang dasar. Ditinjau dari segi kekuasaan undang-undang dasar dapat
dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas-asas yang menetapkan
bagaimana kekuasaan itu dibagi anatara beberapa lembaga kenegaraan. Mengacu
konsep trias politika, kekuasaan dibagi anatar badan eksekutif, legislatif dan
yudikatif.

5
7. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu berkedaulatan rakyat
Kedaulatan rakyat mengandung arti kekuasaan tertinggi ada pada rakyat.
Dengan demikian makna kedaulatan rakyat adalah demokrasi, yang berarti
pemerintahan yang kekuasaan tertinggi terletak/bersumber pada rakyat. Sumber
ajaran kedaulatan rakyat ialah ajaran demokrasi yang telah dirintis sejak jaman
Yunani oleh Solon. Istilah demokrasi berasal dari kata Yunani, demos (rakyat)
dan kratein (memerintah) atau kratos (pemerintah). Jadi, demokrasi mengandung
pengertian pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Rakyat merupakan suatu kesatuan yang dibentuk oleh individu-
individu melalui perjanjian masyarakat. Rakyat sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi memberikan haknya kepada untuk kepentingan bersama. Penguasa
dipilih dan ditentukan atas dasar kehendak rakyat melalui perwakilan yang duduk
di dalam pemerintahan atau melalui pemilihan umum.Pemerintah yang berkuasa
harus mengembalikan hak-hak sipil kepada warganya.
8. Konsepsi Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa indonesia
mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan
menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Nasional

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Identitas Nasional bangsa


Indonesia, meliputi primordial, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika, konsep sejarah,
perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Surbakti, 1999).
1. Primordial
Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku bangsa, daerah,
bahasa, dan adat-istiadat merupakan faktor-faktor primordial yang dapat
membentuk negara-bangsa. Primordialisme tidak hanya menimbulkan pola
perilaku yang sama, tetapi juga melahirkan persepsi yang sama tentang
masyarakat negara yang dicita-citakan. Walaupun ikatan kekerabatan dan
kesamaan budaya itu tidak menjamin terbentuknya suatu bangsa (karena mungkin
ada faktor yang lain yang lebih menonjol), namun kemajemukan secara budaya

6
mempersulit pembentukan satu nasionalitas baru (negara bangsa) karena
perbedaan ini akan melahirkan konflik nilai.
2. Sakral
Kesamaan agama yang dianut oleh suatu masyarakat, atau ikatan ideologi yang
kuat dalam masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat membentuk negara-
bangsa.
3. Tokoh
Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati secara luas oleh
masyarakat dapat menjadi faktor yang menyatukan suatu bangsa-negara.
Pemimpin ini menjadi panutan sebab warga masyarakat mengidentifikasikan diri
kepada sang pemimpin, dan ia dianggap sebagai “penyambung lidah” masyarakat.
4. Sejarah
Persepsi yang sama tentang asal-usul (nenek moyang) dan tentang pengalaman
masa lalu, seperti penderitaan yang sama akibat dari penjajahan tidak hanya
melahirkan solidaritas (sependeritaan dan sepenanggungan), tetapi juga tekad dan
tujuan yang sama antar kelompok suku bangsa. Solidaritas, tekad, dan tujuan
yang sama itu dapat menjadi identitas yang menyatukan mereka sebagai bangsa,
sebab dengan membentuk konsep ke-kita-an dalam masyarakat.
5. Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) merupakan salah satu
faktor yang dapat membentuk bangsa-negara.Bersatu dalam perbedaan artinya
kesediaan warga masyarakat untuk bersama dalam suatu lembaga yang disebut
Negara, atau pemerintahan walaupun mereka memiliki suku bangsa, adat-istiadat,
ras atau agama yang berbeda.
6. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi
pekerjaan yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Semakin
tinggi mutu dan semakin bervarariasi kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula
tingkat saling bergantung di antara berbagai jenis pekerjaan. Setiap orang
bergantung pada pihak lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin kuat
suasana saling bergantung antar anggota masyarakat karena perkembangan
ekonomi, maka semakin besar pula solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.

