Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat hidayah dan taufiqnya
kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Pengambilan
Keputusan Jangka Pendek”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
“Akuntansi Manajemen”, makalah ini yang diharapkan bisa menambah wawasan dan dapat
bermanfaat dalam dunia Pendidikan. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, serta masih banyak
kekurangan dan kesalahannya. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan mudah-
mudahan makalah ini dapat mendorong kita untuk lebih giat dalam proses menimba ilmu
sebanyak-banyaknya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..…ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
Latar Belakang........................................................................................................................1
Tujuan.....................................................................................................................................1
Rumusan Masalah..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
Penentuan Harga.....................................................................................................................3
Kesimpulan.............................................................................................................................9
Saran.......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengambilan keputusan (decision making) adalah memilih salah satu diantara
berbagai alternative tindakan yang ada. Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar
ukuran tertentu, apakah probabilitas atau penghematan cost.
Perusahaan adalah suatu organisasi yang menggunakan dan mengkoodinir sumber-
sumber ekonomi untuk menghasilkan produk agar dapat memuaskan kebutuhan
konsumen atau masyarakat dengan tujuan akhir untuk memperoleh keuntungan atau laba.
Berdasarkan karakteristik kegiatan produksi dan produk yang dihasilkan, perusahaan
dapat digolongkan menjadi tiga jenis utama yaitu perusahaan jasa, perdagangan dan
pemanufakturan.
B. Tujuan
Disusunnya makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam upaya
mengetahui dan memperdalam pengetahuan di bidang Akuntansi Manajemen khususnya
yang berkaitan dengan materi pengambilan keputusan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada latar belakang, maka terlihat pentingnya pemahaman
mengenai Apa yang dimaksud pengambilan keputusan, konsep biaya relevan dan
penentuan harga. Pemahaman tentang analisis pengambilan keputusan jangka pendek
akan menjadi lebih penting bagi perusahaan di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (decision making) adalah memilih salah satu diantara
berbagai alternative tindakan yang ada. Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar
ukuran tertentu, apakah probabilitas atau penghematan cost.
Para manajer berusaha menyusun situasi pengambilan keputusan dalam bentuk
kuantitatif sebanyak mungkin, sehingga pilihan diantara berbagai alternative dapat dibuat
dengan dasar yang sistematik. Jadi dengan informasi kuantitatif, para para pengambil
keputusan dapat mengikuti proses yang logis di dalam memilih berbagai alternative, dapat
mempertanggungjawabkan setiap langkah yang diambil, dan dapat mengevaluasi hasil –
hasil yang dicapai.
Proses pengambilan keputusan meliputi 4 tahap, yaitu:
1. Menentukan masalah dengan penekanan pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Mengidentifikasi berbagai alternative tindakan.
3. Mendapatkan informasi relevan dan menyingkirkan informasi yang tidak relevan
4. Membuat keputusan.
Setiap perusahaan pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba
dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Dalam usaha mempertahankan
eksistensinya, setiap perusahaan berupaya memenuhi permintaan produk atau jasa.
Permintaan produk atau jasa yang ditawarkan suatu perusahaan dapat meningkat. Permintaan
tersebut kemungkinan dapat melebihi kemampuan perusahaan. Peningkatan ini membuat
perusahaan harus membuat keputusan mengenai tindakan yang akan diambil. Dalam hal ini
perusahaan akan mencoba untuk memenuhi peningkatan permintaan dengan mengembangkan
kapasitas atau kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan. Untuk itu diperlukan
informasi-informasi yang memadai untuk mengurangi resiko ketidakpastian dalam
pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.
Nilai dari sebuah informasi dalam proses pengambilan keputusan adalah sangat
berharga, karena hanya dengan informasi yang baik dan benar seorang manajer dapat
2
mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan pada masa yang
akan datang. Pada umumnya pengambilan keputusan akan lebih baik jika didasarkan atas
analisa dan penilaian yang cermat dari pada keputusan yang hanya didasarkan atas instuisi.
Informasi kuantitatif merupakan informasi yang berkaitan dengan fakta yang dapat
dikuantitatifkan satuannya, misalnya mengenai berat, panjang, isi, luas, dan lain-lian.
Sedangkan informasi kuantitatif merupakan informasi yang tidak dapat diukur dalam bentuk
satuan, misalnya berita- berita di majalah, surat kabar, percakapan (dialog), dan lain-lain.
Informasi akuntansi biasanya dinyatakan dengan uang, misalnya persediaan bahan baku
Rp.50.000,-. Informasi bukan akuntansi dapat berupa umur, pengalaman kerja, jumlah
karyawan, penggantian direktur, dan lain-lain. informasi operasi merupakan sumber
informasi akuntansi yakni, sebagai penyedia data-data yang diperlukan dalam penyusutan
laporan keuangan dan laporan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan menghasilkan
informasi untuk pihak ekstern dalam bentuk laporan keuangan dan akuntansi manajemen
memberikan informasi untuk manajemen.
Proses pengambilan keputusan jangka pendek tidak memerlukan waktu yang lama
karena informasi yang tersedia cukup lengkap (full information). Dalam hal ini seorang
akuntan manajemen harus mempunyai keahlian dan wawasan yang luas dalam bidang
akuntansi manajemen, sehingga informasi yang tersedia di perusahaan dapat dianalisa dengan
tepat dan relevan dengan masalah yang dihadapi, dengan tujuan keputusan yang diambil
manajer tidak merugikan perusahaan.
3
B. KONSEP BIAYA RELEVAN
Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang tepat akan
berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya tersebut. Biasanya, biaya
berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar. Jika kita membeli sebuah
produk secara tunai dan kemudian segera menggunakan produk tersebut, maka tidak akan ada
masalah yang timbul dalam pendefinisian dan pengukuran biaya produk tersebut. Namun
demikian, jika barang tersebut dibeli lalu disimpan untuk sementara waktu dan kemudian baru
rumit lagi, jika barang tersebut merupakan aset yang bermacam-macam pada beberapa
periode waktu yang tak terbatas. Pertanyaannya, “Lantas berapa biaya penggunaan aset
tersebut selama periode tertentu?”.
Biaya yang akan digunakan untuk suatu penggunaan tertentu disebut biaya
relevan (relevant cost). Pada saat penghitungan biaya yang akan digunakan untuk melengkapi
formulir pajak pendapatan sebuah perusahaan, para akuntan diperlukan untuk membuat
perincian jumlah rupiah yang aktual yang dikeluarkan untuk membeli tenaga kerja,
bahan baku dan peralatan modal yang digunakan dalam produksi. Dan untuk tujuan-
tujuan pembayaran pajak, pengeluaran rupiah historis adalah biaya relevan yang
dimaksudkan di atas. Penggunaan konsep biaya relevan untuk keputusan penentu tingkat
output dan harga secara tepat membutuhkan suatu pemahaman tentang hubungan antara
biaya dan output suatu perusahaan atau dengan kata lain fungsi biayanya tergantung
pada fungsi produksi perusahaan dan fungsi penawaran pasar dari input-input yang
digunakan perusahaan tersebut. Sedangkan Biaya relevan itu sendiri merupakan biaya yang
akan terjadi karena sebuah keputusan.
Dalam rangka untuk pengambilan keputusan, biaya relevan harus memiliki manfaat yang
paling tinggi. Agar supaya biaya disebut biaya relevan, maka biaya tersebut :
- Harus berbeda pada waktu dilakukan perbandingan pilihan keputusan. Apabila suatu
biaya meningkat, menurun, mun cul ataupun menghilang pada waktu suatu tindakan
yang berbeda dievaluasi, maka biaya tadi boleh disebut relevan.
- Harus bernilai kini atau masa yang akan datang.
C. PENENTUAN HARGA
Strategi Penentuan Harga
Harga merupakan elemen penting dalam strategi pemasaran dan harus senantiasa
dilihat dalam hubungannya dengan strategi pemasaran. Harga berinteraksi dengan seluruh
elemen lainnya dalam bauran pemasaran untuk menentukan efektivitas dari setiap elemen
dan keseluruhan elemen. Tujuan yang menuntun strategi penetapan harga haruslah
4
merupakan bagian dari tujuan yang menuntun strategi pemasaran secara keseluruhan.
Oleh karena itu tidaklah benar bila harga dipandang sebagai elemen yang mandiri dari
bauran pemasaran, karena harga itu sendiri adalah elemen sentral dalam bauran
pemasaran.
Sementara itu dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai
indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas
suatu barang atau jasa. Nilai (value) dapat didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang
dirasakan dengan harga. Dengan demikian pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang
dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula. Seringkali pula
dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan
suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau
jasa substitusi. Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan
para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.
Peranan alokasi dari harga adalah fungsi harga dalam membantu para pembeli
untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan
berdasarkan kekuatan membelinya. Dengan demikian adanya harga dapat membantu para
pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan kekuatan membelinya pada berbagai
jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang
tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. Peranan informasi dari
harga adalah fungsi harga dalam "mendidik" konsumen mengenai faktor produk,
misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami
kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang
sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.
3
tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum. Oleh karena itu ada pula
perusahaan yang menggunakan pendekatan target laba, yakni tingkat laba yang sesuai
atau pantas sebagai sasaran laba. Ada dua jenis target laba yang biasa digunakan,
yaitu target marjin dan target ROI (Return On Investment).
5. Tujuan-tujuan lainnya.
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari
campur tangan pemerintah. Tujuan-tujuan penetapan harga di atas memiliki implikasi
penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus
konsisten dengan cara yang ditempuh perusahaan dalam menetapkan posisi relatifnya
dalam persaingan. Misalnya, pemilihan tujuan laba mengandung makna bahwa
perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing. Pilihan ini dapat diterapkan dalam
3 kondisi, yaitu:
1. tidak ada pesaing;
2. perusahaan beroperasi pada kapasitas produksi maksimum;
3. harga bukanlah merupakan atribut yang penting bagi pembeli.
4
Model Penentuan Harga.
Kotler dan Armstrong (1994, h. 341) berpendapat bahwa ada dua faktor utama
yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga, yakni faktor internal perusahaan
dan faktor lingkungan eksternal. Faktor internal perusahaan mencakup tujuan pemasaran
perusahaan, strategi bauran pemasaran, biaya, dan organisasi. Sedangkan faktor
lingkungan eksternal meliputi sifat pasar dan permintaan, persaingan, dan unsur-unsur
lingkungan lainnya.
Sejalan dengan teori Kotler dan Armstrong tersebut, Harper W. Boyd, Jr. dan
Orville C. Walker, Jr. (1982) mengajukan suatu model pengambilan keputusan secara
bertahap untuk penetapan harga dengan mempertimbangkan berbagai faktor internal
perusahaan dan lingkungan eksternal. Mengingat banyaknya faktor yang harus
diperhitungkan pada saat penetapan harga, maka keduanya menyarankan perlunya suatu
prosedur sistematis dalam menetapkan harga, yang dirasakan akan sangat membantu
tugas manajemen. Untuk itu mereka mengajukan suatu moedel proses pengambilan
keputusan mengenai penetapan harga, yang disarankan untuk digunakan terutama pada
saat untuk pertamakalinya keputusan harga akan dilakukan, misalnya saat pengenalan
produk baru atau pada saat akan dilakukannya negosiasi suatu kontrak kerja.
Terdapat banyak cara untuk menghitung harga, namun cara apapun yang
digunakan, satu hal yang tetap harus diperhitungkan adalah faktor situasional, baik yang
bersifat internal maupun eksternal.
Analisis internal lebih menekankan pada penilaian atau identifikasi kekuatan dan kelemahan
dari tiap-tiap divisi dalam upaya untuk mencari keunggulan-keunggulan yang
akan dapat dipakai untuk membedakan diri dari pesaing, sehingga harus
dilakukan melalui kacamata (sudut pandang) konsumen.
Analisis eksternal adalah penilaian terhadap kekuatan yang berada di luar perusahaan, di
mana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali untuk
mengendalikannya, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada
lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja semua perusahan dalam industri
tersebut. Lingkungan eksternal mencakup situasi perekonomian umum,
pelanggan, dan pesaing. Cara yang umumnya dilakukan dalam analisis
situasional antara lain adalah analisis produk, analisis pasar, analisis
pelanggan, dan analisis lingkungan. Semua faktor ini diperkirakan dapat
mempengaruhi atau menjadi kendala dalam usaha mencapai tujuan
perusahaan.
Adapun faktor situasional yang dianalisa dalam model penentuan harga ini adalah:
Pertanyaan yang mendasar dari strategi perusahaan adalah : " Bagaimana kita akan
bersaing dalam industri ini?" Jadi strategi perusahaan terutama memperhatikan
pendistribusian sumber daya yang ada pada daerah-daerah fungsional dan pasar produk
dalam upaya untuk memperoleh sustainable advantage terhadap kompetitornya. Porter (1980)
3
mengemukakan tiga strategi generik, yaitu diferensiasi, fokus, dan kepemimpinan harga.
Strategi pemasaran, yang termasuk dalam strategi fungsional, umumnya lebih terinci dan
mempunyai jangka waktu yang lebih pendek dibandingkan strategi perusahaan. Tujuan
pengembangan strategi fungsional adalah untuk mengkomunikasi tujuan jangka pendek,
menentukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan jangka pendek, dan
untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencapaian tujuan tersebut. Strategi
fungsional perlu dikoordinasikan satu sama lain untuk menghindari terjadinya konflik
kepentingan dalam organisasi.
3. Karakteristik Produk.
4. Karakteristik Kompetitor.
Menurut Porter (1985, h. 4), ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam
persaingan suatu industri, yaitu persaingan dalam industri yang bersangkutan, produk
substitusi, pemasok, pelanggan, dan ancaman pendatang baru. Informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk menganalisis karakteristik persaingan yang dihadapi antara lain meliputi :
a. Jumlah Perusahaan dalam Industri. Bila hanya ada satu perusahaan dalam industri,
maka secara teoritis perusahaan yang bersangkutan bebas menetapkan harganya
seberapapun. Akan tetapi sebaliknya, bila industri terdiri atas banyak perusahaan,
maka persaingan harga akan terjadi. Bila produk yang dihasilkan tidak terdiferensiasi,
maka hanya pemimpin industri yang leluasa menetuka perubahan harga.
b. Ukuran Relatif Setiap Anggota dalam Industri.Bila perusahaan memiliki pangsa pasar
yang besar, maka perusahaan yang bersangkutan dapat memegang inisiatif perubahan
harga. Bila pangsa pasarnya kecil, maka perusahaan tersebut hanya menjadi pengikut.
4
c. Diferensiasi Produk. Bila perusahaan berpeluang melakukan diferensiasi dalam
industrinya, maka perusahaan tersebut dapat mengendalikan aspek penetapan
harganya, bahkan sekalipun perusahaan itu kecil dan banyak pesaing dalam industri.
d. Kemudahan untuk Memasuki Industri yang Bersangkutan. Bila suatu industri mudah
untuk dimasuki, maka perusahaan yang ada sulit mempengaruhi atau mengendalikan
harga. Sedangkan bila ada hambatan yang masuk ke pasar (barrier to market entry),
maka perusahaan-perusahaan yang sudah ada dalam industri tersebut dapat
mengendalikan harga. Hambatan masuk ke pasar dapat berupa persyaratan teknologi,
investasi modal yang besar, ketidaktersediaan bahan baku pokok/utama, skala
ekonomis yang sudah dicapai perusahaan-perusahaan yang telah ada dan sulit diraih
oleh para pendatang baru, ataupun keahlian dalam pemasaran.
D. MAKE OR BUY
Keputusan membeli atau membuat sendiri dapat dibagi menjadi dua macam :
1. Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh perusahaan yang
sebelumnya memproduksi sendiri produknya, kemudian mempertimbangkan akan
membeli produk tersebut dari pemasok.
Umumnya merupakan keputusan manajemen jangka pendek, yang tidak menyangkut
investasi jangka panjang. Dua kemungkinan yang dihadapi oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan ini :
o Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar lebih
menguntungkan jika dipilih.
o Jika manfaat lebih kecil dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar
sebaiknya tidak dipilih.
Pengorbanan dari pemilihan alternatif membeli dari luar adalah sebesar biaya
diferensial yang berupa biaya yang dikelurkan untuk membeli produk dari
3
pemasok luar. Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membeli dari
luar lebih menguntungkan jika dipilih. Jika manfaat lebih kecil dari pengorbanan,
alternatif membeli dari luar sebaiknya tidak dipilih.
2. Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh perusahaan yang
sebelumnya membeli produk tertentu dari pemasok luar, kemudian
mempertimbangkan akan memproduksi sendiri produk tersebut. umumnya
merupakan keputusan manajemen jangka panjang, karena kemungkinan menyangkut
investasi dana dalam jumlah yang besar untuk pengadaan mesin dan perlengkapan
produksi.
4
Berbagai kemungkinan alternatif dalam keputusan membeli atau membuat sendiri
Membuat Keputusan
atau Jika (A+B) > C, alternatif membeli dapat dipilih
Membeli? Jika (A+B) < C, alternatif membeli tidak dapat dipilih
Keputusan
Jika selama umur ekonomis fasilitas produksi jumlah nilai tunai (A-B)
> C, alternatif membuat sendiri dapat dipilih
Contoh soal : Diferensial dalam alternatif pengambilan keputusan membeli atau membuat
sendiri
3
Perbuah100.000 buah
Biaya bahan bakuRp. 5Rp. 500.000
Biaya tenaga kerja variabelRp.101.000.000
Biaya overhead pabrik variabelRp. 3300.000
Biaya overhead pabrik tetap terhindarkanRp. 4400.000
(avoidable fixed factory overhead )
Biaya overhead pabrik tetap bersamaRp. 5500.000
(jion fixed factory overhead )
Jumlah biaya produksiRp. 27Rp. 2.700.000
Gbr. 7.4 Biaya produksi penuh (Full Costs of production) suku cadang A
Jawab:
Manfaat :
Biaya diferensial (Biaya terhindarkan )
Biaya-biaya variabel (biaya bahan baku,biaya tenaga kerja variabel Rp.18
dan overhead variabel )Biaya tetap terhindarkan Rp. 4
Jumlah biaya terhindarkan jika membeli dari luar Rp. 22
Pengorbanan :
Biaya Diferensial Harga beli jika membeli dari luar Rp.25
Kerugian jika membeli dari luar Rp. 3
Dari data tersebut jelas terlihat bahwa alternatif tetap memproduksi sendiri yang
menguntungkan, karena jika membeli dari luar pengorbanan yang dikeluarkan adalah Rp. 25
perbuah. Sedangkan penghematan yang diperoleh ( berupa biaya terhindarkan ) hanya
sebesar Rp. 22 perbuah.
PT. X berusaha dalam bidang perakitan. Suku cadang A dari produk rakitannya selama ini
dibeli dari pemasok luar dengan harga Rp. 35 persatuan. Kebutuhan suku cadang tersebut
berjumlah 100.000 satuan setahun. Manajemen perusahaan tersebut mempertimbangkan
untuk memproduksi sendiri suku cadang tersebut.Taksiran biaya produksi suku cadang A jika
diproduksi sendiri disajikan dalam gambar 7.5.
Perbuah100.000 buah
Biaya bahan bakuRp. 5Rp. 500.000
Biaya tenaga kerja variabelRp.101.000.000
Biaya overhead pabrik variabelRp. 3300.000
Biaya overhead pabrik tetap terhindarkanRp. 4400.000
(avoidable fixed factory overhead )
Biaya overhead pabrik tetap bersamaRp. 5500.000
(jion fixed factory overhead )
Jumlah biaya produksiRp. 27Rp. 2.700.000
Jawab:
Manfaat :
Biaya diferensial (Biaya terhindarkan )
Harga beli jika membeli dari luar Rp. 35 Rp.3.500.000
Pengorbanan :
4
Biaya Diferensial
Taksiran biaya produksi suku cadang A 27 Rp.2.700.000
Dari data tersebut jelas terlihat bahwa alternatif tetap memproduksi sendiri yang
menguntungkan, karena jika membeli dari luar pengorbanan yang dikeluarkan adalah Rp. 35
perbuah atau Rp.3.500.000 pertahun. Sedangkan taksiran biaya produksi jika suku cadang
tersebut dibuat sendiri hanya sebesar Rp. 27 per buah Rp. 2.700.000.
