Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS INDEKS, COMMON SIZE, MVA DAN EVA

MANAJEMEN KEUANGAN (C3) – EMA 232A


Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

Oleh :
KELOMPOK VIII
Anak Agung Sintia Dewi (2007531048)
Ni Putu Tarisa Putri Rakanti (2007531052)
Ni Putu Mulyani (2007531053)

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

S1 AKUNTANSI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Di Era saat ini, setiap perusahaan sangat berkepentingan dengan pengukuran prestasi,
baik perusahaan besar, perusahaan kecil, perusahaan swasta maupun perusahaan negara.
Dalam pelaksanaan pengukuran dan penilaian terhadap bagian perusahaan, perlu ditetapkan
pernyataan yang jelas mengenai tujuan yang hendak dicapai, sehingga dapat melakukannya
dengan benar dan mendapatkan hasil yang diinginkan.
Maka dari itu untuk mengukur penilaian kinerja, dibutuhkan sebuah alat baru yang
dapat memberikan penilaian secara adil yang memperhitungkan kepentingan semua pihak.
Beberapa tahun terakhir telah berkembang suatu pendekatan baru dalam menilai kinerja suatu
perusahaan. Beberapa pendekatan baru tersebut diantaranya Economic Value Added (EVA)
dan Market Value Added (MVA). Kedua pendekatan tersebut telah di terapkan dan diterima
secara luas sebagai penilaian kinerja keuangan organisasi profit maupun nonprofit.
Tujuan yang diharapkan setelah mempelajari bab ini yaitu:
1. Dapat menelaah dan menjelaskan analisis indeks, analisis common-size, MVA dan EVA
2. Dapat menganalisis indeks, analisis common-size, MVA dan EVA
3. Dapat menginterpretasikan analisis indeks, analisis common-size, MVA dan EVA
Dimana MVA dan EVA adalah pengukuran yang memperhatikan secara tepat semua
faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai. EVA mengukur nilai tambah (value
creation) yang dihasilkan perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal yang
ditimbulkan oleh adanya investasi. Sedangkan MVA merupakan ukuran kumulatif kinerja
yang menunjukan seberapa besar nilai tambah terhadap modal yang ditanamkan oleh investor
atau selisih antara nilai pasar ekuitas (market value of equity) dan nilai buku ekuitas (book
value of equity).
Selain itu, pada bab ini juga mempelajari tentang analisis indeks dan analisis
common-size. Dimana analisis indeks adalah metode analisis laporan keuangan untuk
mengetahui kecenderungan suatu perusahaan sedangkan analisis common-size adalah teknik
analisis yang dilakukan dengan membandingkan suatu elemen (laporan keuangan) sebagai
komponen dari elemen yang lain pada laporan keuangan yang sama. Berdasarkan hal
tersebut, pada bab ini akan diuraikan lebih jelas mengenai analisis indeks, analisis common-
size, MVA dan EVA.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Indeks dan Persentase Per Komponen


1. Analisis Indeks
Analisis indeks adalah metode analisis laporan keuangan untuk mengetahui
kecenderungan atau keadaan keuangan suatu perusahaan apakah naik, turun atau tetap.
Analisis ini merubah semua angka dalam laporan keuangan pada tahun dasar menjadi
100. Cara penyusunan laporan indeks: (1) Menentukan tahun dasar; (2) Menentukan
angka indeks pada periode tahun yang dianalisis; (3) Pos-pos dari periode laporan yang
dianalisis dibandingkan dengan pos-pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar;
(4) Dalam menghitung rasio trend/ kecenderungan pada umumnya tidak semua pos-pos
neraca dan laporan laba rugi dari beberapa periode tersebut dihitung.
Contoh analisis indeks, yaitu
PT. ASIH
NERACA PERBANDINGAN DENGAN PERSEN KECENDERUNGAN
PER 31 DESEMBER 2008-2012
% Kecenderungan th dasar
Pos-Pos Desember 31 (Rp. 000.000)
2008 = 100%
Aktiva Lancar 2008 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012
Kas 6 3 1,5 2,5 1 50 25 42 17
Piutang dagang 48 50 65 82 95 104 135 171 198
Persediaan 90 92,5 105 117,5 145 103 117 131 161
Persekot biaya 5 7,5 10 12,5 15 150 200 250 300
Jumlah aktiva
149 153 181,5 214,5 256 103 122 144 172
lancar
Tanah 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 100 100 100 100
Bangunan 71 78 73,5 54,5 50,5 110 104 77 71
Aktiva ttp.lainnya 32,5 35,5 31,5 45 45 109 97 138 138
Cad.peny.aktv.ttp (9) (11) (11) (12) (13) (117) (122) (133) (144)
Jumlah aktiva 251 263,5 283 309,5 346 105 113 123 138
Hutang & Modal
Hutang dagang 44 57 83,5 105 138 130 190 239 314
Hutang wesel 5 7,5 17,5 35 50 150 350 700 1000
Hutang gaji 20 24 40,5 30 36,5 120 203 150 183
Jumlah hutang
69 88,5 141,5 170 224,5 128 205 246 325
lancar
Hutang
5 5 5 5 5 100 100 100 100
jk.panjang
Jumlah hutang 74 93,4 146,5 175 229 126 198 236 310
Modal saham 25 25 25 25 25 100 100 100 100
Laba ditahan 152 145 111,5 109,5 91,5 95 73 72 60
2
177 170 136,5 134,5 116,5 96 77 76 66
Jumlah hutang
251 263,5 283 309,5 346 105 113 123 138
& modal

PT. ASIH
NERACA PERBANDINGAN DENGAN PERSEN KECENDERUNGAN
PER 31 DESEMBER 2008-2012
% Kecenderungan th dasar
Desember 31 (Rp. 000.000)
Pos-Pos 2008 = 100%
2008 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012
Penjualan neto 524 474,5 350 449 547,5 91 67 86 104
HPP 406 375,5 283 319 368 92 70 79 91
Laba kotor 118 99 67 130 179,5 84 57 110 152
Biaya penjualan 59,5 52 20 63,5 100,5 87 34 107 169
Biaya admin 30 20 11 34 53,5 67 37 113 178
Biaya operasi 89,5 72 31 97,5 154 80 35 109 172
Laba operasi 28,5 27 36 32,5 25,5 95 126 114 89
Biaya lain-lain
1,5 2 2,5 5,5 7,5 133 167 367 500
(bunga)
Laba bersih
27 25 33,5 27 18 93 124 100 67
sebelum pajak
Pajak 8 8 10 8 5 93 124 100 67
Laba bersih setelah
19 18 23 19 13 93 124 100 67
pajak
Interpretasi
1. Aspek likuiditas: Aktiva lancar mengalami kenaikan, persentase kenaikan utang
lancar lebih besar daripada kenaikan aktiva lancar, yang artinya trend likuiditas
menurun.
2. Aspek solvabilitas: Utang naik dan modal menurun, trend solvabilitas perusahaan
menurun.
3. Aspek rentabilitas: Trend laba dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan jumlah
aktiva naik. Maka disimpulkan, kecenderungan rentabilitas perusahaan semakin
menurun.
4. Aspek aktivitas usaha: Trend penjualan neto di laporan laba rugi menunjukan
penurunan, dan trend piutang dagang mengalami kenaikan, disimpulkan bahwa
bagian penagihan bekerja kurang efektif.
2. Analisis Common-Size
Analisis common-size adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat
perbandingan antara suatu elemen (laporan keuangan) tertentu sebagai komponen dari
elemen yang lain pada laporan keuangan yang sama. Suatu neraca yang disusun dalam
persentase per-komponen (Common-size statement) dapat memberikan informasi sebagai
berikut, yaitu komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dan struktur modal
(komposisi pasiva). Laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase per-komponen
3
(Common-size percentage) dapat menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp 1,00
penjualan kepada masing-masing elemen biaya dan laba. Analisis common-size
mempermudah para analis untuk melihat perubahan dari struktur pembiayaan dan total
investasi perusahaan.
Contoh Analisa common-size, yaitu:
PT ULTRA MAKMUR
NERACA PERBANDINGAN COMMONSIZE
31 DESEMBER 2011 dan 2012
2011 2012 % SUB TOTAL % TOTAL
(Rp.000.000) (Rp.000.000) 2011 2012 2011 2012
AKTIVA
Kas 3 5 1 1 1 1
Piutang dagang 130 164 36 38 23 26
Persediaan 210 235 58 55 37 38
Persekot biaya 20 25 5 6 3 4
Jumlah aktiva lancar 363 429 100 100
Tanah 15 15 7 8 3 2
Bangunan 147 109 71 57 26 18
Aktiva tetap lainnya 63 90 31 47 11 15
Cad. Peny. Ak. Tetap (22) (24) (10) (12) (4) (4)
Jumlah aktiva tetap 203 190 100 100
Jumlah Aktiva 566 619 100 100
HUTANG
Hutang dagang 167 210 59 62 30 34
Hutang wesel 35 70 12 20 6 11
Hutang gaji 81 60 29 18 14 10
Jumlah hutang lancar 283 340 100 100
Hutang jangka 10 10 3 4 2 2
Modal saham 50 50 18 18 9 8
Laba ditahan 223 219 79 78 39 35
Jumlah Modal 283 279 100 100
Jumlah Ht. dan Modal 566 619 100 100

PT IMASINDO
LAPORAN LABA RUGI PERBANDINGAN COMMONSIZE
31 DESEMBER 2011 dan 2012
2011 2012
Persentase Per Komponen
(Rp.000.000) (Rp.000.000)
Penjualan neto 700 898 100 100
Harga pokok 566 638 81 71
Laba kotor 134 260 19 29
Biaya operasi:
Biaya penjualan 40 127 6 14

4
Biaya administrasi 22 68 3 8
Laba operasi 72 65 10 7
Biaya lain-lain 5 11 1 1
Laba bersih sebelum pajak 67 54 10 6
Pajak 20 16 3 2
Laba bersih setelah pajak 47 38 7 4
Interpretasi
1. Aspek Likuiditas: Likuiditas perusahaan mengalami kenaikan terlihat dari persentase
persediaan menurun dari 58% di tahun 2011 ke 55% di tahun 2012.
2. Aspek Solvabilitas: Modal sendiri PT ULTRA MAKMUR pada tahun 2011 sebesar
48% yang terdiri dari 9% modal saham dan 39% laba ditahan. Jumlah utang sebesar
52%. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, maka terlihat modal < hutang, dengan
kata lain solvabilitas perusahaan semakin menurun.
3. Tingkat Efisiensi: Jika dibandingkan hpp 2011 dengan hpp 2012 terjadi peningkatan
efisiensi dalam biaya produksi yang mengakibatkan laba kotor meningkat dari 19% ke
29% dari penjualan. Kemudian, dilihat dari biaya operasi mengalami peningkatan
yang cukup besar dari 9% ke 22%, yang artinya bagian kantor kurang bekerja secara
efisien.
4. Rentabilitas: Rentabilitas PT ULTRA MAKMUR memperlihatkan persentase laba
bersih sesudah pajak menurun karena terjadinya kenaikan biaya operasi yang cukup
besar yang mengakibatkan rentabilitas perusahaan semakin menurun.
B. Analisis MVA dan EVA
1. Market Value Added (MVA)
MVA merupakan ukuran kumulatif kinerja yang menunjukan seberapa besar nilai
tambah terhadap modal yang ditanamkan oleh investor. Tujuan dari MVA yaitu untuk
memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham. MVA diperoleh dengan
melalui selisih antara nilai pasar ekuity dengan modal ekuitas yang disetor pemegang
saham. Nilai pasar ekuitas diperoleh dengan mengalikan jumlah saham beredar
dengan harga saham, sedangkan modal ekuitas yang disetor pemegang saham sama
dengan total ekuitas perusahaan atau nilai buku ekuitas. Formula dari MVA yaitu:

MVA = Nilai Pasar Ekuity – Modal yang disetor Pemegang Saham

= (Jumlah saham beredar) – Total nilai Ekuitas

5
CONTOH:
PT wisatawan memiliki market value of equity sebesar Rp 150 juta rupiah dan nilai
modal yang disetor adalah Rp 10 juta.
Maka PT Wisatawan adalah:
Rp 150 juta - Rp 10 juta = Rp 140 juta

PENYELESAIAN:

PT WISATAWAN
MARKET VALUE ADDED (MVA)
(Rp 000.000)
2011 2012
Perhitungan MVA
Harga per Lembar Saham 23 26
Jumlah Saham Beredar 50 50
Market value of Equity 1.1500 1.1300
Book Value of Equity 896 840

(Book Value of Equity - Market value of


254 460
Equity)

Interpretasi:
MVA PT Wisatawan tahun 2011 adalah Rp 254 juta dan tahun 2012 adalah Rp 460 juta
rupiah, hal tersebut menunjukkan bahwa dampak tindakan manajerial sejak perusahaan
berdiri meningkat pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar Rp 254 juta dan Rp
460 juta.
2. Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran nilai tambah ekonomis yang
dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut:

EVA = Laba Bersih Operasi Setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal Setelah Pajak
Yang Diperlukan Untuk Mendukung Operasi

= EBIT (1-Pajak Perusahaan) - (biaya Operasi) (Biaya Modal Setelah Pajak)

6
Modal operasi atau operating capital merupakan penjumlahan dari hutang, saham
preferen dan saham biasa yang digunakan untuk pengadaan aset operasi bersih atau net
operating asset (modal kerja operasi bersih) atau net operating working capital ditambah
investasi pabrik dan peralatan bersih. Dengan adanya EVA, maka pemilik perusahaan
akan memberikan imbalan aktivitas yang menambah nilai dan membuang fasilitas yang
merusak atau mengurangi nilai keseluruhan suatu perusahaan dan membantu manajemen
dalam hal menentukan tujuan internal perusahaan untuk implikasi jangka panjang. EVA
memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan perusahaan
kepada pemegang saham. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk
menilai perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah
perusahaan. Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk
menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen
melakukan satu dari tiga hal berikut ini (Stewart 1991):
1) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.
2) Menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapatkan return lebih
besar dari pada biaya modal yang ada.
3) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang menguntungkan.
Govindarajan, penerjemah Kurniawan (2002), mengungkapkan keunggulan EVA sebagai
pengukuran kinerja keuangan perusahaan sebagai berikut:
1) Seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan investasi yang sama.
2) Adanya tingkat suku bunga yang berbeda.
3) EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar
perusahaan.
Keunggulan EVA menurut Teuku Mirza (1997) yaitu EVA memfokuskan
penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai
konsekuensi investasi. EVA juga memiliki kelemahan yaitu EVA hanya menggambarkan
penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu. Padahal nilai perusahaan merupakan
akumulasi EVA selama umur perusahaan. Selain EVA sebagai ukuran kinerja juga
mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut
1) Tidak mampu memprediksi dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan
perusahaan dan sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek.
2) EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan kinerja
keuangan dan tidak cocok diterapkan pada industri tertentu.
3) Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi dan memerlukan tambahan biaya.
7
Contoh perhitungan EVA adalah sebagai berikut:

PT WISTAWAN
ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
(Rp 000.000)
2011 2012
Perhitungaaan EVA
EBIT 283 263
Pajak (t) 40 % 40%
NOPAT = EBIT (1-t) 169,80 157,80
Total Investor Supplied Operating Working Capital 1.800 1.455
Biaya Modal Setelah Pajak 11% 10,8%
Biaya modal (RP) 198 157,10
EVA = NOPAT – Biaya Modal (28,20) 0,70

EVA tahun 2012 positif yaitu Rp 0,70 juta sedangkan tahun 2011 negatif Rp 28,20 juta.
NOPAT mengalami penurunan namun EVA mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
karena penurunan NOPAT 8% lebih kecil dari pada tingkat penurunan rupiah biaya modal
26% sehingga penurunan biaya modal tersebut akan mengakibatkan EVA meningkat.
Berdasakan perhitungan MVA dan EVA yang telah diuraikan dapat dinyatakan pengamatan
yaitu :
1) Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA PT Wistawan tahun 2011 dan 2012 , terlihat
terjadi kombinasi antara peningkatan harga saham Rp 23ke Rp 26 juta, dan kenaikan
nilai buku modal dari Rp 1.150 menjadi Rp 1.300, sehingga menyebabkan
peningkatan MVA, sehingga terjadi peningkatan nilai kemakmuran pemegang saham
sebesar Rp 460 - Rp 254 = Rp 206 juta. Jika suatu perusahaan memiliki EVAnegatif,
maka MVA mungkin saja akan bernilai negatif atau sebaliknya jika suatu perusahaan
memiliki EVA positif, maka MVA akan bernilai positif. Harga saham sebagai salah
satu komponen MVA akan lebih banyak ditentukan oleh kinerja masa depan dan
bukan kinerja masa lalunya.
2) EVA secara umum lebih bermanfaat dibanding MVA mengevaluasi kinerja
manajerial dengan alasan:
(1) EVA menunjukkan value added yang terjadi pada tahun tertentu.
(2) EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar secara
individual.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisis indeks adalah metode analisis laporan keuangan untuk mengetahui
kecenderungan atau keadaan keuangan suatu perusahaan apakah naik, turun atau tetap. Cara
penyusunan laporan indeks: (1) Menentukan tahun dasar; (2) Menentukan angka indeks pada
periode tahun yang dianalisis; (3) Pos-pos dari periode laporan yang dianalisis dibandingkan
dengan pos-pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar; (4) Dalam menghitung rasio
trend/ kecenderungan pada umumnya tidak semua pos-pos neraca dan laporan laba rugi dari
beberapa periode tersebut dihitung. Analisis common-size adalah teknik analisis yang
dilakukan dengan cara membuat perbandingan antara suatu elemen (laporan keuangan)
tertentu sebagai komponen dari elemen yang lain pada laporan keuangan yang sama. MVA
merupakan ukuran kumulatif kinerja yang menunjukan seberapa besar nilai tambah terhadap
modal yang ditanamkan oleh investor. Tujuan dari MVA yaitu untuk memaksimalkan
kesejahteraan para pemegang saham. Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran nilai
tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi
manajemen. EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan
perusahaan kepada pemegang saham.

9
DAFTAR PUSTAKA

Wiagustini, Ni Luh Putu, 2014, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Udayana Press,


Denpasar.
Ahmad Faisal, R. S. (2017). Analisis Kinerja Keuangan. Ejournal.Feb.unmul.ac.id, 10.
Choi. (2016). Materi Manajemen Keuangan. Analisis Common Size, 4.

10

Anda mungkin juga menyukai