Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN JANGKA


PENDEK-MARKETING ASPECT
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen
Dosen pengampu : Achmad Nasrullah, S.Pd., M.Ak.

Disusun Oleh : Kelompok 6


1. Ayu Sulistiawati (1903011023)
2. Dian Novitasari (103011025)
3. Rofi’ah (1903011028)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


CITANGKIL-CILEGON
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat hidayah dan taufiqnya
kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Pengambilan
Keputusan Jangka Pendek”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
“Akuntansi Manajemen”, makalah ini yang diharapkan bisa menambah wawasan dan dapat
bermanfaat dalam dunia Pendidikan. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, serta masih banyak
kekurangan dan kesalahannya. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan mudah-
mudahan makalah ini dapat mendorong kita untuk lebih giat dalam proses menimba ilmu
sebanyak-banyaknya.

Cilegon, 10 Maret 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..…ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

Latar Belakang........................................................................................................................1

Tujuan.....................................................................................................................................1

Rumusan Masalah..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

Pengertian Pengambilan Keputusan.......................................................................................2

Konsep Biaya Relevan...........................................................................................................2

Penentuan Harga.....................................................................................................................3

BAB III PENUTUP....................................................................................................................9

Kesimpulan.............................................................................................................................9

Saran.......................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengambilan keputusan (decision making) adalah memilih salah satu diantara
berbagai alternative tindakan yang ada. Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar
ukuran tertentu, apakah probabilitas atau penghematan cost.
Perusahaan adalah suatu organisasi yang menggunakan dan mengkoodinir sumber-
sumber ekonomi untuk menghasilkan produk agar dapat memuaskan kebutuhan
konsumen atau masyarakat dengan tujuan akhir untuk memperoleh keuntungan atau laba.
Berdasarkan karakteristik kegiatan produksi dan produk yang dihasilkan, perusahaan
dapat digolongkan menjadi tiga jenis utama yaitu perusahaan jasa, perdagangan dan
pemanufakturan.
B. Tujuan
Disusunnya makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam upaya
mengetahui dan memperdalam pengetahuan di bidang Akuntansi Manajemen khususnya
yang berkaitan dengan materi pengambilan keputusan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada latar belakang, maka terlihat pentingnya pemahaman
mengenai Apa yang dimaksud pengambilan keputusan, konsep biaya relevan dan
penentuan harga. Pemahaman tentang analisis pengambilan keputusan jangka pendek
akan menjadi lebih penting bagi perusahaan di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (decision making) adalah memilih salah satu diantara
berbagai alternative tindakan yang ada. Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar
ukuran tertentu, apakah probabilitas atau penghematan cost.
Para manajer berusaha menyusun situasi pengambilan keputusan dalam bentuk
kuantitatif sebanyak mungkin, sehingga pilihan diantara berbagai alternative dapat dibuat
dengan dasar yang sistematik. Jadi dengan informasi kuantitatif, para para pengambil
keputusan dapat mengikuti proses yang logis di dalam memilih berbagai alternative, dapat
mempertanggungjawabkan setiap langkah yang diambil, dan dapat mengevaluasi hasil –
hasil yang dicapai.
Proses pengambilan keputusan meliputi 4 tahap, yaitu:
1.      Menentukan masalah dengan penekanan pada tujuan yang hendak dicapai.
2.      Mengidentifikasi berbagai alternative tindakan.
3.      Mendapatkan informasi relevan dan menyingkirkan informasi yang tidak relevan
4.      Membuat keputusan.

Setiap perusahaan pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba
dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Dalam usaha mempertahankan
eksistensinya, setiap perusahaan berupaya memenuhi permintaan produk atau jasa.
Permintaan produk atau jasa yang ditawarkan suatu perusahaan dapat meningkat. Permintaan
tersebut kemungkinan dapat melebihi kemampuan perusahaan. Peningkatan ini membuat
perusahaan harus membuat keputusan mengenai tindakan yang akan diambil. Dalam hal ini
perusahaan akan mencoba untuk memenuhi peningkatan permintaan dengan mengembangkan
kapasitas atau kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan. Untuk itu diperlukan
informasi-informasi yang memadai untuk mengurangi resiko ketidakpastian dalam
pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.

Manajemen seringkali menemukan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan


untuk pemecahan masalah yang dihadapi perusahaan. Beberapa pilihan keputusan dapat
dibuat perusahaan berdasarkan informasi khusus untuk memenuhi tujuan tertentu pihak
managemen tersebut. Dalam tingkat-tingkat pengambilan keputusan dibagi menjadi beberapa
macam yang salah satunya yaitu pengambilan keputusan taktis (pengambilan keputusan
jangka pendek di antara berbagai alternative dengan hasil yang langsung atau terbatas yang
dapat dilihat). Keputusan jangka pendek merupakan keputusan yang diambil manajer, dimana
hasil dari keputusan tersebut dapat langsung dirasakan pada tahun dimana keputusan tersebut
diambil. Altrenatif yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan jangka pendek
antara lain yaitu; apakah pesanan dibawah harga pokok diterima atau ditolak, menjual
sekarang atau memproses lebih lanjut produk tertentu.

Nilai dari sebuah informasi dalam proses pengambilan keputusan adalah sangat
berharga, karena hanya dengan informasi yang baik dan benar seorang manajer dapat
2
mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan pada masa yang
akan datang. Pada umumnya pengambilan keputusan akan lebih baik jika didasarkan atas
analisa dan penilaian yang cermat dari pada keputusan yang hanya didasarkan atas instuisi.