7
7. Kelembagaan
Proses pembentukan bangsa berupa lembaga-lembaga pemerintahan dan politik,
seperti birokrasi, angkatan bersenjata, dan partai politik. Setidak-tidaknya terdapat
dua sumbangan birokrasi pemerintahan (pegawai negeri) bagi proses
pembentukan bangsa, yakni mempertemukan berbagai kepentingan dalam instansi
pemerintah dengan berbagai kepentingan di kalangan penduduk sehingga tersusun
suatu kepentingan nasional, watak kerja, dan pelayanannya yang bersifat
impersonal; tidak saling membedakan untuk melayani warga negara. Angkatan
bersenjata berideologi nasionalistis karena fungsinya memelihara dan
mempertahankan keutuhan wilayah dan persatuan bangsa, personilnya direkrut
dari berbagai etnis dan golongan dalam masyarakat. Selain soal ideologi, mutasi
dan kehadirannya di seluruh wilayah negara merupakan sumbangan angkatan
bersenjata bagi pembinaan persatuan bangsa Keanggotaan partai politik yang
bersifat umum (terbuka bagi warga negara yang berlainan etnis, agama, atau
golongan), kehadiran cabang-cabangnya di wilayah negara, dan peranannya
dalam menampung dan memadukan berbagai kepentingan masyarakat menjadi
suatu alternatif kebijakan umum merupakan kontribusi partai politik dalam proses
pembentukan bangsa.
E. Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional

Berikut ini adalah unsur-unsur pembentuk identitas nasional:


1. Sukubangsa
Sukubangsa adalah golongan sosial yang khusus, yang askriptif (ada sejak
kelahiran), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin.
Kekhususan dari sukubangsa dari sebuah golongan sosial ditandai oleh ciri-cirinya,
yaitu: diperoleh secara askriptif atau didapat begitu saja bersama dengan
kelahirannya, muncul dalam interaksi berdasarkan atas adanya pengakuan oleh
warga sukubangsa yang bersangkutan dan diakui oleh sukubangsa lainnya.
Merupakan ciri-ciri yang umum dan mendasar berkenaan dengan asal mula
manusia, yang digunakan sebagai acuan bagi identitas atau jatidiri pribadi atau
kelompoknya yang tidak dapat dengan seenaknya dibuang atau ditiadakan,
walaupun dapat disimpan atau tidak digunakan dalam interaksi berlaku. Karena

8
ciri-ciri tersebut melekat seumur hidup bersamaan dengan keberadaanya sejak lahir
(barth 1969: 9-38 dan Suparlan, 1999).
Di Indonesia terdapat banyak sekali sukubangsa atau kelompok etnis yang
menggunakan tidak kurang dari 300 dialek. Karena Indonesia dikatakan sebagai
nrgara yang memiliki banyak suku bangsa, maka Indonesia dianggap sebagai
negara yang rawan konflik.
2. Agama
Selain isu suku yang disebutkan diatas, ada isu lain dalam politik Indonesia:
yaitu dimensi agama yang dihubungkan dengan kesukuan. Agama-agama yang ada
di Indonesia: Islam, Kristen, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha Dan Kong
Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada zaman Orde Baru tidak diakui sebagai agama
resmi di Indonesia, sedangkan kelima agama lainnya diakui secara resmi oleh
pemerintahan Orde Baru. Pada zaman pemerintahan Gus Dur, istilah agama resmi
dan tidak resmi dihapuskan. Menurut Gus Dur yang mengetahui apakah suatu
agama dapat dikatakan sebuah agama atau bukan, bukanlah negara tapi adalah
penganutnya sendiri (kompas, 18 dan 19 maret 2000).
Kebijaksanaan integrasi nasional baru tampak diterpkan oleh pemerintah
Indonesia ketika hendak mengatur masyarakatnya yang plural. Untuk tujuan
pembicaraan ini, integrasi nasional didefinisikan dalam rangka menciptakan
identitas nasional. Penciptaan identitas kebudayaan Indonesia adalah salah satu
tujuan integrasi nasional.
Salah satu jalan yang dapat mengurangi resiko konflik antar agama adalah
perlunya diciptakan tradisi saling menghormati antara agama-agama yang ada
(Franz Magniz Suseno, 1995: 174). Menghormati berarti mengakui secara positif
dalam agama dan kepercayaan orang lain. Berarti mampu juga belajar satu sama
lain.
Sikap saling menghormati dan menghargai, dapat memungkinkan orang dari
agama-agama yang berbeda bersama-sama berjuang demi pembangunan yang
sesuai dengan martabat yang diterima manusia dari Tuhan. Solidaritas dengan
orang-orang kecil, miskin, lemah dan menderita, keadilan sosial, pembebasan dari
penindasan, perkosaan dan perwujudan kehidupan yang lebih demokratis, adalah

9
hal-hal yang dapat dilakukan oleh agama-agama secara bersama-sama, untuk
tujuan pembangunan bangsa.
Yang dipikirkan sekarang adalah bagaimana menciptakan dialog antar agama.
Barangkali dapat dikatakan bahwa obyek dialog antara agama bukan langsung
menyentuh keyakinan agama. Sebab banyak oang beranggapan bahwa perbedaan
keyakinan bukanlah obyek untuk diperdebatkan. Yang mungkin kita dialogkan
adalah bagaimana memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi ditengah-tengah
masyarakat, membongkar kesalahpahaman yang selalu terjadi dalam hubungan
agama selama ini, serta usaha untuk mewujudkan kehidupan masyarakat dengan
cara yang lebih positif, lebih sesuai dengan kaedah-kaedah moral keagamaan.
3. Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosisal yang isinya
adalah perangkat-perangkat, model-model pengetahuan, yang secara kolektif
digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menginterprestasi dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai referensi atau pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi (Suparlan, 1986: 1).
Kebudayaan adalah milik masyarakat, sedangkan individu-individu yang
menjadi warga masyarakat tersebut mempunyai pengetahuan kebudayaan. Harus
juga dibedakan antara budaya dan kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang
dihadapi (Suparlan, 1986:1). Kebudayaan adalah milik masyarakat, sedangkan
individu-individu yang menjadi warga asyarakat tersebut mempunyai pengetahuan
dalam ungkapan sehari-hari.
Menurut E.K.M. Masinambow (1999) yang dimaksud “budaya” adalah nilai-
nilai dan adat kebiasaan, sedangkan kebudayaan adalah suatu kompleks gejala
termasuk nilai-nilai dan adat kebiasaan yang memperlihatkan kesatuan sistemik.
Jika kita katakana bahwa di Indonesia terdapat tidak kurang dari 500 suku bangsa,
maka dapat kita katakan bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
itu bermacam-macam, karena setiap sukubangsa memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda dan kebudayaan yang bermacam-macam tentu saja kita tidak ingin
melihat perbedaan tersebut sebagai penghambat untuk kita bersatu, justru dengan

10
adanya perbedaan itu memberikan motivasi kepada kita untuk menjadi bangsa yang
bersatu dan bukan bangsa yang terpecah-pecah akibat adanya pebedaan.
4. Bahasa
Kebijakan bahasa nasional sangat penting dalam menciptakan kesatuan
Indonesia dan identitas nasional Indonesia. Di Asia Tenggara mungkin hanya
Indonesia satu-satunya Negara yang menggunakan bahasa minoritas yang berasal
dari Palembang (Sumatera) dan Bangka pada abad ke-7.
Bahasa ini kemudian dipakai sebagai bahasa penghubung bagi berbagai
kelompok etnis di kepulauan tersebut dan menjadi bahasa untuk berkomunikasi di
pasar di kalangan etnis Indonesia dan orang asing. Bahasa ini diterima oleh kaum
nasionalis Indonesia sebelum kemerdekaan antara lain karena kesederhanaannya,
selain karena statusnya yang kontroversial. Bahasa Jawa yang digunakan kelompok
etnis terbesar. Bahkan tidak dipertimbangkan, hanya karena bahasa itu tidak
digunakan oleh orang non-Jawa. Selain itu, bahasa Jawa dianggap sangat rumit
dan setiap tingkat sosial yang berbeda memakai jenis bahasa yang berbeda pula.
Bahasa Indonesia dipopulerkan pertama kali dalam pers kaum nasionalis ketika
munculnya Negara kemerdekaan Indonesia, kemudian bahasa tersebut menyebar
dan berkembang selama pendudukan Jepang. Semua surat kabar terkemuka, siaran
radio dan siaran TV menggunakan bahasa Indonesia. Setelah kemerdekaan semua
sekolah di Indonesia menggunakan bahasa nasional, tetapi bahasa etnis tetap dapat
diajarkan di sekolah setempat sampai kelas, setelah itu semua pendidikan harus
berbahasa Indonesia. Seorang ahli sejarah terkemuka mengatakan :
“Menggunakan universal bahasa ini secara internasional dalam sebuah
masyarakat yang sangat besar, telah ‘mensionalisasikan’ generasi yang sedang
bersekolah, kebudayaan dan bahasa lokal mereka sendiri terus disampaikan
kepada mereka, tetap kini prosesnya berlangsung dalam kerangka sebuah
kebudayaan nasional” (David, 1971:403).
Popularisasi bahasa Indonesia memang dilakukan tetapi tidaklah berarti
menggantikan bahasa etnis. Menurut beberapa pengamat, penggunaan bahasa
Indonesia jauh lebih populer di daerah perkotaan daripada di daerah pedesaan,
karena penduduk desa masih banyak menggunakan dua bahasa daerah. Dalam

11
sebagian besar kasus, penduduk kota (terutama di daerah non-Jawa) cenderung
menggunakan dua bahasa dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dominan.
Namun di daerah pedesaan, tampaknya bahasa etnis masih digunakan secara luas.
Sebuah penelitian mengenai pelajar Indonesia dari tingkat sekolah dasar sampai
tingkat menengah menunjukkan bahwa hanya 26 persen pelajar sekolah ini yang
memakai bahasa Indonesia di rumah. Bahkan di beberapa daerah penggunaan
bahasa etnis kembali meluas.
5. Kasta dan kelas
Kasta adalah pembagian sosial atas dasar agama. Dalam agama Hindu, para
penganutnya dikelompokkan ke dalam beberapa kasta. Kasta yang tertinggi adalah
kasta Brahmana (kelompok rohaniawan) dan kasta yang terendah adalah kasta
Sudra (orang biasa atau masyarakat biasa). Kasta yang rendah biasanya tidak bisa
kawin dengan kasta yang lebih tinggi dan begitu juga sebaliknya.
Kelas menurut Weber ialah suatu kelompok orang-orang dalam situasi kelas
yang sama, yaitu kesempatan untuk memperoleh barang-barang dan untuk dapat
menentukan sendiri keadaan kehidupan ekstern dan nasib pribadi, sejauh
kesempatan ini tergantung dari dipunyai atau tidak dipunyai milik yang dapat
dimanfaatkan dipasaran barang-barang atau pasaran kerja.
Kekuasaan dan milik merupakan komponen-komponen terpenting: berat
kekuasaan, maka milik mengakibatkan monopolisasi dan kesempatan-kesempatan
(L. Laeyendecker, 1991:331). Di samping kelas milik yang dibicarakan Weber di
atas, juga terdapat kelas-kelas berdasarkan pendapatan. Mereka yang termasuk
dalam kelompok ini adalah kaum pengusaha, kaum pemegang profesi-profesi bebas
dan kaum pekerja. Sedangkan kelas-kelas sosial ialah mencakup semua situasi
kelas dimana baik mobilitas pribadi maupun mobilitas antar generasi
dimungkinkan di antara kelas-kelas tersebut, dan hal semacam ini merupakan hal
yang biasa.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Identitas nasional adalah jatidiri yang dimiliki oleh warga negara atau suku-bangsa
dari suatu negara (Indonesia). Menurut Smith (1991) terdapat tiga fungsi dari Identitas
Nasional, yaitu:
1. Identitas Nasional memberikan jawaban yang memuaskan terhadap rasa takut
akan kehilangan identitas melalui identifikasi ter-hadap bangsa,
2. Identitas Nasional menawarkan pembaharuan pribadi dan mar-tabat bagi
individu dengan menjadi bagian dari keluarga besar suatu bangsa, dan
3. Identitas Nasional memungkinkan adanya realisasi dari perasaan persaudaraan,
terutama melalui simbol-simbol dan upacara.
Adapun jenis-jenis Identitas Nasional yaitu:
(1) Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia;
(2) Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih;
(3) Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya;
(4) Lambang Negara dan Dasar Fal-safah Negara yaitu Pancasila;
(5) Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika;
(6) Konstitusi (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD 1945;
(7) Bentuk Negara Ke-satuan Republik Indonesia yaitu berkedaulatan rakyat; dan
(8) Konsepsi Wawasan Nusantara. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan Identitas Nasional bangsa Indonesia, meliputi: primordial, sakral, tokoh,
bhineka tunggal ika, konsep sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan. Dan
unsur-unsur terbentuknya indentitas nasional, meliputi: sukubangsa, agama,
kebudayaan, bahasa dan; kasta dan kelas.
B. Saran

Sebagai warga negara harus mengetahui dan tetap melestarikan apa saja yang
menjadi identitas nasional. Identitas nasional merupakan suatu ciri yang dimiliki
bangsa kita untuk dapat membedakannya dengan bangsa lain. Selain itu, sebagai

13
warga Negara juga harus menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam identitas
nasional. Contohnya nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila dan UUD 1945.
DAFTAR PUSTAKA

A. Ubaidillah, dkk. 2000. Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Demokrasi, HAM


& Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press
Kohn, Prof.Hans. 1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta: ERLANGGA
Sunarso, dkk. 2013GT. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn untuk Perguruan Tinggi),
Cetakan II. Yogyakarta: UNY Press
http://ilhamberkuliah.blogspot.co.id

14

Anda mungkin juga menyukai