Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN PROYEK (PERCEPATAN PROYEK)

Dosen Pengampu : Drs. Kastawan Mandala, M.M.

Oleh :
KELOMPOK VII
MANAJEMEN OPERASI A4

NAMA KELOMPOK :
1. Anak Agung Sagung Wulan Maharani 07 / 2007521024
2. Ni Made Dwi Ratna Cahyanti 16 / 2007521199
3. Made Aditya Saputra 18 / 2007521209
4. Nyoman Mutiara Pradnyani 23 / 2007521227

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Manajemen
Proyek (Percepatan Proyek) yang bertujuan untuk memenuhi standar penilaian dalam mata
kuliah Manajemen Operasi.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Drs.
Kastawan Mandala, M.M. selaku dosen pengajar mata kuliah yang telah memberikan
penugasan ini yang dapat menambah wawasan serta meningkatkan hubungan kerja sama
yang baik diantara kami.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, hal
ini dikarenakan wawasan serta pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan sebagai penyempurnaan
makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat terhadap semua pihak, khususnya dalam
lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana dan masyarakat pada
umumnya agar dapat menambah wawasan dan informasi mengenai manajemen operasi.

Denpasar, 16 Maret 2021


Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................(ii)
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................(iii)
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................(1)
1.1 Latar Belakang.................................................................................................(1)
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................(1)
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................(2)
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................(3)
2.1 Menentukan Jalur Kritis..................................................................................(3)
2.2 Biaya Sumber Daya.........................................................................................(7)
2.3 Percepatan Proyek...........................................................................................(8)
BAB III PENUTUP...........................................................................................(11)
3.1 Kesimpulan....................................................................................................(11)
3.2 Saran..............................................................................................................(11)
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pelaksanaan proyek ada 3 aspek utama yang diperhatikan, yaitu biaya, waktu, dan
mutu. Pelaksana proyek umumnya menginginkan pengeluaran biaya yang seminimal
mungkin dengan waktu penyelesaian yang secepat mungkin, tanpa mengurangi kualitas mutu
yang ditetapkan. Dengan biaya yang minimum, pelaksana proyek dapat memperoleh
keuntungan yang lebih besar. Sementara dengan waktu penyelesaian yang lebih cepat dapat
meningkatkan citra pelaksana. Namun pada pelaksanaannya sering terjadi
kemunduran/keterlambatan dalam waktu penyelesaian proyek.
Keterlambatan (delay) dalam penyelesaian suatu proyek konstruksi sering terjadi. Salah
satu yang mengalami keterlambatan adalah proyek pembangunan gedung. Umumnya
keterlambatan selalu menghasilkan kerugian. Kerugian yang dimaksud disini dapat berupa
penambahan biaya, menghambat keuntungan operasi hasil proyek, memperkecil
kemungkinan pelaksana dapat memulai proyek baru, juga dapat berdampak terhadap
menurunnya citra pelaksana. Dengan pertimbangan dampak keterlambatan tersebut,
diperlukan usaha dalam percepatan penyelesaian proyek. Crash program dapat menjadi salah
satu pilihan dalam mempercepat waktu proyek.
Crashing adalah suatu proses yang disengaja, sistematis, analitik dengan cara melakukan
pengujian dari semua kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang
berada pada jalur kritis. Crash program dapat dilakukan dengan penambahan tenaga kerja,
jam kerja (lembur), penambahan alat kerja yang dapat mempercepat pekerjaan, bahkan
dengan mengganti metode kerja yang dirasa dapat lebih menguntungkan dari segi waktu dan
biaya. Meskipun dapat mengurangi durasi pekerjaan proyek, penerapan metode crash
program dapat berdampak terhadap naiknya biaya pelaksanaan proyek. Oleh karena itu perlu
diperhatikan secara teliti kegiatan-kegiatan yang memungkinkan untuk dilakukan kegiatan
crashing.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah menentukan jalur kritis dalam suatu perusahaan?
2. Bagaimanakah biaya sumber daya yang ada dalam suatu perusahaan?
3. Bagaimanakah percepatan proyek yang dilakukan dalam suatu perusahaan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana menentukan jalur kritis dalam suatu perusahaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana biaya sumber daya yang ada dalam suatu perusahaan.
3. Untuk mengetahui bagaimana percepatan proyek yang dilakukan dalam suatu
perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menentukan Jalur Kritis


Jalur kritis adalah jalur waktu terpanjang yang melalui suatu jaringan. Untuk
menemukan jalur kritis, kita harus menghitung dua waktu awal dan akhir untuk masing-
masing aktivitas, diantaranya yaitu :
1. Permulaan paling awal (Earliest Start—ES) adalah waktu paling awal di mana sebuah
aktivitas bisa dimulai, asumsikan semua aktivitas pendahuluannya telah selesai.
2. Penyelesaian paling awal (Earliest Finish—EF) adalah waktu paling awal di mana
sebuah aktivitas bisa diselesaikan.
3. Permulaan paling akhir (Latest Start—LS) adalah waktu paling lambat di mana
sebuah aktivitas bisa dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian dari
keseluruhan proyek.
4. Penyelesaian paling akhir (Latest Finish—LF) adalah waktu paling lambat di mana
sebuah aktivitas harus selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian dari
keseluruhan proyek.
Kita dapat menggunakan proses two-pass yaitu lintas dua arah, yang berisikan lintas
depan dan lintas belakang. Untuk menentukan jadwal waktu untuk masing-masing aktivitas.
Waktu mulai dan selesai yang lebih cepat (ES dan EF) ditentukan pada saat lintas depan
(forward pass). Waktu mulai dan selesai yang paling lambat (LS dan LF) ditentukan saat
lintas belakang (backward pass).

 Lintas Depan
Untuk menunjukkan secara jelas jadwal aktivitas pada jaringan proyek, dapat
menggunakan notasi yang ditunjukan pada gambar diatas. ES dari sebuah aktivitas ditunjukan
pada sisi pojok kiri atas dari titik simpul yang menunjukan aktivitas tersebut. EF ditunjukan
pada sisi pojok kanan atas. Waktu yang paling lambat, LS dan LF, ditunjukkan pada sisi
pojok kiri bawah dan kanan bawah, secara berurutan.
a. Peraturan Waktu Mulai Paling Awal
Sebelum sebuah aktivitas bisa dimulai, semua aktivitas pendahulunya yang terdekat
harus sudah selesai.
 Jika sebuah aktivitas hanya memiliki aktivitas pendahulu terdekat tunggal, ES
sama dengan EF dari aktivitas pendahulunya.
 Jika sebuah aktivitas memiliki banyak aktivitas pendahulu terdekat, ES
merupakan nilai maksimal dari semua nila EF dari aktivitas pendahulunya, yakni
ES = Maksimal (EF dari semua aktivitas pendahulu terdekat)
b. Peraturan Waktu Mulai Paling Awal
Waktu selesai yang paling awal (EF) dari sebuah aktivitas merupakan jumlah dari
waktu mulai yang paling awalnya (ES) dan waktu aktivitasnya, yakni EF = ES + Waktu
Aktivitas. Walaupun lintas depan memungkinkan kita untuk menentukan waktu penyelesaian
proyek yang paling awal, hal itu tidak mengidentifikasi jalur kritis. Untuk mengidentifikasi
jalur ini, kita sekarang perlu untuk melakukan lintas belakang untuk menemukan nilai LS dan
LF untuk semua aktivitas.

 Lintas Belakang
Seperti halnya lintas depan dimulai dengan aktivitas pertama dalam proyek, lintas
belakang dimulai dengan aktivitas terakhir dalam proyek. Untuk masing-masing aktivitas,
kita pertama menentukan nilai LF-nya, diikuti dengan nilai LS. Dua peraturan berikut
digunakan dalam proses ini.
a. Peraturan Waktu Selesai Paling Telat
Peraturan ini juga berdasarkan pada fakta bahwa sebelum sebuah aktivitas bisa
dimulai, semua aktivitas sebelumnya harus diselesaikan terlebih dahulu.
 Jika sebuah aktivitas merupakan sebuah aktivitas pendahulu terdekat untuk
hanya satu aktivitas, nilai LF-nya sama dengan nilai LS dari aktivitas yang
mengikuti setelahnya.
 Jika sebuah aktivitas merupakan sebuah aktivitas pendahulu terdekat bagi
lebih dari satu aktivitas, nilai LF-nya merupakan nilai minimal dari semua
nilai LS dari semua aktivitas yang mengikut setelahnya. Yakni LF = Minimal
(LS dari Semua aktivitas yang mengikuti setelahnya)
b. Peraturan Waktu Mulai Paling Lambat
Waktu mulai yang paling lambat (LS) dari sebuah aktivitas merupakan perbedaan dari
waktu selesai paling lambat (LF) dan waktu aktivitasnya, yakni LS = LF – Waktu aktivitas.

 Menghitung Waktu Perpanjangan dan Mengidentifikasi Jalur Kritis


Setelah kita menghitung waktu paling awal dan paling telat untuk semua aktivitas,
mudah untuk menemukan jumlah dari waktu perpanjangan (slack time) yang dimiliki dari
masing-masing aktivitas. Waktu perpanjangan merupakan suatu rentang waktu sebuah
aktivitas bisa ditunda tanpa menunda keseluruhan proyek. Secara matematis yaitu :
Waktu perpanjangan = LS – ES
atau
Waktu Perpanjangan = LF – EF
Aktivitas dengan waktu perpanjangan nol disebut dengan aktivitas kritis dan
dikatakan berada pada jalur kritis. Jalur kritis merupakan sebuah jalur terus-menerus melalui
jaringan proyek di mana memenuhi syarat berikut :
 Dimulai pada aktivitas pertama dalam proyek
 Berakhir pada aktivitas terakhir dalam proyek
 Termasuk hanya aktivitas kritis (misalkan, aktivitas dengan tanpa adanya
waktu perpanjangan)

 Trade-Off dan Mempersingkat Biaya-Waktu Proyek


Di samping mengelola sebuah proyek, tidak biasa bagi seseorang manajer proyek
untuk dihadapkan pada salah satu maupun kedua dari situasi berikut :
 Proyek berada di belakang jadwal yang sudah ditentukan
 Waktu penyelesaian proyek yang sudah dijadwalkan telah dimajukan
Dalam kedua situasi tersebut, beberapa atau semua dari aktivitas-aktivitas yang ada
perlu untuk dipercepat (bisanaya dengan menambahkan sumber daya) untuk menyelesaikan
proyek sesuai dengan tenggat waktu yang diinginkan. Proses yang diperpendek durasinya
dengan cara yang paling murah disebut dengan mempersingkat (crashing) proyek.
CPM merupakan sebuah teknik dimana masing-masing aktivitas memiliki sebuah
waktu normal atau standar yang kita gunakan dalam perhitungan kita. Terkait dengan waktu
normal ini adalah biaya normal dari aktivitas. Namun, waktu lain dalam manajemen proyek
adalah crash time, yang didefinisikan sebagai durasi yang paling pendek yang diperlukan
untuk untuk menyelesaikan sebuah aktivitas. Terkait dengan waktu singkat ini adalah crash
cost (memperkecil biaya) dari aktivtas dengan menambahkan sumber daya ekstra (misalkan,
perlengkapan dan orang) ke dalam aktivitas tersebut. Dengan demikian, Memperkecil biaya
dari sebuah aktivitas menjadi lebih tinggi dibandingkan biaya normal merupakan hal yang
logis.
Jumlah di mana sebuah aktivitas bisa dipersingkat bergantung pada aktivitas yang
terkait. Kita mungkin tidak mampu untuk mempersingkat beberapa aktivitas sama sekali.
Misalkan, jika sebuah percetakan perlu untuk dipanaskan dalam tungku api selama 48 jam,
menambahkan sumber daya tidak akan membantu dalam mempersingkat waktu. Sebaliknya,
kita mungkin dapat mempersingkat beberapa aktivitas secara signifikan. Misalkan, membuat
kerangka sebuah rumah dalam waktu 3 hari dan bukan 10 hari dengan mempekerjakan 3 kali
lebih banyak pekerja.
Dengan demikian, biaya dari crashing sebuah aktivitas bergantung pada sifat dari
aktivitas tersebut. Manajer biasanya tertarik dalam mempercepat sebuah proyek dengan biaya
tambahan yang paling murah. Oleh karena itu, ketika memilih aktivitas mana yang akan
dipercepat, dan seberapa banyak kita perlu untuk memastikan hal-hal berikut :
 Jumlah di mana sebuah aktivitas dipercepat itu dimungkinkan.
 Jika dilakukan, durasi aktivitas yang diperpendek akan memungkinkan kita
untuk menyelesaikan proyek sesuai tenggat waktu.
 Biaya total dari mempersingkat sebuah proyek semurah mungkin.
Mempersingkat suatu proyek melibatkan empat langkah sebagai berikut :
Langkah 1: Menghitung biaya singkat per minggu (atau periode waktu lainnya) untuk
masing-masing aktivitas dalam jaringan kerja. Jika biaya singkat adalah sejajar
sepanjang waktu, formula berikut bisa digunakan.
Biaya singkat per periode = (Biaya singkat-Biaya normal)) / ((Waktu normal-Waktu
singkat))
Langkah 2: Menggunakan waktu aktivitas saat ini, temukan jalur kritis dalam jaringan
proyek, identifikasi aktivitas-aktivitas kritis.
Langkah 3: Jika terdapat satu jalur kritis, kemudian pilih aktivitas pada jalur kritis ini yang
masih bisa dipersingkat (crashed) dan memiliki biaya singkat per periode. Jika
terdapat lebih dari satu jalur kritis, kemudian pilih satu aktivitas dari masing-
masing jalur kritis di mana masing-masing aktivitas yang dipilih masih bisa
dipercepat dan total biaya singkat per periode dari semua aktivitas yang dipilih
merupakan yang paling kecil serta mempersingkat masing-masing aktivitas
satu periode.
Langkah 4: Perbarui semua waktu aktivitas. Jika tenggat waktu yang diinginkan telah
tercapai, berhenti. Jika tidak, kembali ke langkah 2.

2.2 Biaya Sumber Daya


Project Cost Manajement atau biasa disebut dengan manajemen biaya adalah sebuah
metode yang menggunakan teknologi untuk mengukur biaya dan produktivitas melalui siklus
hidup penuh proyek tingkat perusahaan. Project Cost Manajemen meliputi beberapa fungsi
khusus manajemen proyek yang mencakup kontrol pekerjaan memperkirakan, pengumpulan
data lapangan, penjadwalan, akuntansi dan desain. Pada dasarnya anggaran dan estimasi
biaya merupakan dua hal yang mirip. Keduanya, samasama berisi hal-hal yang menyatakan
biaya untuk melakukan suatu pekerjaan. Perbedaannya adalah bahwa anggaran merupakan
hasil akhir dari perkiraan biaya yang dibuat untuk jangka waktu tertentu. Perkiraan biaya
dapat direvisi beberapa kali, tetapi begitu perkiraan biaya disetujui maka estimasi biaya
menjadi sebuah anggaran. Adapun beberapa elemen-elemen dalam Anggaran Biaya Proyek
diantaranya yaitu :
1. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat langsung dalam
pekerjaan proyek. Biaya ini dihitung dengan mengalikan tingkat upah per tenaga kerja
pada tingkat kompetensi tertentu dengan jumlah jam tenaga kerja yang dibnutuhkan.
2. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya total dari biaya tenaga kerja yang
tidak langsung terkait dengan pekerjaan proyek. Termasuk dalam hal ini adalah biaya
subkontraktor atau konsultasn.
3. Biaya Overhead dan Administrasi & Umum
Biaya Overhead adalah biaya biaya yang tidak terkait langsung dengan pengerjaan
pekerjaan proyek seperti misalnya biaya penyediaan sarana perumahan dan prasarana
bagi pekerja, sewa bangunan, peralatan, asuransi dan lain-lain. Sesuai namanya,
biaya-biaya tersebut sulit untuk dikaitkan dengan suatu paket pekerjaan tertentu.
Biasanya biaya overhead atau pengeluaran tak langsung dihitung sebagai prosentase
dari biaya tenaga kerja langsung. Besarnya prosentase bergantung pada jenis
pekerjaannya. Untuk pekerjaan yang sebagian besar dikerjakan di lapangan, maka
besarnya prosentase biasanya 25%. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan di
laboratorium dan memerlukan perlengkapan yang mahal besarnya prosentase bisa
mencapai 250%

2.3 Percepatan Proyek


Dalam manajemen waktu, percepatan proyek atau schedule compression digunakan
untuk mempercepat jadwal proyek pada saat perencanaan maupun saat pelaksanaan.
Schedule compression saat perencanaan bertujuan untuk mendapatkan jadwal yang optimal
atas biaya. Hal ini terdapat pada proses Schedule Development. Sedangkan schedule
compression saat pelaksanaan umumnya untuk mengatasi keterlambatan pelaksanaan.
Dimana hal ini terdapat pada proses Control Schedule. Terdapat dua jenis Schedule
compression yaitu :
1. Teknik Crashing, umumnya berusaha memendekkan durasi aktifitas dimana
cenderung memiliki konsekuensi penambahan biaya akibat penambahan sumber daya
maupun durasi kerja (lembur). Adapun cara yang dugunakan untuk melakukan
percepatan proyek ini yaitu sebagai berikut:
• Menambah durasi kerja (lembur)
• Menambah jumlah pekerja
• Menambah jumlah peralatan / sumber daya
• Mengubah metode konstruksi (untuk proyek fisik)
2. Fast Tracking, umumnya berusaha mengerjakan pekerjaan secara overlap yang
mengubah hubungan ketergantungan antar aktifitas dimana cenderung memiliki
konsekuensi risiko teknis yang dapat berdampak pada kualitas dan juga biaya.
Pada kenyataannya, seringkali kedua jenis metode percepatan digunakan secara
bersamaan untuk mendapatkan tingkat percepatan yang setinggi-tingginya. Pada percepatan
waktu secara crashing, terdapat metode untuk mendapatkan strategi percepatan yang optimal
atas biaya, yaitu metode Least cost analysis. Metode ini menggunakan dasar jalur kritis
sebagai basis untuk mendapatkan percepatan yang efektif. Proyek konstruksi merupakan
salah satu proyek yang memiliki kompleksitas relatif tinggi. Kompleksitas tersebut berupa
banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan, tingkat kesulitan yang tinggi, banyaknya sumber
daya dan pihak terkait proyek yang harus dikelola, tingginya ketidakpastian, dan tingginya
risiko. Hal tersebut sering menjadi penyebab keterlambatan pada pelaksanaan proyek
konstruksi.
Untuk mengatasi keterlambatan yang terjadi pada proyek konstruksi dilakukan
langkah atau strategi percepatan proyek (schedule compression) seperti yang telah dijelaskan.
Umumnya dilakukan metode crashing dan fast tracking secara bersamaan. Hal ini untuk
mendapatkan tingkat percepatan yang terbaik dalam mengatasi keterlambatan pada situasi
yang kompleks. Walaupun pada kenyataannya, banyak program percepatan yang kurang
berhasil padahal telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Terdapat tiga kelompok atas
strategi percepatan yang efektif pada proyek konstruksi, yaitu kelompok manajerial,
kelompok disain, dan kelompok konstruksi.

 Strategi Percepatan Proyek Konstruksi


Strategi paling tepat dalam mengantisipasi keterlambatan proyek konstruksi adalah
dengan membuat Risk Management yang berdampak atas waktu pelaksanaan. Bagian penting
atas risk management tersebut adalah adanya risk response dan tentu monitoringnya. Pada
proyek yang sudah terlanjur mengalami keterlambatan artinya risiko yang berdampak atas
waktu pelaksanaan telah terjadi. Risiko yang terjadi adalah problem. Ini terjadi karena kurang
memadainya risk management yang dibuat.
Strategi percepatan proyek identik dengan risk respons dalam risk management.
Hanya saja pada risiko yang telah terjadi. Strategi diterapkan berdasarkan prioritas jika faktor
yang menyebabkan keterlambatan proyek jumlahnya cukup banyak. Dengan melihat
karakteristik khusus proyek konstruksi dan faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek,
berdasarkan pengalaman diusulkan rekomendasi strategi dalam melakukan percepatan proyek
konstruksi, yaitu Terdiri dari beberapa strategi yaitu:
• Dalam situasi krisis terhadap waktu, Jalur kritis harus dikomunikasikan dan disepakati
oleh Tim proyek.
• Menjaga kedisiplinan Tim proyek.
• Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha untuk menjaga agar
proyek dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
• Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada subkontraktor dan
Mandor.
• Melakukan update yang rutin atas jalur kritis (CPM).
• Selalu memberikan motivasi yang terbaik kepada karyawan dan pekerja agar attitude
dan mental kerja lebih baik.
• Menambah jam kerja dengan lembur.
• Menambah Personil proyek agar dapat meningkatkan pengawasan.
• Menjaga kualitas pekerjaan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jalur kritis adalah jalur waktu terpanjang yang melalui suatu jaringan. Untuk
menemukan jalur kritis, kita harus menghitung dua waktu awal dan akhir untuk masing-
masing aktivitas, diantaranya yaitu permulaan paling awal (Earliest Start—ES) adalah
waktu paling awal di mana sebuah aktivitas bisa dimulai, asumsikan semua aktivitas
pendahuluannya telah selesai, penyelesaian paling awal (Earliest Finish—EF) adalah
waktu paling awal di mana sebuah aktivitas bisa diselesaikan, permulaan paling akhir
(Latest Start—LS) adalah waktu paling lambat di mana sebuah aktivitas bisa dimulai
sehingga tidak menunda waktu penyelesaian dari keseluruhan proyek, penyelesaian paling
akhir (Latest Finish—LF) adalah waktu paling lambat di mana sebuah aktivitas harus
selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian dari keseluruhan proyek.
Project Cost Manajement atau biasa disebut dengan manajemen biaya adalah sebuah
metode yang menggunakan teknologi untuk mengukur biaya dan produktivitas melalui
siklus hidup penuh proyek tingkat perusahaan. Project Cost Manajemen meliputi beberapa
fungsi khusus manajemen proyek yang mencakup kontrol pekerjaan memperkirakan,
pengumpulan data lapangan, penjadwalan, akuntansi dan desain.
Percepatan proyek atau schedule compression digunakan untuk mempercepat jadwal
proyek pada saat perencanaan maupun saat pelaksanaan. Schedule compression saat
perencanaan bertujuan untuk mendapatkan jadwal yang optimal atas biaya. Hal ini
terdapat pada proses Schedule Development. Sedangkan schedule compression saat
pelaksanaan umumnya untuk mengatasi keterlambatan pelaksanaan.

3.2 Saran
1. Bagi Pembaca
Hendaknya dalam pembuatan makalah ini, mampu menjadi referensi lain dalam
pengetahuan hingga pembuatan tulisan yang berkaitan dengan materi analisis
sumber dan penggunaan kas. Dalam hal ini, pembaca diharapkan mampu
memahami penentuan jalur kritis, biaya sumber daya dan percepatan proyek
dalam suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Heizer, Jay & Barry Render. 2017. Manajemen Operasi – Manajemen Keberlangsungan dan
Rantai Pasokan. Edisi ke 11, Penerbit Salemba Empat
Udayana, University. Biaya Sumber Daya dan Percepatan Proyek. Dikutip melalui laman
https://www.coursehero.com/file/39418477/biaya-sumber-daya-
dan-percepatan-proyekdocx/

Anda mungkin juga menyukai