Informasi yang digunakan manajemen dalam pengambilan keputusan menurut Abdul


Halim dan Bambang Supomo (1990, hal.4) dapat digambarkan sebagai berikut

Informasi kuantitatif merupakan informasi yang berkaitan dengan fakta yang dapat
dikuantitatifkan satuannya, misalnya mengenai berat, panjang, isi, luas, dan lain-lian.
Sedangkan informasi kuantitatif merupakan informasi yang tidak dapat diukur dalam bentuk
satuan, misalnya berita- berita di majalah, surat kabar, percakapan (dialog), dan lain-lain.
Informasi akuntansi biasanya dinyatakan dengan uang, misalnya persediaan bahan baku
Rp.50.000,-. Informasi bukan akuntansi dapat berupa umur, pengalaman kerja, jumlah
karyawan, penggantian direktur, dan lain-lain. informasi operasi merupakan sumber
informasi akuntansi yakni, sebagai penyedia data-data yang diperlukan dalam penyusutan
laporan keuangan dan laporan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan menghasilkan
informasi untuk pihak ekstern dalam bentuk laporan keuangan dan akuntansi manajemen
memberikan informasi untuk manajemen.

Proses pengambilan keputusan jangka pendek tidak memerlukan waktu yang lama
karena informasi yang tersedia cukup lengkap (full information). Dalam hal ini seorang
akuntan manajemen harus mempunyai keahlian dan wawasan yang luas dalam bidang
akuntansi manajemen, sehingga informasi yang tersedia di perusahaan dapat dianalisa dengan
tepat dan relevan dengan masalah yang dihadapi, dengan tujuan keputusan yang diambil
manajer tidak merugikan perusahaan.

3
B. KONSEP BIAYA RELEVAN

Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang tepat akan
berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya tersebut. Biasanya, biaya
berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar. Jika kita membeli sebuah
produk secara tunai dan kemudian segera menggunakan produk tersebut, maka tidak akan ada
masalah yang timbul dalam pendefinisian dan pengukuran biaya produk tersebut. Namun
demikian, jika barang tersebut dibeli lalu disimpan untuk sementara waktu dan kemudian baru
rumit lagi, jika barang tersebut merupakan aset yang bermacam-macam pada beberapa
periode waktu yang tak terbatas. Pertanyaannya, “Lantas berapa biaya penggunaan aset
tersebut selama periode tertentu?”.

Biaya yang akan digunakan untuk suatu penggunaan tertentu disebut biaya
relevan (relevant cost). Pada saat penghitungan biaya yang akan digunakan untuk melengkapi
formulir pajak pendapatan sebuah perusahaan, para akuntan diperlukan untuk membuat
perincian jumlah rupiah yang aktual yang dikeluarkan untuk membeli tenaga kerja,
bahan baku dan peralatan modal yang digunakan dalam produksi. Dan untuk tujuan-
tujuan pembayaran pajak, pengeluaran rupiah historis adalah biaya relevan yang
dimaksudkan di atas. Penggunaan konsep biaya relevan untuk keputusan penentu tingkat
output dan harga secara tepat membutuhkan suatu pemahaman tentang hubungan antara
biaya dan output suatu perusahaan atau dengan kata lain fungsi biayanya tergantung
pada fungsi produksi perusahaan dan fungsi penawaran pasar dari input-input yang
digunakan perusahaan tersebut. Sedangkan Biaya relevan itu sendiri merupakan biaya yang
akan terjadi karena sebuah keputusan.

Syarat Relevant Cost

1. Merupakan Biaya masa yang akan datang.


2. Berbeda antara alternatif tindakan.

Dalam rangka untuk pengambilan keputusan, biaya relevan harus memiliki manfaat yang
paling tinggi. Agar supaya biaya disebut biaya relevan, maka biaya tersebut :

- Harus berbeda pada waktu dilakukan perbandingan pilihan keputusan. Apabila suatu
biaya meningkat, menurun, mun cul ataupun menghilang pada waktu suatu tindakan
yang berbeda dievaluasi, maka biaya tadi boleh disebut relevan.
- Harus bernilai kini atau masa yang akan datang.

C. PENENTUAN HARGA
 Strategi Penentuan Harga

Harga merupakan elemen penting dalam strategi pemasaran dan harus senantiasa
dilihat dalam hubungannya dengan strategi pemasaran. Harga berinteraksi dengan seluruh
elemen lainnya dalam bauran pemasaran untuk menentukan efektivitas dari setiap elemen
dan keseluruhan elemen. Tujuan yang menuntun strategi penetapan harga haruslah

4
merupakan bagian dari tujuan yang menuntun strategi pemasaran secara keseluruhan.
Oleh karena itu tidaklah benar bila harga dipandang sebagai elemen yang mandiri dari
bauran pemasaran, karena harga itu sendiri adalah elemen sentral dalam bauran
pemasaran.

Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan


pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Dari sudut pandang pemasaran, harga
merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang
ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikian atas penggunaan suatu barang atau jasa.
Pengertian ini sejalan dengan konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran.

Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba


perusahaan. Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas barang yang dijual.
Selain itu secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya, karena kuantitas yang
terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan efisiensi
produksi. Oleh karena itu penetapan harga mempengaruhi pendapatan total dan biaya
total, maka keputusan dan strategi penetapan harga memegang peranan penting dalam
setiap perusahaan.

Sementara itu dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai
indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas
suatu barang atau jasa. Nilai (value) dapat didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang
dirasakan dengan harga. Dengan demikian pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang
dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula. Seringkali pula
dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan
suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau
jasa substitusi. Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan
para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.

Peranan alokasi dari harga adalah fungsi harga dalam membantu para pembeli
untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan
berdasarkan kekuatan membelinya. Dengan demikian adanya harga dapat membantu para
pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan kekuatan membelinya pada berbagai
jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang
tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. Peranan informasi dari
harga adalah fungsi harga dalam "mendidik" konsumen mengenai faktor produk,
misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami
kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang
sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

 Tujuan Penentuan Harga

Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penentuan harga, yaitu :

1. Tujuan Berorientasi pada Laba.


Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu
memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan
istilah maksimisasi laba. Dalam era persaingan global, kondisi yang dihadapi semakin
kompleks dan semakin banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap
perusahaan, sehingga tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti

3
tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum. Oleh karena itu ada pula
perusahaan yang menggunakan pendekatan target laba, yakni tingkat laba yang sesuai
atau pantas sebagai sasaran laba. Ada dua jenis target laba yang biasa digunakan,
yaitu target marjin dan target ROI (Return On Investment).

2. Tujuan Berorientasi pada Volume.


Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan
harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa
dikenal dengan istilah volume pricing objective. Harga ditetapkan sedemikian rupa
agar dapat mencapai target volume penjualan atau pangsa pasar. Tujuan ini banyak
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan penerbangan.

3. Tujuan Berorientasi pada Citra.


Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan
harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk
membentuk citra nilai tertentu (image of value), misalnya dengan memberikan
jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu.
Pada hakekatnya baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk
meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang
ditawarkan perusahaan.

4. Tujuan Stabilisasi Harga.


Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu
perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula
harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi
harga dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi
dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang
stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).

5. Tujuan-tujuan lainnya.
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari
campur tangan pemerintah. Tujuan-tujuan penetapan harga di atas memiliki implikasi
penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus
konsisten dengan cara yang ditempuh perusahaan dalam menetapkan posisi relatifnya
dalam persaingan. Misalnya, pemilihan tujuan laba mengandung makna bahwa
perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing. Pilihan ini dapat diterapkan dalam
3 kondisi, yaitu:
1. tidak ada pesaing;
2. perusahaan beroperasi pada kapasitas produksi maksimum;
3. harga bukanlah merupakan atribut yang penting bagi pembeli.

Berbeda dengan tujuan laba, pemilihan tujuan volume dilandaskan pada


strategi mengalahkan atau mengatasi persaingan. Sedangkan tujuan stabilisasi
didasarkan pada strategi menghadapi atau memenuhi tuntutan persaingan. Dalam
tujuan volume dan stabilisasi, perusahaan harus dapat menilai tindakan-tindakan
pesaingnya. Dalam tujuan berorientasi pada citra, perusahaan berusaha menghindari
persaingan dengan jalan melakukan diferensiasi produk atau dengan jalan melayani
segmen pasar khusus.

4
 Model Penentuan Harga.

Kotler dan Armstrong (1994, h. 341) berpendapat bahwa ada dua faktor utama
yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga, yakni faktor internal perusahaan
dan faktor lingkungan eksternal. Faktor internal perusahaan mencakup tujuan pemasaran
perusahaan, strategi bauran pemasaran, biaya, dan organisasi. Sedangkan faktor
lingkungan eksternal meliputi sifat pasar dan permintaan, persaingan, dan unsur-unsur
lingkungan lainnya.

Sejalan dengan teori Kotler dan Armstrong tersebut, Harper W. Boyd, Jr. dan
Orville C. Walker, Jr. (1982) mengajukan suatu model pengambilan keputusan secara
bertahap untuk penetapan harga dengan mempertimbangkan berbagai faktor internal
perusahaan dan lingkungan eksternal. Mengingat banyaknya faktor yang harus
diperhitungkan pada saat penetapan harga, maka keduanya menyarankan perlunya suatu
prosedur sistematis dalam menetapkan harga, yang dirasakan akan sangat membantu
tugas manajemen. Untuk itu mereka mengajukan suatu moedel proses pengambilan
keputusan mengenai penetapan harga, yang disarankan untuk digunakan terutama pada
saat untuk pertamakalinya keputusan harga akan dilakukan, misalnya saat pengenalan
produk baru atau pada saat akan dilakukannya negosiasi suatu kontrak kerja.

 Pengaruh dan Kendala yang perlu diperhitungkan dalam penentuan harga.

Terdapat banyak cara untuk menghitung harga, namun cara apapun yang
digunakan, satu hal yang tetap harus diperhitungkan adalah faktor situasional, baik yang
bersifat internal maupun eksternal.
Analisis internal lebih menekankan pada penilaian atau identifikasi kekuatan dan kelemahan
dari tiap-tiap divisi dalam upaya untuk mencari keunggulan-keunggulan yang
akan dapat dipakai untuk membedakan diri dari pesaing, sehingga harus
dilakukan melalui kacamata (sudut pandang) konsumen.

Analisis eksternal adalah penilaian terhadap kekuatan yang berada di luar perusahaan, di
mana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali untuk
mengendalikannya, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada
lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja semua perusahan dalam industri
tersebut. Lingkungan eksternal mencakup situasi perekonomian umum,
pelanggan, dan pesaing. Cara yang umumnya dilakukan dalam analisis
situasional antara lain adalah analisis produk, analisis pasar, analisis
pelanggan, dan analisis lingkungan. Semua faktor ini diperkirakan dapat
mempengaruhi atau menjadi kendala dalam usaha mencapai tujuan
perusahaan.

