Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB

Disusun Oleh :Andika Prabawa (912200022)

Dosen Pengampun :

Fabianus Fensi, S.Fil., M.I.Kom

Program Studi Agama & Etika

Universitas Bunda Mulia


PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Dalam arti luas kebebasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
menyangkut semua urusan mulai dari sekecil-kecilnya sampai sebesar-
besarnya sesuai keinginan, baik individu maupun kelompok namun tidak
bertentangan dengan norma-norma, aturan-aturan, dan perundang-
undanganyang berlaku.Ada dua kelompok ahli teologi yang
mengungkapkan tentang masalah kebebasan atau kemerdekaan
menyalurkan kehendak.

Pertama kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak


bebas dan merdeka untuk melakukan perbuatannya menurut kemauannya
sendiri. Kedua kelompok yang berpendapat bahwa manusia tidak memiliki
kebebasan untuk melaksanakan perbuatannya. Mereka dibatasi dan
ditentukan oleh Tuhan.(Prof. Dr Driyakara)

Manusia dituntut tanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan-perbuatannya


yanglalu sebagai faktor-faktor kehidupan yang lalu dan juga perbuatan-
perbuatannyayang dilakukannya sekarang sebagai faktor kehidupan
sekarang. Manusia adalaharsitek sekaligus penanggung jawab tunggal atas
kehidupannya sendiri.

Kesadaran ini  menuntut  manusia  untuk membawa  dirinya  dengan 


penuh  ketekunan  dankeuletan dalam mencapai keberhasilan dan
kebahagiaan.Kemampuan    manusia   adalah   akumulasi   dari  
perjuangannya   dalammenghadapi   tantangan   kehidupan.   Pilihan  
manusia   satu-satunya   adalahmempersiapkan dirinya dengan
menumbuhkan sikap mental dan perbuatan yangbenar untuk
membangkitkan kemampuan dari dalam dirinya sendiri.

Sebenarnya tidak ada manusia yang tidak tahu apa itu kebebasan,
karenakebebasan merupakan kenyataan yang akrab dengan kita semua.

Dalam arti luas kebebasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
menyangkut semua urusan mulai dari sekecil-kecilnya sampai sebesar-
besarnya sesuai keinginan, baik individu maupun kelompok namun tidak
bertentangan dengan norma-norma, aturan-aturan, dan perundang-
undanganyang berlaku.Ada dua kelompok ahli teologi yang
mengungkapkan tentang masalah kebebasan atau kemerdekaan
menyalurkan kehendak.

Pertama kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak


bebas dan merdeka untuk melakukan perbuatannya menurut kemauannya
sendiri. Kedua kelompok yang berpendapat bahwa manusia tidak memiliki
kebebasan untuk melaksanakan perbuatannya. Mereka dibatasi dan
ditentukan oleh Tuhan.(Prof. Dr Driyakara)

1.2       Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat ditarik suatu rumusan


masalah antara lain adalah sebagai berikut.

1). Apa pengertian kebebasan ?

2). Apa saja jenis-jenis kebebasan?

3). Tantangan terhadap kebebasan

4). Bagaimanakah cara mempertanggung jawabkan kebebasan?

5). Bagaimanakah caranya agar kebebasan tidak lepas kendali?

1.3       Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini antara lain adalah sebagai berikut.

1). Untuk mengetahui pengertian kebebasan ?

2). Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kebebasan?

3). Untuk mengetahui apa saja tantangan terhadap kebebasan

4). Untuk mengetahui bagaimana mempertanggungjawabkan kebebasan

5). Agar dapat mengetahui bagaimanakah cara agar kebebasan tidak lepas
kendali

PEMBAHASAN
2.1      Pengertian Kebebasan

Ada banyak pengertian ‘kebebasan’ dan pengertian yang paling sederhana


dan klasik adalah ‘tidak adanya larangan.’ Meskipun demikian, konsep
dasar ‘kebebasan’ juga harus memperhatikan ‘tidak adanya intervensi’
dari kebebasan yang telah dilakukan tersebut terhadap kebebasan orang
lain. Jadi ada dua kebebasan yang seimbang, yakni bebas untuk melakukan
dan bebas untuk tidak diintervensi oleh tindakan tersebut.

Didalam konteks hubungan antara pemerintah dan warga negara,


kebebasan ini lebih menekankan pada tidak adanya intervensi atau
larangan dari negara terhadap kebebasan warga negaranya. Kebebasan
warga negara tidak boleh diintervensi baik oleh kebijakan yang diambil
oleh pemerintah maupun produk perundang-undangan sekalipun. Praktik-
praktik yang mengandung unsur ‘intervensi’ terhadap kebebasan individu
harus memperhatikan asas proporsionalitas untuk menghindari praktik-
praktik yang diskriminatif. Oleh karena itu,   kebebasan untuk memiliki
semua hak yang telah diatur didalam hak asasi manusia harus diberikan
oleh negara kepada semua individu yang ada didalam wilayah
kedaulatannya.

untuk bebas selama hak-hak tersebut tidak bertentangan dengan larangan


yang ada didalam hukum. Berkaitan dengan pendapat sebelumnya bahwa
larangan atau intervensi hanya boleh dilakukan dengan memperhatikan
asas proporsionalitas dan non diskriminasi.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, kebebasan didalam hak asasi


manusia adalah kebebasan untuk meninggalkan atau mengerjakan sesuatu
hal seperti yang telah diatur didalam instrumen-instrumen internasional
tentang hak asasi manusia. Dalam kaitannya dengan kebebasan beragama,
setiap individu mempunyai kebebasan seperti yang diatur didalam
instrumen internasional seperti hak untuk menganut, berpindah,
mempertahankan atau tidak memeluk suatu keyakinan apapun seperti yang
telah diatur didalam instrumen internasional tentang hak atas kebebasan
beragama.

2.2       Jenis-jenis kebebasan

1)  Kebebasan untuk diterima orang lain (sosial),artinya Kebebasan  yang


tidak menghina dan melampui kebebasan orang lain. Tidak mengambil hak
orang lain dan juga kebebasan yang bertanggung jawab bukan kebebasan
yang seenaknya tanpa aturan.

2)  Kebebasan untuk menentukan diri kita sendiri (eksistensial),artinya


kebebasan seseorang untuk menentukan kegiatan dan perilaku seseorang
dan ambil keputusan dan mengintropeksi diri sendiri untuk menjadi lebih
baik dari sebelum

3) Kebebasan fisik makhluk-makhluk yang berjuang secara sadar (manusia


dan binatang) dan bahkan tumbuh-tumbuhan , meskipun dalam derajat
yang lebih rendah menikmati kebebasan fisik sejauh rintangan-rintangan
eksternal yang bersifat fisik atau material tidak menghalangi makhluk-
makhluk tersebut.

4) Kebebasan Moral, dalam arti luas : Tercapai karena kemampuan untuk


menentukan sendiri sesuatu tanpa di hambat oleh sebab luar misalnya
(ancaman-ancaman) yang bertindak secara batin (interior) pada pikiran
(dengan jalan imajinasi)
Dalam arti sempit : Tercapai karena kemampuan untuk memutuskan sendiri
sesuatu tanpa berpapasan dengan kewajiban yang bertentangan ( misalnya
pergi ke bioskop)

5) Kebebasan Psikologis, tidak mengecualikan tetapi sesungguhnya


mengandaikan pembatasan pembatasan psikis dan kewajiban-kewajiban
moral.Kebebasan ini tercapai karena kemampuan menentukan sendiri
sesuatu tanpa tekanan-tekanan psikis mana pun, yang mendahului
keputusan yang akan memaksa secara jelas kehendak dalam satu jurusan
yang sudah di tentukan.

6) Kebebasan yang dapat dimengerti, tercapai karena fakta bahwa


kehendak, yang tidak tergantung pada semua pengaruh dorongan indera,
ditentukan oleh akal budi murni belaka.Sejauh ditentukan oleh akalbudi
murni sendiri, kehendak menaati imperatif kategoris dan karenanya secara
niscaya merupakan kehendak moral. Dalam dunia yang tampak kehendak
mampu menjadi efektif (Inilah satus-atunya postulat akalbudi praktis)
karena kausalitasnya yang dapat dimengerti seakan-akan berdiri didalam
hubungan diagonal dengan serangkaian penampakan kausal yang niscaya.  

7) Kebebasan Eksistensial, kebebasan yang menyeluruh yang menyangkut


seluruh pribadi manusia dan tidak terbatas pada salah satu aspek saja.
Kebebasan ekstensial adalah kebebasan tertinggi. Kebebasan ekstensial
adalah konteks etis. Kebebasan ini terutama merupakan suatu ideal atau
cita-cita yang bisa memberi arah dan makna kepada kehidupan manusia.

8) Kebebasan Yuridis, kebebasan ini berkaitan dengan hukum dan harus


dijamin oleh hukum. Kebebasan yuridis merupakan sebuah aspek dari hak-
hak manusia. Sebagaimana tercantum pada Deklarasi Universal tentang
Hak-hak Asasi Manusia (HAM), yang dideklarasikan oleh PBB tahun 1948.

9) Kebebasan Sosial Politik, dalam perspektif etika, kebebasan juga bisa


dibagi antara kebebasan sosial-politik dan kebebasan individual. Subyek
kebebasan sosial-politik –yakni, yang disebut bebas di sini—adalah suatu
bangsa atau rakyat. Kebebasan sosial-politik sebagian besarnya merupakan
produk perkembangan sejarah, atau persisnya produk perjuangan
sepanjang sejarah.

2.3. Tantangan terhadap kebebasan

Dengan adanya kebebasan tentunya ada tantangan yang menuntut


dalam kebebasan itu sendiri, salah satu contohnya yaitu harus bertanggung
jawab. Tanggung jawab secara sempit yaitu suatu usaha seseorang yang
diamanahkan,  harus dilakukan.  Tanggung jawab merupakan amanah.
Secara luas tanggung jawab diartikan sebagai usaha manusia untuk
melakukan amanah secara cermat, teliti, memikirkan akibat baik dan
buruknya, untung rugi dan segala hal yang berhubungan dengan hal
tersebut secara transparan menyebabkan orang percaya dan yakin,
sehingga perbuatan tersebut mendapat imbalan baik maupun pujian dari
orang lain.

Tanggung jawab berkaitan dengan “penyebab”. Yang bertanggung jawab


hanya yang menyebabkan atau yang melakukan tindakan. Tidak ada
tanggungjawab tanpa kebebasan dan sebaliknya. Bertanggung jawab
berarti dapat menjawab, bila ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang
dilakukan. Orang yang bertanggung jawab dapat diminta penjelasan
tentang tingkah lakunya dan bukan saja ia bisa menjawab tetapi juga harus
menjawab.

Kebebasan mengandaikan tanggung jawab. Tanpa tanggung


jawab,kebebasan menjadi lepas kendali, dimana kebebasan dilahirkan dan
tanggung jawab di tuntut. Kebebasan membuat orang bertanggung jawab
terhadap tindakan sejauh tindakan itu dikehendaki, bahwa walaupun
kesalahan dan tanggung jawab dari suatu tindkan dapat berkurang atau
kadang-kadang karena ketidaktahuan, kelalaian, paksaan dengan
kekerasan, ketakuatan, kelekatan yang tidak teratur, atau kebiasaan.

2.4. Mempertanggungjawabkan kebebasan

SECARA umum, ada dua arti kebebasan. Ada kebebasan sosial


politik yang terdiri dari kebebasan rakyat dan kemerdekaan. Ada juga
kebebasan individual yang terdiri dari kesewenang-wenangan, kebebasan
fisik, kebebasan yuridis, kebebasan psikologis, kebebasan moral, dan
kebebasan eksistensial.
Manusia sebagai pribadi yang mempunyai kebebasan eksistensial mesti
selalu bisa mempertanggungjawabkan kebebasannya. Seorang pribadi yang
mampu mengatasi dirinya sendiri mampu mempertanggungjawabkan
kebebasan dan pilihannya. Sikap dan tindakan mesti dapat
dipertanggungjawabkan di hadapan nilai-nilai kemanusiaan universal,
status dirinya, dan harapan pribadi-pribadi lain.
Kebebasan dalam arti ini tidak pernah berarti memilih apa saja seenaknya.
Pribadi yang bertanggung jawab adalah pribadi yang mampu menguasai
dirinya. Dia tidak ditaklukan oleh perasaan-perasaan sesaat, letupan emosi
yang situasional, dan tekanan dari luar. Semakin ia bertanggung jawab,
semakin ia bebas menunjukkan dan memenuhi makna hidupnya.
Sebaliknya, orang yang tidak bertanggungjawab adalah orang yang “tahu
dan sadar tentang apa yang seharusnya dilakukannya, tetapi tidak
melakukannya juga,” kata Magnis-Suseno
2.5. Cara agar kebebasan tidak lepas kendali

Kebebasan adalah hak setiap orang tetapi pemenuhan hak atas


kebebasan itu tidak pernah boleh mengurangi kebebasan orang lain.
Manusia adalah makhluk sosial, Sebagaimana saya hidup berkat
masyarakat, begitu pula masyarakat memerlukan sumbangan saya, karena
itu masyarakat berhak membatasi kewenangan saya demi kepentingan
bersama. Masyarakat berhak membatasi kebebasan seseorang sejauh perlu
untuk menjamin pemenuhan hak anggota masyarakat dan demi kemajuan
bersama dalam masyarakat.

Berikut adalah beberapa cara agar kebebasan tidak lepas kendali

1. Melalui paksaan fisik; tangan diborgol & diseret ke penjara.

2. Tekanan atau manipulasi psikis; kehendak & pikiran


dimanipulasi/dirusakkan.

3. Pewajiban dan larangan; sebagai anggota masyarakat orang diberi


kewajiban atau dikenai larangan demi kepentingan bersama. Ini cara
pembatasan kebebasan paling wajar.

PENUTUP
 3.1       Kesimpulan

Dari pembahasan dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa


manusia dikatakan bebas apabila ia terikat pada aturan-aturan. Apabila ia
tidak mengakui hal itu maka ia tetap tidak bebas, karena dikuasai
kecendrungan dan senantiasa dipengaruhi dan terikat pada hukum yang
lebih tinggi dan tidak sempurna.

Tidak memaksa manusia, sebaliknya, aturan memberikan kebebasan


kepadanya. Manusia bebas untuk menerima atau tidak menerima aturan
tersebut. Meskipun demikian, kebebasan merupakan kenyataan yang begitu
pentingnya, sehingga tegak runtuhnya kesusilaan tergantung pada
pengakuan atau pengingkaran atas kebebasan dan tanggung jawab.

Sejalan dengan itu kerukunan umat bragama yaitu hubungan sesama


umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran
agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai kerukunan umat


beragama di Indonesia ada beberapa sebab, antara lain; rendahnya sikap
toleransi, kepentingan politik dan sikap fanatisme.Adapun solusi untuk
menghadapinya, adalah dengan melakukan dialog antar pemeluk agama dan
menanamkan sikap optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan
antar umat beragama dan pastinya mempertanggung jawabkan kebinekaan
yang di warisi para leluruh untuk pemersatu bangsa.

Anda mungkin juga menyukai