Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN “IDENTITAS SOSIAL”

DOSEN PEMBIMBING
Muhammad Nur Romadhon

Disusun Oleh kelompok (2) :


1. Tarisya Ridhati Robiah
2. Alfi Fauziyah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI DAN


UNIVERSITAS ISLAM DARUL 'ULUM LAMONGAN
2023/2024
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Identitas nasional merupakan ciri khas yang dimiliki satu bangsa yang
tentunya berbeda antara satu bangsa, dengan bangsa yang lain. Indonesia
adalah salah satu Negara yang memiliki bermacam identitas nasional yang
mengkhaskan dan tentunya berbeda dengan Negara-negara lainnya.
Mayoritas dari masyarakat mengasosiakan identitas nasional mereka dengan
negara dimana mereka dilahirkan.
Beragamnnya suku bangsa serta bahasa di Indonesia, merupakan suatu
tantangan besar bagi bangsa ini untuk tetap dapat mempertahankan
identitasnnya. Untuk itu, sebagai generasi muda Indonesia seharusnnya sudah
mengetahui apa itu identitas nasional bangsa kita. Namun pada kenyataannya
masih banyak generasi muda indonesia yang belum tahu tentang apa itu
identitas nasional dan apa saja wujud dari identitas nasional bangsa Indonesia
itu sendiri.
Seringkali kita marah ketika aset identitas nasional kita direbut atau ditiru
oleh Negara lain, tapi dalam pengaplikasiannya kita sebagai warga negara
Indonesia hanya bersikap pasif dan enggan untuk menggembangkannya.
Identitas Nasional merupakan pengertian dari jati diri suatu Bangsa dan
Negara, Selain itu pembentukan Identitas Nasional sendiri telah menjadi
ketentuan yang telah di sepakati bersama. Menjunjung tinggi dan
mempertahankan apa yang telah ada dan berusaha memperbaiki segala
kesalahan dan kekeliruan di dalam diri suatu Bangsa dan Negara sudah tidak
perlu di tanyakan lagi, Terutama di dalam bidang Hukum.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Identitas Nasional

Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap


pihak yang dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan
pihak yang lain. Sedangkan nasional atau Nasionalisme memiliki arti suatu
paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus
diserahkan kepada Negara kebangsaan. Identitas nasional adalah
kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa
yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya.
Identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbolsimbol
kenegaraan seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa
Nasional yaitu Bahasa Indonesia, Semboyan Negara yaitu Bhinneka
Tunggal Ika, Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum
Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta Bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Pahlawan – pahlawan rakyat pada
masa perjuangan nasional seperti Pattimura, Hasanudin, Pangeran Antasari
dan lain – lain.
Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara
Indonesia dapat mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup.
Sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan
internasional akan dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara lain.
Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan jati diri serta
kepribadiannya Rasa solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok
dapat mendukung upaya mengisi kemerdekaan. Dengan identitas bersama
itu juga dapat memberikan motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan
negara di masa depan.1

Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi
globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional

1Nikmah, Azah. “http://nikmahajah.blogspot.co.id/2013/11/proses-berbangsa-dan


bernegara.html” (diakses pada selasa, 17 september 2017).

yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar


pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana terjadi di
berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh
tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah
kebangkitan kembali kesadaran Nasional.

B. Faktor Pembentuk Identitas Nasional

Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional yaitu


faktor primodial dan faktor kondisional. Faktor primodial atau faktor
objektif adalah faktor bawaan yang bersifat alamiah yang melekat pada
bangsa tersebut seperti geografi, ekologi dan demografi. Kondisi
geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan
yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antara
wilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan
kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia.
Sedangkan faktor kondisional atau faktor subyektif adalah keadaan yang
mempengaruhi terbentuknya identitas nasional. Faktor subyektif meliputi
faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses pembentukan
masyarakat dan bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi
berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Hasil dari interaksi dari
berbagai faktor tersebut.2
Faktor yang tak kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama
diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat menyatukan diri
dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu,
seperti sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan
solidaritas tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar
anggota masyarakat itu. Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan
melahirkan spesialisasi pekerjaan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan
masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan masyarakat,
semakin saling tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan

2Sunarso, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn untuk Perguruan Tinggi), (Yogyakarta:


UNY Press. 2013), hal. 98

saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling


ketergantungan anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan
semakin besar solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. 3
Solidaritas yang terjadi karena perkembangan ekonomi oleh Emile
Durkheim disebut Solidaritas Organis. Faktor ini berlaku di masyarkat
industri maju seperti Amerika Utara dan Eropa Barat. Lembaga-lembaga
pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi,
angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembaga-lembaga itu
melayani dan mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul
dan golongannya dalam masyarakat. Kerja dan perilaku lembaga politik
dapat mempersatukan orang sebagai satu bangsa.
C. Identitas Negara Indonesia

Setelah Indonesia lahir maka dibentuk terkait karakteristik negara


Indonesia yang di dalamnnya berisikan Identitas nasional Indonesia.
Setiap negara Indonesia memiliki identitas untuk melambangkan
keagungan suatu negara. Seperti negara Indoenesia yang memiliki
identitas yang dapat menjadi penciri atau pembangun jati diri bangsa
Indonesia. Identitas Indonesia menjadikan bangsa Indonesia sebagai
pemersatu dan simbol kehormatan negara. Selain itu identitas Nasional
menjadikan negara Indonesia yang bermartabat diantara negara-negara lain
yang memiliki beragam kebudayaan, agama dan memiliki jiwa toleransi
maupun solidaritas tinggi.
Berikut penjelesan mengenai identitas Negara Indonesia yaitu bendera
negara Sang Merah Putih, Bahasa indonesia, Lambang Negara Indonesia
beserta simbol-simbol Pancasila, lagu kebangsaan dan Hukum.

a. Bendera Negara Sang Merah Putih


Bendera negara diatur dalam Undang-Undang No. 24 Tagun 2009
pasal 4 sampai 24, bendera warna merah putih dikibarkan pertama
kali pada tanggal 17 Agustus 1945. Bendera Pusaka Sang Saka
Merah Putih disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional
Jakarta.