Adapun faktor situasional yang dianalisa dalam model penentuan harga ini adalah:

1. Strategi Perusahaan dan Strategi Pemasaran.

Pertanyaan yang mendasar dari strategi perusahaan adalah : " Bagaimana kita akan
bersaing dalam industri ini?" Jadi strategi perusahaan terutama memperhatikan
pendistribusian sumber daya yang ada pada daerah-daerah fungsional dan pasar produk
dalam upaya untuk memperoleh sustainable advantage terhadap kompetitornya. Porter (1980)

3
mengemukakan tiga strategi generik, yaitu diferensiasi, fokus, dan kepemimpinan harga.
Strategi pemasaran, yang termasuk dalam strategi fungsional, umumnya lebih terinci dan
mempunyai jangka waktu yang lebih pendek dibandingkan strategi perusahaan. Tujuan
pengembangan strategi fungsional adalah untuk mengkomunikasi tujuan jangka pendek,
menentukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan jangka pendek, dan
untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencapaian tujuan tersebut. Strategi
fungsional perlu dikoordinasikan satu sama lain untuk menghindari terjadinya konflik
kepentingan dalam organisasi.

2. Karakteristik Pasar Sasaran.

Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok


pelanggan yang berbeda, sedangkan proses memutuskan pasar mana yang akan dituju disebut
target marketing yang menghasilkan target market (pasar sasaran). Pemahaman terhadap
pasar sasaran dibutuhkan untuk mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi keinginan
pelanggan dan menetukan keputusan membelinya. Baik pada pasar konsumen maupun pada
pasar industrial, perlu diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan pelanggan atau benefit
yang mereka cari, seberapa jauh dibutuhkan inovasi dalam memperkenalkan produk tersebut,
bagaimana lokasi geografis dari pasar sasaran, dan apa saja yang menjadi kebiasaan hidup
mereka.

3. Karakteristik Produk.

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk


diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan
kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk dapat didefinisikan sebagai
persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara lebih
terinci konsep produk total meliputi barang, kemasan, mereka, label, pelayanan, dan jaminan,
yang mempunyai tujuan akhir untuk mencapai kepuasan pelanggan.

4. Karakteristik Kompetitor.

Menurut Porter (1985, h. 4), ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam
persaingan suatu industri, yaitu persaingan dalam industri yang bersangkutan, produk
substitusi, pemasok, pelanggan, dan ancaman pendatang baru. Informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk menganalisis karakteristik persaingan yang dihadapi antara lain meliputi :

a. Jumlah Perusahaan dalam Industri. Bila hanya ada satu perusahaan dalam industri,
maka secara teoritis perusahaan yang bersangkutan bebas menetapkan harganya
seberapapun. Akan tetapi sebaliknya, bila industri terdiri atas banyak perusahaan,
maka persaingan harga akan terjadi. Bila produk yang dihasilkan tidak terdiferensiasi,
maka hanya pemimpin industri yang leluasa menetuka perubahan harga.

b. Ukuran Relatif Setiap Anggota dalam Industri.Bila perusahaan memiliki pangsa pasar
yang besar, maka perusahaan yang bersangkutan dapat memegang inisiatif perubahan
harga. Bila pangsa pasarnya kecil, maka perusahaan tersebut hanya menjadi pengikut.

4
c. Diferensiasi Produk. Bila perusahaan berpeluang melakukan diferensiasi dalam
industrinya, maka perusahaan tersebut dapat mengendalikan aspek penetapan
harganya, bahkan sekalipun perusahaan itu kecil dan banyak pesaing dalam industri.

d. Kemudahan untuk Memasuki Industri yang Bersangkutan. Bila suatu industri mudah
untuk dimasuki, maka perusahaan yang ada sulit mempengaruhi atau mengendalikan
harga. Sedangkan bila ada hambatan yang masuk ke pasar (barrier to market entry),
maka perusahaan-perusahaan yang sudah ada dalam industri tersebut dapat
mengendalikan harga. Hambatan masuk ke pasar dapat berupa persyaratan teknologi,
investasi modal yang besar, ketidaktersediaan bahan baku pokok/utama, skala
ekonomis yang sudah dicapai perusahaan-perusahaan yang telah ada dan sulit diraih
oleh para pendatang baru, ataupun keahlian dalam pemasaran.

D. MAKE OR BUY
Keputusan membeli atau membuat sendiri dapat dibagi menjadi dua macam :

1. Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh perusahaan yang
sebelumnya memproduksi sendiri produknya, kemudian mempertimbangkan akan
membeli produk tersebut dari pemasok.
Umumnya merupakan keputusan manajemen jangka pendek, yang tidak menyangkut
investasi jangka panjang. Dua kemungkinan yang dihadapi oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan ini :

a. Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi tidak dapat dimanfaatkan jika


produk dihentikan produksinya karena manajemen memilih alternatif membeli
dari luar. Untuk pengambilan keputusan, manajemen perlu memperhitungkan
pengorbanan dan manfaat dari pemilihan alternatif membeli atau membuat
sendiri. manfaat dari pemilihan alternatif membeli dari luar yaitu besarnya biaya
diferensial yang berupa biaya yang terhindarkan (avoidable cost) jika kegiatan
membuat sendiri dihentikan. Pengorbanan dari pemilihan alternatif membeli dari
luar yaitu : sebesar biaya diferensial yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk
membeli produk dari pemasok luar.

o Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar lebih
menguntungkan jika dipilih.

o Jika manfaat lebih kecil dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar
sebaiknya tidak dipilih.

b. Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi dapat dimanfaatkan untuk usaha


lain yang mendatangkan laba, jika produk dihentikan produksinya, karena
manajemen memilih alternatif membeli dari luar. Jika perusahaan sebelumnya
membuat sendiri kemudian mempertimbangkan akan membeli dari luar, manfaat
dari pemilihan alternatif membeli dari luar adalah besarnya biaya diferensial, yang
berupa biaya yang terhindarkan (avoidable cost) jika kegiatan membuat sendiri
dihentikan dan pendapatan diferensial dari pemanfaatan fasilitas dalam usaha
bisnis lain.

