Anda di halaman 1dari 9

1.

Profesi akuntan
Yang dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang
mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan
akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri,
keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan
sebagai pendidik.
Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan
oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan
audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.
Profesi Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu bidang profesi seperti
organisasi lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Supaya dikatakan
profesi ia harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek
dan sebagai pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya.
Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman
dalam melaksanakan keprofesiannya.
2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku
anggotanya dalam profesi itu.
3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh
masyarakat/pemerintah.
4. Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat.
5. Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya
sebagai kepercayaan masyarakat.
Persyaratan ini semua harus dimiliki oleh profesi Akuntan sehingga berhak
disebut sebagai salah satu profesi.
Perkembangan profesi akuntansi sejalan dengan jenis jasa akuntansi yang
diperlukan oleh masyarakat yang makin lama semakin bertambah
kompleksnya. Gelar akuntan adalah gelar profesi seseorang dengan bobot
yang dapat disamakan dengan bidang pekerjaan yang lain. Misalnya bidang
hukum atau bidang teknik. Secara garis besar Akuntan dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Akuntan Publik (Public Accountants)
Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan
independen yang memberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu.
Mereka bekerja bebas dan umumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Yang
termasuk dalam kategori akuntan publik adalah akuntan yang bekerja pada
kantor akuntan publik (KAP) dan dalam prakteknya sebagai seorang akuntan
publik dan mendirikan kantor akuntan, seseorang harus memperoleh izin dari
Departemen Keuangan. Seorang akuntan publik dapat melakukan
pemeriksaan (audit), misalnya terhadap jasa perpajakan, jasa konsultasi
manajemen, dan jasa penyusunan sistem manajemen.
2. Akuntan Intern (Internal Accountant)
Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau
organisasi. Akuntan intern ini disebut juga akuntan perusahaan atau akuntan
manajemen. Jabatan tersebut yang dapat diduduki mulai dari Staf biasa
sampai dengan Kepala Bagian Akuntansi atau Direktur Keuangan. Tugas
mereka adalah menyusun sistem akuntansi, menyusun laporan keuangan
kepada pihak-pihak eksternal, menyusun laporan keuangan kepada pemimpin
perusahaan, menyusun anggaran, penanganan masalah perpajakan dan
pemeriksaan intern.
3. Akuntan Pemerintah (Government Accountants)
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga
pemerintah, misalnya di kantor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), Badan Pengawas Keuangan (BPK).
4. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi,
melakukan penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun
kurikulum pendidikan akuntansi di perguruan tinggi.
Seseorang berhak menyandang gelar Akuntan bila telah memenuhi syarat
antara lain: Pendidikan Sarjana jurusan Akuntansi dari Fakultas Ekonomi
Perguruan Tinggi yang telah diakui menghasilkan gelar Akuntan atau
perguruan tinggi swasta yang berafiliasi ke salah satu perguruan tinggi yang
telah berhak memberikan gelar Akuntan. Selain itu juga bisa mengikuti Ujian
Nasional Akuntansi (UNA) yang diselenggarakan oleh konsorsium
Pendidikan Tinggi Ilmu Ekonomi yang didirikan dengan SK Mendikbud RI
tahun 1976.

2. Organisasi institut akuntan Indonesia


3. Struktur etika indonesia

1. PENGERTIAN

Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul
dari kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab.

Etika Profesional yang mengatur perilaku akuntan yang menjalankan praktik


akuntan public di Indonesia. Pada tahun 1998, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
merumuskan etika profesional baru yang diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntansi
Indonesia. Etika profesional baru ini berbeda dengan etika profesional yang
berlaku dalam tahun- tahun sebelumnya. Kode etik IAI ini dikembangkan dengan
struktur baru. Kompartemen yang dibentuk dalam organisasi IAI terdiri dari 4
macam yaitu:
1.      Kompartemen Akuntan Publik
2.      Kompartemen Akuntan Manajemen
3.      Kompartemen Akuntan Pendidik
4.      Kompartemen Akuntan Sektor Publik.
Masing- masing kompartemen digunakan untuk mengorganisasi anggota IAI
yang berprofesi sebagai Akuntan Publik, Manajemen, Pendidik, serta Akuntan
Sektor Publik. Sebagai induk organisasi, IAI merumuskan Prinsip Etika yang
berlaku umum untuk semua anggota IAI.
Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku
anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Dalam
kongresnya tahun 1973, IAI untuk pertama kalinya menetapkan Kode Etik bagi
profesi Akuntan di Indonesia. Pembahasan mengenai kode etik IAI ditetapkan
dalam Kongres VIII tahun 1998.
Dalam kode etik yang berlaku sejak tahun 1998, IAI menetapkan delapan prinsip
etika yang berlaku bagi seluruh anggota IAI dan seluruh kompartemennya. Setiap
kompartemen menjabarkan 8 (delapan) Prinsip Etika ke dalam Aturan Etika yang
berlaku secara khusus bagi anggota IAI. Setiap anggota IAI, khususnya untuk
Kompartemen Akuntansi Sektor Publik harus mematuhi delapan Prinsip Etika
dalam Kode Etika IAI beserta Aturan Etikanya.
Prinsip Etika Profesi Akuntan :
a)      Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
b)      Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
c)      Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
d)      Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e)      Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa
profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan
teknik yang paling mutakhir.
f)       Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
g)      Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h)      Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas. kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.
2.  RUU dan KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan


(DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
No.17 Tahun 2008 yang mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari
kliennya berdasarkan SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik.
SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi profesi berdasarkan standar
Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada International
Auditing Standart.
Laporan keuangan mempunyai fungsi yang sangat vital, sehingga harus disajikan
dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu, Departemen Keuangan menyusun
rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik dan RUU Laporan Keuangan.
RUU tentang Akuntan Publik didasari pertimbangan untuk profesionalisme dan
integritas profesi akuntan publik. RUU Akuntan Publik terdiri atas 16 Bab dan 60
Pasal , dengan pokok-pokok mencakup lingkungan jasa akuntan publik, perijinan
akuntan publik, sanksi administratif, dan ketentuan pidana.
Sedangkan kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International
Federations of Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan
merupakan hal yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi
dari sumber IFAC. Jadi tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kode etik
SAP dan IFAC.
Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan Indonesia
untuk tidak jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional seperti
yang disebut konstitusi adalah melakukan pengembangan perbaikan secara global
profesi akuntan dengan standar harmonis sehingga memberikan pelayanan
dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk kepentingan publik.
Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang
tepat dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional harus
memahami perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi, kecuali
dilarang oleh hukum atau perundang-undangan.
 

 Aturan etika

Aturan Etika Akuntan Publik Indonesia telah diatur dalam SPAP dan berlaku sejak
tahun 2000. Aturan etika IAI-KAP ini memuat lima hal:

 Standar umum dan prinsip akuntansi


 Tanggung jawab dan praktik lain
 Tanggung jawab kepada klien
 Independensi, integritas, dan objektivitas
 Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
 Interpretasi Etika

Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang
dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa
dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan
atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya.
Kepatuhan Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam
masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan
sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya
pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh
adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila
diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus
memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur
bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. INTERPRETASI ATURAN ETIKA

 
Interpretasi aturan etika merupakan penafsiran, penjelasan, atau elaborasi lebih lanjut
atas hal-hal, isu-isu, dan pasal-pasal yang diatur dalam aturan etika, yang dianggap
memerlukan penjelasan agar tidak terjadi perbedaan pemahaman atas auran etika
yang dimaksud. Interpretasi aturan etika ini dikeluarkan oleh suatu badan yang
dibentuk oleh pengurus kompartemen atau institut profesi sejenis yang bersangkutan
setelah memperhatikan tanggapan dari anggota serta pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa
dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
 

4. TANYA DAN JAWAB

 
Pada tingkatan terakhir, dimungkinkan adanya tanya-jawab yang berkaitan
dengan isu-isu etika. Tanya-jawab ini dapat dilakukan dengan Dewan Standar
Profesi yang dibentuk oleh pengurus kompartemen atau institut yang
bersangkutan guna memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari
anggota kompartemen tentang aturan etika beserta interpretasin

4. Pengawasan dan perizinan KAP


PEMBINAAN AP
5. Setiap  KAP wajib melaksanakan administrasi kepegawaian para pekerja
kantor akuntan publik, untuk menjamin Surat Keterangan Pengalaman Kerja
berbasis bukti kehadiran/absensi, dan catatan dan keabsahaan bukti/dokumen
bahwa calon AP dengan pengalaman memimpin dan/atau menyupervisi Tim
Audit sebanyak 500 jam atau lebih,  dalam masa 1.000 jam kerja sebagai
auditor indipenden untuk jasa audit  historis dalam kurun waktu tak boleh
kurang sepanjang 7 tahun terakhir (tertafsir, berarti berturut–turut tanpa jeda
di tengah), tanpa aturan jeda waktu tanggal akhir 7 tahun tersebut dengan
tanggal pengajuan permohonan kepada KKKP kementerian Keuangan
(misalnya 10 tahun kemudian) seperti diminta Pasal 3 (3) butir b PMK
tersebut. Sebagai pem-verifikasi, pembina dan pengawas;  IAPI dan PPPK
dapat meminta dan memeriksa catatan KAP tentang untuk pembukti an
pengalaman kerja calon AP tersebut.
6. Domisili KAP adalah penting karena tak dapat diubah sesuai pasal 4 Kepmen,
jalan keluar adalah mendirikan Cabang KAP.
7. NKRI sebagai negara tujuan investasi kedua setelah Filipina, terengarai makin
atraktif pula bagi AP dan KAP asing, terutama AP negara negara Asia. Hanya
KAP asing ber kinerja 100 perikatan atau lebih dalam 7 tahun terakhir
diizinkan beroperasi di NKRI, tak ada kewajiban (1)  menguasai hukum
NKRI terkait pelaporan LK umumnya, SPAP terbitan IAPI khususnya, (2)
wajib menjadi anggota IAPI, sanggup memenuhi aturan etika terbitan IAPI
(3) mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, (4)  tunduk kepada tata
hukum dan pengadilan NKRI, bukan pengadilan internasional, yang pada
hemat saya, merupakan syarat tergolong amat lunak. Makalah ini
menghimbau OJK dan PPPK mengatur lebih lanjut untuk maslahat bangsa
Indonesia umumnya, kesetaraan dengan akuntan domestik khususnya,
menenerapkan kaidah “dimana bumi di injak, disitulah langit di junjung” atau
“Ini Indonesia Bung”.
8. Tertengarai Pasal 7 sering terlanggar KAP, bahkan berisiko harus mendirikan
izin KAP baru. Banyak KAP tradisional tanpa early warning system
terkomputerisasi lupa memerpanjang izn sebelum 60 hari tanggal berakhirnya
izin praktik. Paling sedikit, tulislah pada agenda tahunan KAP tentang hal ini.
Internal auditor KAP perlu memerkuat kendali  internal  KAP untuk berbagai
hal yang dibahas makalah.
9. PBB menglasifikasi umur muda (young) sampai batas 60 tahun, usia
pertengahan pada usia 61 s/d 79, dan klasifikasi berumur lanjut sejak 80
tahun, sebaiknya digunakan untuk pertimbangan izin praktik AP dan KAP
perseorangan di NKRI, agar masyarakat jangan terlayani profesional uzur dan
berbahaya sosial.
10. Peraturan berkas audit bagi AP yang meninggal dunia tiba-tiba sebaiknya
diatur secara khusus, menggunakan kaidah penyimpanan dokumen profesi
notaris dan hukum perikatan (profesional).
11. Nama baik adalah reputasi, adalah hal baik untuk lembaga seperti negara,
bank, rumah sakit dan semacamnya. Nama akuntan publik almarhum idealnya
dicegah  atau sekurang-kurangnya dikurangi penggunaanya oleh KAP cq anak
kandung AP bernama harums tertentu karena etika, kompetensi dan moral
almarhum bersifat amat pribadi, belum tentu terwarisi bahkan oleh anak
kandung AP pensiun atau almarhum tersebut. AP ideal adalah sejenis manusia
mulia, pemuja kebenaran dan indipendensi, bukan pengejar materi dunia, 
karena itu psikotest calon AP oleh IAPI / PPPK/ OJK pra pemberian izin
mungkin ada gunanya.
12. Kepemilikan kantor fisik KAP adalah naif pada zaman digital  yang  makin
ber azas “control down  own” ; sehingga kualitas aliansi strategis dengan
KAP Asing, reputasi kualitas KAP, jumlah karyawan KAP, jumlah klien KAP
dan lama hubungan profesional  makin memroksi aset sejati.
13. Karena wilayah geografis NKRI seluas Eropa,  pembentukan cabang KAP
hendaknya di dorong OJK dan IAPI, di bina Depkeu cq PPPK agar kualitas
cabang makin setara kantor pusat KAP.Cabang tak berpengharapan sebaiknya
segera di tutup.  Melalui IAPI, para AP wilayah di luar pulau Jawa Sumatera
dan Bali hendaknya mendapat pembinaan profesional setara AP Jakarta.

PERIZINAN KAP

Perizinan[sunting | sunting sumber]


Izin usaha KAP dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. KAP berbentuk badan usaha
perseorangan yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin usaha KAP
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 Memiliki izin akuntan publik.


 Menjadi anggota IAPI.
 Mempunyai paling sedikit 2 orang auditor tetap dengan tingkat pendidikan
formal bidang akuntansi yang paling rendah berijazah setara Diploma III dan
paling sedikit 1 orang diantaranya berijazah sarjana.
 Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
 Memiliki rancangan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang memenuhi
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan paling kurang mencakup aspek
kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu.
 Domisili Pemimpin KAP sama dengan domisili KAP.
 Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dan denah ruang kantor yang
menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain.
 Membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang mencantumkan alamat
Akuntan Publik, nama dan domisili kantor, serta maksud dan tujuan pendirian
kantor (hanya untuk KAP berbentuk badan usaha perseorangan).
 Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Usaha
Kantor Akuntan Publik, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang
menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar.
Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan, selain persyaratan-persyaratan di
atas, juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 Memiliki NPWP KAP.


 Memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris.
 Memiliki surat izin akuntan publik bagi Pemimpin Rekan dan Rekan yang
akuntan publik.
 Memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi Pemimpin Rekan
dan Rekan yang akuntan publik.
 Memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai penunjukan
salah satu Rekan menjadi Pemimpin Rekan.
 Memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP.
KAP berbentuk badan usaha persekutuan dapat membuka Cabang KAP di seluruh
wilayah Indonesia dengan izin dari Menteri Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai