Anda di halaman 1dari 10

Pemahaman dan pengaplikasian dalam menganalisis indeks common size

serta menganalisis dalam menggunakan nilai ukur EVA dan MVA


perusahaan

Dosen pengajar
Dra. Ni ketut Purnawati, M.S
Di susun oleh :
Kelompok 14
27) I Made Pranata Artha Mulya (2007521231)
28) A. A Gede Wimanta Wari Bawantu (2007521257)
BAB 1
Pendahuluan

Selama ini pengukuran kinerja keuangan jarang menggunakan perhitungan nilai


tambah terhadap biaya modal yang di tanamkan. Pengukuran kinerja keuangan
umumnya dilakukan dengan cara menganalisa laporan keuangan seperti rsio
profitabilitas. Pengukuran yang hanya menganalisa laporan keuangan memiliki
kelemahan yang utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk
memamhami dan mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan
nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut telah dikembangkan konsep baru
yaitu EVA (economic value added) dan MVA ( market value added ). EVA dan MVA
merupakan indicator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. MVA dan
EVA dikatan paling mirip dalam korelasi dengan perubahan nilai suatu saham di
perusahaan.
Economic value added (EVA) dan Market Value Added (MVA) di patenkan oleh
stewart and company, sebuah perusahaan konsultan manajemen keuangan terkemuka
yang berkwantor pusat di new York , amerika serikat. EVA dan MVA adalah
pengukuran dengan memperhatikan secara tepat semua factor factor yang
berhubungan dengan penciptaan nilai (value). EVA mengukur nilai tambah (value
creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost
of capital) yang timbul sebagai akibat dari investasi yang dilakukan. MVA merupakan
ukuran kumulatif kinerja keuangan yang menunjukan seberapa besar nilai tambah
terhadap modal yang ditanamkan investor selama perusahaan berdiri. Secara singkat
MVA merupakan hasil selisih antara nilai pasar ekuitas (market value of equity)
dengan nilai buku ekuitas ( book value of equity), seperti yang didefenisikan oleh
stewart (1991).
EVA dan MVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan bagi pasar
dan pemilik modal karena perusahaan adapt menghasilkan tingkat pengembalian yang
melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu
memaksimalkan nilai perusahaan yang menurun karena tingkat pengembalian lebih
rendah dari biaya modal.
Maka dari itu pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai bagai mana cara
menganalsisi indeks common size dan memberikan contoh dan pengertian anlisis
EVA dan MVA dan juga menjelaskan pengertian dari analisis indeks common size.
BAB 2
Pembahasan

2.1 analsis indeks dan common size


Analisis indeks/trend adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk
mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah
naik, turun atau tetap. Kecenderungan posisi keuangan yang disusun untuk tiga
periode atau lebih. Untuk melihat trend tersebut digunakan angka indeks 100. Oleh
karena itu teknik analisisnya disebut analisis indeks. Analisis ini merubah semua
angka dalam laporan keuangan pada tahun dasar menjadi 100. Pemilihan tahun dasar
bukanlah selalu tahun yang paling awal, tetapi tahun yang dianggap normal. Dengan
demikian analisis ini dilakukan untuk membandingkan perkembangan dari waktu ke
waktu. Berdasarkan sifat analisis tersebut maka hanya laporan neracalah yang bisa
disajikan dalam bentuk indeks
karena untuk laporan laba rugi hanya tersedia satu tahun pelaporan. Cara penyusunan
laporan dengan indeks :
a. Menentukan tahun dasar.
b. Menentukan angka indeks pada periode tahun yang dianalisis.
c. Pos-pos dari periode laporan yang dianalisis dibandingkan dengan pos-pos yang
sama dalam laporan keuangan tahun dasar.
d. Dalam menghitung rasio trend/kecenderungan pada umumnya tidak semua pospos
neraca dan laporan laba rugi dari beberapa periode tersebut dihitung,
karena tujuan utama dari perhitungan rasio adalah membut perbandingan anntara pos-
pos yang mempunyai hubungan informasi dengan pos-pos lainnya. Trend dari suatu
pos neraca atau aba rugi hanyalah merupakan data, dan belum menjadi informasi. Ia
akan menjadi informasi kalau dikaitkan dengan pos-pos lainnya. Misalkan kenaikan
penjualan dikaitkan dengan: aktiva produktif dalam periode yang sama, harga pokok
penjualan dan biaya operasi. Kecenderungan naiknya penjualan selama beberapa
periode dikaitkan dengan aktiva yang beroperasi/produktif dalam periode yang sama
akan diperoleh informasi besarnya tingkat perputaran aktiva
Analisis common size adalah analisis ini merubah angka-angka yang ada dalam
neraca dan laporan laba rugi menjadi presentase berdasarkan dasar tertentu. Untuk
angka-angka yang ada dalam neraca, common basenya adalah total aktiva. Dengan
kata lain total aktiva dipergunakan sebagai 100%. Untuk angka dalam laporan laba
rugi, penjualan neto dipergunakan sebagai 100%. Penyajian dalam common size akan
mempermudah pembaca laporan keuangan memerhatikan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam neraca. Laporan keuangan dalam persentase per-komponen (Common-
size statement) menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar
total kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini disebut teknik analisis
common-size dan termasuk metode analisis vertikal.
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size statement)
dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang
posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai
posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif (misalnya
dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan
komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur modal. Laporan labarugi yang
disusun dalam persentase per-komponen (Common-size percentage) dapat
menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada masing-masing
elemen biaya dan laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan
perubahan distribusi tersebut.

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos di dalam neraca


dikategorikan menjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva. Masing-masing kategori ini (total
aktiva dan total pasiva) dinyatakan sebesar 100%, sedangkan masing-masing pos yang
termasuk pada masing-masing kategori dinyatakan dalam persentase atas dasar total
aktiva atau pasiva (kategori). % Kas = (Saldo Kas/Total Aktiva) x 100% = (Rp
1.300/Rp 14.000) x 100% = 9,92% ⇒ Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.
Dari neraca yang disusun dalam persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa
selama dua tahun, telah terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnya kas,
persediaan) maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang).

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos dalam perhitungan laba-


rugi yang dinyatakan dalam persentase per-komponen atas dasar total penghasilan
(total penghasilan dinyatakan sebesar 100%).
% Harga Pokok Penjualan = (Saldo Harga Pokok Penjualan/Total Penghasilan) x
100% = Rp 60.000/Rp 200.000 x 100% = 30% ⇒ Yang lainnya dihitung dengan cara
yang sama.
Dari perhitungan laba-rugi, tampak bahwa distribusi setiap Rp 1,00 penjualan kepada
harga pokok penjualan misalnya mengalami penurunan, meskipun distribusi untuk
biaya lainnya (pemasaran, administrasi, dan bunga), secara total mengalami kenaikan

2.2 Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA)


didefinisikan secara umum sebagai laba yang tertinggal setelah dikurangi biaya
modalnya (cost of capital). Stewart (Utomo, 1999:36) menyatakan:”Economic Value
Added (EVA) is a residual income measure that substract the cost of capital from the
operating profits generated in the business”. EVA adalah nilai tambah ekonomis yang
diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya pada periode tertentu. Pengertian
EVA menurut S.David Young & Stephen F. O’Byrne adalah tolok ukur kinerja
keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan
dengan biaya modal (S.David Young & Stephen F. O’Byrne, 2001:831).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa Economic Value
Added (EVA) merupakan jumlah uang yang diciptakan oleh perusahaan dengan
mengurangkan beban modal dari Net Operating After Tax (NOPAT) yang
menggambarkan pengembalian atas modal yang dikeluarkan untuk investasi oleh
perusahaan.
EVA dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
EVA = laba bersih oprasi setelah pajak (NOPAT) – biaya modal setelah pajak yang
diperlukan untuk mendukung oprasi
= EBIT (1 – pajak perusahaan ) – ( biaya oprasi ) (biaya modal setelah pajak)
EVA mampu menghitung laba ekonomi yang sebenarnya atau true ecomonic profit
suatu perusahaan pada tahun tertentu dan sangat berbeda jika di bandingkan dengan
laba akuntansi, disini EVA mencerminkan residual income yang tersisa setelah biaya
modal, termasuk modal saham, telah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi dihitung
tanpa mengurangi biaya modal. EVA menjadi lebih relevan untuk menguur kinerja
berdasarkan nilai ekonomis yang dihasilkan perusahaan dengan ini maka perusahaan
akan memberikan imbalan aktivitas yang menambah nilai dan membuang fasilitas
yang merusak atau mengurangi nilai keseluruhan suatu perusahaan. Dan membantu
manajer dalam menentukan tujuan internal perusahaan untuk implikasi jangka
Panjang dan jangka pendek.
Kelebihan dan Kekurangan Economic Value Added (EVA)
Kelebihan Economic Value Added (EVA), antara lain:
1. Bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value
creation) membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan
pengembalian dari pada biaya modal.
2. Manajemen dipaksa untuk mengetahui berapa the true cost of capital dari bisnisnya
sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal yang merupakan hal sesungguhnya
menjadi perhatian para investor dapat diperlihatkan secara jelas.
3. Nilai Tambah Ekonomis fokus penilaian kerja perusahaan pada penciptaan nilai
yaitu memaksimalkan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang saham.
Sehingga para manajer akan berfikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham.
Manajer memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembalian dan
meminimkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat diminimumkan
Selain kelebihan yang dimiliki Nilai Tambah Ekonomis, Nilai Tambah Ekonomis juga
mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya sebagai berikut:
1. Nilai Tambah Ekonomis hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun
tertentu. Seperti diketahui nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi Nilai
Tambah Ekonomis selama umur perusahaan. Dengan demikian, bisa saja suatu
perusahaan memiliki Nilai Tambah Ekonomis positif pada tahun yang berlaku, tetapi
nilai perusahaan tersebut rendah karena Nilai Tambah Ekonomis dimasa mendatang
negative.
2. Proses perhitungan Nilai Tambah Ekonomis memerlukan estimasi atas biaya modal
dan estimasi ini terutama untuk perusahaan-perusahaan yang belum go public sulit
dilakukan dengan tepat.
3. Dalam perhitungan Nilai Tambah Ekonomis masih disasarkan pada laporan
keuangan yang memungkinkan dapat direkayasa pembukuannya untuk mendapatkan
Nilai Tambah Ekonomis yang positif.
2.3 market value added
Pengertian Market Value Added (MVA) Young & O’Byrne (2001:26) menyatakan
bahwa Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan
(termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam
perusahaan. MVA secara teknis diperoleh dengan cara mengalikan selisih antara harga
pasar per lembar saham (stock price per share) dan nilai buku per lembar saham (book
value per share). Nilai pasar adalah nilai perusahaan. Yakni jumlah nilai pasar dari
semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu.
MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan angka
pengembalian lebih besar dari pada biaya modal. Dengan ini tujuan utama perusahaan
adalah memaksimalkn kesejahteraan pemegang saham yang dilakukan dengan
memaksimalkan selisih antara nilai market value of equity dan jumlah yang di
tanamkan investor ke perusahaan.
MVA di peroleh dengan melalui selisih antara nilai pasar ekuity dengan modal ekuitas
yang disetor pemegang saham. Nilai pasar ekuitas di peroleh dengan mengalikan
jumlah saham beredar dengan harga saham, sedangkan modal ekuitas yang disetor
pemegang saham sama dengan total ekuitas perusahaan atau nilai buku ekuitas.
Berdasarkan hal tersebut maka formula perhitungan MVA di tulis :
MVA = nilai pasar ekuity – modal ekuitas yang disetor pemegang saham
= (jumlah saham beredar) ( harga saham ) – total nilai ekuitas
Contoh data perhitungan MVA laporan keuangan Indofood tbk INDF untuk tahun
akhir 31 desember 2015 dengan perbandingan 31 desember 2014

Dari perhitungan diatas didaptkan bahwa market value added (MVA) INDF untuk
tahun 2014 dan tahun 2015semua diatas 1 alias positif dan tampak pada tabel bahwa
MVA INDF tahun 2014 sebesar 18.993.680.875.00 dan tahun 2015 sebesar
2.317.114.137.500
Analisis MVA > 0 . INDF sekamat dau tahun mampu memberikan nilai tambah bagi
para pemegang sahamnya . INDF dapat menghasilkan jumlah ekuitas yang lebih besar
ketimbang nilai pasar sahamnya. Hal ini menunjukan perusahaan mampu
mengahsilkan nilai tambah
Berdasarkan hal ini MVA juga memiliki suatu penilaian
1) jika MVA > 0 hal ini menunjukan terjadi nilai tambah finansial bagi perusahaan
2) jika MVA < 0 hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah finansial bagi
perusahaan
3) jika MVA = 0 hal ini menunjukan posisi impas
BAB 3
Kesimpulan

EVA ( Economic Value added) dan MVA (Market Value added) merupakan indicator
tentang adanya suatu investasi. EVA dan MVA dianggap paling memiliki korelasi
dengan perubahan dan penciptaan nilai suatu saham diperusahaan. EVA dan MVA
yang positif menandakan perusahan berhasil menciptakan nilai bagi pasar dan
pemilik modal karena perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang
melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahan yaitu
memaksimalkan nilaoi perusahaan. Sebaliknya EVA dan MVA yang negative
menunjukan nilai perusahaan yang menurun karena tingkat pengembalian lebih
rendah dari biaya modal.
MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja ,anajerial sejak
perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilak kinerja manajerial
sepanjang umur perusahaan yang di present value kan. MVA diperoleh dengan
melalui selisih antara nilai pasar ekuity dengan modal ekuitas yang disetor pemegang
saham.
EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat
dari aktifitas atau startegi manajemen. EVA diperoleh melalui selisih laba bersih
oprasi setelah pajak dengan biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk
mendukung oprasi perusahaan.
Daftar Pustaka
https://bahasekonomi.blogspot.com/2017/05/rumus-dan-cara-menghitung-market-
value.html
http://tugas-alk.blogspot.co.id/2014/04/analisis-common-size-persentase-per.html
Wiagustini, Ni Luh Putu.2010.Dasar-dasar Manajemen Keuangan.Cetakan
pertama.Denpasar:Udayana University Press
https://restyresty.wordpress.com/2014/01/19/analisis-sumber-dan-penggunaan-dana

Anda mungkin juga menyukai