Anda di halaman 1dari 19

Gerakan dan

tantangan
pengembangan
kopreasi
Oleh : Aldinno A. Affandie, S.Ked.MM.
Koperasi sebagai suatu gerakan  ekonomi artinya
koperasi dalam usaha untuk mewujudkan
kemakmuran ekonomi anggota dan masyarakat
pada umumnya harus terus bergerak maju sesuai
dengan dinamika perubahan ekonomi global.
Tujuan dibentuknya wadah untuk bergabung
koperasi ini adalah agar koperasi menjadi
organisasi yang besar dan mampu bersaing
dengan bentuk usaha lainnya, dan yang tidak
kalah penting adalah mampu
menyejahterakan anggotanya dan
masyarakat pada umumnya.
Perusahaan koperasi pada dasarnya adalah
suatu gerakan. Yaitu gerakan ekonomi rakyat
yang bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang adil, makmur dan
berkesinambungan, baik dalam lingkup
nasional maupun lingkup internasional.
International Cooperative Alliance atau
disingkat ICA, dibentuk pada kongres
koperasi sedunia tahun 1895 di london. Yang
mempelopori berdirinya gerakan koperasi
dunia ini adalah Inggris, Australia, Belgia,
Perancis, Jerman, Belanda, Italia, Swiss dan
Rumania.
ICA melanjutkan kerja para pelopor
Rochdale, sesuai dengan prinsip-prinsipnya,
berusaha dengan kebebasan penuh dengan
metode-metodenya sendiri, untuk
menggantikan sistem yang semata-mata
mencari keuntungan dengan suatu sistem
koperasi yang diorganisasikan untuk
kepentingan seluruh masyarakat dan
berdasarkan saling bantu membantu
Lembaga gerakan koperasi baru muncul
sekitar 50 tahun kemudian. Lembaga
gerakan koperasi yang pertama, yang
bernama Sentra Organisasi Koperasi
Republik Indonesia (SOKRI) itu. Lahirnya
melalui kongres koperasi I yang berlangsung
di Tasikmalaya jawa barat pada tahun 1947.
Namun SOKRI tidak sempat berkiprah
sebagaimana diharapkan
Lembaga gerakan koperasi indonesia baru
dapat bergerak secara lebih baik setelah
dibentuknya dewan koperasi indonesia (DKI)
pada tahun 1953.

Maksud dan tujuan DKI adalah ingin


melaksanakan cita-cita Nasional yaitu untuk
menyusun perekonomian bangsa atas dasar
asas kekeluargaan sebagaimana dinyatakan
dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945.
Adapun cara yang ditempuh DKI dalam
usaha mencapai cita-cita tersebut adalah:
1. Menyebarkan, memelihara dan
mempertahankan cita-cita koperasi
2. Memperhatikan dan membantu pelaksanaan
kepentingan perkumpulan koperasi dan
3. Membela hak hidup dan berkembang secara
bebas bagi perkumpulan koperasi terhadapa
usaha-usaha yang merintanginya. Bila perlu
bekerjasama dengan seluruh gerakan
koperasi, serta memandangnya dari sudut
perkembangan nasional
Dalam rangka mencapai maksud dan tujuan  tersebut, DKI
melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1. Meminta penjelasan atau pendapat, pertimbangan atau nasihat
kepada pemerinta serta badan-badan yang diakuinya, mengenai
masalah yang berkaitan dengan koperasi.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan pers tentang
segala personal yang berkaitan dengan gerakan koperasi.
3. Menyelenggarakan penerangan-penerangan serta pendidikan
khusus mengenai koperasi.
4. Menerbitkan majalah tentang koperasi.
5. Mengadakan rapat-rapat dan perundingan dengan instansi terkait.
6. Mempelajari dan mengusahakan pemecahan masalah-masalah
sosial ekonomi dan politik yang berkaitan secara langsung dengan
koperasi.
7. Mencari dan memelihara hubungan baik dengan gerakan-gerakan
koperasi internasional
HUBUNGAN GERAKAN KOPERASI INDONESIA
DENGAN GERAKAN KOPERASI INTERNASIONAL

Dalam rangka meningkatnya usaha perdagangan antara


koperasi, pada tahun 1947 telah didirikan International
Cooperative Trading Organization (ICTO) yang berkedudukan di
Singapura.
Dengan terbentuknya kantor regional ICA di New Delhi,
maka hubungan gerakan koperasi indonesia melalui
dekopin dilakukan melalui kantor tersebut. Dekopin juga
duduk sebagai anggota dalam dewan penasehat untuk
kantor ICA dan pusat pendidikan di New Delhi.
Dalam rangka meningkatnya usaha perdagangan antara
koperasi, pada tahun 1947 telah didirikan international
cooperative trading organization (ICTO) yang berkedudukan di
singapura.
HUBUNGAN DEKOPIN DENGAN KOPERASI
DI LUAR NEGERI
Sebagai gerakan koperasi yang otonom, dekopin bertugas
memperjuangkan cita-cita gerakan koperasi indonesia,
menyalurkan aspirasi anggota, menjadi wakil gerakan koperasi
di dalam dan di luar negeri, serta berperan sebagai mitra
pemerintah dalam pembangunan nasional
Sebagai salah satu anggota ICA , hubungan dekopin
dengan koperasi-koperasi di luar negeri berjalan dengan
baik. Hal ini terutama dalam usaha meningkatkan
kemampuan koperasi di indonesia untuk mencapai tujuan.
Dalam hubungan dengan koperasi di luar negeri memberi
kesempatan luas untuk memperoleh bantuan tenaga ahli
dan kesempatan untuk mengikuti latihan di bidang
perkoperasian.
Koperasi-koperasi luar negeri yang pernah
menawarkan bantuannya melalui Dekopin adalah:

1. Dewan Koperasi India


2. Dewan Koperasi Amerika Serikat
3. Pusat Koperasi swesia
4. Koperasi Asuransi Malaysia
5. Koperasi Asuransi Jepang
Sikap pemerintah dalam gerakan koperasi
menurut Hendroji (2000;289) dapat
dikelompokkan dalam empat macam, antara lain:
1. Sikap pemerintah yang netral

(Pemerintah tidak memberikan perhatian dan


pengakuan yang khusus kepada koperasi dan umumnya
mereka juga tidak mengeluarkan perundang undangan
khusus tentang perkoperasian di negaranya. Disini
koperasi diperlakukan yang sama dengan usaha-usaha
lain yang mencari keuntungan atau bisa sebagai zedelijk
licham, tergantung pada sistem yang diikuti oleh negara
yang bersangkutan)
2. Sikap yang menghambat atau menghalang-halangi.
• Sikap pemerintah yang menghambat, yaitu dengan tidak memberikan
kemudahan-kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan
koperasi, seperti yang di alami oleh oleh gerakan koperasi di indonesia
pada jaman penjajahan belanda
• Sikap pemerintah yang melarang, yang mewujudkan dalam bentuk
kebijakan pemerintah yang meyatakan jelas-jelas melarang adanya
perkumpulan koperasi, seperti yang dialami indonesia pada
penjajahan jepang
3. Sikap pemerintah yang membantu dan mendorong pertumbuhan dan
perkembangan gerakan koperasi.

(sikap pemerintah yang positif atau aktif membantu pertumbuhan dan


perkembangan gerakan koperasi serta memberikan perlindungan kepada
koperasi secara nyata, baru dialami oleh gerakan koperasi di Indonesia
setelah kemerdekaan tahun 1945, yang dengan jelas dapat di baca dalam
Undang - Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1) yang menyatakan:
“perkeonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan” di mana dalam penjelasannya dikatakan bahwa:
“perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi”.
4. Sikap pemerintah yang ingin menjadikan koperasi sebagai alat untuk
melaksanakan kebijakan nasional.

(bagi gerakan koperasi kondisi yang demikian ini akan menciptakan


dualisme dalam usaha pembangunan/pengembangan koperasi.dalam
keadaan demikian masyarakat koperasi di satu pihak dihadapkan pada
otoritas atau di lain pihak pemerintah yang bertanggung jawab terhadap
kebijakan pembangunan ekonomi dan sosialnya. Masing-masing pihak
mempunyai harapan dan keinginan sendiri-sendiri yang ingin dicapainya)
-Terima Kasih -

Anda mungkin juga menyukai