Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS INDEKS COMMON SIZE, MARKET VALUE ADDED (MVA)

DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)

Disusun Oleh :

I Komang Wahyu Buana Kusuma (06) 2007531021

Ni Putu Dian Lestari Krisna Dewi (07) 2007531027

Dosen Pengampu :

Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DENPASAR

2021
PENDAHULUAN

Setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk menenrbitkan laporan keuangan. Melalui


laporan keuangan dapat diketahui perkembangan dan kemajuan perusahaan. Laporan keuangan
dapat menjadi alat untuk mengomunikasikan aktivitas perusahaan atau data keuangan lainnya
kepada pihak-pihak user yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan dapat diketahui
kondisi keuangan perusahaan, yang dapat dilihat dari laporan posisi keuangan (neraca), laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas.

Laporan keuangan selain digunakan oleh pihak internal perusahaan, pihak eksternal
juga ikut serta menggunakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan. Sebagai penanam
modal, investor mengharapkan perusahaan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, dari
segi memperoleh laba ataupun efektifitas pengelolaan manajemen perusahaan.

Namun, selama ini perusahaan jarang melakukan pengukuran kinerja keuangannya


menggunakan perhitungan nilai tambah terhadap biaya modal yang ditanamkan. Dimana
perusahaan hanya menggunakan analisis dari laporan keuangan untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaannya. Padahal pengukuran yang hanya menganalisis laporan keuangan
memiliki kelemahan utama, yaitu mengabaikan adanya biaya modal. Sehingga sangat sulit
untuk mengetahui berhasil atau tidaknya perusahaan dalam mencciptakan suatu nilai
perusahaan.

Sehingga, dari adanya kelemahan dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan seperti
yang dijelaskan diatas. Sangat penting membahas pengembangan konsep baru untuk mengatasi
kelemahan yang telah dijelaskan , yaitu :

a. Pembahasan mengenai analisis indeks dan common size.


b. Pembahasan mengenai Market Value Added (MVA).
c. Peembahasan mengenai Ecconomic Value Added (EVA).

Ketiga hal yang akan dibahas ini merupakan konsep baru dalam mengukur kinerja
keuangaan dari perusahaan. Dalam pembahasan nanti akan dijelaskan lebih terperinci
mengenai ketiga pendekatan yang digunakan dalam menilai seberapa baik atau buruknya
kinerja keuangaan dari perusahaan.

1
PEMBAHASAN

A. Analisis Indeks dan Common Size


a. Analisis Indeks
Analisis indeks adalah salah satu metode dalam menganalisis laporan
keuangan yang tujuannya untuk mengetahui kecenderungan keadaan kinerja
keuangan perusahaan apakah nilainya mengalami kenaikan, penurunan ataupun
bernilai tetap. Keccenderungan posisi keuangan disusun dalam jangka waktu
tiga periode ataupun lebih. Untuk melihat kecenderungan ini digunakan angka
indeks sebesar 100, oleh karenanya analisis ini disebut sebagai analisi indeks.
Dalam analisis indeks, akan mengubah semua angka dalam laporan
keuangan pada tahun dasar mejadi 100. Dalam pemilihan tahun dasar selalu
digunakan tahun yang lebih awal, tetapi tahun itu dianggap normal. Sehingga
analisis indeks ini dilakukan untuk membandingkan perkembangan dari waktu
ke waktu. Berdasarkan sifatnya sendiri, analisis indeks hanya menganalisis
laporan posisi keuangan (neraca) sedangkan laporan laba rugi tidak bisa
dilakukan analisis indeks dikarenakan laporan laba rugi hanya tersedia dalam
satu tahun pelaporan.
Cara penyusunan laporan dengan menggunakan analisis indeks, di
identifikasikan sebagai berikut :
a. Menentukan tahun dasar.
b. Menentukan angka indeks pada periode tahun yang dianalisis.
c. Pos dari periode laporan yang dianalisis dibandingkan dengan pos yang
sama dalam laporan keuangan tahun dasar.
d. Dalam menghitung rasio keccenderungannya, tidak semua pos dalam
neracca dan laporan laba rugi dari beberapa periode dihitung. Dikarenakan
tujuan utama dari perhitungan rasio ini adalah meembuat perbandingan
antara pos yang mempunyai hubungan informasi dengan pos lainnya.

Kecenderungan dari suatu pos neraca atau laba rugi hanya merupakan data dan
belum dijadikan sebuah informasi. Kecenderungan ini akan menjadi sebuah
informasi jika nantinya dikaitkan dengan dengan pos-pos lainnya. Sebagai

2
contoh, kenaikan penjualan dikaitkan dengan aktiva lancar dalam periode yang
sama, harga pokok pennjualan dan biaya operasi.

b. Analisis Common Size

Apabila laporan keuangan disajikan dalam bentuk persentase, yaitu


persentase dari masing-masing pos aktiva terhadap total aktivanya, masing-
masing pos pasiva terhadap total pasivanya serta pos-pos laba rugi terhadap
total penjualan nettonya. Maka akan diperoleh suatu dasar atau ukuran umum
yang dapat digunakan sebagai perbandinga. Laporan yang disajikan dalam
persentase ini disebut common size statement atau laporan dengan persentase
per komponen.

Sehingga analisis ccommon size dapat di definisikan sebagai analisis


yang mengubah angka-angka yang ada di dalam neraca dan laporan laba rugi
menjadi bentuk persentase berdasarkan dasar tertentu. Untuk angka-angka yang
berada di dalam aktiva penguat basisnya adalah total aktiva, sedangkan dalam
laporan laba rugi penjualan netto yang dijadikan sebagai penguat basisnya.

Penyajian dalam bentuk common size akan mempermudah pembaca


laporan keuangan dalam memperhatikan perubahan yang terjadi di dalam
neraca. Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (common
size statement) dapat memberikan informasi, yaitu sebagai berikut :

a) Komposisi investasi (aktiva). Suatu perubahan dapat memberikan


gambaran tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
b) Struktural modal (komposisi aktiva). Struktur modal dapat memberikan
gambaran mengenai posisi relatif utang perusahaan terhadap modal
sendiri.

Tujuan dari analisis common size adalah : untuk memperoleh gambaran tentang
komposisi dan proporsi investasi pada setiap jenis aktiva, melihat struktur modal
dan pendanaan, serta distribsi hasil penjualan pada biaya dan laba suatu
perusahaan. Serta analisis common size digunakan untuk mengukur kinerja
suatu perusahaan yang terkait.

3
Rumus perhitungan dari analisis common size, yaitu sebagai berikut :

Aktiva Pasiva Laporan Laba Rugi

Apabila neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif (misalnya


du tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan komposisi,
baik dalam komposisi investasi maupun struktur modal. Laporan laba rugi yang disusun
dalam persentase per-komponen (common size percentage) dapat menggambarkan
distribusi atau alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada masing-masing elemen biaya
dan laba dan apabila disusun secara komparatif dapat menggambarkan perubahan
distribusi tersebut.

Contoh analisis common size, yaitu sebagai berikut :

PT. BAGUS NATA PUTRA


Neraca Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)

4
Cara perhitungan persentase per-komponen diatas adalah : pos yang berada di dalam
neraca dikategorikan menjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva. Masing-masing kategori ini
(total aktiva dan total pasiva) dinyatakan sebesar 100%, sedangkan pos yang termasuk
dalam masing-masing kategori dinyatakan persentase atas dasar total aktiva atau pasiva.
% Kas = (Saldo Kas/Total Aktiva) x 100% = (Rp 1.300/Rp 14.000) x 100% = 9,92%
(yang lainnya dihitung dengan cara yang sama). Dari neracca yang disusun dalam
persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa selama dua tahun telah terjadi
perubahan pada komposisi baik itu di aktiva (kas atau persediaan) maupun di pasiva
(utang jangka panjang).

PT. BAGUS NATA PUTRA


Laporan Laba Rugi Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)

Cara penghitungan persentase per-komponen adalah : pos yang berada dalam


perhitungan laba-rugi yang dinyatakan dalam dalam persentase per-komponen atas
dasar total penghasilan (total penghasilan dinyatakan sebesar 100%).

% HPP = (Saldo HPP/Total Penjualan) x 100%

= (Rp 60.000/Rp 200.000) x 100% = 30% (yang lainnya dihitung dengan cara
yang sama). Dari perhitungan laba rugi diatas, terlihat bahwa distribusi setiap Rp 1,00
penjualan kepada harga pokok penjualan misalnya mengalami penurunan. Meskipun
distribusi untuk biaya lainnya (pemasaran, administrasi dan bunga) secara total
mengalami kenailkan.

5
B. Market Value Added (MVA)
Market Value Added (MVA) merupakan selisih antara market value of equity
dan jumlah saham yang ditanamkan oleh investor ke dalam perusahaan, agar dapat
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Market Value Added (MVA) yang
dihasilkan oleh kinerja manajerial sepanjang umur perusahaan yang di-present value-
kan. Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja
manajerial sejak perusahaan berdiri hingga saat ini.
Market Value Added (MVA) diperoleh melalui selisih antara nilai pasar ekuity
dengan modal equitas yang disetorkan oleh pemegang saham. Nilai pasar equitas
diperoleh dengan mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham, sedangkan
modal ekuitas yang disetor pemegang saham sama dengan total ekuitas perusahaan atau
nilai buku ekuitas. Berdasarkan hal tersebut didapat formula Market Value Added
(MVA) sebagai berikut :
MVA = Nilai Pasar Equity – Modal Ekuitas yang Disetor Pemegang Saham
= (Jumlah Saham Beredar)(Harga Saham) – Total Nilai Ekuitas

Contoh soal :
PT Jaya Abadi memiliki market value of equity Rp 250 juta dan nilai modal yang
disetor adalah Rp 20 juta
Maka MVA PT Jaya Abadi adalah :
Rp 250 juta – Rp 20 juta = Rp 230 juta
Contoh lain perhitungan MVA yaitu :
PT JAYA ABADI
MARKET VALUE ADDED (MVA)
(Rp 000.000)
2020 2021

Perhitungan MVA
Harga per Lembar Saham 25 30
Jumlah Saham Beredar (juta) 50 50
Market value of Equity 1.250 1.500
Book Value of Equity 850 860
MVA
400 640

6
(Market Value – Book Value)

MVA PT JAYA ABADI tahun 2020 adalah Rp 400 juta dan tahun 2021 adalah Rp
640 juta. Hal tersebut menunjukan bahwa dampak tindakan manajerial sejak
perusahaan berdiri meningkat pada tahun 2020 dan 2021 masing-masing sebesar Rp
400 juta dan Rp 640 juta.

C. Economic Value Added (EVA)


Economic Value Added ( EVA ) merupakan ukuran nilai tambah ekonomis yang
dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. Economic
Value Added ( EVA ) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

EVA = Laba Bersih Operasi Setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal Setelah
Pajak yang Diperlukan Untuk Mendukung Operasi
= EBIT (1-Pajak Perusahaan) – (Biaya Operasi)(Biaya Modal Setelah Pajak)

Modal operasi atau operating capital merupakan penjumlahan dari hutang,


saham preferen dan saham biasa yang digunakan untuk pengadaan asset operasi bersih
atau net operating asset, yaitu modal kerja bersih atau net operating working capital
ditambah investasi pabrik dan peralatan bersih. EVA mencerminkan residual income
yang tersisa setelah semua biaya modal, termasuk modal saham, telah dikurangkan,
sedangkan laba akuntansi dihitung tanpa mengurangkan biaya modal.
Sistem pengukuran kinerja dalam perusahaan harus dapat membedakan
aktivitas yang value added dengan aktivitas yang non value added sehingga
manajemen organisasi dapat fokus untuk mengurangi biaya-biaya yang timbul akibat
aktivitas yang non value added. Dengan mengkomunikasikan secara awal bahwa tujuan
perusahaan adalah memaksimalkan nilai bukan laba, agar manajer menjadi lebih fokus
untuk menciptakan nilai bukan mengejar laba yang besar.
Keunggulan EVA yaitu, EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah
dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. Dengan
diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui apakah suatu perusahaan dapat
menciptakan nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA adalah dapat digunakan secara
mandiri tanpa memerlukan data pembanding.

7
Selain EVA sebagai ukuran kinerja memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :
a. Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak
strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.
b. Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga manajemen
cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena dapat mengakibatkan
penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan.
c. EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya dapat meningkatkan
kinerja keuangan.
d. Tidak cocok diterapkan pada industry tertentu.
e. Tidak dapat diterapkan pada masa inflasi.
f. Memerlukan tambahan biaya .
Contoh soal :
PT SEJAHTERA
ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
(Rp 000.000)
2020 2021

Perhitungan EVA
EBIT 283 263
Pajak (t) 40% 40%
NOPAT = EBIT (1-t) 169,80 157,80
Total Investor Supplied Operating Working 1.800 1.455
Capital 11% 10,8%
Biaya Modal Setelah Pajak 198 157,10
Biaya Modal (Rp)
EVA = NOPAT – Biaya Modal
(0,70)
(28,20)

EVA tahun 2021 positif yaitu Rp 0,70 juta sedangkan tahun 2020 negatif Rp 28,20 juta.
NOPAT mengalami penurunan namun EVA mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan oleh penurunan OPAT 8% lebih kecil dari pada tingkat penurunan rupiah
biaya modal 26% sehingga penurunan biaya modal tersebut akan mengakibatkan EVA

8
meningkat. Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA yang telah diuraikan dapat
dinyatakan 2 (dua) pengamatan yaitu :
a. Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA PT Sejahtera tahun 2020 dan 2021, terlihat
terjadi kombinasi antara peningkatan harga saham Rp 25 juta ke Rp 30 juta, dan
kenaikan nilai buku modal dari Rp 1.250 menjadi 1.500, sehingga menyebabkan
peningkatan MVA, sehingga terjadi peningkatan nilai kemakmuran pemegang saham
sebesar Rp 640 juta – Rp 400 juta = Rp 240 juta.
Terdapat hubungan antara MVA dan EVA namun sifatnya tidak selalu searah. Apabila
suatu perusahaan memiliki EVA negative, maka MVA mungkin saja akan bernilai
negative atau sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki EVA positif maka MVA akan
bernilai positif.
b. EVA secara umum lebih bermanfaat dibandingkan MVA untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dengan alasan :
a) EVA menunjukan value added yang terjadi pada tahun tertentu.
b) EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar secara
individual, sedangkan MVA lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi kinerja
top manajemen selama jangka waktu yang panjang.

9
PENUTUP

Simpulan

a. Analisis indeks adalah salah satu metode dalam menganalisis laporan keuangan yang
tujuannya untuk mengetahui kecenderungan keadaan kinerja keuangan perusahaan apakah
nilainya mengalami kenaikan, penurunan ataupun bernilai tetap. Analisis ccommon size
dapat di definisikan sebagai analisis yang mengubah angka-angka yang ada di dalam neraca
dan laporan laba rugi menjadi bentuk persentase berdasarkan dasar tertentu. Untuk angka-
angka yang berada di dalam aktiva penguat basisnya adalah total aktiva, sedangkan dalam
laporan laba rugi penjualan netto yang dijadikan sebagai penguat basisnya. Penyajian dalam
bentuk common size akan mempermudah pembaca laporan keuangan dalam memperhatikan
perubahan yang terjadi di dalam neraca.
b. Market Value Added (MVA) merupakan selisih antara market value of equity dan jumlah
saham yang ditanamkan oleh investor ke dalam perusahaan, agar dapat memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham. Market Value Added (MVA) diperoleh melalui selisih
antara nilai pasar ekuity dengan modal equitas yang disetorkan oleh pemegang saham. Nilai
pasar equitas diperoleh dengan mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham,
sedangkan modal ekuitas yang disetor pemegang saham sama dengan total ekuitas
perusahaan atau nilai buku ekuitas.
c. Economic Value Added ( EVA ) merupakan ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan
perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. EVA mencerminkan
residual income yang tersisa setelah semua biaya modal, termasuk modal saham, telah
dikurangkan, sedangkan laba akuntansi dihitung tanpa mengurangkan biaya modal. Sistem
pengukuran kinerja dalam perusahaan harus dapat membedakan aktivitas yang value added
dengan aktivitas yang non value added sehingga manajemen organisasi dapat fokus untuk
mengurangi biaya-biaya yang timbul akibat aktivitas yang non value added. Terdapat
hubungan antara MVA dan EVA namun sifatnya tidak selalu searah. Apabila suatu
perusahaan memiliki EVA negative, maka MVA mungkin saja akan bernilai negative atau
sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki EVA positif maka MVA akan bernilai positif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Wiagustini, N. L. (2014). MANAJEMEN KEUANGAN. Denpasar: Udayana University Press.


Febrianti, D. P. (2018). ANALISIS COMMON SIZE PADA LAPORAN KEUANGAN.
Bengkulu: IAIN .

Kusuma, M. I. (2021, September 24). MANAJEMEN KEUANGAN. Diambil kembali dari


academia.edu: https://www.academia.edu/
Zulkarnain, I. F. (2020). ANALISIS COMMON SIZE DAN RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BEI. Journal
Widya Akuntansi, 32-46.

11

Anda mungkin juga menyukai