Pengorbanan dari pemilihan alternatif membeli dari luar adalah sebesar biaya
diferensial yang berupa biaya yang dikelurkan untuk membeli produk dari

3
pemasok luar. Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membeli dari
luar lebih menguntungkan jika dipilih. Jika manfaat lebih kecil dari pengorbanan,
alternatif membeli dari luar sebaiknya tidak dipilih.

2. Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh perusahaan yang
sebelumnya membeli produk tertentu dari pemasok luar, kemudian
mempertimbangkan akan memproduksi sendiri produk tersebut. umumnya
merupakan keputusan manajemen jangka panjang, karena kemungkinan menyangkut
investasi dana dalam jumlah yang besar untuk pengadaan mesin dan perlengkapan
produksi.

Dua kemungkinan yang dihadapi oleh manajemen dalam pengambilan


keputusan ini :

a. Keputusan membuat sendiri tidak memerlukan tambahan fasilitas produksi,


karena manajemen dapat memanfaatkan kapasitas yang masih menganggur dari
mesin dan ekuipmen yang telah dimiliki sebelumnya. Jika perusahaan sebelumnya
membeli dari luar dan kemudian mempertimbangkan akan membuat sendiri,
manfaat dari pemilihan alternatif membuat sendiri adalah besarnya biaya
diferensial yang berupa biaya yang terhindarkan (avoidable cost) sebagai akibat
membeli produk dari pemasok luar.

Pengorbanan dari pemilihan alternatif membuat sendiri adalah sebesar biaya


diferensial yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sendiri
produk tersebut. Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membuat
sendiri lebih menguntungkan jika dipilih. Sebaliknya jika manfaat lebih kecil dari
pengorbanan alternatif membuat sendiri sebaiknya tidak dipilih.

b. Keputusan membuat sendiri akan mengakibatkan manajemen memerlukan


tambahan investasi dalam mesin dan ekuipmen . Jika perusahaan sebelumnya
membeli dari luar dan kemudiaan mempertimbangkan akan membuat sendiri,
serta memerlukan mesin dan ekuipmen untuk memproduksi sendiri,manfaat dari
pemilihan alternatif membuat sendiri adalah besarnya biaya diferensial yang
berupa biaya yang terhindarkan (avidable cost) sebagai akibat membeli produk
dari pemasok luar. Pengorbanan dari pemilihan alternatif membuat sendiri adalah
sebesar biaya diferensial yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi
sendiri produk tersebut.

Manfaat bersih yang diperoleh dibandingkan dengan besarnya investasi dalam


mesin dan ekuipmen (aktiva penuh) untuk memutuskan apakah manfaat bersih
yang diperoleh sebanding dengan investasi yang akan dilakukan.

4
Berbagai kemungkinan alternatif dalam keputusan membeli atau membuat sendiri

Fasilitas yang digunakan untuk membuat dihentikan pemakaiannya


Biaya diferensial berupa biaya terhindarkanA
Biaya diferensial berupa harga beli dari pemasok luarB

Perusahaan sekarang Keputusan


Jika A > B, alternatif membeli dapat dipilih
membuat dan
Jika A < B, alternatif membeli tidak dapat dipilih
mempertimbangkan
akan membeli dari
pemasok luar
(outsourcing) Fasilitas yang digunakan untuk membuat dapat disewakan atau
dioperasikan untuk kegiatan bisnis yang lain
Biaya diferensial berupa biaya terhindarkanA
Pendapatan diferensialB
Biaya diferensial berupa harga beli dari pemasok luarC

Membuat Keputusan
atau Jika (A+B) > C, alternatif membeli dapat dipilih
Membeli? Jika (A+B) < C, alternatif membeli tidak dapat dipilih

Tidak diperlukan tambahan fasilitas produksi


Biaya diferensial : harga beli yang dapat dihindariA
Biaya diferensial : biaya untuk membuatB
Perusahaan sekarang
membeli dari Keputusan
pemasok luar dan Jika A > B, alternatif membuat dapat dipilih
mempertimbangkan Jika A < B, alternatif membuat tidak dapat dipilih
akan membuat
sendiri (in-house
sourcing) Diperlukan tambahan fasilitas produksi
Biaya diferensial : harga beli yang dapat dihindariA
Biaya diferensial : biaya untuk membuatB
Aktiva diferensial berupa investasi dalam fasilitasC

Keputusan
Jika selama umur ekonomis fasilitas produksi jumlah nilai tunai (A-B)
> C, alternatif membuat sendiri dapat dipilih

Contoh soal : Diferensial dalam alternatif pengambilan keputusan membeli atau membuat
sendiri

PT.Yogyakarta berusaha dalam perakitan. Suku cadang A dari produk rakitannya


selama ini diproduksi sendiri dalam pabriknya. Kebutuhan suku cadang tersebut berjumlah
100.000 buah setahun.Biaya produksi suku cadang A disajikan pada gambar 7.4. Perusahaan
tersebut menerima tawaran dari perusahaan lain untuk membeli suku cadang A tersebut
dengan harga Rp. 25 perbuah. Ditinjau dari biaya, manajemen puncak perusahaan perlu
mempertimbangkan keputusan membeli suku cadang tersebut atau tetap memproduksi
sendiri.

3
Perbuah100.000 buah
Biaya bahan bakuRp. 5Rp. 500.000
Biaya tenaga kerja variabelRp.101.000.000
Biaya overhead pabrik variabelRp. 3300.000
Biaya overhead pabrik tetap terhindarkanRp. 4400.000
(avoidable fixed factory overhead )
Biaya overhead pabrik tetap bersamaRp. 5500.000
(jion fixed factory overhead )
Jumlah biaya produksiRp. 27Rp. 2.700.000

Gbr. 7.4 Biaya produksi penuh (Full Costs of production) suku cadang A
Jawab:

Manfaat :
Biaya diferensial (Biaya terhindarkan )
Biaya-biaya variabel (biaya bahan baku,biaya tenaga kerja variabel Rp.18
dan overhead variabel )Biaya tetap terhindarkan Rp. 4
Jumlah biaya terhindarkan jika membeli dari luar Rp. 22

Pengorbanan :
Biaya Diferensial Harga beli jika membeli dari luar Rp.25
Kerugian jika membeli dari luar Rp. 3

Dari data tersebut jelas terlihat bahwa alternatif tetap memproduksi sendiri yang
menguntungkan, karena jika membeli dari luar pengorbanan yang dikeluarkan adalah Rp. 25
perbuah. Sedangkan penghematan yang diperoleh ( berupa biaya terhindarkan ) hanya
sebesar Rp. 22 perbuah.

PT. X berusaha dalam bidang perakitan. Suku cadang A dari produk rakitannya selama ini
dibeli dari pemasok luar dengan harga Rp. 35 persatuan. Kebutuhan suku cadang tersebut
berjumlah 100.000 satuan setahun. Manajemen perusahaan tersebut mempertimbangkan
untuk memproduksi sendiri suku cadang tersebut.Taksiran biaya produksi suku cadang A jika
diproduksi sendiri disajikan dalam gambar 7.5.

Perbuah100.000 buah
Biaya bahan bakuRp. 5Rp. 500.000
Biaya tenaga kerja variabelRp.101.000.000
Biaya overhead pabrik variabelRp. 3300.000
Biaya overhead pabrik tetap terhindarkanRp. 4400.000
(avoidable fixed factory overhead )
Biaya overhead pabrik tetap bersamaRp. 5500.000
(jion fixed factory overhead )
Jumlah biaya produksiRp. 27Rp. 2.700.000

Jawab:

Manfaat :
Biaya diferensial (Biaya terhindarkan )
Harga beli jika membeli dari luar Rp. 35 Rp.3.500.000

Pengorbanan :
4
Biaya Diferensial
Taksiran biaya produksi suku cadang A 27 Rp.2.700.000

Keuntungan jika memproduksi sendiri Rp. 12 Rp. 1.200.000

Dari data tersebut jelas terlihat bahwa alternatif tetap memproduksi sendiri yang
menguntungkan, karena jika membeli dari luar pengorbanan yang dikeluarkan adalah Rp. 35
perbuah atau Rp.3.500.000 pertahun. Sedangkan taksiran biaya produksi jika suku cadang
tersebut dibuat sendiri hanya sebesar Rp. 27 per buah Rp. 2.700.000.

E. SELL OR PROCESS FURTHER

Manajemen puncak dihadapkan pada pilihan menjual produk tertentu pada kondisinya
sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk lain yang lebih tinggi harga
jualnya. Dalam pengambilan keputusan macam ini, informasi akuntansi diferensial yang
diperlukan oleh manajemen adalah pendapatan diferensial dengan biaya diferensial jika
alternatif memproses lebih lanjut dipilih.

Proses pengambilan keputusan terhadap alternatif menjual atau memproses lebih lanjut
suatu produk, dengan pertimbangan:
 Munculnya pendapatan differensial dan biaya differensial
 Memiliki kemampuan untuk memproses lebih lanjut
 Ada peluang pasar yang lebih baik atas produk yang dibuat

Untuk menggambarkan manfaat informasi pengambilan keputusan menjual atau memproses


lebih lanjut suatu produk berikut contohnya :

Produk A mempunyai harga jual sebesar Rp. 10.000 persatuan pada kondisinya sekarang.
Biaya penuh ( full costs ) persatuan produk A dihitung seperti disajikan pada gbr:

Persatuan 10.000 satuan


Biaya bahan baku Rp. 2.000 Rp.20.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 1.000 Rp.10.000.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 1.500 Rp.15.000.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp. 1.300 Rp.13.000.000
Biaya Adm& umum tetap Rp. 500 Rp. 5.000.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 750 Rp. 7.500.000
Total biaya penuh persatuan produk A Rp. 7.050 Rp.70.500.000
Produk A mampu menghasilkan laba bersih Rp. 29.500.000 (Rp.100.000.000 -
Rp.70.500.000) pada volume penjualan 10.000 satuan.

Misalnya:
Di pasar telah terjadi perkembangan baru meningkatnya permintaan customer
terhadap produk A-1 pada harga jual Rp.18.500 persatuan. Produk A-1 merupakan hasil
pengolahan lebih lanjut produk A. Jika dilihat tambahan pendapatan jika produk A diolah
lebih lanjut menjadi produk A-1, perusahaan akan memperoleh pendapatan diferensial Rp.
8.500 persatuan. Namun dalam pertimbangan pengambilan keputusan ini, informasi
pendapatan diferensial perlu ditandingkan dengan informasi biaya diferensial.

3
a. Dalam perhitungan biaya diferensial jika alternatif pengolahan lebih lanjut produk A
menjadi produk A-1 dipilih, perlu dipertimbangkan kondisi berikut ini: Apakah
pengolahan lebih lanjut produk A-1 tsb memerlukan investasi pada fasilitas mesin &
ekuipmen? Jika jawabannya tidak, maka pengambilan keputusan ini bersifat jk
pendek dan informasi yang relevan untuk dipertimbangkan adalah pendapatan
diferensial dan biaya diferensial. Jika pendapatan diferensial lebih tinggi dari biaya
diferensial maka alternatif untuk mengolah lebih lanjut suatu produk dapat dipilih.
Sebaliknya jika pendapatan diferensial lebih kecil dari biaya diferensial maka
alternatif untuk mengolah lebih lanjut suatu produk ditolak

b. Jika pengolahan lebih lanjut produk A menjadi produk A-1 memerlukan investasi
dalam mesin & ekuipmen, maka hal ini menyangkut pengambilan keputusan investasi
yang bersifat jangka panjang. Dalam pengambilan keputusan ini informasi yang
relevan tidak hanya pendapatan & biaya diferensial tp menyangkut juga aktiva
diferensial.

Contoh :
Misalkan pengolahan lebih lanjut produk A menjadi A-1 tersebut tidak memerlukan investasi
dalam mesin & ekuipmen, namun hanya memerlukan biaya pengolahan lebih lanjut (biaya
diferensial) sebesar Rp. 5.000 persatuan, maka perhitungan informasi akuntansi diferensial
adalah sbb:

Pendapatan diferensial (Rp. 18.500-Rp.10.000) x 10.000 satuan Rp.85.000.000


Biaya difernsial Rp.50.000.000
Laba diferensial Rp.35.000.000
Berbagai kemungkinan alternatif dalam keputusan menjual atau memproses lebih lanjut

Pendapatan diferensialRpxx
Tidak diperlukan
tambahan fasilitas
produksi
Biaya diferensialRpxx -
A
Keputusan
Menjual atau Jika A positif, pilih alternatif memproses lebih lanjut
memproses Jika A negatif, jangan pilih alternatif memproses lebih lanjut
lebih lanjut

Pendapatan diferensialRpxx
Diperlukan Biaya diferensialRpxx -
tambahan A
fasilitas
produksi Aktiva diferensialB
Keputusan
Jika jumlah nilai tunai A selama umur ekonomis fasilitas produksi lebih besar
daripada B, alternatif memproses lebih lanjut sebaiknya dipilih

Jika jumlah nilai tunai A selama umur ekonomis fasilitas produksi lebih kecil
daripada B, alternatif memproses lebih lanjut sebaiknya tidak dipilih

4
F. KEEP OR DROP

Menghentikan atau Melanjutkan Produksi Produk Tertentu atau Kegiatan Usaha


Departemen Lain. Dalam perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam keluarga
produk (product line ) atau yang memilki berbagai departemen penghasil laba. Adakalanya
manajemen puncak menghadapi salah satu keluarga produknya atau salah satu
departemennya mengalami kerugian usaha yang akan diperkirakan akan berlangsung terus.
Dalam menghadapi kondisi ini, manajemen perlu mempertimbangkan keputusan
menghentikan atau tetap melanjutkan produksi produk atau kegiatan usaha departemen yang
mengalami kerugian. Informasi yang relevan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan ini adalah biaya difernsial dan pendapatan diferensial. Dengan dihentikannya
produksi produk tertentu atau kegiatan departemen tertentu perusahaan akan kehilangan
kesempatan memperoleh pendapatan dari produk /departemen tertentu( foregone revenues ).
Pendapatan hilang ini merupakan informasi pendapatan diferensial dan merupakan
pengorbanan yang ditanggung karena pemilihan alternatif menghentikan produksi produk
atau departemen tertentu.

Dilain pihak, dengan dihentikannya usaha departemen tertentu, perusahaan menikmati


manfaat berupa biaya terhindarkan yang mrp informasi akuntansi diferensial . Jika biaya
terhindarkan (yg mrp manfaat yg diperoleh ) lebih besar dari pendapatan yang hilang ( yg
mrp pengorbanan) akibat dihentikannya produksi produk atau kegiatan usaha departemen
tertentu, maka alternatif penghentian sebaiknya dipilih. Jika biaya terhindarkan lebih kecil
dari dari pendapatan yang hilang akibat dihentikannya produksi produk atau kegiatan usaha
departemen tertentu, maka alternatif penghentian tsb tidak dipilih.

Contoh : Suatu toko memiliki 3 departemen : departemen kosmetika ,departemen pakaian,


departemen bahan kelontong. Laporan laba-rugi tiap departemen tahun anggaran 20x4
disajikan Sbb:

Kosmetika Pakaian Brg Kelontang


Hasil Penjualan Rp. 50.000.000 Rp. 25.000.000
Rp.25.000.000
Biaya Variabel Rp. 25.000.000 Rp. 10.000.000
Rp. 12.000.000
Laba Kontribusi Rp. 25.000.000 Rp. 15.000.000 Rp.
13.000.000
Biaya tetap terhindarkan Rp. 10.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 11.000.000
By tetap tidak terhindarkan Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000
Jmh by tetap Rp. 13.000.000 Rp. 13.000.000 Rp.
14.000.000
Laba (rugi) bersih Rp. 12.000.000 Rp. 4.000.000 (Rp.
1.000.000)

Gb. Laporan Laba-rugi perdepartemen thn anggaran 20X4

Manfaat :
Biaya diferensial berupa biaya yang terhindarkan dengan ditutupnya
Kegiatan usaha Departemen barang kelontang:
Biaya variabel Rp. 12.000.000
Biaya tetap terhindarkan Rp.11.000.000

3
Total manfaat (benefit) Rp.23.000.000

Pengorbanan
Pendapatan diferensial yang berupa pendapatan
Penjualan yang hilang dengan ditutupnya kegiatan
Usaha departemen barang kelontong Rp. 25.000.000
Manfaat lebih kecil dari pengorbanan jika alternatif menghentikan kegiatan
Usaha departemen brg kelontong dipilih Rp 2.000.000

Berbagai kemungkinan alternatif dalam keputusan menghentikan produksi atau kegiatan

Biaya diferensial:
Fasilitas produksi biaya terhindarkanRpxx
yang lama dihentikan
pemakaiannya Pendapatan diferensial:
foregone revenuesRpxx -
A
Menghentikan atau Keputusan
melanjutkan produksi / Jika A positif, penghentian produksi produk sebaiknya dipilih
kegiatan Jika A negatif, penghentian produksi produk sebaiknya tidak dipilih

Biaya diferensial:
* Biaya terhindarkanRpxx
Fasilitas produksi lama * Biaya kesempatanRpxx -
dapat dimanfaatkan dalam Jumlah biaya diferensialRpxx
kegiatan bisnis yang lain

Pendapatan diferensial:
foregone revenuesRpxx -
A
Keputusan
Jika A positif, penghentian produksi produk sebaiknya dipilih
Jika A negatif, penghentian produksi produk sebaiknya tidak dipilih

Menerima atau Menolak Pesanan Khusus

Dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak (pesanan khusus), informasi


akuntansi adalah pendapatan diferensial dan biaya diferensial. Jika pendapatan diferensial
(yaitu tambahan pendapatan dengan diterimanya pesanan khusus tersebut) lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya diferensial (yaitu tambahan biaya karena memenuhi pesanan
khusus tersebut) maka pesanan khusus tersebut sebaiknya diterima. Dilain pihak , jika

4
pendapatan diferensial lebih rendah dibandingkan dengan biaya difernsial, maka pesanan
khusus sebaiknya ditolak.

Contoh :
PT. Oki memproduksi produk X dalam pabrik yang berkapasitas 200.000 satuan pertahun.
Untuk tahun anggaran 20X1 perusahaan merencanakan akan memproduksi dan menjual
produk X sebanyak 150.000 satuan dengan harga jual sebesar Rp.1.250 persatuan. Anggaran
biaya untuk tahun tsb sbb :

Persatuan Total
Biaya Variabel:
By. Produksi variabel Rp.400 Rp.60.000.000
By.komersial variabel 120 18.000.000
Biaya Tetap:
By.Produksi tetap 300 45.000.000
By. Komersial tetap 150 22.500.000
Rp.970 Rp.145.000.000

Nb: Data biaya persatuan dan total biaya produk X


Misal perusahaan menerima pesanan khusus ( diluar pesanan yang reguler ) sebanyak 30.000
satuan produk X dari perusahaan lain. Harga yang diminta oleh pemesan Rp.750 perpesanan.

Pendapatan diferensial : 30.000 satuan x Rp.750 Rp.22.500.000


Biaya diferensial:
By. Produksi Variabel Rp.12.000.000
By. Komersial Variabel Rp. 3.600.000

Rp.15.600.000
Laba Diferensial Rp. 6.900.000

Nb. Pendapatan & biaya diferensial yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan
Menerima atau menolak pesanan khusus.

Berdasarkan informasi akuntansi diferensial seperti disajikan diatas maka sebaiknya PT. Oki
menerima pesanan khusus tersebut.

3
4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan (decision making) adalah memilih salah satu diantara
berbagai alternative tindakan yang ada. Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar
ukuran tertentu, apakah probabilitas atau penghematan cost.
Para manajer berusaha menyusun situasi pengambilan keputusan dalam bentuk
kuantitatif sebanyak mungkin, sehingga pilihan diantara berbagai alternative dapat dibuat
dengan dasar yang sistematik. Jadi dengan informasi kuantitatif, para para pengambil
keputusan dapat mengikuti proses yang logis di dalam memilih berbagai alternative, dapat
mempertanggungjawabkan setiap langkah yang diambil, dan dapat mengevaluasi hasil –
hasil yang dicapai.
Proses pengambilan keputusan meliputi 4 tahap, yaitu:
1.      Menentukan masalah dengan penekanan pada tujuan yang hendak dicapai.
2.      Mengidentifikasi berbagai alternative tindakan.
3.      Mendapatkan informasi relevan dan menyingkirkan informasi yang tidak relevan
4.      Membuat keputusan.

B. Saran
Kami selaku pembuat makalah menyadari akan kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan, maupun penyusunan makalah ini. Maka dengan ini kami mengharapkan kritik
dan saran kepada pembaca, khususnya Dosen kami supaya dalam pembuatan selanjutnya
kami dapat menyusun lebih baik dari sebelumnya.

3
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8856445/Pengambilan_Keputusan_Jangka_Pendek

Anda mungkin juga menyukai