Anda di halaman 1dari 14

Modul Manajemen Keuangan I

PERTEMUAN KE-10

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI-1


(RISIKO ALIRAN KAS DAN RISIKO PROYEK)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut:
1.1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan risiko dalam pengambilan
keputusan investasi
1.2. Mahasiswa mampu memahami dan menghitung risiko aliran kas
1.3. Mahasiswa mampu memahami dan menghitung risiko proyek
1.4. Mahasiswa mampu memahami dan mampu menentukan proyek yang layak
dilaksanakan.

B. URAIAN MATERI.
RISIKO INVESTASI

Risiko  penyimpangan hasil yang diperoleh dari rencana hasil yang diharapkan
 kemungkinan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.

Risiko dalam perusahaan dibedakan menjadi :

1. Risiko individual  risiko yang berasal dari proyek investasi secara individu
tanpa dipengaruhi proyek yang lain.
2. Risiko perusahaan  risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan
penganekaragaman (diversifikasi) atau portofolio yang dilakukan oleh
infestor. Risiko ini diukur dengan melihat dari naik turunnya hasil yang
diperoleh dari investasi tertentu yang yang dilakukan perusahaan. Investor
menanamkan modal pada investasi tersebut dan mungkin juga menanamkan
modal pada investasi yang lain dan tidak diperhitungkan pada risiko ini.
3. Risiko pasar atau beta  Risiko investasi ditinjau dari investor yang
menanamkan modalnya pada investasi yang juga dilakukan perusahaan-
perusahaan lain. Investor melakukan investasi yang beraneka ragam, risiko ini
tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi karena risiko ini tergantung pada
pasar yang ada.
Risiko pasar akan berpengaruh langsung terhadap harga pasar saham
perusahaan  besarnya risiko ini akan mempengaruhi tingkat pengembalian
investasi saham sedangkan besarnya tingkat pengembalian investasi saham
akan mempengaruhi harga saham  semakin besar tingkat pengembalian
saham semakin tinggi harga sahamnya.

70
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

Perhitungan Risiko

Untuk menganalisis layak atau tidaknya investasi dilaksanakan, perlu menghitung


terlebih dahulu risiko masing-masing investasi tersebut sebelum pengambilan
keputusan.

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk memasukan unsur risiko
dalam pengambilan keputusan investasi yaitu :

1. Perhitungan risiko aliran kas


Perhitungan risiko dengan pendekatan aliran kas ini mempertimbangkan
adanya ketidak pastian aliran kas suatu investasi.
Besarnya penyimpangan aliran kas dapat diukur dengan menggunakan standar
penyumpangan.
n
EV = 𝑉𝑖. 𝑃𝑖
t=0
Dimana : EV = Expected value (nilai aliran kas yang diharapkan)
Vi = Aliran kas pada tiap kemungkinan yang terjadi
Pi = Probabilitas (kemungkinan) dari tiap aliran kas yang terjadi

Misal terdapat dua proyek investasi yaitu proyek A dan proyek B, besarnya
aliran kas dan kemungkinan yang terjadi untuk tiap-tiap aliran kas terlihat pada
table di bawah ini :
Aliran kas dan kemungkinan (probabilitas) pada proyek investasi A dan B
Proyek investasi A Proyek investasi B
Probabilitas Aliran kas Probabilitas Aliran kas
(Rp) (Rp)
0,20 6.000 0,15 6.000
0,30 8.000 0,35 8.000
0,30 10.000 0,35 10.000
0,20 12.000 0,15 12.000

Menghitung risiko penyimpangan (deviasi) sebagai berikut :


n
EV = 𝑉𝑖. 𝑃𝑖
t=0
Untuk proyek A = 6.000 x 0,20 = 1.200
8.000 x 0,30 = 2.400
10.000 x 0,30 = 3.000
12.000 x 0,20 = 2.400
Nilai yang diharapkan = EVA = 9.000

71
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

Untuk proyek B = 6.000 x 0,15 = 900


8.000 x 0,35 = 2.800
10.000 x 0,35 = 3.500
12.000 x 0,15 = 1.800
Nilai yang diharapkan = EVB = 9.000

2. Menghitung penyimpangan (deviasi) standar aliran kas


Dari contoh di atas aliran kas yang diharapkan sama besarnya yaitu Rp 9.000 
mencerminkan risiko proyek tersebut sama. Sedangkan untuk menghitung
besarnya penyimpangan standar sebagai pengukur risiko masing-masing proyek
dihitung dengan formula sebagai berikut :

