Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH RISET PEMASARAN

“PERILAKU INDUSTRI”

Dosen pengampu: Mohammad Iqbal, S.E, M.M

Disusun oleh:
Kelompok 7
1. Fadilla Amalia Listin (B.111.21.0111)
2. Fernanda Hera Wijaya (B.111.21.0113)
3. Anisa Putri Wulandari (B.111.21.0124)
4. Muhammad Syafa Fairuz Z (B.111.21.0158)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesehatan serta kelancaran sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah Riset Pemasaran kami yang berjudul "Perilaku Industri".

Makalah ini merupakan kutipan-kutipan dari berbagai sumber atau referensi yang menurut kami
sesuai dengan judul makalah kami yaitu "Perilaku Industri"

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Mohammad Iqbal, S.E, M.M. selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Riset Pemasaran yang telah membimbing kami dalam proses pembuatan
makalah ini. Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah membantu untuk pengumpulan
materi ini.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Kritik dan saran
dari pembaca sangat kami harapkan agar kami dapat membuat karya tulis makalah yang lebih
baik lagi pada kesempatan berikutnya.

Semarang, 10 Mei 2023

Penyusun
Daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku industri merupakan model bagaimana perusahaan dalam suatu industri merespon
dan beradaptasi untuk mencapai tujuan mereka serta menghadapi persaingan dalam menjual
produk mereka. Industri berperilaku sangat berbeda, dan salah satu perbedaan tersebut
disebabkan oleh perbedaan struktur pasar industri tersebut.
Menurut UU No 3 Tahun 2014, Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan
barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.
Industri merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan ekonomi dan
pembangunan negara. Industri tersebut harus dikembangkan secara seimbang dan holistik
dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pemanfaatan secara optimal seluruh
sumber daya alam dan manusia yang tersedia. Pembangunan industri merupakan
pembangunan ekonomi jangka panjang untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang.

1.2 Rumusan Masalah


2.1 Bagaimana karakteristik pasar industri?
3.1 Bagaimana proses pembelian di pasar industri?
4.1 Bagaimana perilaku industri dalam persaingan sempurna?
5.1 Bagaimana perilaku industri dalam pasar persaingan tidak sempurna?
6.1 Bagaimana perilaku industri dalam era desruptif?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik pasar industri
2. Untuk mengetahui proses pembelian di pasar industri
3. Untuk mengetahui perilaku industri dalam pasar persaingan sempurna
4. Untuk mengetahui perilaku industri dalam pasar persaingan tidak sempurna
5. Untuk mengetahui perilaku industri dalam era desruptif
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Industri


Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk
sejenis dimana terdapat kesamaan bahan baku yang digunakan, proses, bentuk produk akhir,
dan konsemen akhir. Dalam arti yang lebih luas, konsumen dapat didefinisikan sebagai
kumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang yang
positif dan tinggi (Kuncoro, 2007).

Adapun pengertian industri menurut paha ahli:

a. UU No. 3 Tahun 2014


Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau
memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai
nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.
b. Badan Pusat Statistik
Industri adalah unit usaha yang berjalan kesatuan kegiatan ekonomi dengan tujuan untuk
menghasilkan barang atau jasa yang berdomisili di tempat tertentu atau lokasi dan
memiliki administratsi sendiri.
c. Kartapoetra
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri.

2.2 Jenis Industri


Jenis industri berikut diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok. elemen. UU No. 3
Tahun 2014 menjelaskan jenis-jenis industri sebagai berikut:
Berdasarkan tenaga kerja yang terlibat, maka jenis indutri ini terbagi menjadi 4 kategori:
a. Industri Rumah Tangga
Industri Rumah Tangga adalah industri dengan jumlah karyawan atau tenaga kerjanya
berjumlah antara 1 orang sampai 4 orang.
b. Industri Kecil
Industri Kecil adalah industri dengan jumlah karyawan atau tenaga kerjanya berjumlah
antara 5 orang sampai 19 orang.
c. Industri Sedang atau Menengah
Industri Sedang atau Menengah adalah industri dengan jumlah karyawan atau tenaga
kerjanya berjumlah antara 20 orang sampai 99 orang.
d. Industri Besar
Industri Besar adalah industri dengan jumlah karyawan atau tenaga kerjanya berjmlah
lebih dari 99 orang.

Jenis industri juga dikelompokkan berdasarkan produktifitas perorangan. Berdasarkan jenis


tersebut maka industri ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Industri Primer
Industri Primer adalah industri yang barang-barang produksinya bukan merupakan hasil
olahan langsung atau tanpa di olah terlebih dahulu. Contohnya adalah hasil produksi
pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.
b. Industri Sekunder
Industri Sekunder adalah industri yang bahan mentahnya diolah, yang nantinya hasil
olahan tersebut menghasilkan barang-barang untuk diolah lagi. Contohnya adalah
pemintalan benang sutra, komponen elektronik dan sebagainya.
c. Industri Tersier
Industri Tersier adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contohnya seperti telekomunikasi, perawatan kesehatan, transportasi dan sebagainya.

2.3 Ekonomi Industri


Ekonomi industri adalah cabang ilmu ekonomi yang menjelaskan mengapa pasar harus
diatur dan bagaimana mereka diatur mempengaruhi fungsi pasar industri. Ekonomi industri
menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif menekan pada studi empiris dari
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku pasar, dan kinerja pasar. Pokok
bahasan penelitian ekonomi industri adalah bagaimana industri diorganisasikan, faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi perilaku perusahaan dan industri, serta hubungannya dengan
masyarakat pada umumnya.
Metodologi ekonomi industri menggunakan pendekatan populer yang menjelaskan
kinerja perusahaan dengan melihat hubungan antara struktur industri, perilaku industri, dan
kinerja perusahaan, yang juga dikenal dengan paradigma structure, conduct, and
performance (SCP).

2.4 Faktor Industri


Kadiyati, et al. (2001) menyatakan bahwa, pada masa-masa awal perkembangan
ekonomika industri, studi empiris cenderung terfokus pada penggunaan paradigma SCP
dengan memanfaatkan data silang tempat antar industri untuk mengkaji secara empiris
hubungan antara antara struktur pasar, perilaku, dan kinerja yang ada saat itu. Paradigma
SCP berargumen bahwa perilaku manajerial dalam perilaku perusahaan seperti entry,
differenciate, and pricing lebih banyak ditentukan oleh kondisi industri yang membatasi
kemampuan perusahaan untuk melakukan suatu hal yang berbeda dengan perusahaan lain
secara signifikan. Kondisi industri dihalangi oleh tembok yang mencegah perusahaan lain
masuk atau keluar dari industri, atau beralih ke pemasok lain atau produk lain. Hambatan ini
dapat berupa finansial seperti biaya membangun kapasitas, mendapatkan akses pasar,
membangun produk yang kompetitif atau yang bersifat strategik seperti memperkirakan
keengganan pelanggan untuk beralih supplier ataupun produk. Implikasi SCP bagi
manajemen strategi cukup berarti.
Manajemen memiliki peran untuk menentukan strategi perusahaan. Studi bidang strategi
mengakui bahwa kondisi industri masih menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja perusahaan. Satu hal yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana suatu
perusahaan dapat mencapai untung yang lebih tinggi dari perusahaan lainnya. Fakta adanya
perusahaan yang gagal dalam industri tidak serta merta membuktikan bahwa kondisi
perusahaan mendominasi. Hal ini juga bukan faktor tunggal yang mengubah melalui
perubahan manajemen. Alasan selanjutnya adalah kinerja tiap-tiap perusahaan adalah
berbeda, sehingga unit bisnis pun memiliki andil dalam mencapai suatu kinerja tertentu.
Kegagalan faktor-faktor industri dalam menjelaskan kinerja perusahaan menimbulkan
pertanyaan terhadap paradigma SCP sebagai basis dalam mengindentifikasi peluang strategik
untuk perusahaan.

2.5 Struktur (Structure)


Struktur adalah susunan bagian-bagian dalam suatu bentuk bangunan (Hasibuan, 1993).
Struktur pasar dalam suatu industri yang mengindikasikan derajat persaingan dalam industri
(Gwin, 2000). Struktur pasar dalam industri cenderung berubah secara perlahan-lahan,
bahkan dapat dianggap tetap atau relatif permanen dalam jangka pendek (Lipczynki et al.,
2005). Clarke (2003) mendeskripsikan struktur dalam industri, setidaknya, terkait dengan
beberapa hal berikut, seberapa tinggi derajat konsentrasi penjual, seberapa tinggi derajat
konsentrasi pembeli, seberapa tinggi derajat tinggi derajat diferensiasi produk, dan seberapa
tinggi tingkat kesulitan yang ditemui oleh perusahaan baru untuk masuk kedalam suatu
industri.
Struktur pasar merupakan elemen strategis yang relatif permanen dari lingkungan
perusahaan yang mempengaruhi, dan dipengaruhi oleh perilaku dan kinerja di dalam pasar.
Struktur pasar terdiri atas 7 unsur dijelaskan sebagai berikut:
a. Jumlah dan besarnya distribusi penjual
Pada pasar persaingan sempurna terdapat banyak penjual, dimana tidak ada satupun
perusahaan yang dapat mempengaruhi harga. Perusahaan dipasar persaingan sempurna
akan menawarkan produknya dengan produknya sama dengan opportunity cost untuk
memproduksinya. Profit perusahaan pada pasar persaingan sempurna, tergantung pada
average cost (AVC).
b. Jumlah dan besarnya distribusi pembeli
c. Jumlah dan besarnya distrubusi pembeli berpengaruh pada struktur pasar. Pada industri
mebel jumlah pembeli cukup besar sehingga kecil kemungkinan pembeli dapat mengatur
harga, namun pada produk yang dibuat atas dasar pesanan dalam kuantitas yang besar,
pembeli dapat menekan harga penjual.
d. Diferensiasi
Pada pasar persaingan sempurna, produk yang dijual bersifat homogen, sehingga tidak
mengenal diferensiasi. Diferensiasi produk terjadi pada struktur pasar persaingan
monopolistik, pasar oligopoli, dan pasar monopoli. Diferensiasi produk dapat
menciptakan market power, sehingga dapat menurunkan intensitas persaingan.
e. Halangan Masuk Pasar
Hambatan pasar dapat diartikan sebagai hambatan masuk industri, dimana perusahaan
baru (new entries) yang akan atau baru masuk suatu industri mengalami kesulitan karena
tidak memiliki keunggulan kompetitif sebagaimana yang dimiliki oleh perusahaan
sebelumnya (existing firms) yang telah ada didalam industri tersebut.
Fenomena ini dapat terjadi karena faktor alamiah seperti perbedaan akses teknologi yang
digunakan pada proses produksi atau perbedaan struktur biaya antar perusahaan dalam
industri. Ada pula faktor non-alamiah yang menyebabkan terjadinya hambatan pasar
seperti berbagai tindakan perusahaan yang sudah ada dengan sengaja dirancang untuk
menghalangi perusahaan yang akan atau baru masuk industri tersebut ke dalam industri
dan kebijakan pemerintah.
Menurut Hasibuan dalam Arsyad (2014), menyatakan bahwa alasan pemerintah
melakukan hambatan masuk, untuk melindungi suatu industri dengan alasan:
1) Kapasitas sudah memenuhi dan tidak perlu ada perusahaan masuk.
2) Hanya menunjuk beberapa perusahaan saja yang diperbolehkan berproduksi.
3) Memberikan fasilitas kepada perusahaan tertentu seperti keringanan biaya impor,
subsidi bunga, memberikan pasar tertentu yang tidak boleh dimasukin perusahaan
lagi.
4) Karena menyangkut kebutuhan rakyat banyak, sehingga terjadi perlindungan alamiah
kepada yang pantas untuk dilindungi karena produksinya bersifat public goods
seperti air minum, listrik, angkutan dan telepon.
f. Struktur Biaya
Struktur biaya ini berhubungan dengan bagaimana perusahaan dapat menciptakan skala
ekonomi (economies of scale), lingkup ekonomi (scope economies), maupun perubahan
teknologi (technological change) yang dapat memenangkan persaingan akibat operasi
perusahaan kurang efisien.
g. Integrasi Vertikal
Tujuan dari integrasi vertikal adalah untuk menjaga hubungan baik perusahaan dengan
supplier maupun pembeli dalam rangka penguasaan pasar melalui kekuatan
penggabungan atau kerjasama secara intensif. Hasil dari integrasi vertikal adalah
perusahaan mendapatkan minimasi biaya atau maksimalisasi profit.
h. Konglomerasi
i. Konglomerasi bagi perusahaan menunjukkan apakah perusahaan berkonsentrasi pada satu
jenis produk atau memproduksi berbagai macam produk yang berlainan.

2.6 Perilaku (Conduct)


Dalam hal ini, perilaku dapat diartikan sebagai bagaimana cara yang dilakukan sebuah
perusahaan untuk mendapatkan pasar. Perilaku merupakan pola tanggapan dan penyesuaian
berbagai perusahaan yang terdapat dalam suatu industri dalam mencapai tujuannya dan
menghadapi persaingan. Perilaku dapat terlihat dalam bagaimana perusahaan dalam
menentukan harga jual, promosi produk (advertising), koordinasi dalam kegiatan pasar
seperti berkolusi dan sebagainya, serta litbang (research and development).

Perilaku industri satu dengan industri lainnya berbeda dikarenakan adanya perbedaan
struktur pasar beberapa industri. Pada persaingan sempurna perilaku perusahaan berkenaan
dengan harga adalah sebagai price taker, sedangkan pada pasar selain persaingan sempurna
menggunakan strategic behavior.

Hasibuan (1993) menerangkan Perilaku industri tercermin dengan sangat jelas melalui
proses penentuan harga, strategi produk, riset dan inovasi, dan periklanan. Unsur-unsur tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perilaku Harga (Pricing Behavior)


Perusahaan selain persaingan sempurna dapat melakukan kerjasama berupa kolusi dalam
penentuan harga.
b. Strategi Produk (Product Strategy)
Strategi ini dilakukan untuk menjawan keinginan perusahaan apakah akan tetap fokus
pada lini produk yang sudah ada atau mendiversifikasi produk ke arah penambahan
produk-produk baru.
c. Riset dan Inovasi (Research and Inovation)
Riset dan inovasi ini dapat dilakukan untuk menciptakan produk yang benar-benar baru
atau mencari cara berproduksi yang lebih efisien.
d. Periklanan (Advertising)
e. Periklanan merupakan akitivitas untuk menyampaikan informasi berkenaan produk
perusahaan. Selain sebagai sarana promosi, iklan juga berfungsi untuk meningkatkan
diferensiasi produk dan loyalitas pelanggan.

Menurut Levit (1978) menyatakan bahwa strategi produk selalu mengikuti perkembangan
produk itu sendiri. Karena posisi produk dalam siklus selalu berubah, maka strategi yang diambil
harus selalu disesuaikan. Strategi harus selalu disesuaikan dengan fase-fase yang ada pada siklus
produk. Berikut penjelasan fase-fase pada siklus produk:

a. Fase Perkenalan (introduction)


Produk pada fase perkenalan masih mencari jati dirinya di pasar, maka hal ini menuntut
pengeluaran lebih banyak untuk melakukan penelitian dan riset.
b. Fase Pertumbuhan (growth)
Desain produk sudah dapat dikatakan mulai stabil dan penentuan kapasitas produksi di
masa yang akan datang sangat diperlukan. Penambahan kapasitas produksi harus selalu
siap dilakukan guna mengantisipasi kenaikan permintaan barang yang dihasilkan.
c. Fase Kedewasaan (maturity)
d. Pada fase ini sangat memungkinkan datangnya produk-produk para perusahaan pesaing
yang siap menggeser kedudukan perusahaan tersebut. Perusahaan harus dapat
mempertahakan kapasitas produksi dengan dilakukannya dengan inovasi-inovasi agar
tidak kehilangan pangsa pasar.
e. Fase Penurunan (decline)
Para pengambil keputusan di perusahaan perlu untuk mengambil tindakan tegas terhadap
produk-produk yang sudah mencapai titik akhir pada suatu siklus. Produk-produk
tersebut biasanya dijauhi para investor maupun konsumen, kecuali produk-produk
tersebut mempunyai kontribusi unik pada reputasi perusahaan. Sebaiknya proses produksi
produk-produk tersebut dihentikan.

2.7 Kinerja (Performance)


Kinerja merupakan hasil keseluruhan dari struktur pasar dan dampak dari perilaku
industri berdasarkan pendekatan SCP. Kinerja perusahaan dalam industri mengacu pada
kemampuan produsen atau perusahaan dalam suatu industri untuk memperoleh tingkat
keuntungan, efisiensi, pertumbuhan ekonomi, kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja
dan menghasilkan pendapatan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan, diantaranya seperti faktor
lingkungan bisnis eksternal seperti kebijakan pemerintah, kekuatan hukum dan politik,
sumber daya, teknologi, pesaing, selera konsumen dan pengelolaan terhadap perusahaan itu
sendiri. Fisher (1998) menemukan faktor-faktor kontekstual lainnya yang mempengaruhi
kinerja yaitu kinerja, ketidakpastian, strategi dan kompetisi. Kondisi perekonomian dan
globalisasi juga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Selain itu, lingkungan perusahaan
dengan cepat mempengaruhi perubahan yang terjadi di lingkungan, yang pada akhirnya
mempengaruhi operasi perusahaan. Lingkungan industri yang terkait dengan daya tawar
pembeli dan pemasok, aktivitas potensial pendatang baru, ketersediaan barang pengganti, dan
intensitas persaingan antara perusahaan dalam industri.
Kinerja industri biasanya diukur dengan penguasaan pasar atau besarnya keuntungan
yang dicapai oleh perusahaan didalam suatu industri (Kuncoro, 2007). Unsur-unsur kinerja
menurut Ken Heather (2002) terdiri dari:
a. Profabilitas
Profabilitas merupakan kemampuan suatu industri menghasilkan keuntungan dari
keseluruhan modal yang digunakan.
b. Efisiensi
Efisiensi dapat diukur melalui perbandingan nilai tambah dengan nilai input. Nilai
tambah adalah merupakan selisih nilai input dengan nilai output. Nilai input dihitung dari
bahan biaya-biaya input seperti bahan baku, tenaga kerja, biaya umum dan administrasi
dan lain-lain.
c. Pertumbuhan Ekonomi
Unsur ini berhubungan dengan pertumbuhan/meningkatnya output riil dari waktu ke
waktu dari produk yang dihasilkan, sehubungan dengan berbagai usaha yang dilakukan
perusahaan misalnya riset dan inovasi.
d. Kesempatan Kerja Penuh
Unsur ini dicapai melalui berbagai perilaku pasar oleh perusahaan, yang berimplikasi
pada terbukanya kesempatan kerja.
e. Keadilan
Keadilan merupakan cerminan kebebasan individu dalam memilih, aman dari bahaya
yang ditimbulkan dalam penggunaan ataupun konsumsi serta tidak merusak tatanan nilai-
nilai budaya.

2.8 Paradigma dan Hubungan Sctructure, Conduct and Performance (SCP)

Dasar paradigma SCP dicetuskan oleh Mason dalam Kuncoro (2007) yang
mengemukakan bahwa struktur suatu industri akan menentukan bagaimana perilaku industri
berperilaku yang pada akhirnya menentukan keragaan atau kinerja industri tersebut. Struktur
biasanya di ukur dengan rasio konsentrasi. Perilaku dilihat antara lain dari tingkat persaingan
produsen. Sedangkan kinerja suatu industri diukur antara lain dengan derajat inovasi, efisiensi
dan profitabilitas. Dalam SCP, hubungan ketiga komponen tersebut saling mempengaruhi seperti
teknologi, progresivitas, strategi dan usaha-usaha yang mendorong penjualan (Martin, 2002).

Hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja ini bukan hanya sekedar bersifat searah,
tetapi juga dapat berhubungan timbal balik. Pertama, struktur mempengaruhi perilaku, semakin
tinggi konsentrasi maka semakin rendah tingkat persaingan di pasar. Kedua, perilaku
mempengaruhi kinerja, semakin rendah tingkat persaingan maka semakin tinggi keuntungan
perusahaan. Ketiga, struktur mempengaruhi kinerja, semakin tinggi konsentrasi pasar maka akan
semakin rendah persaingan pasar sehingga keuntungan perusahaan pun akan semakin tinggi.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pasar Industri

Pasar industri atau disebut juga pasar produsen atau pasar bisnis, adalah pasar yang terdiri
dari perorangan dan organisasi yang memerlukan barang dan jasa untuk diproduksi menjadi
barang dan jasa dalam bentuk lain untuk selanjutnya dijual, disewakan atau diserahkan
kepada pihak lain. Pasar industri utama meliputi perikanan, pertanian, pertambangan,
kehutanan, manufaktur, konstruksi, transportasi, komunikasi, utilitas umum, perbaikan,
keuangan, dan asuransi serta jasa.

3.1.1 Karakteristik
 Pasar industri mempunyai beberapa kharakteristik (ciri-ciri) sebagai berikut.
 Pembeli lebih sedikit. Contohnya Goodyear Tire Company sangat tergantung pada
pesanan dari salah satu dari tiga pabrik mobil besar.
 Pembeli dengan Skala yang Lebih Besar. Dalam pasar yang sangat luas, jumlah
pembeli lebih sedikit namun dengan volume pembelian yang banyak.
 Hubungan Pemasok-Pelanggan yang Erat. Disebabkan sedikitnya jumlah pelanggan
dan pentingnya posisi pelanggan besar terhadap pemasok, akan terlihat hubungan
yang erat antara pelanggan dengan pemasok produk mereka dengan kebutuhan
pelanggan secara individual. Pihak pemasok semakin sering diminta menghadiri
seminar khusus yang diselenggarakan oleh pelanggan industri agar mengenal dengan
baik persyaratan mutu dan pembelian pihak pembeli.
 Pembeli yang Terpusat secara Geografis. Sebagai contoh di Amerika, >50% jumlah
pembeli dalam pasar industri terpusat pada tujuh negara bagian (New York,
California, Illionis, Ohio, New Jersey, Michigan, dan Pennsyilvania). Kebanyakan
hasil pertanian datang dari sejumlah kecil negara bagian. Manfaat dari konsentrasi
geografis ini adalah mengurangi biaya untuk menjualnya. Produsen yang memasarkan
produknya pada pasar industri akan mengamati setiap kecenderungan yang
mengarahkan ke atau meninggalkan konsentrasi geografis selanjutnya.
 Permintaan Turunan (Derived Demand). Kulit binatang dibeli oleh perusahaan karena
ada yang menginginkan sepatu kulit. Sehingga permintaan pasar atas barang jasa
industri pada akhirnya berasal dari permintaan atas barang konsumsi.
 Permintaan Inelastik. Permintaan total atas banyak barang industri dan jasa tidak
banyak dipengaruhi oleh perubahan harga. Misalnya pabrik sepatu kulit tidak akan
membeli kulit dalam jumlah besar hanya karena harga kulit sedang turun, begitu juga
sebaliknya, kecuali mereka mendapatkan pengganti atas kulit yang memadai.
 Permintaan Berfluktuasi. Permintaan atas barang industri dan jasa cenderung lebih
mudah berubah daripada barang konsumsi, terutama pada permintaan mesin-mesin
dan peralatan baru. Kenaikan persentase tertentu dari permintaan barang konsumsi
dapat mengakibatkan kenaikan dalam jumlah persentase yang jauh lebih besar dalam
permintaan atas mesin dan peralatan. Ekonom menyebutnya sebagai prinsip
percepatan (acceleration principle).
 Pembelian Profesional. Barang-barang industri umumnya dibeli oleh agen pembeli
yang sudah terlatih secara profesional. Sebagai contoh di Amerika Serikat, agen
pembelian banyak yang menjadi anggota National Association of Purchasing
Managers (NAPM).
 Beberapa Pengaruh Pembelian. Walaupun periklanan, promosi, penjualan publisitas
memainkan peran penting dalam bauran promosi industri, penjualan tatap-muka
(personal selling) merupakan alat penjualan utama.
 Kharakteristik lain-lain, Kharakteristik lain ini seperti pembelian langsung, timbal
balik, dan sewa beli (leasing).

3.2.1 Proses Pembelian di Pasar Industri, meliputi:


1. Penganalan Masalah. Tahap pertama dalam proses pembelian di pasar industri
ketika seorang di perusahaan tertentu mengenali adanya masalah atau kebutuhan
yang dapat dipecahkan dengan memperoleh barang atau jasa tertentu.
2. Penjabaran Kebutuhan secara Umum. Tahap dalam proses pembelian dipasar
industri ketika perusahaan tersebut menjabarkan secara umum karakteristik dan
kuantitas barang yang dibutuhkan.
3. Spesifikasi Produk. Tahapan ketika organisasi pembeli memutuskan dan
menspesifikasikan karakteristik produk yang secara teknis terbaik atas barang
yang dibutuhkan
4. Analisis Nilai. Pendekatan pengurangan biaya dimana semua komponen
dipelajari secara seksama guna menentukan apakah dapat dirancang ulang,
distandarisasikan atau dibuat dengan metode produksi yang lebih baik.
5. Pencarian Pemasok. Tahapan ketika pembeli berusaha mendapatkan pemasok
terbaik.
6. Pengumpulan Proposal. Tahapan ketika pembeli mengundang pemasok yang
memenuhi syarat untuk mengajukan proposal.
7. Pemilihan Pemasok. Tahapan ketika pembeli mengulas proposal dan memilih
satu atau bberapa pemasok.
8. Spesifikasi pesanan rutin. Tahapan ketika pembeli menulis pesanan akhir kepada
pemasok terpilih, membuat daftar spesifikasi, kuantitas yang dibutuhkan, waktu
penyerahan yang diharapkan, kebijakan pengembalian barang dan garansi.
9. Penilaian Kinerja. Tahapan ketika pembeli memeringkat kepuasannya terhadap
pemasok. Sambil mengambil keputusan apakah akan melenjutkan, memodifikasi
atau memutuskan perjanjian hubungan tersebut.

3.2 Perilaku Industri


Perilaku industri merupakan pola tanggapan dan penyesuaian perusahaan dalam suatu
industri untuk mencapai tujuannya dan untuk menghadapi persaingan dalam rangka
penjualan produknya. Perilaku industri satu dengan industri lainnya adalah sangat berbeda,
dan perbedaan ini salah satunya disebabkan oleh perbedaan struktur pasar dalam industri.
Perilaku yang mempunyai struktur persaingan sempurna, berbeda dengan dengan struktur
industri yang mempunyai struktur oligopoli, monopoli, dan persaingan monopolistic
3.2.1 Perilaku Industri dalam Pasar Persaingan Sempurna
Perusahaan dalam industri yang bersaing sempurna/kompetitif tidak dapat
menentukan harga pasar, karena harga pasar ditentukan oleh mekanisme permintaan
dan penawaran dari banyak penjual dan banyak pembeli. Karena ada asumsi
informasi tentang pasar sempurna dan jenis barang homogen, maka dalam pasar
persaingan sempurna ini tidk ada penjual yang menaikkan harga. Jika penjual
mencoba menaikkan harga, maka konsekuensinya pembeli akan meninggalkannya
dan membeli barang ke penjual lain yang harganya lebih murah
3.2.2 Perilaku Industri dalam Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Perilaku perusahaan menjadi suatu hal yang menarik ketika terjadi persaingan
yang tidak sempurna, di mana penjual/produsen lebih sedikit dibandingkan
pembeli/konsumen. Akan banyak perilaku yang dimainkan perusahaan agar
mencapai profit maksimum dan tujuan perusahaan lainnya (Efisiensi, keberlanjutan
usaha, dst).
1. Perilaku Industri dalam Pasar Monopoli
Monopoli murni adalah struktur pasar dengan produsen tunggal yang memasok
barang yang tidak memiliki pengganti yang dekat untuk disepakati di sejumlah
konsumen yang bertindak secara independen dan tidak terlalu memengaruhi tingkat
harga pasar dengan keputusan masing-masing.
Ada hambatan yang tinggi bagi perusahaan untuk masuk pasar, yang disebabkan
antara lain:
a. Hambatan legislatif: Hak paten dan hak cipta; lisensi pemerintah atau
waralaba
b. Kendala teknologi: Skala ekonomi yang relatif terhadap ukuran pasar, dan
juga ekonomi jaringan.
c. Skala efisien minimum adalah output minimum di mana kurva biaya rata-
rata jangka panjang perusahaan berhenti menurun. Skala efisien minimum
yang terkait dengan ukuran pasar menentukan jumlah perusahaan yang
sesuai untuk industri. Ada monopoli alami ketika skala efisien minimum
relatif besar dibandingkan dengan ukuran pasar.
d. Hambatan strategis: Tindakan monopoli (investasi, penetapan harga, kontrol
eksklusif atas input penting) yang mencegah masuknya pesaing potensial ke
pasar.

Monopoli juga dapat dintervensi dengan harga tertinggi (ceiling price) yang
ditetapkan oleh pemerintah, yang biasanya lebih rendah dari harga yang ditetapkan
oleh monopoli. Jika ada ceiling price, maka dapat mengurangi biaya sosial monopoli.
Pemerintah juga membuat kebijakan lain seperti Undang-undang anti monopoli dan
beberapa regulasi lainnya untuk mencegah penguasaan ekonomi yang merugikan
masyarakat.

Selain itu, perusahaan monopoli juga dapat menjadi monopolis alami (natural
monopoly), yaitu struktur pasar dengan hambatan masuk yang tinggi yang muncul
karena mempunyai skala ekonomi besar dan jumlah produksi yang efisien minimum
pada pasar yang relatif sempit. Ada skala ekonomi di seluruh rentang output yang
mungkin. Biaya rata-rata menurun yang ditentukan oleh permintaan pasar, sehingga
terjadilah produsen tunggal yang efisien di pasar. Monopoli seperti ini juga bisa
terjadi karena dibuat, sebagai akibat dari peraturan legislatif atau pemerintah. Contoh
monopoli alamiah adalah perusahaan yang dintervensi pemerintah dengan
menetapkan harga di bawah harga monopoli. Jika ini terjadi, maka monopolis akan
merugi, dan biasanya pemerintah memberi subsidi produksi pada monopoli agar tidak
merugi.

Perusahaan monopoli yang mempunyai kekuatan pasar dapat menerapkan harga


yang berbeda untuk barang yang sama dan diproduksi dengan biaya yang sama,
disebut sebagai diskriminasi harga (price discrimination). Pada kasus ini pembeli
yang telah membeli barang dengan harga lebih rendah tidak boleh menjualnya kepada
pelanggan lain dengan harga lebih tinggi.

Ada beberapa jenis diskriminasi harga:

a. Diskriminasi harga tingkat pertama/sempurna (first degree).


Suatu monopolis yang mempraktikkan diskriminasi harga sempurna
(tingkat pertama) ketika setiap pelanggan dikenakan harga sesuai pesanannya.
Harga reservasi adalah harga tertinggi yang pelanggan siap bayar untuk suatu
barang. Sebagai contoh A dan B adalah pelanggan perusahaan monopolis yang
telah memesan produk yang sama, namun A dikenakan harga per unit lebih
tinggi dari pada harga per unit yang dikenakan pada B. Jika monopolis
menerapkan diskriminasi harga ini, maka tidak akan ada dead-weight loss
seperti monopoli non-diskriminasi.
b. Diskriminasi harga tingkat kedua (second degree).
Jenis diskriminasi harga kedua adalah harga penjualan yang diterapkan
pada sejumlah tertentu barang. Ukuran sejumlah barang tergantung pada
tingkat permintaan pelanggan sasaran. Perusahaan monopoli tidak dapat
mengidentifikasi tingkat permintaan konsumen yang diberikan, sehingga
tujuan penjual adalah menciptakan insentif bagi konsumen sehingga dia dapat
menunjukkan tingkat permintaannya.
c. Diskriminasi harga tingkat ke tiga (third degree).
Jenis diskriminasi harga tingkat ketiga mengandaikan bahwa ada
segmentasi pasar yang pasti. Berbeda dengan jenis diskriminasi kedua, dalam
hal ini monopoli mampu menghubungkan setiap pelanggan dengan salah satu
segmen lebih elastis lebih besar dari penurunan pendapatan pada segmen pasar
yang kurang elastis pasar, dengan menjual barang yang sama dengan harga
yang berbeda di setiap pasar.
2. Perilaku Industri dalam Pasar Persaingan Monopolistik
Persaingan monopolistik adalah struktur pasar yang menggabungkan ciri khas
dari monopoli dan persaingan sempurna. Mirip dengan pasar persaingan sempurna,
dalam struktur pasar ini ada banyak perusahaan kecil di pasar; keputusan mereka
diasumsikan tidak saling bergantung satu sama lain; ada free entry bagi perusahaan
dari luar pasar ke pasar persaingan monopolistik. Dalam persaingan monopolistik,
ada banyak perusahaan kecil yang memproduksi barang pengganti yang mirip
(tetapi tidak sempurna) satu sama lain, misalnya dalam industri kosmetik,
kendaraan bermotor, handphone, dll.
Perusahaan dalam struktur pasar persaingan monopolistik dengan produk yang
hampir mirip dengan produk pesaingnya, selain melakukan deferensiasi produk
untuk memaksimumkan keuantungan, juga harus pandai dalam menawarkan sisi
unik dari produk yang dihasilkannya, sehingga akan menarik minat pembeli.
Berbagai hal dapat dilakukan untuk meyakinkan calon pembeli, antara lain dengan
beriklan (melalui TV, radio, media sosial lainnya), menjadi sponsor event-event
besar, melakukan R&D agar produknya selalu unggul terdepan, dst.
3. Perilaku Industri dalam Pasar Oligopoli
Pasar Oligopolistik terdiri dari beberapa produsen dengan pangsa pasar yang
besar. Skala ekonomi yang besar biasanya menciptakan hambatan yang tinggi
untuk masuk ke pasar, dan akibatnya ada keuntungan ekonomi positif dari
perusahaan-perusahaan yang ada dalam jangka panjang. Sisi permintaan pasar
diwakili oleh sejumlah besar pelanggan. Produk mungkin homogen atau dapat
dibedakan. Ada saling ketergantungan timbal balik antar perusahaan dalam pasar
oligopoli. Setiap produsen mengakui bahwa harga dan outputnya bergantung pada
tindakan perusahaan lain dalam industri.
3.2.3 Perilaku Industri dalam Era Desruptif
Salah satu dilema mendasar dari masyarakat modern adalah dampak yang tidak
dapat diprediksi dan bermasalah yaitu perkembangan teknologi yang cepat.
Dampaknya tidak hanya pada level perusahaan, tetapi juga pada level keseluruhan
industri atau masyarakat (Kilkki et al. 2018). Pelaku di dunia industri harus berubah
mengikuti lingkungan teknologi yang cepat berubah ini, bila tidak ingin terpuruk
dengan kondisi yang usang. Saat ini lingkungan industri dihadapkan pada kondisi
berbeda, yakni pada era revolusi industri 4.0, yang merupakan era disruption yang
dikendalikan oleh teknologi informasi (internet) termasuk melalui smartphone.
Kondisi baru ini berbeda dari ekonomi klasik, teori perusahaan didasarkan pada
asumsi bahwa mereka akan mencari keuntungan maksimal. Namun di dunia nyata saat
ini para manajer dan pemilik mungkin berperilaku sangat berbeda. Beberapa tujuan
perilaku perusahaan antara lain meliputi (Carlton 2015):
1. Ukuran perusahaan / gengsi.
Beberapa manajer mungkin hanya bertujuan untuk bekerja di perusahaan besar
dan sukses, dan memberi lebih banyak gengsi dan kehormatan. Manajer dapat
termotivasi untuk membuktikan bahwa proyek mereka berhasil. Ini dapat
menyebabkan perusahaan mengejar tujuan yang memiliki profil tinggi. Ini dapat
menjelaskan mengapa perusahaan bertahan dengan proyek lama yang mungkin
tidak diinginkan, karena ada biaya untuk melepaskan keputusan masa lalu.
2. Profit maksimum.
Didasarkan pada masalah informasi asimetris, Pemilik ingin memaksimalkan
keuntungan, tetapi, pekerja tidak. Karena pemilik tidak memiliki informasi yang
sempurna
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perilaku industri merupakan model bagaimana
perusahaan dalam suatu industri merespon dan beradaptasi untuk mencapai tujuan mereka serta
menghadapi persaingan dalam menjual produk mereka. Industri berperilaku sangat berbeda, dan
salah satu perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan struktur pasar industri tersebut.ini
berarti industri yang berstruktur pasar persaingan sempurna tentu memiliki tingkat konsentrasi
industri yang berbeda bila dibandingkan dengan industri yang berstruktur monopoli, Oligopoli
atau industri persingan monopolistik.

Saran

Perilaku atau Conduct merupakan aktivitas dari perusahaan di suatu industri dalam upaya
meningkatkan keuntungan perusahaan. Dalam menganalisis perilaku industri pada umumnya
menggunakan rasio modal tenaga kerja (capital labor ratio) yang menggambarkan besarnya
modal terhadap pengeluaran tenaga kerja. Aktivitas perilaku dari industri juga terkadang
melanggar batas hukum seperti monopoli, dan persaingan tidak sehat lainnya guna melemahkan
perusahaan pesaing dalam industri yang sama.

.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bpkp.go.id/uu/filedownlod/2/113/2610.bpkp

http://e-journal.uajy.ac.id/102/3/2EP17203.pdf

http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/EKONOMI_INDUSTRI.pdf

Ekonomi Industri: Teori dan kebijakan/Yogyakarta: Samudra Biru, 2018 x + 208 hlm. ;16 x 24
cm

https://eprints.uny.ac.id/18071/3/BAB%201%20-%2008.06.043%20Dan%20p.pdf

Anda mungkin juga menyukai