Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2

C. Tujuan dan Manfaat.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Identitan Nasional ...................................................................................................... 3

1. Pengertian Identitas Nasional ................................................................................ 3

2. Faktor Pembentuk Identitas Nasional ..................................................................... 5

3. Faktor Pendukung Identitas Nasional .................................................................... 8

4. Unsur-Unsur Identitas Nasional ............................................................................. 9

5. Parameter Identitas Nasional ................................................................................ 10

6. Keterkaitan Globalisasi Dengan Identitas Nasional.............................................. 11

7. Keterkaitan Integrasi Nasional Indonesia Dan Identitas Nasional ....................... 14

8. Paham Nasionalisme Kebangsaan ........................................................................ 14

9. Revitalisasi Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional ........................ 18

B. Sejarah Budaya Bangsa Sebagai Akar Identitas Nasional........................................ 23

C. Pemberdayaan Identitas Nasional............................................................................. 24

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 28

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Identitas Nasional merupakan pandangan hidup bangsa,


kepribadian bangsa, kebudayaan bangsa, filsafat pancasila dan juga
sebagai ideologi negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi
dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk tatanan
hukum yang berlaku di indonesia.
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang
cukup panjang. Berdasarkan kenyataan objektif tersebut maka untuk
memahami jati diri bangsa Indonesia serta identitas nasional Indonesia
maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-akar budaya yang mendasari
identitas nasional Indonesia. Kepribadian, jati diri, serta identitas nasional
Indonesia yang dirumuska dalanm filsafat pancasila harus di lacak dan
dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa Indonesia sejak zaman
kutai, sriwijaya, mahapahit serta kerajaan lainnya sebelum penjajahan
bangsa asing di indonesia.
Diperlukan Pemberdayaan Identitas Nasional untuk membentengi
dan dan tetap terjaganya identitas nasional itu sendiri agar tidak luntur,
tetap tertanam dalam sanubari anak bangsa, tetap dipertahankanmenjadi
kesadaran setiap anak bangsajuga pelaksanaan pemerintahan negara,
terlebih di era sekarang ini. Di mana “Situasi kondisi yang terjadi saat ini
menunjukan krisis berbagai dimensi (multidimensi)”. Tantangan tersendiri
terhadap identitas nasional adalah globalisasi. Kata ‘globalisaasi’ diambil
dari kata global, yang maknanya ialah universal (menyeluruh). Globalisasi
belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja,
sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial atau proses sejarah atau proses
alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan Negara didunia terikat
2

satu sama lain, mewujudkan tatanan suatu kehidupan baru atau kesatuan
ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan
budaya masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah budaya bangsa Indonesia dapat menjadi akar
identitas nasional?
2. Apa saja tantangan dalam pemberdayaan identitas nasional?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Memahami tentang identitas nasional bangsa Indonesia.
2. Mengetahui sejarah budaya bangsa Indonesia sebagai akar identitas
nasional.
3. Memahami tantangan dalam pemberdayaan identitas nasional.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Nasional

1. Pengertian

Identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri-ciri,


tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seeorang atau sesuatu
yang membedakannya dengan yang lain. Dalam arti terminologi
antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan
sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan, kelompok,
komunitas, atau negaranya sendiri.

Kata nasional dalam identitas nasional merupakan identitas


yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang
diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama,
bahasa, maupun nonfisik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan.
Istilah identitas nasional atau identitas bangsa melahirkan tindakan
kelompok (collective action) yang diberi atribut nasional.

Pengertian identitas nasional pada hakikatnya adalah


“Manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang
dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nation) dengan ciri-ciri
yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya” (Wibisono Koento : 2005).

Identitas nasional bangsa Indonesia merupakan salah satu


identitas yang telah melekat pada negara Indonesia, yaitu Bhineka
Tunggal Ika. Ungkapan Bhineka Tunggal Ika dalam lambang
nasional terletak pada simbol Burung Garuda dengan lima simbol
yang mewakili sila-sila dalam dasar Negara Pancasila. Beberapa
bentuk identitas nasional Indonesia, adalah :
4

1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan, yaitu Bahasa


Indonesia.
Bahasa Indonesia Berasal dari Bahasa Melayu yang digunakan
sebagai bahasa pergaulan yang kemudian diangkat sebagai
bahasa nasional pada tanggal 28 Oktober 1928.

2. Bendera Negara, yaitu Sang Merah Putih.


Warna merah berarti berani dan putih beratri suci. Bendera
merah putih pertama kali dikibarkan pada tanggal 17 Agustus
1945, namun telah ditunjukan pada peristiwa sumpah pemuda.

3. Lagu Kebangsaan Indonesia, yaitu Indonesia Raya.


Lagu Indonesia sebagai lagu kebangsaan pertama kali
dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928.

4. Lambang Negara, yaitu Garuda Pancasila.


Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan sebagai
lambang negara.

5. Semboyan Negara, yaitu Bhineka Tunggal Ika.


Artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Menunjukan
Indonesia adalah bangsa yang heterogen namun tetap
berkeinginan untuk menjadi bangsa yang satu, yakni
Indonesia.

6. Dasar Falsafah Negara, yaitu Pancasila.


Berisi lima sila yang dijadikan sebagai dasar falsafah dan
ideologi dari negara Indonesia. Selain itu Pancasila
berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi nasional.