σ = √ 𝑛𝑡=1 Vi − Ev ². 𝑃𝑖
dimana :
σ = penyimpangan (deviasi) standar dari aliran kas
(Vi-EV) = besarnya penyimpangan tiap-tiap aliran kas yang terjadi
Yang dihitung dari selisih antara nilai aliran kas yang ter-
Jadi dengan nilai aliran kas yang diharapkan.

deviasi standar aliran kas investasi proyek A

σ = √(6.000-9.000)2 x 0,2+(8.000-9.000)2 x 0,3+(10.000-9.000)2x0,3 +


(12.000-9.000)2 x 0,2
σ = √1.800.000+300.000+300.000+1.800.000
σ = √4.200.000
σ = 2.049,39 dibulatkan 2.050

deviasi standar aliran kas investasi proyek B

σ = √(6.000-9.000)2 x0,15+(8.000-9.000)2 x0,35+(10.000-9.000)2x0,35


+ (12.000-9.000)2 x 0,15
σ = √1.350.000+350.000+350.000+1.350.000
σ = √3.400.000
σ = 1.843,90 dibulatkan 1.840

setelah dilakukan perhitungan dengan strandar penyimpangan ternyata


penyimpangan proyek A sebesar Rp 2.050 danpenyimpangan proyek B sebesar
Rp 1.840, ini berarti penyimpangan proyek A lebih besar dibanding proyek B.
Apabila aliran kas yang diharapkan tidak sama

Aliran kas dan kemungkinan (probabilitas) pada proyek investasi A dan B


Proyek investasi A Proyek investasi B
Probabilitas Aliran kas Probabilitas Aliran kas

72
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

(Rp) (Rp)
0,10 6.000 0,20 6.000
0,40 8.000 0,20 8.000
0,30 10.000 0,15 10.000
0,10 12.000 0,30 12.000
0,10 14.000 0,15 14.000

Menghitung resiko penyimpangan (deviasi) sebagai berikut :


n
EV = 𝑉𝑖. 𝑃𝑖 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
t=0
Untuk proyek A = 6.000 x 0,10 = 600
8.000 x 0,40 = 3.200
10.000 x 0,30 = 3.000
12.000 x 0,10 = 1.200
14.000 x 0,10 = 1.400
Nilai yang diharapkan = EVA = 9.400

Untuk proyek B = 6.000 x 0,20 = 1.200


8.000 x 0,20 = 1.600
10.000 x 0,15 = 1.500
12.000 x 0,30 = 3.600
14.000 x 0,15 = 2.100
Nilai yang diharapkan = EVB = 10.000

Menghitung penyimpangan (deviasi) standar aliran kas dengan aliran kas yang
diharapkan tidak sama besarnya (resiko proyek tidak sama).
Untuk menghitung besarnya penyimpangan standar sebagai pengukur resiko
masing-masing proyek dihitung dengan formula sebagai berikut :

deviasi standar aliran kas investasi proyek A

σ = √(6.000-9.400)2 x 0,1+(8.000-9.400)2 x 0,4+(10.000-9.400)2x0,3


+ (12.000-9.400)2 x 0,1 + (14.000-9.400)2 x 0,1

σ =√1.156.000+784.000+108.000+676.000+2.116.000
= √4.840.000
σ = 2.200

deviasi standar aliran kas investasi proyek B

σ =√(6.000-10.000)2x0,2 + (8.000-10.000)2x0,2 + (10.000-10.000)2x0,15


+ (12.000 -10.000)2x0,3 + (14.000-10.000)2 x 0,15
σ = √3.200.000+800.000+0+1.200.000+2.400.000

73
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

σ = √7.600.000
σ = 2.756

setelah dilakukan perhitungan dengan strandar penyimpangan ternyata


penyimpangan proyek A sebesar Rp 2.200 danpenyimpangan proyek B sebesar
Rp 2.756, ini berarti penyimpangan proyek Blebih besar dibanding proyek A.

Perhitungan Risiko Proyek

Analisa leverage  penggunaan asset atau dana oleh perusahaan dimana dalam
penggunaan asset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap
atau beban tetap. Dua macam leverage yaitu : leverage operasi (operating
leverage) dan leverage keuangan (financial leverage).

1. Leverage Operasi (Operating Leverage)


Laverage Operasi  timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang
memiliki biaya-biaya operasi tetap  penyusutan aktiva tetap.
Pengaruh yang timbul dengan adanya biaya operasi tetap yaitu adanya perubahan
dalam volume penjualan yang menghasilkan perubahan keuntungan atau kerugian
operasi yang lebih besar dari proporsi yang telah ditentukan.

Contoh : Laporan laba-rugi perusahaan A, B dan C

Perusahaan Perusahaan Perusahaan


Keterangan
A (Rp) B (Rp) C (Rp)
Penjualan 80.000 88.000 156.000
Biaya Operasi
Biaya tetap 56.000 16.000 112.000
Biaya Variabel 16.000 56.000 24.000
Keuntungan 8.000 16.000 20.000
Operasi (EBIT)
Rasio biaya operasi
Biaya tetap/biaya
0,78 0,22 0,82
total
Biaya tetap/biaya
0,70 0,18 0,72
penjualan
Biaya
0,20 0,64 0,15
variabel/penjualan

Jika penjualan mengalami peningkatan sebesar 50% dan biaya variabel juga naik
sebesar 50% maka maka table laba-rugi akan berubah sebagai berikut :

74
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

Laporan laba-rugi perusahaan A, B dan C


Perusahaan Perusahaan Perusahaan
Keterangan
A (Rp) B (Rp) C (Rp)
Penjualan 120.000 132.000 234.000
Biaya Operasi
Biaya tetap 56.000 16.000 112.000
Biaya Variabel 24.000 84.000 36.000
Keuntungan 40.000 32.000 86.000
Operasi (EBIT)
Persentase
perubahan
400 % 100 % 330 %
keuntungan
(EBIT)

Tingkat Leverage Operasi (Degree of Operating Leverage, DOL)


DOL  % perubahan dalam laba operasi (EBIT) yang sebabkan perubahan satu
persen dalam output (penjualan).
Contoh :
Misal kita akan menganalisis keuangan perusahaan A, B dan C dengan keadaan
laporan perusahaan tersebut sebagai berikut :

Laporan laba-rugi perusahaan A, B dan C


Perusahaan Perusahaan Perusahaan
Keterangan
A (Rp) B (Rp) C (Rp)
Penjualan 120.000 180.000 240.000
Biaya variabel 24.000 120.000 40.000
Marjin 96.000 60.000 200.000
Kontribusi
Biaya Tetap 56.000 30.000 120.000
Keuntungan
40.000 30.000 80.000
operasi (EBIT)
Harga per unit 10 10 10
Biaya variabel
2 6,667 1,667
per unit
Volume
12.000 18.000 24.000
penjualan

Rumus DOL :
S−VC Q P−V
DOLQunit = S−VC −FC = Q P−V −FC

S−VC EBIT +FC


DOLS rupiah = S−VC −FC = EBIT

75
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

Dimana :
DOLQunit = DOL dari penjualan unit
DOLSrupiah = DOL dari penjualan rupiah
EBIT = laba sebelum bunga dan pajak
P = harga per unit
V = biaya variabel per unit
(P-V) = marjin kontribusi per unit
Q = Quantitan penjualan (produksi)
FC = Factory Cost (biaya tetap)
VC = Variabel Cost (biaya variabel)
S = Penjualan
Dari contoh laba rugi tersebut di atas maka dapat dihitung DOL dari masing
masing perusahaan sebagai berikut :
120.000−24.000 96.000
DOL A = 120.000−24.000−56.000 = 40.000 = 2,4

Artinya tingkat elastisitas (kontribusi marjin) sebesar 2,4 (240%) artinya jika
penjualan naik 10% maka laba operasi akan naik sebesar 2,4 x 10% begitu juga
sebaliknya.
180.000−120.000 60.000
DOL B = 180.000−120.000−30.000 = 30.000 = 2,0

Artinya tingkat elastisitas (kontribusi marjin) sebesar 2,0 (200%) artinya jika
penjualan naik 10% maka laba operasi akan naik sebesar 2,0 x 10% begitu juga
sebaliknya.
240.00−40.000 200.000
DOL C = 240.000−40.000−120.000 = = 2,5
80.000

Artinya tingkat elastisitas (kontribusi marjin) sebesar 2,5 (250%) artinya jika
penjualan naik 10% maka laba operasi akan naik sebesar 2,5 x 10% begitu juga
sebaliknya.

Hal ini dapat dibuktikan jika penjualan naik sebesar 10% dan biaya variabel juga
naik 10%, maka table laba rugi menjadi sbb :

Laporan laba-rugi perusahaan A, B dan C


Perusahaan Perusahaan Perusahaan
Keterangan
A (Rp) B (Rp) C (Rp)
Penjualan 132.000 198.000 264.000
Biaya variabel 26.400 132.000 44.000
Marjin 105.600 66.000 220.000
Kontribusi

76
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

Biaya Tetap 56.000 30.000 120.000


Keuntungan
49.600 36.000 100.000
operasi (EBIT)

Persentase perubahan laba akibat penjualan naik 10 %


49.600−40.000 9.600
Perusahaan A = = 40.000 𝑥 100 % = 24%
40.000

36.000−30.000 6.000
Perusahaan B = = 40.000 x 100 % = 20 %
30.000

100.000−80.000 20.000
Perusahaan C = 80.000
= 80.000 x 100 % = 25%

2. Leverage Keuangan (Financial Leverage)


Leverage keuangan  penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan atas
penggunaan dana tersebut akan memperbesar pendapatan per lembar saham
(earning per share, EPS), leverage akan timbul setelah perusahaan menggunakan
dana dengan beban tetap.
Nilai leverage keuangan positif atau negative dinilai berdasarkan pengaruh
leverage yang dimiliki terhadap pendapatan per lembar saham (EPS). Dari
pengaruh tersebut perlu dicari berapa jumlah biaya pendanaan yang harus
dikeluarkan agar pendanaan tersebut memperoleh laba operasi (EBIT) yang dapat
menghasilkan EPS yang sama (tercapai titik indifferent (indifferent point)
Adapun pendanaan berasal dari : Saham biasa, Hutang Obligasi dan dari Saham
priferen.
Titik Indifferent  analisa untuk menetukan titik yang menunjukan tingkat laba
operasi yang menghasilkan laba per lembar saham (EPS) yang sama untuk dua
pilihan struktur modal.

EBIT −I 1−t −PD


EPS = NS
Dimana :
EPS = Earning per Share (pendapatan per lembar saham)
I = bunga hutang obligasi
PD = Deviden tahunan saham preferen
t = tariff pajak perusahaan
NS = jumlah lembar saham biasa

Contoh :
Perusahaan A mempunyai modal sendiri Rp 800.000.000 dan akan menambah
modal sebesar Rp 400.000.000 melalui pendanaan :

77
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

1. Saham biasa semua


2. Obligasi pada tingkat bunga 12 %
3. Saham preferen dengan deviden 11 %

Saat laba operasi perusahaan sebesar Rp 120.000.000 dengan adanya penambahan


(expansi) laba diharapkan menjadi Rp 216.000.000 pajak 40% pada saat ini
saham yang beredar 200.000 lembar, harga jual Rp 4.000 per lembar sehingga
jika perusahaan memilih dengan pendanaan dengan modal sendiri maka
perusahaan akan mengeluarkan saham sebanyak 100.000 lembar, perhitungan
pengaruh sebagai tambahan pendanaan terhadap laba dan EPS sebagai berikut :

Perhitungan laba per lembar saham (EPS)


Hutang Saham
Saham
Keterangan Obligasi Prefern
Biasa (Rp)
(Rp) (Rp)
EBIT 216.000.000 216.000.000 216.000.000
Bunga 12 % 48.000.000
EBT 216.000.000 168.000.000 216.000.000
Pajak 40% 86.400.000 67.200.000 86.400.000
EAT 129.600.000 100.800.000 129.600.000
Deviden saham 44.000.000
preferen
Laba 129.600.000 100.800.000 85.600.000
pemegang
saham
Jumlah saham 300.000 lbr 200.000 lbr 200.000 lbr
biasa beredar
EPS 432 504 428

Dengan penambahan modal sebesar Rp 400.000.000 maka :

a. Tambahan modal dengan saham biasa


0 = (EBIT – I) (1-t) – PD
0 = (EBIT – 12% x 0) (1 - 0,4) – 0
0 = EBIT (0,60)
EBIT = 0/0,60 = 0
Bila penambahan modal menggunakan saham biasa maka tidak ada biaya
pendanaan tetap, baik pada pendanaan lama maupun pendanaan baru. Hal ini
dapat dilihat dari besarnya EPS = 0

78
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

b. Bila tambahan modal dengan hutang obligasi


0 = (EBIT – I) (1-t) – PD
0 = (EBIT – 12% x 400.000.000) (1 - 0,4) – 0
0 = EBIT – 48.000.000 (0,60)
0 = 0,6 EBIT – 28.800.000
EBIT = 48.000.000

Dengan penambahan dari pinjaman obligasi maka diperoleh EBIT sebesar Rp


48.000.000, hal ini sama dengan tingkat bunga yang harus dibayar, dengan
demikian EBIT digunakan untuk membayar bunga pinjaman.

c. Bila tambahan modal menggunakan saham preferen


0 = (EBIT – I) (1-t) – PD
0 = (EBIT – 0) x (1 - 0,4) – 44.000.000
0 = EBIT (0,6) – 44.000.000
EBIT = 44.000.000/0,6 = 73.333.333,33

Bila penambahan dana dengan saham preferen maka diperoleh EBIT sebesar
Rp 73.333.333,33 hal ini lebih besar dengan dividen yang harus dibayar
karena menggunakan saham preferen.

Tingkat Leverage Keuangan (Degree of Financial Leverage, DFL)


DFL  merupakan pesentase perubahan laba per lembar saham (EPS) yang
diakibatkan adanya perubahan dalam laba operasi (EBIT).

𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎 ℎ𝑎𝑛 % 𝐸𝑃𝑆


DFL = 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎 ℎ𝑎𝑛 % 𝐸𝐵𝐼𝑇

Berdasarkan pada contoh diatas maka dapat dihitung DFL sebagai berikut :

a. Jika penambahan dengan saham biasa

𝐸𝐵𝐼𝑇 216.000.000
DFL = 𝑃𝐷 = 0 = 216.000.000 : 216.000.000 =
𝐸𝐵𝐼𝑇−𝐼 − 216.000.000−0 −( )
1−𝑡 0,6
1,00

b. Dengan dana pinjaman obligasi

216.000.000
DFL = 216.000.000−48.000.000 = 1,29

79
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

Artinya jika EBIT berubah 10% maka laba setelah pajak (EAT) akan berubah
sebesar 1,29 x 10% = 12,9 %

c. Jika penambahan menggunakan saham preferen

𝐸𝐵𝐼𝑇 216.000.000
DFL = 𝑃𝐷 = 44.000 .000 =
𝐸𝐵𝐼𝑇−𝐼 − 216.000.000−0 −( )
1−𝑡 0,6
= 216.000.000 : 142.666.667 = 1,51

DFL sebesar 1,51 artinya apabila EBIT berubah 10% maka laba setelah pajak
(EAT) akan berubah sebesar 1,51 x 10%

3. Leverage Total (Total Leverage)


Leverage total  kombinasi antara leverage operasi dengan laverage keuangan.
Dua langkah yang mempengaruhi perubahan penjualan terhadap EPS  pengaruh
penjualan terhadap EBIT dengan analisis DOL, pengaruh EBIT terhadap EPS
dengan analisis DFL. Total perubahan EPS akibat perubahan penjualan disebut
Tingkat Leverage Total (Degree of Total Leverage, DTL)

Persentase Perubahan EPS


DTL = Persentase perubahan Penjualan

DOL DFL
DTL = Penjualan X EBIT

Jika dari contoh diatas kita tambahkan data penjualan dan biaya operasi (biaya
tetap + biaya variabel) untuk ketiga alternative sebagai berikut :

Perhitungan laba per lembar saham (EPS)


Saham Hutang Saham
Keterangan Biasa (Rp) Obligasi Prefern
(Rp) (Rp)
Penjualan 500.000.000 500.000.000 500.000.000
Biaya Variabel 184.000.000 184.000.000 184.000.000
Kontribusi 316.000.000 316.000.000 316.000.000
Marjin
Biaya Tetap 100.000.000 100.000.000 100.000.000
EBIT 216.000.000 216.000.000 216.000.000
Bunga 12 % 48.000.000
EBT 216.000.000 168.000.000 216.000.000
Pajak 40% 86.400.000 67.200.000 86.400.000
EAT 129.600.000 100.800.000 129.600.000

80
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

Saham Hutang Saham


Keterangan Biasa (Rp) Obligasi Prefern
(Rp) (Rp)
Deviden saham 44.000.000
preferen
Laba 129.600.000 100.800.000 85.600.000
pemegang
saham
Jumlah saham 300.000 lbr 200.000 lbr 200.000 lbr
biasa beredar
EPS 432 504 428

Dari data tersebut dapat dihitung DTL sebagai berikut :


a. Bila menggunakan saham biasa

S−VC
DTL = PD
EBIT −I −( )
(1−t )

500.000.000−184.000.000
0 = 316.000.000 : 216.000.000 = 1,46
216.000.000−0 −( )
(0,6)
DFT sebesar 1,46 artinya bila penjualan berubah 10% maka laba setelah pajak
(EAT) akan berubah sebesar Rp 1,46 x 10%.

b. Bila tambahan modal menggunakan hutang obligasi


S−VC
DTL = PD
EBIT −I −( )
(1−t )

500.000.000−184.000.000
= 1,88
216.000.000−48.000.000 −0

DFT sebesar 1,88 artinya bila penjualan berubah 10% maka laba setelah pajak
(EAT) akan berubah sebesar Rp 1,88 x 10%.

c. Jika tambahan dana menggunakan saham preferen

S−VC
DTL = PD
EBIT −I −( )
(1−t )

500.000.000−184.000.000 316.000.000
44 .000 .000 = 142.666.667 = 2,21
216.000.000−0)−( −0
1−0,4

DFT sebesar 2,21 artinya bila penjualan berubah 10% maka laba setelah pajak
(EAT) akan berubah sebesar Rp 2,21 x 10%.

81
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

Untuk membuktikan perhitungan tersebut maka dapat dilihat pada table dibawah
ini :

Perhitungan laba per lembar saham (EPS)

Hutang Saham
Saham
Keterangan Obligasi Prefern
Biasa (Rp)
(Rp) (Rp)
Penjualan naik 550.000.000 550.000.000 550.000.000
10%
Biaya Variabel 202.400.000 202.400.000 202.400.000
naik 10%
Kontribusi 347.600.000 347.600.000 347.600.000
Marjin
Biaya Tetap 100.000.000 100.000.000 100.000.000
EBIT 247.600.000 247.600.000 247.600.000
Bunga 12 % 48.000.000
EBT 247.600.000 199.600.000 247.600.000
Pajak 40% 99.040.000 79.840.000 99.040.000
EAT 148.560.000 119.760.000 148.560.000
Deviden saham 44.000.000
preferen
Laba 148.560.000 119.760.000 104.560.000
pemegang
saham
Jumlah saham 300.000 lbr 200.000 lbr 200.000 lbr
biasa beredar
EPS 495,2 598,8 522,8

a. Alternative penambahan dengan saham biasa

EATt−EATt−1 148.560.000−129.600.000
DTL = = x 100% = 14,6
EATt−1 129.600.000

b. Alternative dengan hutang obligasi

EATt−EATt−1 119.760.000−100.800.000
DTL = = x 100% = 18,8
EATt−1 100.800.000

c. Jika menggunakan saham preferen

EATt−EATt−1 104.560.000−85.600.000
DTL = EATt−1
= 85.600.000
x 100% = 22,1

82
S1 Manajemen Universitas Pamulang
Modul Manajemen Keuangan I

C. LATIHAN SOAL/TUGAS

Proyek Investasi R dan T. Masing-masing proyek memiliki umur ekonomis 2


tahun. Dana yang dibutuhkan untuk proyek investasi tersebut sama besarnya,
masing-masing Rp 20.000. Return yang diharpkan dari masing-masing proyek
25%. Distribusi probabilitas dsn aliran kas kedua proyek investasi selama umur
ekonomisnya sbb:

Usulan inv R Usulan Inv T


Tahun ke Aliran kas probabilitas Tahun ke Aliran kas probabilitas
14.000 0,20 11.000 0,10
1 14.500 0,30 1 12.000 0,30
16.000 0,40 12.500 0,20
17.000 0,10 13.500 0,40
14.500 0,15 16.500 0,25
2 15.000 0,25 2 17.000 0,25
17.000 0,30 18.500 0,40
18.000 0,30 20.000 0,10

Dari informasi diatas hitunglah aliran kas proyek investasi R dan T selama umur
ekonomisnya dan hitung pula risiko proyek tersebut !

D. DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno. Manajemen Keuangan. Teori Konsep dan Aplikasi, Penerbit Ekonisia,


Yogyakarta, 2013

Agus Sartono, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, BPFE Yogyakarta,


2010

Agus Harjito dan Martono, Manajemen Keuangan, Edisi 2, Penerbit Ekonisia,


Yogyakarta, 2013

I Made Sudana, Manajemen Keuangan Perusahaan, Teori dan Praktek, Penerbit


Erlangga, Jakarta, 2011

83
S1 Manajemen Universitas Pamulang

Anda mungkin juga menyukai