3A. Ubaidillah, dkk. Pendidikan Kewargaan (Civic Education), (Jakarta: IAIN Jakarta Press.
2000), hal. 61.

b. Bahasa Negara Indonesia


Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara merupakan hasil
kesepakatan para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Bahasa Indonesia berasal dari rumpun bahasa melayu
yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca),
setelah itu diangkat dan diikrarkan srbagai bahasa persatuan pada
kongkres Pemuda II tanggal 28 oktober 1928. Bangsa Indonesia
merupakan bahasa nasional sekaligus jati diri dan Identitas
nasional Indonesia.
c. Lambang Negara Garuda Pancasila dan Simbol-simbol Pancasila
Pada tanggal 13 juli 1945, dalam rapat panitia perancangan
Undang-undang Dasar 1945. Salah seorang anggota panitia
bernama Parada Harahap mengusulkan tentang lambang negara .
tanggal 16 November 1945 baru dibentuk panita Indonesia Raya,
panitia ini bertugas menyelidiki arti lambang-lambang dalam
peradaban bangsa Indonesia sebagai langkah awal untuk
mempersiapkan bahan kajian tentang lambang negara. Panitia
Indonsia Raya diketua oleh Ki Hajar Dewantara dengan seketaris
Muhammad Yamin.
Arti dan makna lambang Negara Menurut Kansil dan Chistine arti
dan makna simbolik dari lambang negara ialah Garuda ialah
burung yang dinamakan juga “Sang Raja Wali”, seperti yang
disebutkan sdalam cerita ramayana dan bharatayuda.

Adapun makna yang terkandumg dalam simbol-simbol Pancasila


1. Bintang yang memiliki lima sudut melambangkan sila
pertama pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Bintang melambangkan sebuah cahaya, seperti cahaya yang
dipancarkan oleh Tuhan kepada setiap manusia.
2. Rantai melambangkan sila kedua Pancasila yaitu
kemanusian yang adil dan beradab. Rantai tersebut terdiri
atas mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkaran
yang saling berkaitan membentuk lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-
laki, sedangkan yang
lingkaran melambaikan perempuan mata rantai yang saling
berkaitpun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki
dan perempuan, menumbuhkan satu sama lain dan perlu
bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai

3. Pohon beringin melambangkan sila ketiga, yaitu persatuan


Indonesia. Pohon beringin melambaikan pohon besar yang
bisa digunakan oleh banyak orang sebagai tempat berteduh
dibawahnya. Hal ini mewakili keragaman suku bangsa yang
menyatu di Indonesia.

4. Kepala banteng melambangkan sila keempat pancasila,


yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan. Kepala banteng
melambangkan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti
halnya musyawarah dimana orang-orang harus berkumpul
untuk mendiskusikan sesuatu.
5. Padi dan kapas melambangkan sila kelima pancasila yaitu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Padi dan
kapas dapat mewakili sila kelima, karena padin dan kapas
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan
dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai
kemakmuran.

d. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya


Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diatur dalam undang-undang
No. 24 Tahun 2009 mulai Pasal 58-64, sebagai lagu kebangsaan
pertama kali dinyanyikan pada Kongres pemuda II tanggal 28
Oktober 1928. Selanjutnya menjadi lagu kebangsaan yang
diperdengar pada setiap upacara kenegaraan. 4

e. Hukum

4 Maulana Arafat Lubis, Pembelajaran PPKn, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2018), hal. 33-38.

Negara indonesia adalah negara hukum, demikian bunyi pasal 1


Ayat 3 UUD 1945 setelah diamandemen ketiga disahkan 10
November 2001. Penegasan ketentuan konstitusi ini bermakna,
bahwa segala aspek kehidupan dalam kemasyarakatan, kenegaraan
dan pemerintahan harus senantiasa berdasarkan hukum.

5 Prof. Hans. Khon. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. (Jakarta: Erlangga. 1984), hal. 56
BAB III
PENUTUP

A. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari identitas nasional?


2. Apa saja faktor-faktor pembentukan identitas nasional?
3. Bagaimana identitas Negara indonesia?
B. KESIMPULAN

Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri


nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa yang
satu dengan yang lainnya. Identitas nasional dalam konteks negara
tercermin dalam simbol-simbol kenegaraan seperti: Pancasila.
Identitas Nasional Indonesia:
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia.
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih.
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya.
4. Lambang Negara yaitu Pancasila.
5. Hukum

Penerapan tentang identitas nasional harus tercermin pada pola pikir,


pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan
bangsa dan negara dari pada kepentingan pribadi atau kelompok.
Dengan kata lain, identitas nasional menjadi pola yang mendasari cara
berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi berbagai
masalah menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

DAFTAR PUSTAKA

A. Ubaidillah, dkk. Pendidikan Kewargaan (Civic Education), Jakarta: IAIN


Jakarta Press, 2000.
Lubis, Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Yogyakarta: Samudra
Biru, 2018.
Nikmah, Azah. “http://nikmahajah.blogspot.co.id/2013/11/proses-berbangsa-dan
Bernegara, diakses pada selasa, 17 september 2017.
Sunarso, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn untuk Perguruan Tinggi),
Yogyakarta: UNY Press, 2013.
Khon, Prof. Hans, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Jakarta: Erlangga, 1984.

Anda mungkin juga menyukai