Manajemen puncak dihadapkan pada pilihan menjual produk tertentu pada kondisinya
sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk lain yang lebih tinggi harga
jualnya. Dalam pengambilan keputusan macam ini, informasi akuntansi diferensial yang
diperlukan oleh manajemen adalah pendapatan diferensial dengan biaya diferensial jika
alternatif memproses lebih lanjut dipilih.
Proses pengambilan keputusan terhadap alternatif menjual atau memproses lebih lanjut
suatu produk, dengan pertimbangan:
Munculnya pendapatan differensial dan biaya differensial
Memiliki kemampuan untuk memproses lebih lanjut
Ada peluang pasar yang lebih baik atas produk yang dibuat
Produk A mempunyai harga jual sebesar Rp. 10.000 persatuan pada kondisinya sekarang.
Biaya penuh ( full costs ) persatuan produk A dihitung seperti disajikan pada gbr:
Misalnya:
Di pasar telah terjadi perkembangan baru meningkatnya permintaan customer
terhadap produk A-1 pada harga jual Rp.18.500 persatuan. Produk A-1 merupakan hasil
pengolahan lebih lanjut produk A. Jika dilihat tambahan pendapatan jika produk A diolah
lebih lanjut menjadi produk A-1, perusahaan akan memperoleh pendapatan diferensial Rp.
8.500 persatuan. Namun dalam pertimbangan pengambilan keputusan ini, informasi
pendapatan diferensial perlu ditandingkan dengan informasi biaya diferensial.
3
a. Dalam perhitungan biaya diferensial jika alternatif pengolahan lebih lanjut produk A
menjadi produk A-1 dipilih, perlu dipertimbangkan kondisi berikut ini: Apakah
pengolahan lebih lanjut produk A-1 tsb memerlukan investasi pada fasilitas mesin &
ekuipmen? Jika jawabannya tidak, maka pengambilan keputusan ini bersifat jk
pendek dan informasi yang relevan untuk dipertimbangkan adalah pendapatan
diferensial dan biaya diferensial. Jika pendapatan diferensial lebih tinggi dari biaya
diferensial maka alternatif untuk mengolah lebih lanjut suatu produk dapat dipilih.
Sebaliknya jika pendapatan diferensial lebih kecil dari biaya diferensial maka
alternatif untuk mengolah lebih lanjut suatu produk ditolak
b. Jika pengolahan lebih lanjut produk A menjadi produk A-1 memerlukan investasi
dalam mesin & ekuipmen, maka hal ini menyangkut pengambilan keputusan investasi
yang bersifat jangka panjang. Dalam pengambilan keputusan ini informasi yang
relevan tidak hanya pendapatan & biaya diferensial tp menyangkut juga aktiva
diferensial.
Contoh :
Misalkan pengolahan lebih lanjut produk A menjadi A-1 tersebut tidak memerlukan investasi
dalam mesin & ekuipmen, namun hanya memerlukan biaya pengolahan lebih lanjut (biaya
diferensial) sebesar Rp. 5.000 persatuan, maka perhitungan informasi akuntansi diferensial
adalah sbb:
Pendapatan diferensialRpxx
Tidak diperlukan
tambahan fasilitas
produksi
Biaya diferensialRpxx -
A
Keputusan
Menjual atau Jika A positif, pilih alternatif memproses lebih lanjut
memproses Jika A negatif, jangan pilih alternatif memproses lebih lanjut
lebih lanjut
Pendapatan diferensialRpxx
Diperlukan Biaya diferensialRpxx -
tambahan A
fasilitas
produksi Aktiva diferensialB
Keputusan
Jika jumlah nilai tunai A selama umur ekonomis fasilitas produksi lebih besar
daripada B, alternatif memproses lebih lanjut sebaiknya dipilih
Jika jumlah nilai tunai A selama umur ekonomis fasilitas produksi lebih kecil
daripada B, alternatif memproses lebih lanjut sebaiknya tidak dipilih
4
F. KEEP OR DROP
Manfaat :
Biaya diferensial berupa biaya yang terhindarkan dengan ditutupnya
Kegiatan usaha Departemen barang kelontang:
Biaya variabel Rp. 12.000.000
Biaya tetap terhindarkan Rp.11.000.000
3
Total manfaat (benefit) Rp.23.000.000
Pengorbanan
Pendapatan diferensial yang berupa pendapatan
Penjualan yang hilang dengan ditutupnya kegiatan
Usaha departemen barang kelontong Rp. 25.000.000
Manfaat lebih kecil dari pengorbanan jika alternatif menghentikan kegiatan
Usaha departemen brg kelontong dipilih Rp 2.000.000
Biaya diferensial:
Fasilitas produksi biaya terhindarkanRpxx
yang lama dihentikan
pemakaiannya Pendapatan diferensial:
foregone revenuesRpxx -
A
Menghentikan atau Keputusan
melanjutkan produksi / Jika A positif, penghentian produksi produk sebaiknya dipilih
kegiatan Jika A negatif, penghentian produksi produk sebaiknya tidak dipilih
Biaya diferensial:
* Biaya terhindarkanRpxx
Fasilitas produksi lama * Biaya kesempatanRpxx -
dapat dimanfaatkan dalam Jumlah biaya diferensialRpxx
kegiatan bisnis yang lain
Pendapatan diferensial:
foregone revenuesRpxx -
A
Keputusan
Jika A positif, penghentian produksi produk sebaiknya dipilih
Jika A negatif, penghentian produksi produk sebaiknya tidak dipilih
4
pendapatan diferensial lebih rendah dibandingkan dengan biaya difernsial, maka pesanan
khusus sebaiknya ditolak.
Contoh :
PT. Oki memproduksi produk X dalam pabrik yang berkapasitas 200.000 satuan pertahun.
Untuk tahun anggaran 20X1 perusahaan merencanakan akan memproduksi dan menjual
produk X sebanyak 150.000 satuan dengan harga jual sebesar Rp.1.250 persatuan. Anggaran
biaya untuk tahun tsb sbb :
Persatuan Total
Biaya Variabel:
By. Produksi variabel Rp.400 Rp.60.000.000
By.komersial variabel 120 18.000.000
Biaya Tetap:
By.Produksi tetap 300 45.000.000
By. Komersial tetap 150 22.500.000
Rp.970 Rp.145.000.000
Rp.15.600.000
Laba Diferensial Rp. 6.900.000
Nb. Pendapatan & biaya diferensial yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan
Menerima atau menolak pesanan khusus.
Berdasarkan informasi akuntansi diferensial seperti disajikan diatas maka sebaiknya PT. Oki
menerima pesanan khusus tersebut.
3
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan (decision making) adalah memilih salah satu diantara
berbagai alternative tindakan yang ada. Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar
ukuran tertentu, apakah probabilitas atau penghematan cost.
Para manajer berusaha menyusun situasi pengambilan keputusan dalam bentuk
kuantitatif sebanyak mungkin, sehingga pilihan diantara berbagai alternative dapat dibuat
dengan dasar yang sistematik. Jadi dengan informasi kuantitatif, para para pengambil
keputusan dapat mengikuti proses yang logis di dalam memilih berbagai alternative, dapat
mempertanggungjawabkan setiap langkah yang diambil, dan dapat mengevaluasi hasil –
hasil yang dicapai.
Proses pengambilan keputusan meliputi 4 tahap, yaitu:
1. Menentukan masalah dengan penekanan pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Mengidentifikasi berbagai alternative tindakan.
3. Mendapatkan informasi relevan dan menyingkirkan informasi yang tidak relevan
4. Membuat keputusan.
B. Saran
Kami selaku pembuat makalah menyadari akan kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan, maupun penyusunan makalah ini. Maka dengan ini kami mengharapkan kritik
dan saran kepada pembaca, khususnya Dosen kami supaya dalam pembuatan selanjutnya
kami dapat menyusun lebih baik dari sebelumnya.
3
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8856445/Pengambilan_Keputusan_Jangka_Pendek