7. Hukum Dasar Negara, yaitu UUD 45.


5

Merupakan hukum dasar tertinggi dalam tata urutan


perundang-undangan dan dijadikan sebagai pedoman
penyelenggaraan negara.

8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang


Berkedaulatan Rakyat.
Bentuk negara kita adalah kesatuan, bentuk pemerintah adalah
republik, dan sistem politik yang digunakan adalah sistem
demokrasi.

9. Konsepsi Wawasan Nusantara.


Sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragan dan memiliki nilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.

10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan


nasional.
Sebagai negara kesatuan Indonesia terdiri dari banyak suku
bangsa, sehingga Indonesia memiliki kebudayaan daerah yang
sangat kompleks.

2. Faktor Pembentuk Identitas Nasional

Menurut Ramlan Surbakti (1999), proses pembentukan


bangsa-negara memerlukan identitas-identitas untuk menyatukan.
Faktor-faktor yang menjadi indentitas bersama suatu bangsa
meliputi :

1. Primordial
6

Faktor ini meliputi ikatan kekerabatan (darah dan


keluraga), kesamaan suku bangsa, daerah asal (homeland),
bahasa, dan adat istiadat. Dengan faktor ini masyarakat dapat
membentuk bangsa – negara. Contoh : Bangsa Yahudi
membentuk negara Israel.

2. Sakral
Faktor ini dapat berupa agama atau ideologi yang
dianut/diakui oleh masyakat bersangkutan. Contoh : Agama
Katolik mampu membentuk beberapa negara di Amerika
Latin, Uni Soviet diikat oleh kesamaan ideologi
komunisme,dll.

3. Tokoh
Kepemimpinan para tokoh yang di segani dan di
hormati masyarakat (karismatik), dapat menjadi faktor yang
menentukan bangsa negara. Contoh : Mahatma Ghandi di
India, Yoseph Broz Tito di Yugoslavia, Nelson Mandela di
Afrika Selatan, dan Dr.Ir Sukarno ( Bung Karno) di
Indonesia.

4. Sejarah
Persepsi yang sama tetang pengalaman masa lalu
yang menderita akibat penjajahan menimbulkan perasaan
senasib sepenanggungan dan solidarita keluarga masyarakat,
sehingga melahirkan tekat dan tujuan untuk membentuk
negara. Contoh : Indonesia.

5. Bhineka Tunggal Ika


Kesediaan warga masykarakat untuk bersatu dalam
perbedaan (Unity in diversity) tanpa menghilangkan
keterkaitanna pada suku bangsa, adat isitadat, ras ,dan agama,
7

dapat membentuk organisasi besar berupa negara. Contoh:


Republik Indonesia.

6. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (Industrialisasi) akan
melahirkan spesialisasi pekerjaan dan profesi sesuai dengan
aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan
variasi keutuhan masyarakat, semakin saling bergantung
diantara jenis pekerjaan, dan akan semakin besar soidaritas
dan persatuan dalam masyarkat. Contoh : negara-negara di
Amerika Utara dan Eropa Barat.

7. Kelembagaan
Kerja dan perilaku lembaga pemerintahan dan politik
yang baik, yang memepertemukan dam melayani warga tanpa
membeda-bedakan asal usul, suku,agama, ras, dan lain- lain
dapat mempersatukan orang-orang sebagai pemersatu bangsa.

Bedasarkan parameter sosiologi, faktor-faktor pembentuk identitas


nasional menurut Srijanti (2009) adalah :

1. Suku bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus dan bersifat


askriptif (ada sejak lahir) yang sama coraknya dengan golongan
umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
terdiri dari banyak suku bangsa (kurang lebih 300) dan setiap
suku bangsa memiliki adat isitiadat, tata kelakuan, dan norma
yang berbeda-beda, tetapi terintegrasi dalam suatu negara
indonesia.
2. Kebudayaan ,yang menurut ilmu sosiologi termasuk
didalamnya adalah ilmu pengatahauan, teknologi, bahasa,
kesenian, mata pencaharian, peralatan atau perkakas,kesenian ,
sistem kepercayaan, adat isitiadat, dll. Kebudayaan sebagai
8

parameter identitas nasional harus yang merupakan milik


bersama (bukan individu atau pribadi).
3. Bahasa, yang merupakan keistimewaan manusia dalam
berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa memiliki simbol
yang menajadikan suatu perkataan mampu melambangkan arti
apapun.
4. Kondisi Geografis, yang menunjukan lokasi negara dalam
kerangka ruang, tempat dan waktu, sehingga menjadi jelas
batas-batas wilayahnya dimuka bumi.

3. Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional


Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat,
ciri khas, serta keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan
oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional
tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukug kelahiran identitas
nasional bangsa Indonesia bangsa indonesia meliputi:
1. Faktor Objektif
Faktor objektif sendiri meliputi geografis, eksologis,
dan demografis. Kondisi geografi-ekologis yang membentuk
indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan
terletak di persimpangan jalan komunikasi antar wilayah dunia
di asia tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan
demografis, ekonomis, sosial, dan kultural bangsa indonesia.

2. Faktor Subjektif
Faktor subjektif meliputi faktor historis, sosial, politik,
dan kebudayaan yang dimiiki bangsa indonesia. Faktor historis
ini mempengaruhi proses pembentukan masyrakat dan bangsa
indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai
faktor yang terlibat didalamnya. “Pendidikan
Kewarganegaraan” Wahyu Widodo, Budi Anwari & Maryanto
(2015:10)
9

4. Unsur-Unsur Identitas Nasional


Identitas nasional Indonesia merujuk padasuatu bangsa
yang majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan unsur-
unsur pembentuk identitas, yaitu sebagai berikut :

1. Suku Bangsa
Golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak
lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis
kelammin. Di Indonesia terdapat anyak sekali suku bangsa
atau kelompok etnis dengan tidak kurang tiga ratus dialek
bahasa.

2. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis.
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara
adalah agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan
Kon Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak
diakui sebagai agama resmi negara, namun sejak pemerintahan
Presiden Abdurrahman Wahid, istila agama resmi negara
dihapuskan.

3. Kebudayaan
Pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan
yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya
untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi
dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak
(dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai
dengan lingkungan yang dihadapi.

4. Bahasa
10

Unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa


dipahami dengan sistem perlambang yang secara arbiter
dibentuk atas unsr-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan
sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur identitas nasional tersebut di atas, dapat


dirumuskan pembagiannya menjadi tiga bagian berikut.

1. Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan


falsafah bangsa dasar negara, dan ideologi negara.

2. Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata


perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera
Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.

3. Identitas Alamiah, Yaitu meliputi negara kepulauan


(archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya dan
agama serta kepercayaan (agama). “Cerdas, Kritis, Dan Aktif
Berwarganegara” Heri Herdiawanto & Jumanta Hamdayama
(2010:37)

5. Parameter Identitas Nasional

Parameter identitas nasional adalah suatu ukuran atau


patokan yang dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu yang
menjadi ciri khas suatu bangsa. Sesuatu yang diukur adalah unsur
suatu identitas seperti kebudayan yang menyangkut norma, adat,
dan teknologi, sesuatu yang alami atau ciri yang sudah terbentuk
seperti geografis.

Identitas nasional memiliki indikator sebagai berikut:


11

1. Identitas nasional menggambarkan pola prilaku yang


terwujud melalui aktifitas masyarakat sehari-harinya.
Identitas ini menyangkut adat istiadat, tata kelakuan, dan
kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada kedua orang tua,
dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional
yang bersumber dari adat istiadat dan tata kelakuan.

2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan


secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa.
Lambang-lambang negara ini biasanya dinyatakan dalam
undang-undang seperti Garuda Pancasila, bendera, bahasa,
dan lagu kebangsaan.

3. Alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk


mencapaitujuan seperti bangunan, teknologi, dan peralatan
manusia. Identitas yang berasal dari alat perlengkapan ini
seperti bangunan yang merupakan tempat ibadah
(Borobudur, Prambanan, masjid, dan gereja), peralatan
manusia ( pakaian, adat,teknologi bercocok tanam), dan
teknologi ( pesawat terbang, kapal laut, dan lain-lain)

4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang


bersumber dari tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap
seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu,
seperti di indonesia dikenal dengan bulutangkis.
“Pendidikan Kewarganegaraan” Wahyu Widodo, Budi
Anwari & Maryanto (2015:9)

6. Keterkaitan Globalisasi Dengan Identitas Nasional


a. Globalisasi
Adanya era globalisasi dapat berpengaruh terhadap
nilai-nilai budaya Indonesia. Era globalisasi tersebut telah
12

datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai


tersebut bersifat positif dan negatif. Ini semua merupakan
ancaman,tantangan,dan sekaligus sebagai peluang bagi
bangsa Indonesia untuk berinovasi di segala aspek
kehidupan.

Di era globalisasi,pergaulan antar bangsa semakin


ketat. Batas antar negara hampir tidak ada artinya. Batas
wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan
antar bangsa yang semakin kental itu akan terjadi proses
alkulturasi,saling meniru dan mempengaruhi antara budaya
masing-masing. Hal yang perlu kita cermati pada proses
akulturasi tersebut adalah apakah proses tersebut dapat
melunturkan tata nilai yang merupakan jati diri bangsa
Indonesia. Lunturnya tata nilai tersebut biasanya ditandai
oleh dua faktor berikut.

1. Semakin menonjolnya sikap idividualitis, yaitu


mengtamakan kepentingan pribadi di atas
kepentingan umum. Hal ini bertentangan dengan
atas gotong-royong.
2. Semakin menonjolnya sikap materialisme yang
berarti harkat dan martabat kemanusiaan hanya
diukur dari hasil atau keberhasilan seseorang
dalam memperoleh kekayaan. Hal ini bisa
berakibat bagaimana cara memperolehnya
menjadi tidak dipersoalkan lagi. Bila hal ini
terjadi,berarti etika dan moral telah
dikesampingkan.

Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan


akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing yang negatif
semakin besar. Apabila peroses ini tidak segera
dibendung,akan berakibat lebih serius yang pada
13

puncaknya mereka tidak bangga kepada bangsa dan


negaranya.

Pengaruh negatif akibat proses akulturasi tersebut


dapat merongrong nilai-nilai yang telah ada di dalam
masyarakat kita. Jika semua ini tidak dapat dibendung,hal
tersebut akan mengganggu ketahanan di segala aspek
bahkan mengarah kepada kredibilitas sebuah ideologi.
Untuk membendung arus globalisasiyang sangat deras
itu,kita harus berupaya menciptakan suatu kondisi
(konsepsi) agar ketahanan nasional dapat terjaga dengan
cara membangun sebuah konsep nasionalisme kebangsaan
yang mengarah kepada konsep identitas nasional.

b. Keterkaitan Globalisasi Dengan Identitas Nasional

Dengan adanya globalisasi intensitas hubungan


masyrakat antara satu negara dengan negara lain menjadi
semakin tinggi. Dengan demikian, Kecenderungan
kemunculan kejahatan yang bersifat nasional menjadi
semakin terjadi kejahatan tersebut anatara lain terkait
dengan masalah narkotika, pencucian uang, peredaran
dokumen keimigrasian palsu, dan terorisme, masalah-
masalah tersebut berpengaruh terhadap nilai-nilai bangsa
yang selama in dijunjung tinggi menjadi memudar. Hal ini
ditunjukan dengan semakin merajalelanya peredaran
narkotika dan psikotropika yang sangat merusak
kepribadian dan moral bangsa, khususnya bagi penerus
generasi bangsa, jikah hal tersebut tidak dapat di bendung,
hal tersebut akan mengaganggu ketahanan nasional disegala
aspek kehidupan, bahkan akan menyebabkan lunturnya
nilai-nilai Identitas Nasional.
14

7. Keterkaitan Integrasi Nasional Indonesia Dan Identitas


Nasional

Masalah integrasi nasional di indonesia sangat kompleks


dan multidimensi. Untuk mewujudkannya, diperlukan keadilan
dan kebijakan yang di terapkan oleh pemerintah dengan tidak
membedan ras,suku, agama, bahasa dan sebagainya. sebenarnya
dengan melakukan upaya keadilan, persatuan, dan kesatuan
merupakan bagian upaya membangun dan membina stabilitas
politik, disamping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan
dalam mencantumkan komposisi dan mekanisme parlemen.

Dengan demikian, upaya integrasi nasional dengan strategi


yang mantap terus dilakukan agar terwujud integrasi bangsa
indonesia yang diinginkan, upaya pembangunan dan pembinaan
integrasi nasional ini diperlukan karna pada hakikatnya integrasi
nasional tidak lain menunjukan tingkat kuatnya tingkat kesatuan
dan persatuan yang diinginkan. Pada akhinya kesatuan dan
persatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya
negara yang makmur,aman, dan tentram . jika melihat konflik yang
terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat, dan Papua, hal tersebut
merupakan cerminan belum terjadinya integritas nasional yang di
harapkan. Sementara ini, Kaitannya dengan identitas nasional
adalah adanya integrasi nasional yang dapat menguatkan akar
identitas nasional yang sedang dibangun.

8. Paham Nasionalisme Kebangsaan


a. Paham Nasionalisme Kebangsaan

Dalam perkembangan peradaban manusia, interaksi


sesama manusia berubah menjadi bentuk yang lebih
kompleks dan rumit. Dimulai dari tumbuhnya kesadaran
15

untuk menentukan nasib sendiri di kalangan bangsa-bangsa


yang tertindas kolonialisme dunia,dalam situasi
perjuanganperebutan kemerdekaan, dibutuhkan suatu
konsep sebagai dasar pembenaran rasional dari tuntutan
terhadap penentuan nasib sendiri yang dapat mengikat
keikutsertaan semua orang atas nama sebuah bangsa. Dasar
pembenaran tersebut, selanjutnya mengkristal dalam
konsep paham ideologi kebangsaanyang biasa disebut
dengan nasionalisme. Dari sanalah kemudian lahir konsep-
konsep turunannya seperti bangsa (nation),negara (state),
dan gabungan keduanya yang menjadi konsep negara-
bangsa (nation-state) sebagai komponen-komponen yang
membentuk identitas nasional atau kebangsaan. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa Paham Nasionalisme
atau Paham Kebangsaan adalah sebuah situasi kejiwaan di
mana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung
kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa.
Munculnya nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat
perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkraman
kolonial. Semangat nasionalisme dihadapkan secara efektif
oleh para penganutya dan dipakai sebagai metode
perlawanan dan alat identifikasi untuk mengetahui siapa
kawan dan lawan.

Secara garis besar, terdapat tiga pemikiran besar


tentang nasionalisme di Indonesia yang terjadi pada masa
sebelum kemerdekaan, yaitu paham ke-Islaman, Marxisme,
dan Nasionalisme Indonesia. Sejalan dengan naiknya
pamor Soekarno dengan menjadi Presiden Pertama RI,
kecurigaan di antara para tokoh pergerakan yang telah
tumbuh di saat-saat menjelang kemerdekaan berkembang
menjadi pola ketegangan politik yang lebih permanen
antara negara melalui figur nasionalis Soekarno di satu sisi
16

dengan para tokoh yang mewakili pemikiran Islam (sebagai


agama terbesar pemeluknya di Indonesia) dan Marxisme di
sisi yang lain.

b. Paham Nasionalisme Kebangsaan sebagai paham yang


Mengantarkan Pada Konsep Identitas Nasional

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan


terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama
merebut kemerdekaan dari cengkraman kolonial. Semangan
nasionalisme dihadapkan secara efektif oleh para
penganutnya dan dipakai sebagai metode perlawanan,
seperti yang disampaikan oleh Larry Diamond dan Marc F.
Plattner, para penganut nasionalisme dunia ketiga yang
secara khas menggunakan retorika antikolonialisme dan
antiimperalisme. Para pengikut nasionalisme tersebut
berkeyakinan bahwa persamaan cita-cita yang mereka
miliki dapat diwujudkan dalam sebuah identitas politik atau
kepentingan bersama dalam bentuk sebuah wadah yang
disebut bangsa. Dengan demikian, bangsa atau nation
merupakan suatu wadah yang di dalamnya terhimpun
orang-orang yang mempunyai persamaan keyakinan dan
persamaan lain yang mereka miliki seperti ras, etnis,
agama, bahasa, dan budaya. Unsur persamaan tersebut
dapat dijadikan sebagai identitas polotok bersama atau
untuk menentukan tujuan organisasi politik yang dibangun
berdasarkan geopolitik yang terdiri atas populasi, geografis,
dan pemerintahan yang permanen yang disebut negara atau
state.

Nation-state atau negara-bangsa merupakan sebuah


bangsa yang memiliki bangunan politik seperti ketentuan-
ketentuan perbatasan teritorial, pemerintahan yang sah,
17

pengakuan luar negeri, dan sebagainya. Munculnya paham


nasionalisme atau kebangsaan Indonesia tidak bisa
dilepaskan dari situasi sosial politik dekade pertama abad
ke-20. Pada waktu itu semangat menentang kolonialisme
Belanda mulai bermunculan di kalangan pribumi. Cita-cita
bersama untuk merebut kemerdekaan menjadi semangat
umum di kalangan tokoh-tokoh pergerakan nasional untuk
memformulasikan bentuk nasionalisme yang sesuai dengan
kondisi masyarakat Indonesia.

Paham Nasionalisme di Indonesia yang


disampaikan oleh Soekarno yang disuarakan adalah bukan
nasionalisme yang berwatak sempit, tiruan dari barat, atau
berwatak chauvinism. Nasionalisme ang dikembangkan
Soekarno bersifat toleran, bercorak ketimuran, dan tidak
agresif sebagaimana nasionalisme yang dikembangkan di
Eropa. Selain mengungkapkan keyakinan watak
nasionalisme yang penuh nilai nilai kemanusiaan, juga
meyakinkan pihak-pihak yang berseberangan pandangan
bahwa kelompok nasional dapat bekerja sama dengan
kelompok manapun, baik golongan Islam maupun Marxis.
Sekalipun Soekarno seorang Muslim, ia tidak sekedar
mendasarkan pada perjuangan Islam. Menurutnya,
kebijakan ini merupakan pilihan terbaik bagi kemerdekaan
maupun masa depan seluruh bangsa Indonesia. Semangat
nasionalisme Soekarno tersebut mendapat respons dan
dukungan luas dari kalangan intelektual muda didikan
Barat, seperti Syahrir dan Mohammad Hatta yang
kemudian semain berkembang paradigmanya sampai
sekarang dengan mnculnya konsep identitas nasional
sehingga bisa dikatakan bahwa paham nasionalisme atau
kebangsaan disini merupakan refleksi identitas nasional.
18

Hal yang diperhatikan di sini adalah adanya


perdebatan panjang tentang paham nasionalisme
kebangsaan dimana mereka mempunyai kesepakatan
perlunya paham nasionalisme kebangsaan, namun dalam
konteks yang berbeda mengenai masalah nilai atau watak
nasonalisme Indonesia.

9. Revitalisasi Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas


Nasional
a. Revitalisasi Pancasila
Revitalisasi pancasila sebagai mana manifestasi
identitas nasional pada gilirannya harus diarahkan juga
pada pembinaan dan pembangunan moral sedemikian rupa
sehinggga moralitas pancasila dapat dijadikan dasar dan
arah dalam upaya untuk mengatasi krisis dan disintegrasi
yang cenderung sudah menyentuh semua segi dan sendi
kehidupan, dan harus kita sadari bahwa moralitas pancasila
kan menjadi tanpa makna dan bahkan menjadi sebuah
“karikatur” apabila tidak disertai dukungan suasana
kehidupan dibidang hukum secara kondusif. Antara
moralitas dan hukum memang terdapat korelasi yang
sangat erat, dalam arti bahwa moralitas yang tidak
didukung oleh kehidupan hukum yang kondusif bersifat
subjektif yang satu sama lain akan saling berbenturan.
Sebaliknya ketentuan hukun yang disusuan tanpa disertai
dasar dan alasan moral akan melahirkan suatu legalisasi
yang terperesif, kontraproduktif, dan bertentangan dengan
nilai-nilai pancasila itu sendiri.
Dalam merevitalisasi pancasila sebagai manifestasi
identitas nasional, penyelenggaraan pendidikan
kewarganegaraan hendaknya dikaitkan dengan wawasan
berikut .
19

1) Spiritual : untuk meletakan landasan etika, moral,


religiusitas, sebagai dasar dan arah pengembangan
suatu profesi
2) Akademis : untuk menunjukan bahwa pendidikan
kewarganegaraan merupakan aspek being yang tidak
kalah pentingnya, bahkan lebih penting dari pada aspek
having dalam rangka penyiapan sumber daya manusia
yang bukan sekedar instrumen, melainkan subjek
pembaharuan dan penceharahan.
3) Kebangsaan : untuk menumbuhkan kesadaran
nasionalismenya agar dalam pergaulan antar bangsa,
tetap setia kepada kepentingan bangsanya, bangga, dan
respek kepada jati diri bangsanya yang memiliki
ideologi sendiri.
4) Mondial : untuk menyadarkan bahwa manusia dan
bangsa di masa ini siap menghadapi dialektikanya
perkembangan dalam masyarakat dunia yang terbuka.
Mampu segera beradaptasi dengan perubahan yang
terus menerus terjadi dengan cepat dan mampu pula
mencari jalan keluarnya sendiri dalam mengatasi
tantangan yang dihadapi sebab dampak dan pengaruh
perkembangan iptek bukan lagi hanya sekedar sarana,
melaikan telah menjadi sesuatu yang subtansif yang
dalam kehidupan umat manusia bukanhanya sebagai
tantangan, melaikan juga peluang untuk berkarya.

b. Pemberdayaan Identitas Nasional

Dalam rangka memperdayaan identitas nasional


kita, perlu di tempuh upaya melalui revitalisasi pancasila.
Revitalisasi sebagai manifesatsi identitas nasional
smengandung makna bahwa pancasila harus kita letakan
dalam keutuhannya.Dalam pembukaan, serta eksprolasikan
20

dimensi-dimensi yang melekat padanya meliputi, sebagai


berikut .

1) Realitas : dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung


didalamnya dikonsenasikan sebagai cerminan kondisi
objektif yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat.
2) Idealis : dalam arti bahwa idealisme yang terkandung
didalamnya bukanlah sekedar utopia tanpa makna,
melainkan diobjekan sebagai “kata kerja” untuk
membangkitkan gairah dan optimisme para warga
masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif,
menuju hari esok yang lebih baik,melalui seminar atau
gerakan dengan tema “Revitalisasi Pancasila”
3) Fleksibilitas : dalam arti bahwa pancasila bukanlah
barang yang jadi yang sudah selesai dan
“Tetutup”,kemudian menajadi sesuatu yang sakral
melaikan terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk
memenuhi kebutuhan zaman yang terus menerus
berkembang. Dengan demikian , tanpa mengurangi
nilai hakikinya, pancasilatetap menjadi
aktual,relevan,serta fungsional sebagai tiang-tiang
penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan
jiwa dan semangat Bhineka Tunggal Ika, sebagaimana
dikembangkan di Pusat Studi Pancasila (UGM) dan
Laboratorium Pancasila (Universitas Negeri Malang)

Dengan demikian, agar identitas nasional dapat dipahami


oleh masyarakat sebagai penerus tradisi seperti dengan
nilai-nilai yang diwariskan oleh nenek moyang kita,
pemberdayaan nilai nilai ajarannya harus bermakna,dalam
arti relevan dan fungsional bagi kondisi aktual yang sedang
berkembang dalam masyarkat. Perlu kita sadari bahwa
21

umat manusia masa kini hidup di abad XXI, yaitu zaman


baru juga sarat dengan nilai nilai baru yang tidak saja
berbeda ,tetapi juga bertentangan dengan nilai nilai lama
sebagai mana diwariskan oleh nenek moyang dan di
kemabangkan para pendiri negara kita. Abad XXI sebagai
zaman baru mengandung arti sebagai zaman dimana umat
manusia semakin sadar untuk berfikir dan bertindak secara
baru.

Dengan kemampuan refleksinya manusia


menjadikan rasio sebagai mitos dan juga sebagai sarana
yang andal dalam bersikap dan juga bertindak untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan. Kesahihan tradisi ,dan juga nilai nilai spiritual
yang dianggap sakral kini dikritisi dan dipertanyakan
bedasarkan visi dan harapan tentang masa depan yang lebih
baik. Nilai-nilai budaya yang diajarkan oleh nenek moyang
kita tidak hanya kita warisi sebagai barang sudah “Jadi”
yang berhenti dalam kebekuan normatif dan juga nostalgia,
melaikan juga harus diperjuangkan dan terus menerus harus
kita tumbuhkan dalam dimensi ruang dan waktu yang terus
berkembang dan berubah.

Dalam kondisi kehidupan bermasyarakat dan


berbangsa yang sedang dilanda oleh arus krisis dan
disentegrasi, pancasila tidak terhidar dari berbagai macam
gugatan, sinisme, serta pelecehan terhadap kredibilitas
dirinya sebagai dasar negara atau pun sebagai manifestasi
identitas nasional. Namun demikian,harus segera sadari
bahwa tanpa suatu platform dalam format dasar negara
atau ideologi , mustahil suatu bangsa akan dapat bertahan
dalam mengahadapi berbagi tantangan dan ancaman yang
22

menyertai derasnya arus globalisasi yang melanda


keseluruh dunia .

Melalui revitalisasi pancasila sebagai wujud


pemberdayaan identitas nasional inilah, identitas nasional
dalam alur rasional-akademis tidak saja segi tekstual ,
melaikan juga segi kontekstualnya dieksplorasi sebagai
referensi kritik sosial terhadap berbagai penyimpangan
yang melanda masyarakat kita dewasa ini. Untuk
membentuk jati diri, nilai-nilai yang ada tersebut harus
digali dulu, misalnya nilai-nilai agama yang datang dari
tuhan, dan nilai-nilai lainya yaitu gotong royong ,persatuan,
kesatuamn, sikap saling menghargai dan menghormati . hal
ini sangat berarti dalam memperkuat rasa nasionalisme
bangsa. Dan saling mengerti antara satu dengan yang
lainnya , secara langsung akan memperlihatkan jati diri
bangsa kita yang akhirnya mewujudkan identitas nasional
kita.

Sementara itu, untuk mengembangakan jati diri


bangsa, dimulai dari nilai-nilai yang harus dikembangakan,
yait\u nilai-nilai kejujuran ,keterbukaan, berani mengambil
resiko, bertanggung jawab apa yang telah diperbuat ,
adanya kesepakatan dan berbagi terhadap sesama . untuk itu
,perlu dipejuangkan dan ketekunan untuk menyatukan nilai
,cipta ,rasa ,dan karsa itu. (soedarsono,2003).

Disinilai letak arti pentingnya penyelenggaraan


pendidikan kewarganegaraan dalam kerangka pendidikan
tinggi untuk mengembangkan dialog budaya, dan budaya
dialog mengantarkan generasi penerus yang sadar dan
terdidik dengan wawasan nasional yang tmenjangkau jauh
kemasa depan , pendidikan kewarganegaraan harus kita
menfaatkan untuk mengambilkan identitas nasional kita,
23

yang didalam pergaulan antar bangsa dahulu kita dikenal


sebagai bangsa yang paling “halus” atau “sopan dimuka
bumi”/“het zachste volk ter aarde”.(koento wibisono:2005).

Nilai niali budaya tersebut mempunyai asumsi dasar


bahwa menjadi bangsa indonesia tidak sekedar masalah
kelahiran saja ,tetapi juga sebuah pilihan yang rasional dan
emosional yang otonom. “Cerdas, Kritis, Dan Aktif
Berwarganegara” Heri Herdiawanto & Jumanta
Hamdayama (2010:43)

B. Sejarah Budaya Bangsa Sebagai Akar Identitas Nasional


Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang
cukup panjang. Berdasarkan kenyataan objektif tersebut maka untuk
memahami jati diri bangsa Indonesia serta identitas nasional Indonesia
maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-akar budaya yang mendasari
identitas nasional Indonesia. Kepribadian, jati diri, serta identitas nasional
Indonesia yang dirumuskan dalam filsafat pancasila harus di lacak dan
dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa Indonesia sejak zaman
kutai, sriwijaya, mahapahit serta kerajaan lainnya sebelum penjajahan
bangsa asing di indonesia.
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila yaitu :
1. Ketuhanan
2. Kemanusiaan
3. Persatuan
4. Kerakyatan
5. Keadilan

Dalam kenyataan secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia


sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Proses terbentuknya
bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV, ke-V
24

kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada


abad ke-VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan sriwijaya dibawah wangsa
Syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di
Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya. proses terbentuknya
nasionalisme yang berakar pada budaya ini menurut Yamin diistilahkan
sebagai fase terbentuknya nasionalisme lama, dan oleh karena itu sescara
objektif sebagai dasar identitas nasionalisme Indonesia.

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin


dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang
dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908,
kemudian dicetuskan pada sumpah pemuda pada tahun 1928. Akhirnya
titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan
identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa dan negara
Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian
diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia

Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia yang


berkembang dalam perpektif sejarah sekaligus juga unsur-unsur identitas
nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah
terbentuknya bangsa Indonesia. “Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi” Prof.Dr.H.Kaelan, M.S., Drs.H.Achmad Zubaidi, M.Si.
(2015:53)

C. Pemberdayaan Identitas Nasional


Pemberdayaan Identitas Nasional diperlukan untuk membentengi
dan dan tetap terjaganya identitas nasional itu sendiri agar tidak luntur,
tetap tertanam dalam sanubari anak bangsa, tetap dipertahan kanmenjadi
kesadaran setiap anak bangsa juga pelaksanaan pemerintahan negara,
terlebih di era sekarang ini. Di mana “Situasi kondisi yang terjadi saat ini
menunjukan krisis berbagai dimensi (multidimensi)”. Berkembangnya
proses globalisasi yang melahirkan neoliberalisme dan kapitalisme. Hal ini
dimulai dengan kesepakatan melalui konferensi internasional: WHO,
APEC, AFTA dan bentuk kesepakatan yang lain yang berhubungan
25

dengan perekonomian, social, dan politik yang dapat menindas masyarakat


yang lemah baik darii segi ekonomi, social, politik (bandingkan Koento
WS, I, 2008).
Dalam hal ini Koentomengatakan bahwa kondisi tersebut
merupakan tantangan eksternal. Sementara tantanga internal berasal dari
dalam Indonesia sendiri berupa kekuasaan semasa Soeharto dengan slogan
menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa melalui pendekatan sekuriti
memasung hak-hak kontitusional rakyat melalui berbagai kebijaksanaan
yang bertentangan dengan kondisi kontitusi itu sendiri. Nada kekuasaan
demikian bisa saja terjadi tidak saja pada masa Soeharto yang melahirkan
apatisme bangsa yang bisa berkembang sampai pada puncak kesabaran
rakyat yang berkoinsidensi dengan korupsi dan kolusi serta nepotisme di
segala lapisan birokrasi, maka ettos keadilan dan kebebasan merupakan
kekuatan moral untuk mematahkan belenggu kekuasaan yang merampas
hak-hak asasi yang merupakan milik kodrati setiap warga, karenanya
tantangan demikian perlu diwaspasaikarena datang dari dalam negeri
sendiri seringkali kurang terasa dan kurang disadari (Koento WS, I, 2008).
Ancaman dari dalam yang saat ini konkrit nyata didepan mata kita yang
potensial memicu konflik yang melumturka identitas dan jati diri bangsa
Indonesia adalah kemajemukan/pluralitas baik agama, keyakinan dan suku
bangsa.fakta menunjukan seolah bangsa majemuk ini tidak siap untuk
hidup dalam kemajemukan terbukti dengan adanya peristiwa yang
menyangkut perbedaan agama dan keyakinan.hal ini merupakan aspek
yang paling sensitif bagi bangsa Indonesia. Untuk itu pemahaman terhadap
aspek agama dan keyakinan perlu ada pemberdayaan. Agar tidak
merugikan bangsa Indonesia sendiri.
Tantangan tersendiri terhadap identitas nasional adalah globalisasi.
Kata ‘globalisaasi’ diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal (menyeluruh). Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan,
kecuali sekedar definisi kerja, sehingga tergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial atau
proses sejarah atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa
26

dan Negara didunia terikat satu sama lain, mewujudkan tatanan suatu
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-
batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Globalisasi hampir mempengaruhi semua aspek yang ada di
masyarakat, temasuk diantaranya aspek budaya yang mempengaruhi
identitas bangsa. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya budaya dan
nilai nilai tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya universal).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada
awal abad20-1n dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak
media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama berkomunikasi
antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa
mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan
globalisasi kebudayaan. Ciri-ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan :
1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasiaonal.
2. Penyebaran prinsip multi kebudayaan dan kemudahan akses
sesuatu individu terhadap kebudayaan lain diluar kebudayaannya.
3. Berkembangnya turis dan pariwisata.
4. Semakin banyaknya imigrasi (perpindahan) penduduk dari suatu
Negara ke Negara yang lain.
5. Berkembangnya mode (gaya hidup) yang berskala global.
6. Semakin banyaknya event-event berskala global. “Pendidikan
Kewarganegaraan” Sri Harini Dwiyatmi (2012:104)

Minto Rahayu (2007) menyatakan bahwa pemberdayaan identitas


nasional dapat dilakukan melalui revitalisasi pancasila yang mengandung
dimensi-dimensi :
1. Realitas,bahwa nilai-nilai yang dikandung pancasila bersifat
obyektif dapat tumbuh dan berkembang (dinamis) di tengah
masyarakat, sehingga memahami pancasila haruslah kontektual.
2. Idealitas, bahwa idealism yang dikandung pancasila bukan sekedar
utopis tanpa makna melainkan nyata untuk membangkitkan
semangat dan optimism dalam menjalani masa depan.
27

3. Fleksibilitas, pancasila terbbuka terhadap tafsir tafsir baru untuk


memenuhu kebutuhan perkembangan, maka pancasila akan tetap
actual, relevan, serta fungsional dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara Indonesia yang pliral dan majemuk ini.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa identitas nasional


merupakan proses penerusan nilai-nilai luhur yang diwariskan dan
diajarkan nenek moyang kita dengan kemungkina untuk memahaminya
secara kontektual tanpa menghilangkan nilai luhurnya yang digali dan
dipahami pada masa lampau namun tetap kontektual, sehingga diperlukan
kemampuan berpikir dan bertindak untuk mengkritisinya menjadi visi ke
depan agar nilai-nilai tradisi tadi tidak sekadar bermakna dan bersifat
nostalgik normatik tetapi sebagai visi bangsa Indonesia dalam kehidupan
yang terus berubah.
Mengenai pemberdayaan identitas nasional Koento menyebutnya
sebagai aktualisasi pengembangan melalui revitalisasi pancasila, beliau
menyatakan dengan mengutip pasal 32 UUD 1945 dan penjelasannya
bahwa pemerintah memajukan kebudayaan Nasional Indonesia dan Negara
menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional: kebudaayan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budaya rakyat Indonesia seluruhnya. “Pendidikan
Kewarganegaraan” Sri Harini Dwiyatmi (2012:105)
28

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses


sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV,
ke-V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad
ke-VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di
Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta
kerajaan-kerajaan lainnya. proses terbentuknya nasionalisme yang berakar pada
budaya ini menurut Yamin diistilahkan sebagai fase terbentuknya nasionalisme
lama, dan oleh karena itu sescara objektif sebagai dasar identitas nasionalisme
Indonesia.

Tantangan eksternal berhubungan dengan perekonomian, social, dan


politik yang dapat menindas masyarakat yang lemah baik dari segi ekonomi,
sosial, politik. Sedangkan tantangan internal berasal dari dalam Indonesia sendiri.
Ancaman dari dalam yang saat ini konkrit nyata didepan mata kita yang potensial
memicu konflik yang melunturkan identitas dan jati diri bangsa Indonesia adalah
kemajemukan/pluralitas baik agama, keyakinan dan suku bangsa. Fakta
menunjukan seolah bangsa majemuk ini tidak siap untuk hidup dalam
kemajemukan terbukti dengan adanya peristiwa yang menyangkut perbedaan
agama dan keyakinan.hal ini merupakan aspek yang paling sensitif bagi bangsa
Indonesia.
29

Daftar Pustaka

Widodo, Wahyu, Anwari,Budi, Maryanto (2015).Pendidikan Kewarganegaraan.


Yogyakarta.CV.Andi Offset.

Kaelan, Zubaidi, Achmad (2015).Pendidikan Kewarganegaraan.


Yogyakarta.Paradigma.

Herdiawanto, Heri, Hamdayama, Jumanta (2010).Cerdas, Kritis, Dan Aktif


Berwarganegara.Jakarta. Erlangga.

Dwiyatmi, Sri Harini (2012).Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta.Pustaka


Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai