Dalam praktiknya, Manajemen Keuangan mengambil tindakan yang diambil dalam rangka
keuangan yang dijalankan organisasi. Untuk itu, dalam membangun sistem manajemen keuangan
yang baik maka diperlukan pengidentifikasian prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik pula.
Berikut 7 prinsip manajemen keuangan yang harus diperhatikan:
1. Konsistensi (Konsistensi) : Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus lebih dari
waktu ke waktu. Ini bukan berarti sistem keuangan tidak memungkinkan perubahan yang terjadi di
organisasi. Manajemen keuangan merupakan salah satu yang memanipulasi manajemen
keuangan.
2. Akuntabilitas (Akuntabilitas) : Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hukum yang melekat
pada individu, kelompok, atau organisasi untuk menjelaskan tentang dana, peralatan, atau
kewenangan yang diberikan pihak yang telah digunakan. Organisasi harus dapat menjelaskan
tentang dia menggunakan sumber dayanya dan apa yang telah dia capai sebagai
pertanggungjawaban kepada pemegang kepentingan dan penerima manfaat. Semua pemangku
kepentingan berhak untuk mengetahui bagaimana dana dan izin digunakan.
3. Transparansi (Transparansi) : Organisasi harus terbuka dengan pekerjaannya, menyediakan
informasi mengenai rencana dan kegiatannya kepada para pemangku kepentingan. Terkait dengan
pelaporan keuangan yang akurat, lengkap, dan tepat waktu serta dapat dengan mudah diakses oleh
pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Jika organisasi tidak transparan, hal ini akan
mengeluarkan sesuatu yang disembunyikan.
4 . Kelangsungan Hidup : Agar keuangan diselesaikan, organisasi di tingkat strategis atau pun harus
disesuaikan. Kelangsungan hidup (viability) merupakan suatu ukuran tingkat keamanan dan
keberlanjutan keuangan organisasi. Manajer organisasi harus menyelesaikan rencana keuangan
yang membahas rencana organisasi dan rencana keuangan.
5. Integritas (Integritas) : Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, individu yang terlibat
harus memiliki integritas yang baik. Selain itu, laporan dan catatan keuangan juga harus dijaga
integritasnya melalui kelengkapan dan keakuratan pencatatan keuangan.
6. Pengelolaan (Stewardship) : Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana yang telah
diperoleh dan menjamin dana yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara
praktik, organisasi dapat melakukan pengelolaan keuangan dengan baik melalui hati-hati dalam
perencanaan strategis, menangani masalah keuangan, dan membuat sistem pengawasan dan sistem
keuangan yang sesuai dengan organisasi.
7. Standar Akuntansi (Standar Akuntansi) : Sistem akuntansi dan keuangan yang digunakan
organisasi harus sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku umum. Hal ini berarti
semua akuntan di seluruh dunia dapat memahami sistem yang digunakan organisasi.
Seorang manajer keuangan dalam suatu perusahaan harus mengetahui bagaimana mengelola
keuangan yang tidak lengkap, hal ini wajib dilakukan karena keuangan merupakan salah satu fungsi
penting dalam mencapai tujuan perusahaan.
Manajemen keuangan harus diakui oleh seorang manajer. Misalkan saja seorang manajer
keuangan tidak mengetahui apa-apa saja yang menjadi tidak-tidak manajemen keuangan, maka
akan muncul kesulitan dalam menjalankan suatu perusahaan tersebut.
Karena itu, seorang manajer keuangan harus mampu menemukan segala kegiatan manajemen
keuangan, khususnya sumber dana dan penggunaan-nya untuk merealisasikan keuntungan-
keuntungan bagi perusahaan tersebut. Seorang manajer keuangan harus memahami arus peredaran
uang baik eksternal maupun internal.
Pada umumnya rasio keuangan yang dihitung dapat dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu:
Sebuah. Rasio Likuiditas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
persyaratan finansial jangka pendeknya.
b. Leverage Rasio , rasio ini digunakan untuk menghitung jumlah dana yang di- supply oleh pemilik
perusahaan dalam proporsi dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan.
c. Rasio Aktivitas, rasio ini digunakan untuk mengukur penggunaan manajemen dalam
menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktifitas yang menguntungkan antara tingkat penjualan
dan investasi pada berbagai jenis harta.
d. Rasio Profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen yang diperoleh
dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.
e. Perbandingan, rasio ini digunakan untuk mengukur baik perusahaan mempertahankan posisi
ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan industri.
f. Rasio Penilaian, rasio ini merupakan ukuran pencapaian perusahaan yang paling lengkap oleh
karena ini mencemirkan kombinasi dari rasio risiko dengan rasio hasil peningkatan.
3. Membagi Keuntungan
Dalam sebuah bisnis, mengelola karyawan adalah hal yang sangat penting. Karena dengan
mengelola karyawan yang benar maka bisnis akan dapat berjalan dengan benar. Akan tetapi ada juga
orang yang mengatakan, "Ah di perusahaan saya mengatur perusahaan tidak penting, karena hanya
saya yang menjalankannya"
Memang benar, jika kita hanya mengerjakan sendiri maka mengatur karyawan memang
tidak penting. Bisnis yang seperti ini disebut karyawan mandiri. Bisakah kita menjadi kaya dari
karyawan sendiri? Jawabannya bisa. Apakah bisa menjadi kaya raya? Jawabannya tidak. Jika Anda
ingin menjadi kaya raya, maka bisnis Anda harus memiliki karyawan. Nah, kompilasi kita sudah
memiliki karyawan ini maka mengatur karyawan menjadi sangat penting. Mengelola 10 karyawan
berbeda dengan mengelola 100 karyawan. Mengelola 1000 karyawan berbeda dengan mengelola
10.000 karyawan.
Jika kita sudah memiliki karyawan yang lebih maka pengontrolan karyawan menjadi sangat
penting. Tentu lebih kompleks? Jawabannya iya. Akan tetapi dengan jumlah karyawan ini,
sebenarnya bisnis malah bisa kita lewatkan, asalkan cara mengelolanya benar. Bisa diberikan jika
kita memiliki usaha yang besar dan pengelolannya benar maka perusahaan akan bisa jalan sendiri,
sementara kita bisa jalan-jalan.
Setiap orang yang membangun bisnis, ingin dia kaya raya. Untuk mencapai tujuan ini setiap
pengusaha memiliki cara yang berbeda-beda. Secara umum saya mengenal 2 macam, pengusaha
pertama yang mengusahakan agar karyawan adalah orang yang bisa menerima, sementara jika ada
keuntungan yang besar maka menjadi pengusaha. Yang kedua pengusaha menghitung untung
dengan karyawan, jadi untung besar maka karyawan juga mendapat untung.
Cara pertama memang kelihatan logis, karena mendapat untung besar tanpa berbagi dengan
karyawan, maka pengusaha memperoleh untung besar. Akan tetapi dalam praktiknya cara kedua
malah lebih efektif. Dengan berbagi keuntungan dengan karyawan maka karywan akan lebih bernilai
memiliki bisnis. Akan bekerja dengan setulus hati dan sepenuh jiwa.
Dengan berbagi dengan karyawan ini, ternyata pengontrolan karyawan akan jauh lebih
mudah. Jika karyawan hanya menjadi orang yang digaji, maka tingkat pengembalian barang di
perusahaan lebih tinggi, tetapi jika karyawan mendapatkan bagian dari keuntungan maka tingkat
kehilangan barang akan meningkat. Kenapa Karena Biasanya pencurian terbesar dilakukan oleh
orang dalam alias karyawan sendiri. Jika karyawan hanya menjadi orang yang digaji, kompilasi
liburan maka dia akan santai-santai saja. Akan tetapi, jika dia mendapat bagian keuntungan, maka
dia akan memutuskan dikonfirmasi jika berpartisipasi, karena hal ini akan mengurangi keuntungan
buat dia.
Seringkali mobil kantor cepat rusak. Akan tetapi jika karyawan dapat mempertimbangkan
mobil itu sendiri maka mobil tidak lebih cepat rusaknya. Mobil akan lebih awet. Dengan adanya bagi
hasil ini maka pengontrolan akan jauh lebih baik.
Alangkah lebih baik lagi jika para perusahaan yang memiliki level tinggi mereka
mendapatkan bagian saham. Dengan cara seperti ini maka mereka akan bertindak sebagai-olah
mereka memiliki perusahaan. Akan tetapi, pembagian saham ini tidak dilakukan pada saat awal
perusahaan berdiri. Pembagian saham ini terbukti dilakukan kompilasi perusahaan sudah terbukti
untung. Jadi, yang perlu diingat adalah:
· Jangan berikan sahamya sebelum perusahaan dibuka.
· Jangan berikan ladangnya sebelum terbukti panen.
Cara membagi keuntungan usaha seperti ini akan membuat karyawan termotivasi dan kitanya juga
menjadi enak.