Oleh :
KELOMPOK 3
FAJRIANI 312170089
BURHANUDDIN 312170133
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Gambaran
Umum Perekonomian Indonesia.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Gambaran Umum Perekonomian
Indonesia ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................................. 14
A. LATAR BELAKANG
Masalah ekonomi merupakan masalah mendasar yang terjadi disemua
negara. Oleh karena itu, dalam menyikapi permasalahan ekonomi tiap negara,
masing-masing negara menganut system ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan
ideologi negara yang bersangkutan. Sistem menurut Chester A. Bernard, adalah
suatu kesatuan yang terpadu, yang didalamnya terdiri atas bagian-bagian dan
masing-masing bagian memiliki ciri dan batas tersendiri. Suatu sistem pada
dasarnya adalah “organisasi besar” yang menjalin berbagai subjek (atau objek)
serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Subjek atau objek
pembentuk sebuah sistem dapat berupa orang-orang atau masyarakat, untuk suatu
sistem social atau sistem kemasyarakatan dapat berupa makhluk-makhluk hidup
dan benda alam, untuk suatu sistem kehidupan atau kumpulan fakta, dan untuk
sistem informasi atau bahkan kombinasi dari subjek –subjek tersebut
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar belakang yang diuraikan maka rumusan masalah yang
dikaji dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
- Bagaimana gambaran umum perekonomian Indonesia?
- Bgaimana perkembangan sejarah perekonomian Indonesia?
- Apa saja sistem perekonomian di Indonesia?
- Bagaimana pertumbuhan perekonomian Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk memberikan suatu wawasan dan pengetahuan mengenai
perekonomian Indonesia bagi penulis dan pembaca agar lebih memahami
perkembangan ekonomi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. REPELITA I (1969-1974)
Mulai berlaku sejak tanggal 1april 1969. Tujuan yang ingin dicapai adalah
pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah cukup
pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian.
Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
2. REPELITA II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas
utamanya adalah sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan
pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan
mentah menjadi bahan baku.
4. REPELITA IV (1984-1989)
Adalah peningkatan dari REPELITA III. Peningkatan usaha-usaha untuk
memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil
dan merata, memperluas kesempatan kerja. Priorotasnya untuk melanjutkan usaha
memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri sendiri.
5. REPELITA V
Pertumbuhan rata-rata 6,70% per tahun, dibandingkan rata-rata 5,32% dalam
pelita sebelumnya. Ekspor komoditas nonmigas meningkat pesat, Indonesia bahkan
mulai berhasil mengekspor berbagai produk industri. Periode ini mengantarkan
Indonesia menjadi sebuah Negara industri baru (a newly industrialized country /NIC).
6. REPELITA VI\
Tareget-target yang dicapai pada repelita VI adalah:
a. Pertumbuhan Ekonomi secara keseluruhan 6,2 %
b. Sektor Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan 3,5 %
c. Sektor Industri 9 %
d. Sektor Manufaktur di Luar Migas 10,0 %
e. Sektor Jasa 6,5%
f. Laju Inflasi 5,0 %
g. Eksport non Migas 16,5 %
h. Eksport Manufaktur 17,5 %
i. Debt Service Ratio 20,0 %
j. GDP Rp. 2.150,0 triliun
k. Nilai Investasi Rp. 660,1 triliun
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah
mengacu pada sektor pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti
pertumbuhan industri bertahap.
h) Kabinet Djuanda
Semasa pemerintahan Djuanda dengan perekonomian yang bersifat terpimpin
ini, instrument ekspor berupa Sertifikat Pendorong Ekspor (SPE)
diganti/disederhanakan menjadi Bukti Ekspor (BE). Dalam bulan Desember 1957,
dilakukan pengambilalihan (nasionalisme) perusahaan-perusahaan belanda. Kabinet
Djuanda pun harus berjuang dan akhirnya kalah melawan gejolak keuangan
pemerintah bahkan harus menanggung defisit anggaran sebesar Rp5,5 milliar, atau
hampir 22 persen dari pengeluaran total pemerintah.
Kendati telah diwariskan rumusan Rencana Lima Tahun oleh Kabinet Ali II, bahkan
disusul dengan pelaksanaan Musyawarah Nasional Perencanaan (Munap) pada bulan
November 1957, namun cabinet ini tak dapat berbuatbanyak bagi pembangunan
ekonomi.
SEBELUM KEMERDEKAAN
Sebelum merdeka, Indonesia mengalami masa penjajahan yang terbagi dalam
beberapa periode. Ada empat negara yang pernah menduduki Indonesia, yaitu Portugis,
Belanda, Inggris, dan Jepang. Portugis tidak meninggalkan jejak yang mendalam di
Indonesia karena keburu diusir oleh Belanda, tapi Belanda yang kemudian berkuasa
selama sekitar 350 tahun, sudah menerapkan berbagai sistem yang masih tersisa hingga
kini. Untuk menganalisa sejarah perekonomian Indonesia, rasanya perlu membagi masa
pendudukan Belanda menjadi beberapa periode, berdasarkan perubahan-perubahan
kebijakan yang mereka berlakukan di Hindia Belanda (sebutan untuk Indonesia saat itu).
Cultuurstelstel
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif
Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada
permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-
produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa
sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan bagi
Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah
penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda
langsung tergantikan berkali lipat.
Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan
penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman
komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian
dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan
para bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan politik
Mataram–yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak mendapat
imbalan–dan memotivasi para pejabat Belanda dengan cultuurprocenten (imbalan yang
akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan
darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya
adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada
umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang
memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa
masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka datangkan ke Hindia
Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial,
tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi
nonagraris.
Jelasnya, dengan menerapkan cultuurstelstel, pemerintah Belanda membuktikan teori sewa
tanah dari mazhab klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari keterbatasan kesuburan
tanah. Namun disini, pemerintah Belanda hanya menerima sewanya saja, tanpa perlu
mengeluarkan biaya untuk menggarap tanah yang kian lama kian besar. Biaya yang kian
besar itu meningkatkan penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl Marx), bahwa
nilai leih ini meningkatkan kesejahteraan Belanda sebagai kapitalis.
Ciri-ciri :
1. Hak milik individu tidak diakui.
2. Seluruh sumber daya dikuasai negara.
3. Semua masyarakat adalah karyawan bagi negara.
4. Kebijakan perekonomian disusun dan dilaksanakan pemerintah.
Kelebihan :
1. Pemerintah lebih mudah ikut campur dalam pembentukan harga.
2. Kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi secara merata.
3. Pelaksanaan pembangunan lebih cepat.
4. Pemerintah bebas menentukan produksi sesuai kebutuhan masyarakat
Kekurangan :
1. Individu tidak mempunyai kebebasan dalam berusaha
2. Tidak ada kebebasan untuk memiliki sumber daya.
3. Potensi dan kreativitas masyarakat tidak berkembang.
Ciri-ciri :
1. Jenis dan jumlah barang diproduksi ditentukan oleh mekanisme pasar.
2. Hak milik swasta atas alat produksi diakui, asalkan penggunaannya tidak merugikan
kepentingan umum.
3. Pemerintah bertanggung jawab atas jaminan sosial dan pemerataan pendapatan.
4. Ada persaingan, tetapi masih ada kontrol pemerintah
Kelebihan :
1. Kestabilan ekonomi terjamin
2. Pemerintah dapat memfokuskan perhatian untuk memajukan sektor usaha menengah
dan kecil
3. Adanya kebebasan berusaha dapat mendorong kreativitas individu
Kekurangan :
1. Sulit menentukan batas antara kegiatan ekonomi yang seharusnya dilakukan
pemerintah dan swasta
2. Sulit menentukan batas antara sumber produksi yang dapat dikuasai oleh pemerintah
dan swasta
Sistem Ekonomi Kerakyatan
Pemerintah bertekad melaksanakan sistem ekonomi kerakyatan dengan mengeluarkan
ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999,
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa sistem perekonomian
Indonesia adalah sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi ini berlaku sejak tahun
1998. Pada sistem ekonomi kerakyatan, masyarakatlah yang memegang aktif dalam
kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah yang menciptakan iklim yang bagus bagi
pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha. Ciri-ciri sistem ekonomi ini adalah:
1. Bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan yang
sehat.
2. Memerhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai keadilan, kepentingan sosial, dan kualitas
hidup.
3. Mampu mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
4. Menjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja.
5. Adanya perlindungan hak-hak konsumen dan perlakuan yang adil bagi seluruh rakyat.
. Sistem Ekonomi Indonesia dalam UUD 1945
Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal
33 setelah amandemen
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.****)
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.****)
"Sekarang kita jelas tumbuh lebih baik, meski pertumbuhan di bawah zaman Orde
Baru tapi reformasi ekonomi kita menunjukkan perbaikan pesat," ujar Chief Economist
Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, kepada Kompas.com, Senin (5/11/2018).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Djimar Setiawina, (2004), Ekonomi Moneter, Edisi Pertama, Penerbit PT. Empat
warna Komunikasi Denpasar.
Muchdarsyah Sinungan, (1995) Uang Dan Bank, Cetakan Ke Empat, Penerbit PT.
Rineka Cipta Jakarta.
Kasmir, (2001), Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Rudiger Dornbusch, Dkk., (2004), Makro Ekonomi, Edisi 8, Penerbit PT. Media
Global Edukasi, Jakarta.
Nata Wirawan, (2002) Statistik, Edisi Kedua, Penerbit Keraras Emas Denpasar.
Sadono Sukirno, (1982), Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Bima BG. Grafika