Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 2

MANAJEMEN KEUANGAN
“Analisis Indeks dan Common Size, MVA dan EVA”

Oleh

Ni Komang Eva Septiani (2007531228 / 28)


Arya Nararuci Paramahita (2007531238 / 29)
I Gusti Ayu Putri Sandhyani (2007531262 / 30)

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis Laporan Keuangan


perusahaan. Analisis Laporan Keuangan mencakup apakah suatu aktiva dan pasiva perusahaan
dikelola secara benar, termasuk juga aktivitas pendanaannya untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Salah satu Teknik dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan adalah
dengan menggunakan metode analisis indeks. Dengan menggunakan metode Analisa ini akan
diketahui perubahan mana yang cukup penting untuk dianalisa lebih lanjut. Metode analisis ini
biasanya digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang meliputi minimal tiga periode
atau lebih. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan melalui
tentang perjalanan waktu yang sudah lalu dan memprediksi situasi masa itu ke masa yang akan
datang.

Pengukuran yang hanya menganalisa laporan keuangan memiliki kelemahan utama


yaitu mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu
perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut
telah dikembangkan konsep baru yaitu EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market
Value Added). EVA dan MVA dianggap paling memiliki kolerasi dengan perubahan dan
penciptaan nilai saham diperusahaan.

EVA dan MVA adalah pengukuran dengan memperhatikan secara tepat semua faktor-
faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai. EVA mengukur nilai tambah yang
dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal yang timbul sebagai akibat
investasi yang dilakukan. MVA merupakan ukuran kumulatif kinerja keuangan yang
menunjukkan seberapa besar nilai tambah terhadap modal yang ditanamkan investor selama
perusahaan berdiri, atau secara jelas MVA merupakan selisih antara nilai pasar ekuitas dan
nilai buku ekuitas. EVA dan MVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan
nilai bagi pasar dan pemilik modal karena perusahaan dapat menghasilkan tingkat
pengembalian yang melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan
yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA dan MVA yang negative
menunjukkan nilai perusahaan yang menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari
biaya modal.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Indeks dan Common Size


➢ Analisis indeks

Analisis indeks adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk mengetahui
kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah naik, turun atau tetap.
Kecenderungan posisi keuangan tersebut dapat diketahui dari laporan keuangan yang disusun
untuk tiga periode atau lebih. Untuk melihat trend tersebutdigunakan angka indeks 100. Oleh
karena itu teknik analisisnya disebut dengan analisis indeks. Angka indeks 100 adalah untuk
tahun dasar. Tahun dasar tidak selamanya tahun awal, melainkan tahun yang dianggap
representative.

Agar lebih mudah dalam menganalisis, maka perlu diperhatikan cara penyusunan laporan
dengan indeks berikut :

• Menentukan tahun dasar


Biasanya yang digunakan sebagai tahun dasar adalah tahun awal atau tahun yang
dianggap normal/representative pada periode tahun yang dianalisis.
• Menentukan angka indeks 100 pada tahun dasar untuk masing-masing pos dalam tahun
dasar.
• Pos-pos dari periode laporan yang dianalisis dibandingkan dengan pos-pos yang sama
dalam laporan keuangan tahun dasar.
• Dasar menghitung rasio trend/kecenderungan pada umumnya tidak semua pos-pos
neraca dan laporan rugi laba dari beberapa periode tersebut dihitung, karena tujuan
utama dari perhitungan rasio adalah membuat perbandingan antara pos-pos yang
mempunyai hubungan informasi dengan pos-pos lainnya.
Kecenderungan naiknya penjualan selama beberapa periode dikaitkan dengan
aktiva yang beroperasi/produktif dalam periode yang sama akan diperoleh informasi besarnya
tingkat perputaran aktiva (operating asset turnover) merupakan perbandingan antara jumlah
penjualan terhadap jumlah aktiva yang beroperasi. Rasio ini menggambarkan ukuran tentang
sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau
menunjukkan berapa kali aktiva produktif berputar dalam suatu periode.

2
Kecenderungan kenaikan piutang dagang yang diikuti dengan kecenderungan turunnya
penjualan, biasanya mencerminkan keadaan yang kurang baik. Kecenderungan naiknya
piutang dagang menunjukkan adanya overinvestment dalam piutang dan mungkinsebagai akibat
dari tidak efektifnya bagian penagihan piutang.

Kecenderungan naiknya persediaan diikuti dengan kecenderungan turunnya penjualan


biasanya mencerminkan adanya overinvestment dalam persediaan atau fasilitas peralatan
sehingga menunjukan keadaan kurang baik.

Kecenderungan menurunnya volume penjualan yang terus menerus diikuti dengan


tanda-tanda naiknya investasi, khususnya bila bertambahnya investasi ini membuat beban
bunga tetap, hal ini akan menggambarkan perkembangan yang kurang sehat dengan kata lain
terdapat overinvestment dalam peralatan atau kapasitas lebih jika dibandingkandengan prospek
penjualan. Kecenderungan turunnya hutang lancar dimana perubahan tersebut menimbulkan
atau membentuk tingkat likuiditas perusahaan yang lebih besar biasanya dipandang sebagai hal
yang menguntungkan. Kecenderungan naiknya modal sendiri menunjukkan keadaan keuangan
yang baik.

Di dalam menggunakan analisis indeks sebaiknya menghubungkan antara angka- angka


dalam persen dan nilai rupiah. Jika tidak, maka akan menimbulkan kesimpulan atauinterpretasi
yang menyesatkan.

Contoh 1 : suatu pos telah naik dari Rp 10.000.000 menjadi Rp 20.000.000 atau 100%. Pos
lainnya juga akan naik dari Rp 100.000.000 menjadi Rp 200.000.000 atau naik 100%.Kedua
pos ini sama-sama naik 100%. Akan tetapi post yang pertama mungkin tidak penting, artinya
jika dibandingkan dengan pos yang kedua. Jadi apabila di dalam menganalisis trend/indeks ini
tidak mengikutsertakan angka-angka absolutnya, maka akan memberikan interpretasi yang
kurang tepat.

Contoh 2 : jumlah utang telah naik dari RP 100.000.000 menjadi Rp 200.000.000 atau 100%.
Kenaikan ini diikuti dengan kenaikan dalam modal sendiri dari Rp 100.000.000 menjadi
150.000.000 atau 50%.

Apabila kita hanya melihat persentase kecenderungan saja, maka akan menghasilkan
interpretasi yang kurang menguntungkan. Karena ada beberapa kemungkinan diatas, maka
dalam menganalisis persentase kecenderungan ini, perlu juga melihat angka absolutnya.

3
Dengan demikian hasil interpretasi tidak akan menyesatkan. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah penentuan tahun dasar.

➢ Common size

Analisis common size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk
laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).

Laporan keuangan dalam presentase per-komponen (common-size statement)


menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya, cara
penyusunan laporan keuangan ini disebut Teknik analisis common-size dan termasuk metode
analisis vertical.

Suatu neraca yang disusun dalam presentase per-komponen (common-size statement)


dapat memberikan informasi sebagai berikut:

1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang


posisi relative aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva) yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi
relative utang perusahaan terhadap modal sendiri

Apabila neraca dalam presentase per-komponen disusun secara komparatif (misalnya


dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan komposisi, baik
komposisi investasi maupun struktur modal

Laporan laba-rugi yang disusun dalam presentase per-komponen (common-size


percentage) dapat menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp 1,,00 penjualan kepada masing-
masing elemen biaya dan laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan
perubahan distribusi tersebut.

4
Contoh analisis common-size :

PT. ANANJAYA

Neraca komparatif dalam Presentase Per-Komponen

Per 31 Desember 2019 dan 2020

(Dalam Ribuan Rupiah)

31 Desember Common-size
NERACA
2019 2020 2019 2020
Aktiva
Penghasilan Rp 150.000 Rp 20.000 100% 100%
Harga Pokok Penjualan -Rp 50.000 -Rp 60.000 -33,33 -30,00
Laba Kotor Rp 100.000 Rp 140.000 66,67 70,00
Biaya Pemasaran -Rp 25.000 -Rp 34.000 -16,67 -17,00
Biaya Administrasi -Rp 20.000 -Rp 28.000 -13,33 -14,00
Biaya Bunga -Rp 10.000 -Rp 14.000 -6,67 -7,00
Laba Sebelum Pajak Rp 45.000 Rp 64.000 30,00 32,00
Pajak (15%) Rp 6.750 -Rp 9.600 -4,50 -4,80
Laba Bersih Rp 38.250 Rp 54.400 25,5 27,20

Cara perhitungan presentase per-komponen adalah: pos-pos dalam perhitungan laba-


rugi yang dinyatakan dalam presentase per-komponen atas dasar total penghasilan (total
penghasilan dinyatakan sebesar 100%).

% harga pokok penjualan = (saldo harga pokok penjualan/total penghasilan)x100%

= Rp 60.000/Rp 200.000 x 100%

= 30%

Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama dari perhitungan laba-rugi, tampak bahwa
distribusi setiap Rp 1,00 penjualan kepada harga pokok penjualan misalnya mengalami
penurunan, meskipun distribusi untuk biaya lainnya (pemasaran, administrasi, dan bunfa),
secara total mengalami kenaikan.

B. EVA dan MVA


➢ Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran nilai tambah ekonomis yang
dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen, yang

5
menitikberatkan pada efektivitas manajerial tertentu. EVA dapat dihitung dengan formula
berikut :

EVA = Laba Berih Operasi Setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal Setelah Pajak Yang
Diperlukan Untuk Mendukung Operasi
= EBIT (1-Pajak Perusahaan) – (Biaya Operasi) (Biaya Modal Setelah Pajak)
a. Keunggulan Economic Value Added (EVA)
EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau
aktivitas manajemen selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem
pengukuran yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA berhubungan langsung
dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan
banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat
jika manajemenn melakukan satu dari tiga hal berikut ini (Stewart 1991) :
1) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal, berarti manajemen dapat
menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang
optimal.
2) Menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapatkan return lebih besar
daripada biaya modal yang ada.
3) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.
Govindarajan, penerjemah Kurniawan (2002), mengungkapkan kunggulan EVA
sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan meliputi :
1) Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan investasi yang
sama. Dengan meningkatnya EVA maka investasi-investasi akan menghasilkan laba diatas
biaya modal sehingga akan lebih menarik para manajernya untuk berinvestasi dalam
perusahaan tersebut.
2) Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset yang berbeda
pula.
3) EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar
perusahaan.
Keunggulan EVA menurut Teuku Mirza (1997) yaitu EVA memfokuskan
penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai
konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui
apakah perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA adalah
dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding.

6
b. Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki kelemahan yaitu
EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu. Padahal
nilai perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga suatu
perusahaan mempunyai nilai EVA pada priode tertentu positif tetapi nilai perusahaan
tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya negative.
(1) Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak strategi
yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan
(2) Sifat pengukurannya adalah potret jangka pendek, sehingga manajemen cenderung enggan
berinvestasi jangka panjang, karena mengakibatkan penurunan nilai EVA dalam periode
bersangkutan, yang mengakibatkan turunnya daya saing perusahaan di masa depan.
(3) Mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan kinerja keuangan.
Menurut Kaplan dan Norton (2001), tanpa balanced scorecard, strategi value based
management memang dapat menurunkan biaya dan meningkatkan intensitas aktiva tetapi
akan kehilangan kesempatan menciptakan tambahan nilai, yaitu strategi pertumbuhan
pendapatan jangka panjang melalui investasi pelanggan, inovasi, perbaikan proses,
teknologi informasi dan kemampuan karyawan.
(4) Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi. Inflasi akan mengakibatkan distorsi pada EVA
dan menunjukkan bahwa EVA tidak dapat digunakan selama periode inflasi untuk
mengestimasi profitabilitas actual.
(5) Tidak cocok diterapkan pada industry tertentu, misalkan perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi seperti pada sektor teknologi.
(6) Memerlukan biaya tambahan dan bisa menimbulkan potential litigation costs.
Contoh perhitungan EVA adalah sebagai berikut:

PT WISTAWAN

ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)

(Rp 000.000)

2011 2012
Perhitungan EVA
EBIT 283 263
Pajak (t) 40% 40%
NOPAT = EBIT (l-t) 169,80 157,80
Total Investor Supplied Operating Working Capital 1.800 1.455
Biaya Modal Setelah Pajak 11% 10,8%
Biaya Modal (Rp) 198 157,10
EVA=NOPAT-Biaya Modal 28,2 0,70
7
EVA tahun 2012 positif yaitu Rp 0,70 juta sedangkan tahun 2011 negatif Rp 28,20 juta.
NOPAT mengalami penurunan namun EVA mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
karena penurunan NOPAT 8% lebih kecil dari pada tingkat penurunan rupiah biaya modal
26% sehingga penurunan biaya modal tersebut akan mengakibatkan EVA meningkat.
Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA yang telah diuraikan dapat dinyatakan dua
pengamatan yaitu :
1) Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA PT Wistawan tahun 2011 dan 2012, terlihat
terjadi kombinasi antara peningkatan harga saham Rp 23 ke Rp 26 juta, dan kenaikan
nilai buku modal dari Rp 1.150 menjadi Rp 1.300, sehingga menyebabkan peningkatan
MVA, sehingga terjadi peningkatan nilai kemakmuran pemegang saham sebesar Rp
460 – Rp 254 = Rp 206 juta.
Ada hubungan antara MVA dan EVA namun sifatnya tidak selalu searah. Jika suatu
perusahaan memiliki EVA negative, maka MVA mungkin saja akan bernilai negatif
atau sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki EVA positif, maka MVA akan bernilai
positif. Harga saham sebagai salah satu komponen MVA akan lebih banyak ditentukan
oleh kinerja masa depan dan bukan kinerja masa lalunya. Sehingga perusahaan dengan
EVA negatif dapat saja memiliki MVA positif jika investor memiliki harapan akan
perubahan yang lebih baik pada perusahaan di masa depan.
2) EVA secara umum lebih bermanfaat disbanding MVA untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dengan alasan :
1. EVA menunjukan value added yang terjadi pada tahun tertentu.
2. EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar secara
individual, sedangkan MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan.
Karena alasan ini MVA lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi kinerja top
manajemen selama jangka waktu yang panjang.
➢ Market Value Added
Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar dari perusahaan
(hutang dan ekuitas) dengan total investasi modal kedalam perusahaan, nilai pasar dari
perusahaan adalah “enterprise value” dari perusahaan yang bersangkutan dimana
merupakan hasil jumlah seluruh nilai pasar yang diklaim oleh pihak lain terhadap
perusahaan pada suatu waktu tertentu, total investasi modal adalah seluruh investasi yang
dikeluarkan semua pihak kepada perusahaan pada suatu waktu tertentu.

Berikut ini merupakan Rumus Market Value Added:

8
𝑀𝑉𝐴 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑦 − 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑠𝑒𝑡𝑜𝑟
= (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 )(𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 ) − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Contoh Kasus:
PT Wistawan memiliki market value of equity Rp 150 Juta dan nilai moal yang disektor
adalah Rp 10 Juta.
Maka MVA PT Wistawan adalah:
Rp. 150.000.000 – Rp. 10.000.000 = Rp 140.000.000
Cara lain perhitungan MVA :
PT WISTAWAN
MARKET VALUE ADDED
(Rp. 000.000)
2011 2012
Perhitungan MVA
Harga per Lembaran Saham 23 26
Jumlah Saham Beredar (juta) 50 50
Market Value of Equity 1.150 1.300
Book Value Equity 896 840
MVA
254 460
(Market Value – Book Value)

MVA PT WISTAWAN tahun 2011 adalah Rp 254 Juta dan tahun 2012 adalah
Rp 460 Juta, Hal tersebut menunjukan bahwa dampak tindakan manajerial sejak
perusahaan berdiri meningkat pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 254
Juta dan Rp 406 Juta.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisis indeks/trend adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk
mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah naik,
turun atau tetap. Kecenderungan posisi keuangan tersebut dapat diketahui dari laporan
keuangan yang disusun untuk tiga periode atau lebih. Untuk melihat trend tersebut
digunakan angka indeks 100 untuk tahun dasar. Tahun dasar tidak selamanya tahun awal,
melainkan tahun yang dianggap representative. Rasio trend kecenderungan pada umumnya
tidak semua pos-pos neraca dan laporan rugi laba dari beberapa periode tersebut dihitung,
karena tujuan utama dari perhitungan rasio adalah membuat perbandingan antara pos-pos
yang mempunya hubungan informasi dengan pos-pos lainnya.
Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran nilai tambah ekonomis yang
dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen, yang
menitikberatkan pada efektivitas manajerial tertentu. EVA memiliki beberapa keunggulan,
salah satunya yaitu memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan
beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya modal
maka dapat diketahui apakah perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak.
Kelebihan EVA adalah dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data
pembanding. Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki kelemahan yaitu
EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu. Padahal
nilai perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga suatu
perusahaan mempunyai nilai EVA pada priode tertentu positif tetapi nilai perusahaan
tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya negative Market Value Added merupakan
indikator untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan sejak
perusahaan berdiri hingga sekarang, MVA dapat diperoleh melalui selisih antara nilai pasar
equity dengan model ekuitas yang disetor pemegang saham.

10
DAFTAR PUSTAKA
Wiagustini, Ni Luh Putu, 2014, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Udayana Press,
Denpasar
Unkown. 2014. ANALISIS INDEKS DAN COMMON SIZE. Retrieved from :
http://akuulupa.blogspot.com/2014/04/analisis-common-size-dan-indeks.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai